Sejarah Pemulihan Hubungan Keluarga RFL PMI Struktur Pemulihan Hubungan Keluarga RFL

2.1.1 Sejarah Pemulihan Hubungan Keluarga RFL PMI

PMI mulai memberikan pelayanan RFL pada tahun 1979 untuk pengungsi pengungsi perahu dari Vietnam di Pulau Galang Provinsi Kepulauan Riau. Pelaksanaannya berlangsung sampai 1992. Setelah itu PMI memberikan pelayanan RFL semasa konflik, gangguan dalam negeri, dan bencana seperti: 1. Perang Teluk, 1991-1992. Bekerja sama dengan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Arab Saudi mempertukarkan lebih dari 7000 RCM. 2. Konflik Timor Timur. Sejak tahun 1975 RFL sudah aktif dalam penyampaian RCM.Hingga saat ini masih ada kerjasama antara PMI dan CVTL Cruz Vermelha de Timor LestePalang Merah Timor Leste, berupa pertukaran RCM di perbatasan antara Timor Leste dan Indonesia NTT. 3. Insiden Bom Bali, 2002. Kegiatan tim RFL adalah membantu mengisi formulir data ante-mortem dari keluarga para korban untuk identifikasi jenazah dilakukan kerjasama dengan tim forensik Indonesia dan Polisi Federal Australia. 4. Musibah Tsunami yang meluluhlantakkan Aceh dan Pulau Nias Provinsi Sumatera Utara Desember 2004. Pelaksanaan RFL berlangsung sampai akhir 2005. 5. Gempa bumi di Yogyakarta, Mei -Agustus 2006. 6. Musibah jatuhnya pesawat terbang di Yogyakarta, Maret 2007. PMI juga memberikan pelayanan RFL bagi penerima bantuan dalam situasi normal, misalnya bagi anak angkat yang mencari orangtua kandung mereka di Indonesia. panduan palang merah Indonesia, 2008

2.1.2 Struktur Pemulihan Hubungan Keluarga RFL

Setelah lebih dari 26 tahun nama TMS Tracing and Mailing Service digunakan sebagai wadah kegiatan pencarian, per tanggal 20 November 2006, bagian TMS merasa perlu mengganti nama menjadi RFL Restoring Family Links atau Pemulihan Hubungan Keluarga. Kata RFL diambil dari nama buku manual tracing yang Universitas Sumatera Utara dikeluarkan oleh CTA-ICRC Jenewa yang didalamnya termuat petunjuk-petunjuk bagaimana cara memulihkan hubungan keluarga yang terpisah. Tahun 2006 merupakan tahun yang penting dalam sejarah RFL PMI. Pada tahun tersebut, RFL kembali menjadi subdivisi di bawah Divisi Penanggulangan Bencana PMI, dan PMI membuat keputusan untuk membangun dan memperkuat kapasitas RFL-nya agar mampu memberikan pelayanan RFL di semua PMI Daerah dan PMI Cabang bilamana kebutuhan muncul. Langkah pertama pengembangan RFL di PMI adalah melakukan asesmen mengenai kebutuhan RFL di semua Provinsi dan asesmen mengenai kapasitas pelayanan RFL yang dimiliki oleh PMI Daerah dan PMI Cabang. Asesmen ini dilakukan oleh PMI Pusat secara bekerja sama dengan masing-masing PMI Daerah dan PMI Cabang. Langkah kedua adalah melatih relawan di setiap PMI Cabang agar mereka memiliki kesiapan untuk memberikan pelayanan RFL bilamana muncul kebutuhan dan pelatihan ini dilakukan oleh PMI Pusat bekerja sama dengan PMI Daerah dan PMI Cabang. Sejak September 2007, setiap PMI Daerah telah memiliki seorang koordinator RFL dan semua koordinator RFL sudah dilatih untuk dapat mengkoordinasikan semua kegiatan RFL di Daerah masing-masing. Struktur Subdivisi RFL PMI Pusat adalah sebagai berikut: 1. Kepala subdivisi RFL bertanggung jawab atas seluruh operasi RFL di Indonesia. 2. Koordinator Tanggap Darurat RFL RFL Emergency Response Coordinator bertanggung jawab atas segi teknis RFL secara berkoordinasi dengan Petugas Kasus RFL RFL Case Worker dan bertanggung jawab mengkoordinasikan operasi RFL menyusul terjadinya bencana besar. 3. Koordinator Pengembangan Kapasitas RFL RFL Capacity Building Coordinator bertanggung jawab membantu PMI Daerah dan PMI Cabang untuk mengembangkan sebuah struktur RFL yang berfungsi dengan baik. 4. Petugas Kasus RFL RFL Case Worker bertanggung jawab menangani kasus- kasus RFL individual dan kegiatan-kegiatan rutin. Universitas Sumatera Utara Garis komunikasi RFL PMI adalah sebagai berikut lihat Gambar 2.1. Gambar 2.1 Garis Komunikasi RFL PMI

2.1.3 Permohonan Pencarian