Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah ‘semiologi’ lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan ‘semiotik’
lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Semiotika
Haliday dalam Sobur, 2004:16 mengatakan bahwa semiotika mulanya berasal dari konsep tanda yang berhubungan dengan istilah semainon penanda
dan semainomenom petanda yang digunakan adalah teori tanda tentang tanda dan penanda.
Kata ”semiotika” berasal dari bahasa Yunani, smeion yang berarti ”tanda” atau seme yang berarti ”penafsiran tanda” Cobley dan Janz dalam Sobur,
2004:16. Kurniawan dalam Sobur, 2004:17 mengatakan bahwa, semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika.
Semiotika biasanya didefinisikan sebagi teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari
sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactil danolfactory ketika tanda-tanda
tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis disetiap kegiatan dan perilaku manusia.
Ferdinand de saussure menyatakan bahwa tanda merupakan objek fisik dengan sebuah makna atau untuk menggunakan istilahnya sebuah tanda terdiri
dari penanda, persepsi, tulisan di atas kertas atau suara di udara. Petanda adalah
Universitas Sumatera Utara
kosep mental yang siacukan petanda, konsep mental ini secara luas sama pada semua anggota kebudayaan yang menggunakan bahasa yang sama.
2.2.2 Tanda dan Petanda
Menurut Ferdinand de Saussure setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur yaitu, 1 yang diartikan Perancis: signife’, Inggris: signified dan 2 yang
mengartikan Perancis: signifiant, Inggris: signifer. Yang diartikan signifie’ signified sebenarnya merupakan konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi.
Sedangkan yang mengartikan signifiant atau signifier itu adalah tidak lain dari pada bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang
bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam bahasa intralingual yang
biasanya merujukmengacu kepada sesuatu refrent yang merupakan unsur luar bahasa ekstra lingual. Chaer, 2002 : 29
Menurut de Saussure dalam Sobur 2004:46, tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu:
1. tanda yang diartikan yang disebut signifier yaitu bidang penanda atau bentuk.
2. tanda yang mengartikan yang disebut signified yaitu bidang petanda berupa konsep atau makna.
Dalam Puji Santosa 1993:4, tanda merupakan bagian dari ilmu semiotika yang menandai sesuatu hal atau keadaan untuk menerangkan atau
memberitahukan objek kepada subjek. Dalam hal ini, ‘tanda’ selalu merujuk pada sesuatu hal yang nyata, misalnya; benda, kejadian, tulisan, bahasa, tindakan,
Universitas Sumatera Utara
peristiwa, dan bentuk-bentuk tanda yang lain. Tanda-tanda yang dibuat oleh manusia menunjuk pada sesuatu yang terbatas maknanya dan hanya menunjuk
pada hal-hal tertentu. Tanda tersebut dari dulu hingga sekarang tetap saja tidak berubah dan tanpa kreatif apa pun. Jadi, tanda adalah arti yang statis, umum,
lugas, dan objektif. Menurut Pateda, dalam semiotika komunikasi, 2004:122, tanda yang
ditimbulkan oleh manusia dapat dibedakan atas dua macam yaitu yang bersifat verbal dan nonverbal. Yang bersifat verbal adalah tanda-tanda yang digunakan
sebagai alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat bicara, sedangkan yang bersifat nonverbal salah satunya dapat berupa tanda yang diciptakan manusia untuk
menghemat waktu, tenaga dan menjaga kerahasiaan. Tanda pengenal dalam gerakan pramuka tanda nonverbal misalnya bunyi
pada sandi morse dalam gerakan pramuka yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1 Suara dengan mengunakan pluit
2 Sinar dengan mengunakan senter
3 Tulisan dengan mengunakan titik . dan setrip-
4 Bendera dengan mengunakan morse
Contoh ini merupakan tanda dengan hal yang ditandai bersifat langsung. Berbeda dengan lambang yang juga merupakan tanda. Bedanya lambang tidak
memberi tanda secara langsung tetapi melalui sesuatu yang lain seperti tanda jabatan dalam gerakan pramuka. Misalnya tanda sangga penegak berbentuk bujur
sangkar, bergambar sesuai pilihan anggota sangga yang bersangkutan. Tanda sangga mengambil nama tahap perjuangan bangsa Indonesia seperti perintis,
Universitas Sumatera Utara
pencoba, penegar, pendobrak, dan pelaksana dengan gambar dan warna. Angka romawi sebagai nomor sangga berwarna hitam di atas dasar berwarna kuning.
Gambar siluet bunga berwarna hitam di atas dasar berwarna kuning khusus untuk sangga puteri. Tanda nonverbal ini berkaitan dengan kajian semiotika yaitu salah
satu cabang ilmu bahasa.
2.2.3 Makna konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, maknanya sesuai dengan refrennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau
hubungan apapun. Jadi, makna konseptual ini sama dengan makna refrensial, makna leksikal, dan makna denotatif Chaer 1995:72. Makna konseptual
dianggap sebagai faktor utama di dalam setiap komunikasi. Makna konseptual merupakan hal yang esensial di dalam suatu bahasa. Leech dalam Pateda
2001:114 mengemukakan dua prinsip, yakni prinsip ketidaksamaan dan prinsip struktur unsurnya. Prinsip ketidaksamaan dapat dianalisis berdasakan klasifikasi
bunyi dalam tataran fonologi yang setiap bunyi ditandai + fostif kalau ciri dipenuhi, dan ditandai dengan – negatif jika ciri tidak dipenuhi. Misalnya,
konsonan b berciri + bilabial + stop, - nasal. Prinsip struktur unsurnya, misalnya kata nyonya dapat dianalisis menjadi:
+ manusia; + dewasa; - laki-laki. Dengan analisis seperti ini maka konsep sesuatu dapat dibatasi. Jadi, kata ‘’nyonya’’ adalah manusia dewasa dan bukan seorang
laki-laki Slamet muljana dalam Pateda 2001:178 mengatakan makna asosiatif
adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh
Universitas Sumatera Utara
semula kata yang bersangkutan dengan makna yan baru yakni makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa. Antara
makna lama dan maknanya yang baru terdapat pertalian erat. Contoh:
Kata Amplop. Kalau kita mengurus sesuatu di kantor dan kemudian kawan kita berkata, “Beri ia Amplop”. Maka asosiasi kita bukan lagi amplop yang yang
berfungsi sebagai sampul surat, tetapi amplop yang berisi uang ; uang pelicin ; uang pelancar ; uang sogok. Secara kasar, maka amplop itu berarti, “Berilah ia
uang agar urusanmu cepat selesai.”
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki, atau mempelajari KBBI, 2003:1198. Pustaka adalah kitab; buku;
buku primbon KBBI, 2003:912. Astuti, 1996: Sistem Tanda yang digunakan Sebagai Salah Satu Sarana
Komunikasi di Perumka Perbaungan. Skripsi ini meneliti tentang sistem tanda yang digunakan di Perumka Perbaungan berfungsi sebagai pemberi informasi
tentang keadaan kereta api diperjalanan maupun distasiun keberangkatan kereta api, dan situasi jalan yang akan dan dilalui kereta api dengan menggunakan teori
yang dikemukakan oleh dua ahli semiotika yang merupakan hasil suntingan Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest pada tahun 1992.
Universitas Sumatera Utara