c. Memberdayakan pemerinnagari dan mendorong partisipasi masyarakat.
d. Mengkoordinasikan dan memaksimalkan pelayanan umum pemerintahan
pendidikan, kesehatan, infrastruktur. e.
Mendorong kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat. f.
Mengkoordinasikan penegakan peraturan dan perundang-undangan.
3.4. Sistem Kolektor , Penanggung Jawab serta Mekanisme Penagihan dan Pemungutan
PBB di Kecamatan Lima Kaum
3.4.1. Struktur Tim Kolektor PBB di Kecamatan, Kabupaten Tanah Datar
Gambar 4.1 Sumber : Surat Edaran Bupati Tanah Datar No: 973200DPD-2008
CAMAT Penanggung Jawab
SEKCAM KETUA KECAMATAN
ANGGOTA KORLAP PERWAKILAN
DIPENDA KORLAP KASI PEM
Sekretaris
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : 1.
Camat sebagai penanggung jawab dari pemungutan PBB di kecamatan dan menjalankan fungsi koordinasi di lapangan.
2. Sekretaris camat sebagai ketua dalam pemungutan PBB di kecamatan di bawah
koordinasi Camat. 3.
Kasi Pembendaharaan sebagai sekretaris membantu tugas sekretaris camat dalam hal mendistribusi SPPT PBB kepada wajib pajak.
4. Perwakilan Dipenda Korlap, utusan dari Dinas Pendapatan Daerah
mengkoordinasikan pemungutan PBB oleh Camat dan Wali Nagari serta membantu dalam mendisitribusikan SPPT PBB kepada wajib pajak dengan
berkoordinasi dengan Camat. 5.
Anggota Koordinasi Lapangan, membantu mengkoordinasi pemungutan PBB.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Struktur Tim Penanggung jawab dan Kolektor PBB di Nagari Kabupaten Tanah
Datar
Gambar 4.2 Sumber : Surat Edaran Bupati Tanah Datar No: 973200DPD-2008
Keterangan: 1.
Wali Nagari sebagai penanggung jawab serta mengkoordinasi pemungutan PBB di kecamatan juga secara tidak langsung menjadi Kolektor PBB.
2. Sekretaris Nagari, membantu Wali Nagari dalam pemungutan PBB di Nagari.
3. Sekretaris dan bendahara membantu Sekretaris Camat dalam mengkoordinasi
pemungutan PBB di Nagari 4.
Perangkat Nagari yang terdiri dari unsur staf dan Wali Jorong bersama-sama membantu Nagari mendistribusikan SPPT dan Mengkoordinasi Pemungutan PBB
KAUR PEM SekretarisBendr
PERANGKAT NAGARI
NAGARI WALI NAGARI
Penanggung Jawab
SEK.NAG Ketua
Universitas Sumatera Utara
3.4.3. Mekanisme Penagihan Pemungutan PBB di Kecamatan Lima Kaum
Gambar 4.3 Sumber : Surat Edaran Bupati Tanah Datar No: 973200DPD-2008
Keterangan: Kerapatan Adat Nagari KAN merupakan lembaga Kerapatan adat di tingkat
Nagari. Dalam pelaksanaan kegiatan pemungutan PBB di Nagari, Wali Nagari melakukan kerjasama yang harmonis dan saling membantu dengan KAN. BPRN adalah lembaga
legislatif di tingkat Nagari, berkedudukan sejajar dengan Pemerintah Nagari. KAN, NAGARI serta BPRN bersama-sama melakukan pengawasan serta menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, dalam masalah dan mencari jalan keluar mengenai PBB. kemudian melaporkan serta berembuk dengan kepala kaum, kepala suku ninik mamak
K.A.N
JORONG NAGARI
BPRN
KEPALA KAUM KEPALA SUKU
WAJIB PAJAK PBB KOLEKTOR
Universitas Sumatera Utara
masing-masing Nagari supaya masalah yang dihadapi tadi diselesaikan secara musyawarah dan mufakat dan dapat dipecahkan sehingga pemenuhan target tiap tahun dapat tercapai.
Pihak Nagari dalam pemungutan PBB dibantu oleh kolektor di masing-masing Nagari, yang langsung terjun ke wajib pajak PBB.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian berupa hasil wawancara yang telah diperoleh dari lapangan. Data diporeleh melalui wawancara mendalam deep
interview yang dilakukan dengan 5 orang key informan yaitu Wali Nagari Lima Kaum, Wali Nagari Baringin, Wali Nagari Labuh, Wali Nagari Parambahan serta Wali Nagari
Cubadak dan informan biasa Sekretaris Camat Lima Kaum, yang terlibat dalam partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Lima Kaum
Kabupaten Tanah Datar.
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan unsur utama dalam menentukan usaha pembangunan. Berhasil tidaknya pembangunan ditentukan oleh kualitas pemimpin. Disini yang ditanyakan
bagaimana peran pimpinan wali nagari dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
1. Menurut pendapat Bapak Datuak Panghulu Panjang, selaku Wali Nagari Lima
Kaum ”Sudah menjadi tanggung jawab penting serta peran dari wali nagari dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Karena salah satu tugas yang paling penting dari wali nagari dan juga paling berat yaitu berupaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB demi terlaksananya pembangunan bagi generasi berikutnya. Keyakinan serta sikap yang dimiliki wali
nagari dalam menjalankan peranannya sebagai wali nagari mempengaruhi pandangan dari masyarakat dan menjadi panutan bagi masyarakat serta mengugah
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam membayar PBB. Kami sebagai wali nagari, dalam melakukan peran sebagai wali nagari, kami menghimbau kepada
masyarakat wajib pajak agar memenuhi kewajiban mereka sebagai wajib pajak.
Universitas Sumatera Utara
Kami menyadari masih rendahnya partisipasi masyarakat, imbauan yang dilakukan belum bisa meningkatkan kesadaran mereka”.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan ternyata imbauan yang dilakukan oleh wali nagari Lima Kaum kurang berjalan dengan optimal, hal ini
dikarenakan karena kurang tegasnya sikap pemerintah nagari dalam menghadapi masyarakat yang lalai ataupun bahkan enggan untuk membayar kewajiban mereka.
Seharusnya setiap wajib pajak ditetapkan persentase besarnya denda yang harus mereka bayar jika tidak memenuhi kewajiban tersebut.
2. Menurut pendapat Bapak Datuak Rajo Poboh selaku Wali Nagari Baringin
“Jawaban yang tidak jauh berbeda dari wali nagari Lima Kaum, Bahwa peran dari wali nagari sangat menentukan partisipasi dari masyarakat dalam membayar
PBB, bagaimana wali nagari melakukan penyuluhan serta sosialisasi akan pentingnya pembayaran PBB yang dilakukan oleh masyarakat wajib pajak untuk
pembangunan masyarakat. Sebab pada saat itu kualitas seorang wali nagari sebagai pemimpin nagari sangat berperan. Apabila wali nagari tidak berperan dengan baik,
maka masyarakat mendapat panutan yang kurang bagus dan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar PBB sehingga pencapai target PBB dari
tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan. Kami sebagai wali nagari akan berusaha untuk mensejahterakan masyarakat”.
3. Menurut pendapat Bapak Emot Sinaro Basa selaku Wali Nagari Labuh
“Peran wali nagari sangat menetukan bagi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB, karena salah satu kewajiban dari wali nagari sebagai pemimpin
nagari adalah melakukan pemungutan PBB. Apabila pemimpin berkualitas serta mepunyai kemampuan yang bagus akan menjadi penentu keberhasilan suatu
pembangunan. Sedangkan Pembangunan akan berjalan dengan lancar, salah satu sumber biayanya dengan adanya pembayaran PBB dari masyarakat wajib pajak”.
4. Menurut pendapat Bapak Jasianin selaku Wali Nagari Parambahan
“Pemimpin merupakan tonggak dari keberhasilan suatu usaha pembangunan. Peran dari wali nagari sangatlah penting dalam peningkatan pembayaran PBB
sebagai salah satu usaha peningkatan pembangunan. PBB merupakan kewajiban dari wajib pajak sebagai warga negara Indonesia oleh sebab itu, wali nagari
berusaha menganjurkan dan memberi pengarahan supaya warga negara Indonesia
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan kewajiban mereka sebagai wajib pajak dengan melunasi PBB mereka, selain itu wali nagari juga memberikan contoh serta panutan bagi warga nya sebagai
sesama wajib pajak”.
Dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan ternyata imbauan serta peran
kepemimpinan yang dimiliki oleh Wali Nagari kurang berjalan dengan semestinya. Dikarenakan masih ada sikap pemerintah yang kurang tegas dalam melakukan
pemungutan kepada masyarakat wajib pajak. Sehingga masyarakat menganggap remeh tugas mereka, berakibat kurangnya partisipasi masyarakat dalam membayar
PBB. 5.
Menurut pendapat Bapak Zulfikar Gatot selaku Wali Nagari Cubadak “Wali nagari dalam suatu nagari merupakan pemimpin yang dipilih oleh
warganya, oleh karena itu kami selaku Wali Nagari berusaha melakukan serta menjadi panutan yang baik bagi warga dalam semua hal, salah satu nya dalam
peningkatan pembayaran pajak yaitu PBB. Selain sebagai tanggungjawab dan merupakan tugas dari wali nagari, kita sebagai warga negara Indonesia juga saling
mengingatkan akan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dalam membayar PBB”.
6. Menurut pendapat dari bapak Suhardi selaku Sekretaris camat kecamatan Lima
Kaum “Peran pemimpin dalam peningkatan pembayaran PBB sangatlah penting,
karena dengan adanya arahan serta pembinaan yang dilakukan oleh pemimpin dengan kualitas yang dimiliki oleh pemimpin masyarakat akan tertarik dengan apa
yang disampaikan oleh pemimpin dan tergugah dalam memenuhi kewajiban mereka sebagai wajib pajak dan warga negara yang baik. Karena dengan kualitas serta
kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin juga mempengaruhi keberhasilan suatu usaha, sebab pemimpin menjadi panutan serta pedoman dari warga negara dan
warga masyarakatnya”.
7. Menurut pendapat dari bapak Sukirman niniak mamak Nagari Lima Kaum
“Peran wali nagari sebagai pemimpin sangatlah penting dalam menentukan
partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Karena kami sebagai masyarakat menjadikan wali nagari sebagai panutan dalam nagari. Kualitas dari wali nagari
Universitas Sumatera Utara
sebagai pemimpin kami harapkan lebih menjadikan nagari menjadi berhasil dari sebelumnya dan lebih berusaha meningkatkan pembangunan di nagari. Penjelasan
yang diberikan oleh wali Nagari mengenai PBB juga bermanfaat bagi kami warga nagari. Salah satu tugas dari wali Nagari yaitu peningkatan partsipasi masyarakat
dalam pembayaran PBB. Sehingga target PBB terpenuhi dari tahun ke tahun”.
8. Menurut pendapat bapak Baharudin niniak mamak Nagari Baringin
“Wali nagari merupakan pilihan kami sebagai warga nagari, berarti kami
memilih berdasarkan kualitas serta kemampuan dari wali nagari tersebut. Kami sebagai masyarakat mempercayakan wali nagari tersebut dalam memimpin nagari,
karena wali nagari yang mempunyai kualitas pasti akan berusaha dan berupaya meingkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB, sehingga menjadikan
pembangunan dalam nagari meningkat dari tahun ke tahun, terciptanya masyarakat sejahtera”.
9. Menurut pendapat bapak Amril naniak mamak Nagari Labuh
“Peran wali nagari sangatlah penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Penjelasan akan tugas dan peran wali nagari
akan menimbulkan pandangan yang berbeda bagi kami warga nagari. Arahan dari Wali Nagari mengenai PBB akan menjadi panutan kami. Sehingga kami warga
nagari yang kurang berpartisipasi akan lebih meningkatkan partisipasi kami dalam membayar PBB”.
10. Menurut pendapat bapak Zulkifli niniak mamak Nagari Parambahan
“Wali nagari menjadi panutan dari warga nagari. Peran serta kualitas yang
baik membuat masyarakat menjadi percaya akan kemampuan dari wali nagari memimpin kami warga nagari. Salah satu tugas dari Wali Nagari adalah
peningkatan partsipasi masyarakat dalam membayar PBB. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Wali Nagari dalam menjalankan tugasnya diharapakan masyarakat
yang kurang berpartsipasi menjadi tergugah dan meningkatkan partisipasinya dalam membayar PBB”.
11. Menurut pendapat bapak Indra Junaedi niniak mamak Nagari Cubadak
“Wali Nagari sangat berperan dalam peningkatan partisipasi masyarakat
dalam pembayaran PBB. Karena salah satu tugas utama dari Wali Nagari adalah pemungutan PBB. Wali Nagari harus mempunyai kualitas yang baik dalam
menjalankan perannya sebagai pemimpin sehingga masyarakat percaya akan kemampuannya. Pembangunan akan berjalan dengan lancar”.
Universitas Sumatera Utara
Peran pemimpin sangat menentukan peningkatan partisipasi masyarakat, kualitas yang dimiliki oleh pemimpin berpengaruh terhadap kesadaran dari masyarakat, bagaimana
cara seorang pemimpin mempengaruhi masyarakatnya yakni wajib pajak dengan memberikan arahan serta pembinaan kepada wajib pajak sehingga masyarakat wajib pajak
mempercayai, tertarik dan menjadikan pemimpin sebagai panutan, pedoman bagi mereka terciptalah partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
2. Komunikasi
Komunikasi dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat untuk menumbuhkan pengertian dan penjelasan yang efektif mengenai PBB. Komunikasi yang dimaksud yaitu
sosialiasi mengenai maksud, manfaat serta tujuan mengenai pentingya pembayaran PBB, sehingga masyarakat sadar dan berpartisipasi dalam membayar PBB. Dalam hal ini
komunikasi yang ditanyakan bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah kepada masyarakat, serta adakah perlakuan yang berbeda yang diberikan oleh pihak nagari
dalam peningkatan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
1. Menurut pendapat Bapak Datuak Panghulu Panjang, selaku Wali Nagari Lima
Kaum “Tidak ada lembaga yang diciptakan untuk melakukan penyuluhan atau
sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya PBB, tetapi dilakukan pertemuan dengan ninik mamak, penghulu serta tokoh-tokoh adat secara adat,
berupa sosialisasi serta membicarakan mengenai PBB demi kelangsungan pembangunan nagari, biasanya dilakukan di mesjid, rumah gadang, juga ada surat
pengumuman serta brosur mengenai PBB itu sendiri. Wali nagari ini juga menyayangkan bahwa moral masyarakat pada zaman orde reformasi sampai
sekarang ini sangat jauh berbeda dengan orde lama, masyarakat sekarang rasa malu yang tidak membayar PBB itu sudah tidak ada, sedangkan pada zaman orde lama
sebelum melakukan pertemuan tokoh-tokoh adat, ninik mamak menghimbau kepada
Universitas Sumatera Utara
para kemenakan mereka untuk membayar PBB, karena mereka akan malu apabila pada pertemuan adat yang akan diadakan nanti, kemenakan mereka ataupun sanak
famili mereka tidak memenuhi kewajiban mereka dalam membayar PBB.
Secara aturan hukum tidak membolehkan adanya perlakuan berbeda kepada masyaraka. Tetapi, secara tidak langsung adanya perlakuan yang berbeda
terhadap masyarakat yang rajin membayar PBB tepat waktu daripada masyarakat yang kurang rajin membayar PBB pada tepat waktu, seperti dalam pengurusan surat
menyurat pada kantor wali nagari diberikan kemudahan kepada masyarakat
tersebut. Sedangkan kepada masyarakat yang kurang rajin dipertanyakan pembayaran PBB sebelum melakukan pengurusan. Cara ini dilakukan supaya
pembayaran PBB tersebut mencapai target yang telah ditetapkan. Sebenarnya cara tersebut tidak layak dilakukan tetapi tidak ada cara yang lain sebab masyarakat yang
melakukan akses ke kantor wali nagari juga sedikit. Sementara pemungutan PBB tiap tahun harus mencapai target supaya dapat melakukan pembangunan di nagari. Cara
yang dilakukan mengalami perubahan tetapi tidak sepenuhnya, bagi masyarakat yang ingin mendapatkan kemudahan sebelum jatuh tempo sudah melunasi PBB
mereka, sebaliknya bagi wajib pajak yang memang kesadaran mereka kurang walaupun adanya perlakuan berbeda tetap melakukan hal yang sama dengan
melunasi PBB mereka pas jatuh tempo, ada juga yang sesudah jatuh tempo”.
Dari penelitan di lapangan, sosialisasi yang diberikan belum semuanya optimal. Masih ada masyarakat yang berdomisili di daerah yang terpencil, kurang
mengerti akan maksud dan tujuan dari PBB itu sendiri bagi pembangunan. Masih ada yang beranggapan bahwa PBB itu hanya merugikan pribadi masyarakat dan dijadikan
suatu beban. Seharusnya sosialisasi harus dilakukan merata sampai ke pelosok- pelosok nagari, sehingga masyarakat menjadi paham akan pentingya PBB bagi
kelancaran pembangunan masyarakat itu sendiri.
2. Menurut pendapat Bapak Datuak Rajo Poboh selaku Wali Nagari Baringin
“Wali nagari dan petugas wali nagari melakukan sosialisas terhadap masyarakat dengan cara mengumpulkan masyarakat sebelum SPPT surat
pemberitahuan pajak terutang dibagikan. Sehingga masyarakat tahu jumlah PBB yang dikenakan kepada mereka. Biasanya juga dilakukan pertemuan pada masing-
masing jorong di setiap nagari, yang juga melibatkan tokoh-tokoh masyarakat niniak mamak. Sosialisasi yang dilakukan berupa ajakan serta memberikan kesadaran akan
pentingnya pembayaran PBB. Antara petugas PBB dengan masyarakat wajib pajak
Universitas Sumatera Utara
tidak ada saluran komunikasi khusus, hanya saja petugas pemungutan PBB dari nagari melakukan door to door ke rumah-rumah wajib pajak. Dalam melakukan door
to door petugas melakukan pelayanan yang baik kepada masyarakat wajib pajak, karena sikap dari petugas pemungutan PBB juga mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam membayar PBB. Pelayanan yang dilakukan berupa sikap yang ramah dan saling menghormati serta menghargai sesama masyarakat.
Perlakuan yang berbeda yang diberikan kepada masyarakat wajib pajak yang rajin membayar PBB tepat waktu dibandingkan masyarakat wajib pajak yang
kurang rajin tidak terlalu berbeda cuma dalam hal pengurusan surat-menyurat seperti pengurusan KTP, surat keterangan tidak mampu SKTM tidak dikenakan
biaya lagi. Ini dilakukan bukan membedakan-bedakan tetapi untuk melakukan motivasi bagi masyarakat serta lebih menumbuhkan rasa partispasi masyarakat
dalam membayar PBB. Mudah-mudahan dengan adanya perlakuan seperti ini diharapkan masyarakat menjadi berbondong-bondong membayar PBB tanpa
dilakukan pemungutan door to door, masyarakat langsung membayar PBB ke kantor Wali Nagari. Walaupun ada juga masyarakat yang langsung datang membayar pajak
ke kantor Nagari tetapi keadaan seperti ini sangat jarang ditemukan.Tetapi pada kenyataannya, perlakuan seperti ini juga tidak terlalu membawa perubahan dalam
tingkat partisipasi dalam membayar PBB”.
3. Menurut pendapat Bapak Emot Sinaro Basa selaku Wali Nagari Labuh
“Wali nagari melakukan sosialisasi dengan masyarakat dengan cara mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama, niniak mamak
mengenai cara peningkatan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB dari tahun ke tahun sehingga pembangunan di nagari lebih lancar.
Perlakuan yang berbeda terhadap masyarakat tidak ada tetapi tetap diberikan penyuluhan kepada masyarakat ketika melakukan pengurusan surat-
menyurat bahwa pambayaran PBB tersebut merupakan kewajiban dari masyarakat wajib pajak sehingga masyarakat sadar akan pentingnya PBB tersebut bagi masa
depan masyarakat itu sendiri dan generasi berikutnya”.
4. Menurut pendapat Bapak Jasianin selaku Wali Nagari Parambahan
“Sosialisasi yang diberikan tidak jauh berbeda dengan nagari-nagari lain di Kecamatan Lima Kaum lainnya, yaitu setiap ada kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat nagari seperti pertemuan tokoh-tokoh adat, dilakukan pengumuman serta pengarahan tentang PBB di mesjid-mesjid atau dilapangan, tetapi sosialisasi
yang dilakukan kurang memberikan kesadaran kepada masyarakat nagari, karena sosialisasi yang diadakan oleh pihak nagari cuma perpanjangan tangan dari
pemerintah bagian atas, secara umum saja tidak secara khusus contohnya tidak ada penjelasan dari pihak atas tentang kenaikan PBB setiap tahun, serta dasar dari
kenaikan tersebut sehingga banyak menimbulkan penolakan dari masyarakat. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
pihak nagari berusaha keras agar pemenuhan dan pencapaian target PBB tiap tahun terpenuhi dengan segala cara.
Perlakuan berbeda ada dilakukan dalam rangka memotivasi dari masyarakat dalam pembayaran PBB, bukan maksud mempersulit dari masyarakat,
kalau tidak dilakukan hal seperti itu maka akan menyusahkan pihak nagari dalam pemenuhan target PBB dari tahun ke tahun. Perlakuan tersebut seperti: masyarakat
yang belum membayar PBB dalam pengurusan surat-menyurat akan ditangguhkan, selain itu masyarakat yang mengurus buku nikah atau meminta ijin melakukan
pernikahan apabila belum melunasi PBB nya,belum diijinkan melakukan pernikahan. Sebaliknya bagi masyarakat yang patuh serta rajin memenuhi kewajibannya sebagai
wajib pajak dan warga negara dalam pengurusan surat-surat atau hal-hal yang berkaitan dengan nagari di berikan kemudahan, kadang-kadang tidak dipungut
biaya. Perlakuan yang diberikan cukup memberikan pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar PBB karena selain mendapat kemudahan, masyarakat
wajib pajak merasa tersanjung padahal membayar PBB merupakan kewajiban mereka sebagai Wajib Pajak”.
5. Menurut pendapat Bapak Zulfikar Gatot selaku Wali Nagari Cubadak
“Sosialisasi serta pengarahan terus dilakukan oleh pihak nagari maupun tokoh-tokoh adat dan masyarakat dalam nagari, sosialisasi yang diadakan berupa
selebaran-selebaran mengenai PBB, melalui Radio Pemda himbauan-himbauan juga dilakukan di setiap kegiatan yang dibuat oleh masyarakat, selain itu adanya
pengarahan yang dilakukan secara langsung oleh tim PBB dari kabupaten, dalam rangka peningkatan pembayaran PBB. Perlakuan yang berbeda terhadap
masyarakat yang membayar PBB yang tepat waktu, patuh dan rajin dengan masyarakat yang kurang patuh memenuhi kewajibannya memang ada dilakukan,
tetapi perlakuan yang dilakukan hanya sanksi moral, supaya masyarakat sadar dan patuh bahwa dengan membayar PBB tepat waktu memberikan kemudahan juga bagi
mereka dalam berurusan dengan pihak nagari seperti dalam pengurusan surat nikah, KTP maupun surat-surat serta hal-hal yang berkaitan dengan nagari lainnya.
Walaupun sudah ada diberikan perlakuan berbeda tetapi tidak mengalami perubahan dalam hal partisipasi masyarakat membayar PBB”.
6. Menurut pendapat Bapak Suhardi selaku Sekretaris camat kecamatan Lima
Kaum “Sosialisasi terus dilakukan oleh pihak kecamatan serta pihak nagari, demi
menumbuhkan kesadaran dari masyarakat. Sosialisasi dilakukan berupa himbauan- himbauan dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh masyarakat kecamatan, melalui
radio Pemda, serta setiap adanya pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh pihak kecamatan dengan tokoh-tokoh adat, pihak nagari yang melibatkan masyarakat
kecamatan, juga dilakukan penyuluhan dan pengarahan akan pentingnya membayar
Universitas Sumatera Utara
PBB demi terciptanya pembangunan yang lancar bagi kecamatan serta pemenuhan kewajiban kita sebagai warga negara yang baik melunasi dengan PBB.
Perlakuan berbeda sebenarnya tidak boleh dilakukan berdasarkan hukum tetapi, tidak ada cara lain yang dilakukan untuk membuat masyarakat memenuhi
kewajiban mereka sebagai wajib pajak. Perlakuan disini hanya diberikan sanksi administartif, bagi masyarakat yang memenuhi kewajiban mereka sebagai wajib
pajak dalam hal administasi pengurusan surat-surat di kecamatan atau urusan lainnya, dilakukan pengurangan biaya bahkan ada juga pembebasan biaya
administrasi. Sebaliknya bagi masyarakat yang tidak memenuhi kewajiban mereka sebagai wajib pajak dikenakan sanksi administrasi dalam pengurusan surat-surat
atau urusan lain yang berkaitan dengan kecamatan. Semua hal yang dilakukan di atas diharapkan meningkatkan kesadaran serta partsipasi masyarakat dalam
membayar PBB. Pada kenyataan perlakuan yang diberikan tidak terlalu mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB, tetap kesadaran
masyarakat yang paling penting dalam peningkatan partisipasi masyarakat tersebut”.
7. Menurut pendapat dari bapak Sukirman niniak mamak Nagari Lima Kaum
“Sosialisasi ada dilakukan oleh pihak Nagari juga pihak Kecamatan berupa
himbauan melalui radio pemda, selebaran-selebaran, pertemuan-pertemuan di mesjid-mesjid. Tetapi masyarakat ada yang datang, ada juga yang tidak datang.
Alasan mereka ada yang kerja, dan ada juga yang merasa sosialisasi seperti itu membuang-buang waktu mereka.
Perlakuan berbeda yang diberikan oleh pihak nagari tidak memberikan perubahan yang begitu besar terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar
PBB. Bahkan masyarakat merasa perlakuan seperti itu tidak perlu dilakukan”.
8. Menurut pendapat bapak Baharudin niniak mamak Nagari Baringin
“Sosialisasi dilakukan oleh pihak nagari melalui pertemuan-pertemuan adat,
saya selaku ninik mamak yang mewakili masyarakat juga memberikan pengertian kepada warga lainnya akan pentingnya pembayaran PBB terhadap pembangunan
nagari berikutnya. Karena dengan pembayaran PBB pembangunan nagari akan berjalan dengan lancar. Tetapi masyarakat nagari ada yang tidak datang dalam
sosialisasi tersebut, dengan berbagai alasan. Bagi masyarakat yang peduli akan pembangunan nagari, mereka akan datang. Ada juga masyarakat yang mempunyai
prinsip sosialisasi tidak usah dihadiri pembayarannya saja dilunasi. Bagi masyarakat yang berprinsip seperti itu akan menguntungkan pihak nagari dalam
pemungutan PBB.
Perlakuan berbeda yang diberikan pihak nagari kepada masyarakat yang rajin membayar PBB dibandingkan kurang membayar PBB tidak mempengaruhi
perubahan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Walaupun masih ada
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang memenuhi kewajibannya sebagai warga negara dengan membayar PBB tepat waktu. Tetapi ada juga masyarakat yang mengharapkan perlakuan
berbeda tersebut sehingga biaya administrasi tidak perlu dibayar lagi”.
9. Menurut pendapat bapak Amril naniak mamak Nagari Labuh
“Wali Nagari melakukan sosialisasi dengan melakukan himbauan-himbauan kepada masyarakat, pertemuan di mesjid-mesjid, serta dengan memberikan
penyuluhan-penyuluhan melalui radio pemda, juga diadakan di setiap kegiatan masyarakat. Namun masyarakat yang peduli akan kemajuan nagari akan menghadiri
dan mencari tahu informasi mengenai PBB sehingga masyarakat yang tidak mengerti akan tujuan dan manfaat PBB dengan menghadiri sosialisasi tersebut menjadi
paham. Diharapkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB menjadi meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi ada juga masyarakat yang telah dihimbau pun
ke rumah mereka juga tidak menghadiri sosialisasi tersebut. Bahkan ada juga masyarakat yang tidak tahu menahu mengenai sosialisasi ini.
Perlakuan berbeda, yang diberikan secara keseluruhan tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Tetapi perlakuan seperti itu tetap juga
diharapkan meingkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Masyarakat merasa dihargai dengan adanya perlakuan tersebut. Walaupun pada kenyataannya
sekarang walaupun diadakan perlakuan tersebut dengan ditiadakan biaya administrasi kesadaran dalam membayar PBB tetap saja kurang”.
10. Menurut pendapat bapak Zulkifli niniak mamak Nagari Parambahan
“Nagari dan Kecamatan melakukan sosialisasi seperti, memberikan informasi
mengenai PBB melalui selebaran, melalui radio pemda, adanya pertemuan tokoh- tokoh masyarakat yang melibatkan masyarakat, pemberian informasi di mesjid-
mesjid, musola-musola dimana masyarakat berkumpul. Masyarakat secara umum menghadiri sosialisasi tersebut. Walaupun sebagian kecil tidak menghadiri, selesai
melakukan sholat di mesjid mereka langsung pulang.
Perlakuan berbeda tidak perlu dilakukan karena secara keseluruhan tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Kesadaran
masyarakatlah yang paling menentukan partisipasi masyarakat tersebut”.
11. Menurut pendapat bapak Indra Junaedi niniak mamak Nagari Cubadak
“Pihak nagari dan Kecamatan melakukan sosiaisasi melalui himbauan-
himbauan disetiap pertemuan yang melibatkan warga nagari. Sehingga masyarakat mengerti akan maksud dan tujuan dari PBB itu sendiri. Selain itu pihak Nagari dan
Kecamatan juga memberikan informasi melalui selebaran, melalui radio pemda. Masyarakat ada yang menghadiri, ada juga yang tidak menghadiri di setiap
sosialisasi tersebut. Tetapi ada juga masyarakat yang hanya mendengarkan melalui
Universitas Sumatera Utara
radio atau membaca selebaran. Sehingga mereka mengerti maksud dan tujuan PBB. Berdampak baik terhadapa partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
Perlakuan berbeda terhadap wajib pajak yang rajin serta kurang rajin dalam melunasi PBB. Perlu juga dilakukan diharapkan bisa mempengaruhi tingkat
partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Sehingga wajib pajak merasa dihargai dari pihak nagari maupun masyarakat”.
Maka dapat disimpulkan Sosialisasi dengan pemberian informasi-informasi mengenai PBB dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh masyarakat kecamatan,
pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh pihak kecamatan dengan tokoh-tokoh adat, pihak nagari yang melibatkan masyarakat kecamatan, melalui radio Pemda juga dilakukan
penyuluhan dan pengarahan akan pentingnya membayar PBB demi terciptanya pembangunan yang lancar bagi kecamatan, serta pemenuhan kewajiban kita sebagai warga
negara yang baik melunasi dengan pembayaran PBB. Sosialisasi yang diadakan oleh pihak Nagari dan Kecamatan ada yang dihadiri oleh masyarakat, ada juga yang tidak dihadiri
masyarakat dengan alasan, kerja, buang-buang waktu mereka. Perlakuan berbeda yang diberikan kepada wajib pajak bukan untuk merugikan
masyarakat tetapi untuk memotivasi masyarakat wajib pajak. Bahwa dengan melunasi SPPT mereka, maka nagari dan kecamatan menghargai mereka dengan memberikan
keringanan serta kemudahan dalam hal administrasi maupun dalam mengurus surat-surat atau hal-hal yang berhubungan dengan nagari atau kecamatan. Perlakuan berbeda tersebut
tidak membawa perubahan dalam partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan akan memberikan kesadaran seseorang dalam berwarga negara, dan memudahkan pengembangan dan sikap-sikap kualitas hidup sebagai warga negara yang
Universitas Sumatera Utara
baik. Begitu juga dalam hal peningkatan kesadaran wajib pajak dalam berpartisipasi dalam membayar PBB, pendidikan juga berperan. Sejauh mana tingkat pendidikan mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. 1.
Menurut pendapat Bapak Datuak Panghulu Panjang, selaku Wali Nagari Lima Kaum
“Pendidikan berpegaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Pendidikan memang menambah pengetahuan masyarakat mengenai PBB
tetapi tidak menjamin peningkatan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Wajib pajak yang mempunyai pendidikan ada juga yang tidak membayar pajak, ini
disebabkan bukan mereka tidak mampu atau tidak mengerti tetapi, sebagian besar dari mereka menganggap PBB bukan hal penting. Hal ini yang sangat disayangkan,
seharusnya wajib pajak yang mempunyai pendidikan yang memberi contoh serta panutan bagi masyarakat yang kurang atau tidak mempunyai pendidikan. Malah
pada kenyataannya sering ditemukan di lapangan masyarakat wajib pajak yang kurang atau tidak memiliki pendidikan yang lebih rajin memenuhi kewajibannya
sebagai wajib pajak membayar PBB.
2. Menurut pendapat Bapak Datuak Rajo Poboh selaku Wali Nagari Baringin
”Pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat wajib pajak sebagian memberikan pengetahuan yang lebih bagi wajib pajak sehingga mereka sadar akan
pentingnya membayar PBB. Sebagian pendidikan yang dimiliki oleh wajib pajak malah membuat mereka menjadi malas membayar pajak, disebabkan pemikiran
mereka yang menganggap membayar PBB itu merugikan mereka bukan menguntungkan mereka. Pemikiran ini terjadi bukan karena kurang sosialisasi yang
dilakukan oleh wali nagari maupun pemerintah tapi memang kesadaran dari masyarakat wajib pajak itu sendiri memang kurang. Sedangkan bagi masyarakat
yang kurang atau tidak berpendidikan mereka tidak membayar PBB bukan karena malas atau berpikiran bahwa pajak itu merugikan tetapi, dikarenakan mereka
memang kurang dalam hal penghasilan dan pendapatan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka tidak mampu”.
3. Menurut pendapat Bapak Emot Sinaro Basa selaku Wali Nagari Labuh
“Berpendidikan atau tidak seorang wajib pajak tidak mempengaruhi secara garis besar partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Kesadaran serta
partisipasi dari masyarakat tergantung pada pribadi masyarakat itu sendiri, moral masyarakat bukan kepada tingkat pendidikan seseorang. Untuk apa tingkat
Universitas Sumatera Utara
pendidikan seseorang tinggi tetapi, jiwa berbangsa bernegara mereka masih kurang dalam melaksanakan serta mensukseskan pembangunan. Padahal membayar PBB
sebagian dari proses pembangunan Indonesia. Karena salah satu pendapatan terbesar negara adalah dari pajak. Selain itu, pembayaran gaji pegawai negeri salah
satu sumbernya dari penerimaan pajak. Seharusnya masyarakat yang berpendidikan sadar akan hal ini. Sebaliknya masyarakat yang kurang atau tidak mempunyai
pendidikan yang lebih sadar akan kewajiban mereka sebagai warga negara walaupun dalam pembayaran PBB tidak selalu tepat waktu tetapi tetap mereka
penuhi”.
4. Menurut pendapat Bapak Jasianin selaku Wali Nagari Parambahan
“Pendapat yang agak berbeda dengan Wali Nagari Labuh di atas, pendidikan atau tidak berpendidikan mempengaruhi peningkatan partisipasi
masyarakat dalam membayar PBB. Mungkin banyak pemikiran dari masyarakat bahwa masyarakat yang berpendidikan yang rajin membayar PBB, namun pada
kenyataan yang dijumpai di lapangan masyarakat yang berpendidikan yang sebagian tidak memenuhi kewajiban mereka sebagai wajib pajak karena bagi mereka ada yang
menganggap pembayaran PBB itu tidak penting, dan dijadikan beban bagi mereka. Sebaliknya bagi masyarakat yang kurang atau tidak mempunyai pendidikan
pembayaran PBB merupakan kesadaran mereka akan kewajiban mereka sebagai wajib pajak”.
5. Menurut pendapat dari bapak Zulfikar Gatot selaku wali nagari Cubadak
“Tingkat pendidikan relatif mempengaruhi partisipasi seseorang dalam membayar PBB, bahkan masyarakat awam yang tidak tahu lebih tinggi partisipasi
mereka dalam membayar PBB, dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai penididikan seperti: PNS, sarjana, dan lain-lain. Disini diharapkan tanggung jawab
dari masyarakat sebagai wajib pajak”.
6. Menurut pendapat Bapak Suhardi Sekretaris camat kecamatan Lima Kaum
“Tingkat pendidikan seseorang tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB, kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak yang harus di
tingkatkan, sehingga pembangunan masyarakat lancar untuk generasi berikutnya”.
7. Menurut pendapat dari bapak Sukirman niniak mamak Nagari Lima Kaum
“Tingkat pendidikan seorang wajib pajak mempengaruhi pengetahuan
seseorang mengenai PBB dan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Karena dengan adaya pengetahuan yang lebih diharapkan masyarakat lebih
mengerti akan maksud dan tujuan dari PBB itu sendiri dan lebih berpartisipasi
Universitas Sumatera Utara
dalam membayar PBB. Namun bagi masyarakat yang kurang atau tidak mempunyai pendidikan bukan berarti tidak mengerti maksud dan tujuan dari PBB. Tetapi dalam
sudut pandang pemikiran tetap berbeda dari pemahaman mengenai PBB itu sendiri Penduduk nagari Lima Kaum bisa dikatakan lebih banyak yang berpendidikan
dibandingkan dengan yang berpendidikan. Namun masih ada dijumpai masyarakat wajib pajak yang mempunyai pendidikan justru tidak bisa menjadi panutan bagi
masyarakat yang kurang mempunyai pendidikan”.
8. Menurut pendapat bapak Baharudin niniak mamak Nagari Baringin
“Pendidikan atau tidak berpendidikan seorang wajib pajak tidak
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Tetapi pada kenyataan masyarakat yang berpendidikan memang lebih memahami tujuan dan maksud dari
PBB itu sendiri dibandingkan yang kurang atau tidak berpendidikan. Tetapi berpendidikan seorang wajib pajak tidak menjamin wajib pajak tersebut dalam
melunasi PBB mereka. Masih ada masyarakat yang berpendidikan yang tidak melunasi kewajiban mereka sebagai wajib pajak. Mayaoritas tingkat pendidikan
masyarakat baringin adalah SLTA, walaupun tingkat pendidikan mereka terbilang sedang, namun dalam hal kesadaran dalam pembayaran pajak dinilai cukup baik”.
9. Menurut pendapat bapak Amril naniak mamak Nagari Labuh
“Tingkat pendidikan seorang wajib pajak tidak mempengaruhi seorang wajib pajak dalam membayar PBB. Kesadaran seorang wajib pajak yang perlu
ditingkatkan supaya berpartisipasi dalam membayar PBB sehingga pembangunan di nagari berjalan dengan lancar. Mayoritas penduduk nagari Labuh adalah SLTA,
sehingga banyak yang mempunyai mata pencaharian Petani, namun dalam memenuhi kewajiban mereka sebagai wajib pajak bisa di bilang cukup baik”.
10. Menurut pendapat bapak Zulkifli niniak mamak Nagari Parambahan
“Tingkat pendidikan yang rendah tentu akan mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam membayar PBB, karena masyarakat yang kurang atau tidak mempunyai pendidikan tentu tidak akan mengetahui kegunaan PBB dalam
pembangunan. Antara masyarakat yang berpendidikan, kurang atau tidak berpendidikan menimbulkan pemikiran yang berbeda terhadap pembayaran PBB ini,
sehingga menimbulkan partisipasi yang berbeda pula dari masyarakat wajib pajak tersebut”.
11. Menurut pendapat bapak Indra Junaedi niniak mamak Nagari Cubadak
“Berpendidikan atau tidak berpendidikan masyarakat cenderung tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Tingkat kesadaran
dari mayarakat wajib pajak yang menjadi standar pengukuran partisipasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang perlu ditingkatkan supaya masyarakat wajib pajak lebih bertanggungjawab sebagai warga negara dalam memenuhi kewajbannya”.
Tingkat Pendidikan tidak mempengaruhi Partisipasi Masyarakat seseorang dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, yang dibutuhkan hanya kesadaran dari masyarakat
wajib pajak itu sendiri dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.
4. Sikap Petugas Kolektor PBB
Sikap yang diberikan oleh petugas kolektor dalam upaya peningkatan kesadaran. Dalam hal ini sikap dari petugas kolektor yang memberikan pelayanan baik tehadap
masyarakat dan hambatan yang diterima oleh petugas kolektor dalam melakukan pemungutan pajak.
1. Menurut pendapat Bapak Datuak Panghulu Panjang, selaku Wali Nagari Lima
Kaum “Sikap serta perlakuan yang diberikan oleh petugas kolektor PBB
mempengaruhi partisipasi msayarakat dalam membayar PBB, karena setiap kunjungan yang dilakukan oleh petugas door to door harus melakukan pelayanan
yang baik, dan setiap petugas meyakinkan masyarakat dalam tugas mereka sebagai petugas pemungut pajak, selain itu petugas juga berusaha agar masyarakat
memenuhi kewajiban mereka sebagai wajib pajak.
Hambatan yang diterima oleh petugas pajak yaitu adanya masyarakat walaupun sudah diberikan kejelasan mengenai PBB, tetapi masih ada yang tidak
mengerti akan kewajiban mereka sebagai wajib pajak, adanya perlakuan yang tidak pantas dari masyarakat kepada petugas pajak, bahkan ada rumah-rumah yang
sengaja ditutup apabila mereka mengetahui dari jauh kedatangan petugas kolektor PBB, selain itu banyaknya pengalihan tanah baik pengalihan hak maupun
pengalihan pemanfaatannya seperti melalui jual beli, pagang gadai, hibah dan sebagainya tidak dilaporkan kepada pejabat yang berwenang sehingga sering terjadi
kesalahan nama pada SPPT, wajib pajak dalam mengajukan keberatan atas SPPT yang diterimanya sering tidak memenuhi persayaratan yang telah ditentukan
sehingga perbaikan yang diharapkan tidak dapat diterbitkan oleh Kantor Pelayanan PBB. Hambatan seperti ini biasanya diatasi dengan memberikan pengertian pada
wajib pajak agar permasalahan yang tidak terlalu prinsip tidak dijadikan alasan untuk tidak membayar PBB nya, setiap melakukan sosialisasi terus-menerus
Universitas Sumatera Utara
diingatkan bahwa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan demi kelancaran pembangunan”.
2. Menurut pendapat Bapak Datuak Rajo Poboh selaku Wali Nagari Baringin
“Pendapat yang tidak jauh berbeda, bahwa perlakuan serta pelayanan yang baik juga menentukan masyarakat berpartisipasi atau tidak dalam membayar PBB.
sebab apabila sikap petugas kurang baik kepada masyarakat, maka dalam melakukan pemungutan pajak masyarakat akan bersikap membangkang terhadap
petugas kolektor berakibat masyarakat tidak jadi memenuhi kewajiban mereka sebagai wajib pajak. Hambatan yang diterima oleh petugas pajak antara lain: wajib
pajak sering tidak ada di rumah jadi menyusahkan petugas dalam melakukan pemungutan PBB, Objek pajak pindah tetapi tidak dilaporkan pemilik baru dari
objek tersebut kepada nagari, balik nama tanah tidak dilaporkan, adanya masyarakat yang sebelum jatuh tempo balum mau membayar PBB,adanya pagang gadai.
Diharapkan kepada masyarakat wajib pajak dan sangat dituntut akan kesadaran dan partisipasi dari masyarakar dalam membayar PBB.Cara mengatasi kendala
tersebut dengan memberikan pengertian, penjelasan pada wajib pajak supaya melaporkan setiap adanya bailk nama atau pagang gadai kepada pihak Nagari”.
3. Menurut pendapat Bapak Emot Sinaro Basa selaku Wali Nagari Labuh
“Peran dari petugas juga menentukan partisipasi masyarakat wajib pajak
dalam membayar PBB, kebanyakan masyarakat hanya menuntut hak mereka tetapi kewajiban mereka dalam membayar PBB tidak mereka penuhi. Maka diharapkan
selain dilakukan sosialisasi dalam pemungutan door to door ini juga menggugah partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Sehingga tidak perlu lagi door to door
yang dilakukan oleh petugas kolektor, masyarakat langsung yang datang membayar SPPT mereka ke kantor wali nagari. Hambatan yang dialami oleh petugas yaitu
adanya masyarakat yang tidak mau membayar PBB dengan berbagai alasan yang mereka buat seperti, tidak ada uang, padi belum panen, tidak adanya wajib pajak
yang dirumah, keluarga yang bersangkutan tidak ada dirumah, dan adanya wajib pajak yang pulang kampung. Cara mengatasi yaitu dengan memberikan pengertian
yang lebih supaya masyarakat lebih mengerti akan pentingnya PBB demi masa depan wajib pajak itu sendiri disamping sosialisasi yang diberikan kepada wajib
pajak”.
4. Menurut pendapat Bapak Jasianin selaku Wali Nagari Parambahan
“Pelayanan yang baik dari petugas pajak atau kolektor pajak juga
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB, bagaimana petugas kolektor menjelaskan maksud dan tujuan mereka serta kedatangan mereka pada
wajib pajak. Sehingga masyarakat menerima kedatangan mereka dan sadar akan kewajiban mereka. Hambatan yang dialami oleh petugas yaitu pengukuran tanah
Universitas Sumatera Utara
tidak cocok dan tidak sesuai dengan yang tersedia dengan SPPT sehingga masyarakat komplain, masyarakat yang tidak terima kedatangan petugas sehingga
perlakuan masyarakat wajib pajak tidak semestinya kepada petugas, ada yang menghardik petugas kolektor. Cara mengatasi kendala di atas yaitu dengan
melakukan pendataan ulang terhadap objek pajak bumi dan bangunan sehingga didapatkan data yang benar dan akurat dan melakukan penyuluhan-penyulahan
kepada wajib pajak supaya lebih mengerti mengenai PBB itu sendiri”.
5. Menurut pendapat Bapak Zulfikar Gatot selaku Wali Nagari Cubadak
“Pelayanan yang baik yang diberikan oleh petugas kolektor PBB kepada wajib pajak bertujuan untuk menigkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
Selain itu petugas kolektor harus gigih, karena kalau tidak gigih maka PBB akan susah untuk dilunasi dan masyarakat tidak mau bayar. Hambatan yang diterima
yaitu masalah pendaftaran tanah yang tidak sesuai dengan SPPT dengan kenyataan yang ada, tidak ada pelaporan dari masyarakat kepada kantor wali nagari sehingga
terjadinya kesalahan-kesalahan nama dari wajib pajak, rumah-rumah yang dikunjungi pemiliknya tidak ada, berbagai alas an yang diberikan oleh wajib pajak
supaya tidak membayar PBB. Upaya yang dilakukan yaitu dengan meminta polisi maupun tentara mendampingi petugas kolektor PBB dalam melakukan pemungutan
door to door sehingga masyrakat wajib pajak menjadi takut dan memenuhi kebutuhan mereka selain itu untuk mengatasi kendala di atas Wali Nagari
memerikan penjelasan-penjelasan pada Wajib Pajak, dan juga memberikan laporan kepada Kantor Pelayanan PBB”.
6. Menurut pendapat Bapak Suhardi selaku Sekretaris Camat Kecamatan Lima
Kaum “Keberhasilan masyarakat serta yang menjadi panutan dari masyarakat
berdasarkan pelayanan yang baik dari petugas kolektor PBB, karena dengan kejelasan tugas mereka masyarakat wajib pajak mengerti akan pentingnya dalam
membayar PBB, karena petugas kolektor PBB memang di utus untuk memungut PBB di setiap-setiap nagari yang ada di Kecamatan Lima Kaum.
Hambatan yang dihadapi persoalan tanah, kadang-kadang tanah pindah tangan tidak dilaporkan ternyata SPPT sudah 3 kali pindah tangan, tidak sesuai
fakta di lapangan dengan luas tanah yang ada di SPPT sehingga menyulitkan petugas kolektor, pemilik tanah kadang-kadang tidak berada di rumah atau
dikampung. Cara mengatasinya dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan serta di setiap sosialisasi yang diadakan juga dilakukan pemberitahuan kepada masyarakat
wajib pajak supaya apabila ada pemindah tangan dari objek bangunan harap dilaporkan kepada petugas kolektor, Nagari atau Kecamatan”.
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian di lapangan masih ada dijumpai petugas kolektor pajak yang tidak menjalankan perannya dengan semestinya. Masih ada dari petugas tersebut
yang menjanjikan pemungutan PBB kepada masyarakat pada tanggal yang telah disepakati bersama tetapi petugas tersebut tidak datang. Sehingga mayarakat yang
tadi berniat membayar PBB mengurungkan niatnya dan lebih memilih memnafaatkan uang tersebut untuk kebutuhan lainnya.
7. Menurut pendapat dari bapak Sukirman niniak mamak Nagari Lima Kaum
”Petugas kolektor secara tidak langsung mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam membayar PBB. Tetapi pada kenyataannya ada juga petugas kolektor tersebut tidak datang ke daerah di nagari dan tidak memberikan pemahaman kepada
masyarakat wajib pajak. Sehingga masyarakat wajib pajak yang tidak datang dalam sosialisasi tidak mengerti dan tidak paham mengenai PBB dan tambah tidak
mengerti tanpa adanya pemahaman dari petugas kolektor tersebut.
Hambatan dalam pembayaran PBB yaitu, tidak sesuainya petugas kolektor dari daerah sebenarnya yang datang ke rumah dalam melakukan pemungutan, sehingga
membingungkan masyarakat dalam melakukan pembayaran PBB, selain itu tidak sesuainya pengukuran tanah yang dilakukan oleh petugas kolektor dengan yang ada
dalam SPPT, kadang-kadang ada juga masyarakat yang tidak ada dirumah ketika petugas kolektor melakukan pemungutan”.
8. Menurut pendapat bapak Baharudin niniak mamak Nagari Baringin
“Petugas kolektor memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat
dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas kolektor mempengaruhi masyarakat dalam membayar PBB. Kejelasan dari tugas kolektor pajak memberikan
pemahaman bagi masyarakat mengenai PBB.
Hambatan dalam pembayaran PBB yaitu, tidak sesuainya nama wajib pajak yang asli dengan SPPT, kurangnya pemberian informasi yang jelas mengenai
kenaikan PBB dari tahun ke tahun”.
9. Menurut pendapat bapak Amril naniak mamak Nagari Labuh
“Sikap kolektor mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Pelayanan yang baik dari petugas kolektor serta pemahaman yang baik diharapkan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Pengarahan serta penyuluhan yang diberikan oleh petugas kolektor akan menambah informasi kepada
masyarakat wajib pajak mengenai PBB.
Universitas Sumatera Utara
Hambatan dalam pembayaran PBB yaitu, ketika petugas melakukan pengukuran adanya sebagian kecil dari masyarakat yang tidak menerima kedatangan
dari petugas kolektor tersebut, adanya kesalahan dalam pengukuran tanah yang dilakukan oleh petugas kolektor”.
. 10.
Menurut pendapat bapak Zulkifli niniak mamak Nagari Parambahan “Sikap serta pelayanan yang baik dari kolektor juga berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat. Penyampaian maksud dan tujuan dari tugas mereka, pemahaman yang diberikan oleh petugas kolektor kepada masyarakat wajib pajak,
akan mengubah cara pandang dan cara pikir dari masyarakat mengenai pembayaran PBB. Hambatan dalam pembayaran PBB yaitu, tidak sesuainya nama yang asli pada
SPPT, kesalahan pengukuran dari petugas kolektor, adanya masyarakat yang melakukan pindah tangan tetapi tidak melapor ke kantor pajak”.
11. Menurut pendapat bapak Indra Junaedi niniak mamak Nagari Cubadak
“Pemahaman mengenai PBB kadang-kadang tidak diberikan oleh petugas
kolektor, ada juga dijumpai petugas kolektor hanya sekedar melakukan pemungutan tanpa memberikan pemahaman terlebih dahulu serta upaya dalam peningkatan
partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Sedangkan peran dan tugas dari petugas kolektor juga mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
Hambatan dalam pembayaran PBB yaitu, adanya kesalahan dalam pengukuran objek PBB, adanya kesalahan nama, ada juga masyarakat yang melakukan penjualan
tanah, balik nama tetapi tidak melapor ke kantor pajak”.
Pelayanan yang baik serta kejelasan tugas dari petugas kolektor pajak akan memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat wajib pajak sehingga wajib
pajak mengerti akan pentingnya PBB. Serta mengubah cara pandang wajib pajak mengenai PBB. Hambatan yang dialami oleh petugas kolektor yaitu, adanya perlakuan yang tidak
baik dari masyarakat wajib pajak, banyaknya perbedaan luas objek PBB yang terdaftar di SPPT dengan di lapangan, tedapat kesalahan nama dari wajib pajak, terjadinya
perpindahan penguasaan atau pemilikan objek pajak disebabkan peristiwa pagang gadai. Sedangkan hambatan yang dialami oleh masyarakat yaitu tidak sesuainya petugas kolektor
yang datang dengan daerah sebenarnya sehingga membingungkan masyarakat, tidak
Universitas Sumatera Utara
sesuainya luas tanah yang ada dalam SPPT dengan yang asli, adanya kesalahan nama dari wajib pajak yang dilakukan oleh petugas kolektor, adanya kesalahan pengukuran tanah dan
masih adanya petugas kolektektor yang tidak memenuhi janji yang telah disepakati dalam melakukan pemungutan.
5. Kesadaran dan antusiasme
Kesadaran yang didasarkan kepada hati nurani manusia sebagai masyarakat wajib pajak serta antusiasme yang menimbulkan spontanitas, kesediaan melakukan sesuatu yang
tumbuh dari dalam tubuh sendiri tanpa dipakasa orang lain. Dalam hal ini, bagaimana tingkat kesadaran masyarakat wajib pajak pada Kecamatan Lima Kaum, keberatan yang
dialami oleh masyarakat wajib pajak terhadap beban pajak yang telah ditentukan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi, rendah kesadaran masyarakat tersebut.
1. Menurut pendapat Bapak Datuak Panghulu Panjang, selaku Wali Nagari Lima
Kaum “Kesadaran masyarakat nagari Lima Kaum dalam membayar PBB bisa di
lihat tidak begitu tinggi, karena masih adanya masyarakat yang merasa keberatan atas beban pajak yang telah diberikan kepada mereka, contohnya saja pada masih
ada masyarakat yang berpenghasilan tetap tiap bulan yang enggan melunasi pembayaran PBB mereka karena merasa terbebani dan sangat mahal, padahal PBB
tersebut cuma sekali dalam setahun, bila dibandingkan dengan pembelian rokok mereka dalam satu hari yang dilakukan dalam satu tahun dapat kita lihat dalam
kenyataannya lebih besar uang yang mereka bayarkan untuk pembelian rokok mereka dibandingkan dengan pembayaran PBB mereka dalam satu tahun, selain itu
adanya alasan dari wajib pajak yang SPPT yang diterima sangatlah mahal, padahal tanah mereka sedikit. Disini dapat kita lihat bagaimana masalah kesadaran serta
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pembangunan sangatlah kurang padahal pembayaran PBB yang mereka berikan secara tidak langsung memberikan
keuntungan kepada mereka. Semua keberatan ini mungkin dipengaruhi oleh sosialisasi yang diberikan selama ini tidak mereka pahami, faktor ekonomi dari
masyarkat yang menyebabkan masyarakat tersebut kurang sadar akan pentingnya berpartisipasi dalam membayar PBB”.
Universitas Sumatera Utara
2. Menurut pendapat Bapak Datuak Rajo Poboh selaku Wali Nagari Baringin
“Bicara masalah kesadaran serta partisipasi masyarakat agak susah diungkapkan karena kesadaran timbul dari pribadi masyarakat sebagai manusia dan
wajib pajak, kalau seorang wajib pajak yang sadar akan kewajiban mereka sebagai wajib pajak, seharusnya seorang wajib pajak yang sadar akan mengantarkan dan
membayar secara langsung SPPT mereka kepada kantor nagari, tidak perlu lagi diadakan pemungutan door to door oleh petugas kolektor pajak. Selain itu, apabila
mereka sadar, seharusnya tidak ada keberatan-keberatan dari masyarakat, tetapi pada kenyataannya masih ada masyarakat yang tidak terima beban yang telah
mereka terima, contohnya salah satu wajib pajak yang jumlah pajaknya hanya Rp. 15.000 dalam tiap tahunnya merasa keberatan, dia bilang itu sangatlah mahal,
padahal rumah yang dia tempati kecil, ini terjadi karena wajib pajak tidak memahami dan kurang mengerti akan PBB itu sendiri dan keadaan kondisi
lingkungan tempat tinggal wajib pajak, hal ini terjadi karena rumah yang dia tempati berada di tengah-tengah kota yang nilai juanya tinggi yang menyebabkan PBB yang
dikeluarkan juga tinggi, ada juga masyarakat yang sadar akan kewajiban mereka sebagai wajib pajak, sebelum jatuh tempo sudah membayar PBB langsung ke kantor
nagari, tapi hal-hal seperti ini sangat jarang ditemui. Masyarakat lebih berbondong- bondong membayar retribusi dibanding dengan membayar pajak, padahal
pembangunan yang selama ini terjadi sebagian besar berasal dari pembayaran pajak dari wajib pajak, pembangunan yang mereka nikmati seperti jalan-jalan yang
dilengkapi dengan lampu jalan, berasal dari pajak salah satunya PBB, karena apabila PBB suatu nagari tidak mencapai 90 maka alokasi dana untuk
pembanguan tidak dikeluarkan. Hal yang terjadi ini sangat disayangkan, betapa kurang tingginya kesadaran masyarakat dan wajib pajak yang berbangsa dan
bernegara sebagai warga negara yang baik karena dengan membayar PBB masyarakat dan wajib pajak akan mendapat nilai manfaat yang tinggi dalam hal
pembangunan”.
3. Menurut pendapat Bapak Emot Sinaro Basa selaku Wali Nagari Labuh
“Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB bisa di bilang tinggi, bisa
dibilang juga rendah, tinggi dikarenakan target PBB tiap tahun Alhamdulillah terpenuhi, bahkan saya sebagai nagari mendapatkan reward dari pemerintah
sebagai tanda terima kasih karena telah membantu dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB, semua hal ini diupayakan karena pelunasan
pembayaran PBB pemancing dana yang besar dari pemerintah demi kelangsungan pembangunan nagari. Dikatakan rendah masih adanya masyarakat yang keberatan
dalam membayar SPPT yang telah diberikan biasanya berupa jumlahnya yang tidak sesuai dengan besarnya tanah yang mereka miliki. Yang mempengaruhi tinggi,
rendah pembayaran PBB yaitu faktor ekonomi karena nagari labuh merupakan nagari tadah hujan sehingga menyebabkan penghasilan masyarakat menjadi kurang,
karena pada umumnya mata pencarian warga nagari adalah petani, selain itu
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan pemahaman masyarakat mengenai PBB kurang walaupun sudah diberikan sosialisasi, yang paling penting nilai moral masyarakat sangatlah kurang
pada zaman sekarang”.
4. Menurut pendapat Bapak Jasianin selaku Wali Nagari Parambahan
“Kesadaran masyarakat nagari paramabahan dalam memenuhi kewajiban
mereka dalam membayar PBB bisa dibilang rendah karena masih ada yang menanggap pembayaran PBB tersebut sebagai suatu beban, kebanyakan yang terjadi
pada masyarakat sekarang hanya menuntut hak dan tidak menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang baik. Selain itu, masyarakat apabila tidak mendapatkan
untung secara langsung tidak mau memunuhi kewajiban mereka, dapat saja kita lihat, apabila diberikan bantuan seperti BLT, dan PNPM mandiri masyarakat
berbondong-bondong datang ke kantor nagari menuntut hak mereka, sebaliknya dalam pembayaran PBB yaitu kewajiban mereka, jarang yang ditemukan pada
kenyataan mereka yang secara langsung mengantarkan ke kantor nagari, dalam hal ini saja dapat kita lihat bagaimana sikap masyarakat kita sekarang. Senua ini terjadi
kurangnya pemahaman dari wajib pajak mengenai PBB, selain itu kondisi geografis dari nagari Parambahan hampir sama dengan nagari Labuh yaitu daerah tadah
hujan , sehingga menyebabkan penghasilan masyarakat menjadi kurang karena tergantung pada kondisi cuaca. Keberatan dari wajib pajak mengenai beban pajak
yang mereka terima, yaitu adanya kenaikan PBB dari tahun ke tahun, wajib pajak tidak menerima dan melakukan penolakan, padahal ini sudah menjadi ketentuan dari
pemerintah sedangkan nagari hanya melaksanakan tugas dari pemerintah”.
5. Menurut pendapat Bapak Zulfikar Gatot selaku Wali Nagari Cubadak
“Kesadaran masyarakat nagari Cubadak dalam membayar PBB bisa dibilang
biasa-biasa saja tidak tinggi, tidak rendah. Karena kalau tinggi kesadaran masyarakat dalam membayar PBB maka tidak perlu lagi diadakan pemungutan door
to door, masyarakat secara langsung dan sadar mengantarkan SPPT mereka ke kantor nagari, dan tidak perlu bantuan aparat polisi maupun tentara mendampingi
petugas kolektor dalam melakukan pemungutan PBB. Keberatan masyarakat atas beban pajak yang diberikan juga relatif bagi mereka yang sadar tidak ada keberatan
dan bagi yang kurang sadar merasa SPPT yang mereka terima menjadi beban. Yang mempengaruhi hal-hal di atas sepert, faktor ekonomi masyarakat yaitu penghasilan
masyarakat , situasi negara, kondisi masyarakat, alokasi pembangunan, masyarakat yang terlalu banyak dituntut”.
6. Menurut pendapat Bapak Suhardi selaku Sekretaris Camat Kecamatan Lima
Kaum
Universitas Sumatera Utara
“Pada umumnya kesadaran masyarakat Kecamatan Lima Kaum dalam membayar PBB termasuk tinggi ini dibuktikan kecamatan Lima Kaum paling tinggi
partisipasi masyarakatnya dalam membayar PBB dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada dalam kabupaten Tanah Datar. Keberatan masyarakat masih ada
terhadap beban yang diberikan seperti adanya wajib pajak yang tidak terima kenaikan PBB yang dia terima, karena tidak adanya kejelasan dari pemerintah dasar
kenaikan PBB tersebut.tinggi atau rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar PBB seperti faktor ekonomi masyarakat yang paling menentukan, selain
itu hati nurani, nilai moral dari masyarakat akan kewajiban mereka sebagai warga negara yang baik dalam berbangsa dan bernegara dalam melancarkan dan
meningkatkan pembangunan nasional”.
7. Menurut pendapat dari bapak Sukirman niniak mamak Nagari Lima Kaum
“Secara garis besar kesadaran masyarakat dalam membayar PBB bisa
dikatakan kurang. Karena sebagian masyarakat ada yang merasa keberatan dengan beban pajak yang dikenakan kepada wajib pajak, dengan alasan tidak sesuainya luas
tanah yang sebenarnya dengan luas tanah yang ada dalam SPPT, masih adanya masyarakat yang merasa pembayaran PBB ini menjadi suatu beban. Faktor ekonomi
juga mempengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat tersebut dalam membayar PBB. Ada juga sebagian kecil dari masyarakat nagari yang bermata pencaharian
petani, mereka bukan tidak mau melunasi pajak mereka, tetapi dengan luas tanah sawah yang besar menyebabkan mereka menjadi sulit dalam memenuhi kewajiban
mereka sebagai wajib pajak, hidup mereka sebagai petani tergantung pada keadaan cuaca”.
8. Menurut pendapat bapak Baharudin niniak mamak Nagari Baringin
“Keasadaran masyarakat dalam membayar PBB pada masyarakat nagari khususnya dan masyarakat kecamatan Lima Kaum umumnya bisa dinilai masih
kurang. Kalau dalam diri masyarakat kesadaran itu ada maka tidak perlu adanya pemungutan door to door, kami sebagai ninik mamak pun tidak perlu mengadakan
pertemuan untuk membahas pembayaran PBB ini. Selain itu masih adanya keberatan dari masyarakat mengenai beban pajak yang diberikan kepada mereka, masih
adanya masyarakat yang menganggap pembayaran PBB membuat rugi bagi mereka. Mungkin pemikiran seperti ini dampak dari masyarakat yang tidak datang dalam
sosialisasi sehingga mereka tidak mengerti akan maksud dan manfaat dari PBB itu sendiri bagi pembangunan masyarakat nagari.
Faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat bisa dibilang karena kondisi ekonomi masyarakat yang sebagian besar pedagang, yang mengalami
kendala dalam penjualan mereka sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka susah apalagi dalam membayar PBB mereka, petani yang penghasilan mereka
tergantung pada cuaca. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah yang membuat
Universitas Sumatera Utara
masyarakat kurang mengerti akan tujuan pembayaran PBB menyebabkan masyarakat kurang sadar dan kurang berpartisipasi”.
9. Menurut pendapat bapak Amril naniak mamak Nagari Labuh
“Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB bisa dikatakan cukup rendah. Karena sebagian masyarakat hidup tergantung dengan cuaca, mata pencaharian
masyarakat di Nagari ini adalah petani. Apalagi di Nagari ini merupakan Nagari tadah hujan, sehingga mempengaruhi penghasilan dari warga nagari. Tetapi, ada
juga masyarakat yang sadar akan kewajiban mereka tetapi karena kondisi hidup mereka yang seperti ini menyebabkan mereka tidak melunasi kewajiban mereka
untuk membayar PBB. Keberatan dari masyarakat dilihat juga masih ada, tetapi untuk menyampaikan keberatan tersebut sangat susah, karena kantor pajak sangat
jauh, tetapi ada juga masyarakat yang sebenarnya merasa keberatan tetapi didiamkan saja”.
10. Menurut pendapat bapak Zulkifli niniak mamak Nagari Parambahan
“Kesadaran masyarakat disini bisa dikatakan tinggi karena ada masyarakat yang berusaha melunasi PBB mereka sebelum jatuh tempo. Yang dipengaruhi oleh
pendidikan wajib pajak dan pemanfaatan uang PBB tersebut yang terlihat hasilnya bagi masyarakat dalam bentuk pembangunan dalam nagari. Sebaliknya bisa
dikatakan rendah masih ada juga wajib pajak yang merasa keberatan dengan beban pajak yang diberikan kepada mereka. Dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kondisi
masyarakat”.
11. Menurut pendapat bapak Indra Junaedi niniak mamak Nagari Cubadak
“Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB bisa dikatakan relatif, tidak
tinggi tidak juga rendah, semua ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kondisi sosial masyarakat, tanggungjawab wajib pajak dalam melancarkan pembangunan.
Terhadap keberatan masyarakat yang merasa keberatan dengan beban pajak mereka, ada yang melakukan keberatan kepada kantor pajak langsung, ada juga
yang menerima keberatan tersebut walaupun merasa tidak sesuai beban tersebut dengan objek pajak mereka”.
Kesadaran masyarakat bisa dikatakan kurang, karena masih adanya masyarakat wajib pajak yang merasa keberatan dengan beban pajak yang diberikan kepada mereka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat wajip pajak antara lain kurangnya nilai moral wajib pajak dalam melancarkan pembangunan, faktor ekonomi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dalam hal ini penghasilan wajib pajak, kondisi masyarakat, kurangnya sosialiasasi kepada masyarakat dan situasi negara.
6. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dari setiap warga negara Indonesia sebagai wajib pajak dalam membayar PBB. Dalam hal ini yang ditanyakan apakah masyarakat wajib pajak di
Kecamatan Lima Kaum memliki perasaan bertanggung jawab dalam melancarkan kegiatan Pembangunan:
1. Menurut pendapat Bapak Datuak Panghulu Panjang, selaku Wali Nagari Lima
Kaum “Pada Umumnya masyarakat nagari Lima Kaum memiliki rasa tanggung
jawab dalam melaksanakan pembangunan sehingga mereka membayar PBB. Tapi sebagian kecil dari wajib pajak tidak mempunyai rasa tanggung jawab dapat dilihat
dari pembayaran PBB mereka yang susah untuk melakukan pemungutan dari tahun ke tahun”.
2. Menurut pendapat Bapak Datuak Rajo Poboh selaku Wali Nagari Baringin
“Pada setiap pribadi masyarakat wajib pajak sebenarnya memiliki rasa tanggungjawab. Tetapi pada kenyataannya masih adanya faktor yang membuat
mereka tidak bertanggungjawab seperti adanya faktor sosial ekonomi yang membuat mereka secara tidak langsung tidak memenuhi tanggungjawab mereka dalam
melaksanakan pembangunan, yakni dengan membayar PBB”. 3.
Menurut pendapat Bapak Emot Sinaro Basa selaku Wali Nagari Labuh “Tanggungjawab dalam melaksanakan pembangunan pada setiap pribadi
wajib pajak umumnya ada. Kalau tidak , mereka tidak akan membayar kewajiban mereka sebagai wajib pajak. Pembayaran PBB juga termasuk ke dalam pelaksanaan
pembangunan”.
4. Menurut pendapat Bapak Jasianin selaku Wali Nagari Parambahan
Universitas Sumatera Utara
“ Masyarakat wajib pajak kurang memiliki rasa tanggungjawab dalam melaksanakan pembangunan. ada sebagian kecil yang memiliki perasaan
bertanggungjawab tetapi tidak menjalani tanggungjawab mereka tersebut”. 5.
Menurut pendapat Bapak Zulfikar Gatot selaku Wali Nagari Cubadak “Perasaan bertanggungjawab kurang dimiliki oleh wajib pajak. Sedangkan
pembangunan merupakan kepentingan bersama dalam masyarakat. Masih ada ditemukan kendala dalam pemungutan pembayaran PBB sebagai wujud dari
pelaksanaan pembangunan”.
6. Menurut pendapat Bapak Suhardi selaku Sekretaris Camat Kecamatan Lima
Kaum “Masyarakat wajib pajak umumnya
kurang memiliki
rasa bertanggungjawab dalam melaksanakan pembangunan. Dibuktikan masih ada dalam
memenuhi tanggungjawab mereka dalam pembangunan seperti, pembayaran PBB yang merupakan bagian dari pembangunan masih mengalami kendala dalam
pemungutannya”.
7. Menurut pendapat dari bapak Sukirman niniak mamak Nagari Lima Kaum
“Tanggungjawab disetiap masyarakat ada dalam melaksanakan pembangunan. Tetapi, dalam perwujudan tanggungjawab tersebut susah
dilaksanakan. Karena adanya faktor ekonomi yang membuat sebagian masyarakat tidak memenuhi tanggungjawab mereka sebagai warga negara dalam melaksanakan
pembangunan”.
8. Menurut pendapat bapak Baharudin niniak mamak Nagari Baringin
“Pembayaran PBB merupakan salah satu tanggungjawab masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Tetapi pada kenyataannya ada juga masyarakat
yang kurang bertanggungjawab dalam pembayaran PBB”. 9.
Menurut pendapat bapak Amril naniak mamak Nagari Labuh “Pada umumnya setiap masyarakat wajib pajak memiliki rasa
tanggungjawab dalam melaksanakan pembangunan. Tetapi dalam melaksanakan tanggungjawab tersebut kadang-kadang masyarakat sulit memenuhi tanggungjawab
tersebut terutama dalam pembayaran PBB” .
Universitas Sumatera Utara
10. Menurut pendapat bapak Zulkifli niniak mamak Nagari Parambahan
“Pembangunan akan berjalan dengan lancar apabila ada partisipasi dari masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan yaitu dengan pembayaran PBB dari
masyarakat. Pembangunan merupakan tanggungjawab dari setiap masyarakat wajib pajak. Secara Umum masyarakat memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan
pembangunan, tetapi bila dikaitkan dengan pembayaran PBB. Tanggungjawab masyarakat tersebut bisa dikatakann kurang, dengan kurangnya partisipasi
masyarakat dalam membayar PBB”.
11. Menurut pendapat bapak Indra Junaedi niniak mamak Nagari Cubadak
“Secara keseluruhan masyarakat mempunyai tanngungjawab dalam melaksanakan pembangunan. Walaupun sebagian kecil dari masyarakat yang sadar
akan tanggungjawabnya tetapi tidak berusaha memenuhi tanggungjawabnya tersebut”.
Umumnya disetiap pribadi masyarakat memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan pembangunan. Secara khusus tanggungjawab masyarakat wajib pajak
umumnya masih kurang dalam melaksanakan pembangunan. Dibuktikan dengan adanya kendala dalam pemungutan pembayaran PBB oleh petugas kolektor kepada masyarakat
wajib pajak. Padahal pembayaran PBB termasuk salah satu perwujudan tanggungjawab masyarakat wajib pajak dalam pembangunan
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISA DATA
Pada bab ini, hasil penyajian data yang ada akan dianalisis dengan tetap mengacu kepada hasil interpretasi data tersebut sesuai dengan fokus kajian dalam penelitian ini.
Dari seluruh data yang telah di sajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian, baik dengan melakukan studi pustaka, melakukan wawancara kepada informan,
serta juga melakukan pengamatanobeservasi terhadap fenomena yang ada yang tekait dengan masalah Partisipasi masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
PBB, maka dapat dianalisa bahwa partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan rendah.
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam suatu organisasi maupun dalam kehidupan masyarakat berawal dari arahan yang datang secara lisan. Pimpinan bersifat mempengaruhi orang-
orang sekitarnya untuk bergerak dan berkerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Cara mempengaruhi orang-orang atau bawahan untuk bekerja secara efektif dan
produktif dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki dengan cara menggugah perasaan, pikiran dan kehendaknya atau melalui ajakan dan bujukan dalam rangka
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Kepemimpinan wali nagari di Kecamatan Lima Kaum sangat penting peranannya
dalam menggerakkan partisipasi masyarakat nagari. Kepemimpinan wali nagari ikut mempengaruhi keterlibatan masyarakat terhadap proses pembangunan nagari. Wali nagari
Universitas Sumatera Utara
adalah seseorang yang ditunjuk secara formal dan dipercaya oleh pemerintah serta masyarakat nagari untuk menjalankan tugas maupun fungsinya sebagai pucuk pimpinan
organisasi pemerintahan nagari. Wali nagari sebagai bagian integral pembangunan nagari dan memegang tugas yang lebih besar termasuk tanggung jawab kepada masyarakat nagari
dibanding pemerintah atasan yang memberi tugas dan wewenang. Gaya kepemimpinan wali nagari di Kecamatan Lima Kaum membantu dalam
perencanaan pembangunan nagari, karena kepemimpinan wali nagari lebih banyak berperan dalam penciptaan suasana atau kondisi yang kondusif yang mampu mengerakkan
masyarakat untuk ikut serta dalam pembayaran PBB. Kepemimpinan wali nagari di Kecamatan Lima Kaum yang baik mampu menarik anggota masyarakat untuk ikut berperan
di setiap tahap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di nagari salah satunya pembayaran PBB oleh masyarakat nagari, karena salah satu tugas penting wali nagari
adalah berusaha meningkatan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB dari tahun ke tahun. Wali Nagari memegang kunci pendorong penarik masyarakat nagari.
Peran serta Wali Nagari di Kecamatan Lima Kuam dalam suatu kegiatan pembangunan serta tanggung jawab pemimpin sebagai panutan bagi masyarakat wajib
pajak dapat dilihat dari usaha yang dilakukan oleh wali nagari serta kualitas yang dimiliki seorang wali nagari, karena kualitas dan kegigihan dari Wali Nagari sangat menentukan
kepercayaan masyarakat akan pimpinan mereka juga menentukan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Apabila usaha tersebut berhasil maka masyarakat termotivasi untuk
bekerja sama, berusaha melancarkan pembangunan sehingga terpenuhinya target Pajak Bumi dan Bangunan tiap tahunnya. Kesadaran masyarakat kecamatan Liam Kaum menjadi
Universitas Sumatera Utara
kendala dalam pembayaran PBB ini, beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah faktor ekonomi masyarakat, kurangnya kepercayaan kepada aparatur pemerintahan, serta kondisi
masyarakat.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu wadah yang menentukan dalam peningkatan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB dan transparansi dalam proses pelaksanaan
PBB supaya adanya kejelasan antara pemerintah dan masyarakat. Struktur sosial dalam masyarakat adat, juga tidak bisa dikesampingkan untuk menyampaikan pesan-pesan
kemasyarakatan maupun pemrintahan, termasuk masalah perpajakan yaitu PBB. Komunikasi disini berupa sosialisasi yang dilakukan oleh pihak nagari, jorong, niniak
mamak, serta tokoh-tokoh adat, sosialisasi PBB disini melalui berbagai media, televisi
radio, forum komunikasi pedesaan dan lain-lain.
Khusus mengenai media cetak, pemda dan pihak nagari secara berkala dapat menerbitkan bulletin pemda yang salah satu isinya menjelaskan secara rinci tentang PBB di
daerah mulai dari tahapan penetepan dasar dan tarif PBB hingga tahap penetapan dan penggunaan dana PBB. Media cetak ini dapat dibagikan secara gratis atau ditemepelkan
pada tempat-tempat strategis yang memberikan kepada publik untuk membaca dengan nyaman, selain itu dengan adanya brosur serta selebaran mengenai PBB. Sosialisasi yang
dilakukan oelh wali nagari, jorong, niniak mamak, serta tokoh-tokoh adat secara tidak langsung melakukan Partisipasi Inisiasi Initiation Participation yaitu partisipasi yang
mengundang inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal ataupun dari
Universitas Sumatera Utara
anggota masyarakat mengenai suatu proyek yang nantinya proyek tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat Khairuddin: 125, 1992.
Disini dapat diartikan wali nagari, jorong, niniak mamak, serta tokoh-tokoh adat berusaha meningkatkan serta menumbuhkan kesadaran masyarakat, partisipasi masyarakat
dalam membayar PBB, demi kelancaran pembangunan masyarakat. Karena dengan pembayaran PBB tiap tahun dari masyarakat wajib pajak, maka terbiayai pembangunan di
nagari-nagari dan kecamatan, seperti pembangunan fasilitas-fasilitas umum, jalan-jalan, perbaikan parit-parit, adanya lampu-lampu jalan demi menjaga keselamatan dari
masyarakat dan lain-lain. Komunikasi yang dilakukan dengan sosialisasi menumbuhkan pengertian yang
efektif sehingga masyarakat menjadi mengerti dan menjadi tahu akan pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Sosialisasi yang dilakukan di tempat-tempat umum,
lapangan, mesjid-mesjid, musola-musola yang melibatkan masyarakat wajib pajak termasuk kepada pendekatan partisipasi aktif. Karena dalam pendekatan ini sudah dicoba
dikembangkan komunikasi dua arah. Walaupun pada dasarnya masih berdasarkan pra anggapan yang sama dengan pendekatan yang pertama, bahwa pihak eksternal lebih tahu
dibandingkan dengan masyarakat. Pendekatan ini sudah mulai membuka dialog, guna memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi kepada masyarakat untuk
berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas dari institusi eksternal. soetomo: 2006: 146.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya nagari-nagari di Kecamatan Lima Kaum memberikan perlakuan yang berbeda kepada masyarakat wajib pajak yang rajin, kurang rajin atau tidak membayar
PBB. Perlakuan berbeda ini dilakukan dalam hal dalam pengurusan surat-menyurat KTP, SKTM, pengurusan surat nikah, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan nagari atau
kecamatan. Karena dalam setiap pengurusan surat-surat yang berhubungan dengan pihak Nagari maupun Kecamatan harus ada surat keterangan lunas pembayaran PBB. Kalau tidak
ada tanda lunas pembayaran PBB maka pihak nagari atau kecamatan tidak melayani masyarakat tersebut. Karena kalau cara seperti ini tidak dilakukan maka target PBB dari
tahun ke tahun tidak akan terpenuhi. Perlakuan yang diberikan, kepada wajib pajak yang rajin membayar PBB yaitu dengan meniadakan biaya administrasi dari pengurusan surat-
surat yang mereka urus ke nagari maupun kecamatan. Sebaliknya kepada masyarakat yang kurang rajin bahkan tidak membayar PBB dibebankan biaya administrasi.
Cara seperti ini dilakukan guna meningkatkan kesadaran masyarkat serta meningkatkan partisipasi dalam membayar PBB, karena dengan membayar PBB
masyarakat diberikan keringanan administrasi walaupun keringanan tersebut tidak seberapa. Ini menjadi bentuk apresiasi dan terima kasih dari pihak Nagari dan Kecamatan
kepada masyarakat wajib pajak, karena telah memenuhi kewajiban mereka sebagai warga negara yang baik.
3. Pendidikan
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan pola pikir individu dan perubahan pola perilaku. Proses pendidikan diperoleh dalam kehidupan keluarga, sekolah insitusi
secara formal dan pergaulan dalam kehidupan masyarakat. Arti pendidikan secara formal
Universitas Sumatera Utara
yaitu proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam sekolah-sekolah sedikit banyak memberi pengaruh terhadap pola pikir, komunikasi, kepribadian, tingkat kecerdasan dan
perilaku. Menurut Nasution 1983:11-12 pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia
menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kerangka pikir, kesadaran, kemampuan berkomunikasi bersikap, bertindak termasuk
menilai serta mengambil keputusan apa saja yang menyangkut kebutuhan dan kepentingannya. Pendidikan dari waktu ke waktu senantiasa berubah seiring dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat umumnya dan wajib pajak khususnya
dapat dicapai melalui pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yang diutarakan oleh Tjokroamidjojo 1994:226-228 ada yang
mempengaruhi dan ada yang tidak mempengaruhi secara langsung, karena pada kenyataan yang didapat di lapangan pendidikan atau tidak seseorang kesadaran pembayaran PBB
tergantung pada pribadi masyarakat yakni sadar atau tidak masyarakat tersebut mempunyai kewajiban sebagai wajib pajak. Contohnya saja yang telah diutarakan dalam penyajian data
masyarakat yang berpendidikan yang lupa akan kewajiban mereka sebagai wajib pajak, karena bagi sebagian dari mereka pembayaran PBB merupakan kerugian bagi mereka
bukan hal yang menguntungkan. Seharusnya masyarakat yang berpendidikan yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
panutan serta contoh yang baik bagi masyarakat yang kurang berpendidikan formal, non formal dan masyarakat yang kurang mampu.
Dapat diakui bahwa baik pendidikan akan mampu meningkatkan pengetahuan atau mengembangkan sumber daya manusia. Namun perlu disadari bahwa masyarakat umumnya
dan wajib pajak khususnya yang telah menempuh pendidikan belum tentu mendapat pengetahuan tentang pajak umumnya dan PBB khususnya. Bentuk pendidikan merupakan
wadah dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang PBB. Interaksi antara masyarakat wajib pajak dan aparatur pajak baik langsung maupun tidak langsung akan
mampu meningkatkan pengetahuan wajib pajak dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
Masyarakat wajib pajak yang telah berpendidikan lebih patuh dalam membayar pajak daripada masyarakat wajib pajak yang kurang berpendidikan. Kendati demikian,
kadangkala dapat ditemui di lapangan adanya masyarakat wajib pajak yang berpendidikan tetapi tidak patuh dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar PBB. Hal ini
disebabkan karena masyarakat wajib pajak umumya memandang kewajiban membayar pajak sebagai suatu beban, sehingga mereka menekan senantiasa kewajiban membayar
PBB nya sampai jumlah yang sekecil-kecilnya. Pandangan wajib pajak yang kurang terpuji ini, dikarenakan masyarakat wajib pajak
tidak cukup puas dengan fasilitas-fasilitas yang mereka terima sebagai hak-hak mereka, bahkan kesempatan untuk memanfaatkan peluang yang ditemukan dalam UU sebagai hak-
hak mereka sama sekali jauh dari yang diharapkan. Di sisi lain, ada wajib pajak yang kurang berpendidikan tetapi lebih patuh dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar
Universitas Sumatera Utara
PBB. Ini disebabkan masyarkat wajib pajak lebih menuruti segala peraturan tentang perpajakan serta takut akan sanksi-sanksi yang telah ditetapkan. Akhirnya, dapat
disimpulkan Pendidikan, kurang atau tidak berpendidikan seseorang wajib pajak tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Belum tentu yang
berpendidkan tinggi kesadaran tinggi, tetapi tidak menutup kemungkinan juga pendidikan mendukung kesadaran, jadi tidak mutlak.
4. Sikap Petugas Kolektor PBB
Perlakuan, sikap dari petugas kolektor serta pengertian yang diberikan oleh petugas kolektor dalam melakukan pemungutan PBB secara door to door ke rumah masyarakat
wajib pajak juga mempengaruhi parisipasi masyarakat. Karena kedatangan petugas kolektor ke rumah-rumah wajib pajak dengan memberikan pengertian dan pengarahan akan tugas
yang mereka dan menjelaskan maksud, tujuan serta manfaat dari PBB bagi kehidupan pembangunan masyarakat, dapat menggugah kesadaran dan keinginan berpartisipasi dalam
diri masyarakat wajib pajak serta memberi pengetahuan baru kepada masyarakat wajib pajak untuk memperluas pandangannya mengenai PBB.
Setidaknya kejelasan yang diberikan oleh petugas kolektor menambah pengetahuan dari masyarakat wajib pajak yang sebelumnya telah mereka dapat melalui sosialisasi yang
diadakan oleh nagari dan kecamatan. Petugas kolektor berusaha membujuk bahkan memberikan dispensasi kepada masyarakat wajib pajak dalam membayar PBB. Hal ini
dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada petugas. Petugas juga mengerti akan kondisi ekonomi masyarakat wajib pajak yang didatanginya. Tetapi hal
Universitas Sumatera Utara
seperti ini tidak sering dilakukan, apabila hal seperti ini sering dilakukan maka masyarakat wajib pajak akan terbiasa dengan sikap petugas kolektor dan berakibat pada penurunan
partisipasi masyarakat dalam membayar PBB. Hambatan yang dialami dalam petugas kolektor pada umumnya sama di setiap
nagari seperti yang telah disajikan pada penyajian data. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman serta kesadaran dari masyarakat wajib pajak itu sendiri. Diantara masalah-
masalah atau kendala-kendala yang dihadapi tersebut antara lain Pertama, banyaknya terdapat perbedaan ukuran luas objek Pajak Bumi dan Bangunan antara yang terdaftar
dalam daftar Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT dengan ukuran sebenarnya di lapangan yang diakibatkan kesalahan pengukuran atau pendataan oelh petugas pendataan
sehingga waktu dilakukan penagihan atau pemungutan pajak oleh Wali Nagari dan Petugas Kolektor, wajib Pajak yang memiliki atau menguasai Objek Pajak tidak mau membayarnya,
karena mereka beranggapan merasa dirugikan, karena luas atau ukuran yang terdapat dalam SPPT jauh lebih luas dari Objek Pajak yang mereka kuasai.
Kedua, banyaknya terdapat kesalahan-kesalahan nama dari wajib pajak yang terdapat dalam SPPT dengan nama wajib pajak yang sebenarnya di lapangan, sehingga
waktu dilakukan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan wajib pajak yang bersangkutan tidak mau membayarnya. Wajib pajak mempunyai alasan bahwa nama yang tercantum
dalam SPP bukanlah nama wajib pajak yang bersangkutan. Ketiga, banyaknya terjadi perpindahan penguasaan atau pemilikan objek pajak yang disebabkan terjadinya peristiwa
pagang gadai, pengolahan lahan dan penjulan Objek Pajak itu sendiri dari Wajib Pajak yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam SPPT kepada orang lain yang namanya belum
Universitas Sumatera Utara
terdaftar sebagai wajib pajak, sehingga waktu melakukan pemungutan pajak oleh Wali Nagari dan Petugas Kolektor mereka belum mau membayarnya dengan alasan wajib pajak
sudah terdaftar menyatakan objek pajak yang ditagih pajaknya sudah dijual kepada orang lain, sedangkan yang membeli objek pajak yang bersangkutan beralasan namanya belum
terdaftar sebagai wajib pajak dan pada umumnya peristiwa jual beli atau penggadaian ini terjadi dengan orang yang brdomisili di luar Nagari atau diluar lokasi Nagari tempat Objek
berada. Keempat, masyarakat yang tidak terima kedatangan petugas sehingga perlakuan
masyarakat wajib pajak tidak semestinya kepada petugas, ada yang menghardik petugas kolektor, pemilik tanah kadang-kadang tidak berada di rumah atau dikampung, adanya
masyarakat yang tidak mau membayar PBB dengan berbagai alasan yang mereka buat seperti, tidak ada uang, padi belum panen, tidak adanya wajib pajak yang dirumah, keluarga
yang bersangkutan tidak ada dirumah, dan adanya wajib pajak yang pulang kampung. Hal ini terjadi karena kurang berfungsinya tugas dari aparatur kolektor PBB tadi. Seharusnya
petugas kolektor melakukan pemantauan tiap bulan, atau beberapa bulan sekali, terhadap objek pajak dari masyarakat yang bersangkutan supaya tidak terjadi hambatan-hambatan
tersebut. Langkah-langkah atau kebijaksanaan yang diambil Dalam Mengatasi Kendala-
kendala yang ditemui Petugas Kolektor Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Lima Kaum yaitu Pertama, untuk mengatasi bagaimana caranya agar si wajib pajak menyadari
atas kewajibannya untuk membayar PBB, maka Wali Nagari dan Petugas Kolektor PBB memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang arti penting dan manfaat dari Pajak Bumi dan
Universitas Sumatera Utara
Bangunan pada wajib pajak dengan melibatkan pihak Pemerintah Kecamatan Lima Kaum. Kedua, dengan Banyaknya terdapat perbedaan ukuran luas objek pajak antara yang
terdapat dalam SPPT dengan kenyataan sebenarnya di lapangan, maka pemerintah Kecamatan Lima Kaum telah memberikan Laporan kepada pihak Kantor Direktorat Jendral
Pajak Bumi dan Bangunan cq. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan wilayah Solok untuk melakukan kembali pendataan ulang terhadap Objek-objek pajak baik Bumi dan
Bangunan sehingga didapatkan data yang benar dan akurat, akan tetapi semua laporan yang diajukan oleh pemerintah Nagari sudah ada sebahagian yang telah diperbaiki oleh Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Ketiga, begitu juga dalam hal kesalahan-kesalahan nama dari wajib pajak dalam
SPPT dengan nama wajib pajak yang sebenarnya di lapangan, maka Wali Nagari sebagai petugas kolektor PBB memberikan pengertian ataupun penjelasan kepada wajib pajak, di
samping juga memberika laporan pihak Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di Solok. Keempat, seringnya terjadi peristiwa pagang gadai. Pemindahan penguasaan atau
pemilikan objek pajak yang disebabkan oleh jual beli sehingga dengan sendirinya pemilikan maupun penguasaanpemanfaatan atas objek pajak akan berubah, dalam hal ini
Wali Nagari juga memberikan laporan tertulis pada pihak kantor Pelayanan PBB, agar diadakan perubahan dan pendataan ulang.
5. Kesadaran dan Antusiasme
Kesadaran masyarakat dalam partisipasi mereka dalam membayar PBB di kecamatan Lima Kaum bisa dikatakan sangat kurang, ini ditandai dengan adanya
keberatan-keberatan dari masyarakat wajib pajak atas beban pajak yang telah diberikan
Universitas Sumatera Utara
kepada wajib pajak, masyarakat yang sadar, akan menerima atas beban pajak yang telah ditentukan berdasarkan objek pajak mereka, selain itu masyarakat yang sadar akan
mengantarkan SPPT mereka langsung kepada kantor nagari, bukan didatangi secara door to door oleh petugas kolektor. Pada kenyataannya keadaan seperti ini sangat jarang ditemukan
di lapangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran tersebut pada umumnya dipengaruhi
oleh faktor ekonomi masyarakat yaitu tingkat penghasilan masyarakat wajib pajak karena penghasilan masyarakat yang paling menentukan dalam pembayaran PBB, tapi pada
kenyataannya masih ada masyarakat yang berpenghasilan yang kurang sadar dalam membayar PBB, ini dipengaruhi juga dengan keadaan ekonomi Indonesia yang mengalami
krisis pada tahun 2008, sehingga masyarakat lebih mengarah untuk memenuhi kebutuhan hidup dibandingkan dengan pembayaran PBB, di buktikan juga pada tabel realisasi Pajak
Bumi dan Bangunan pada tahun 2008. Pemerintah menetapkan pokok PBB sebesar Rp. 460.932.503 sedangkan realisasi yang didapat hanya sebesar Rp. 209.674.916. Hanya
45,49 dari target pokok yang terpenuhi. Keadaan masyarakat yang kehidupan sosialnya serta mata pencahariannya sebagian
besar adalah petani juga mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam membayar PBB. Apalagi pada Nagari Parambahan dan Nagari Cubadak yang daerahnya tadah hujan sangat
tergantung pada cuaca. Sehingga penghasilan masyarakat akan bertambah apabila cuaca di nagari tersebut baik. Situasi negara juga mempengaruhi tinggi, rendah kesadaran
masyarakat dalam membayar PBB seperti yang dijelaskan situasi negara yang berubah- rubah yang mengalami krisis ekonomi, serta pasar bebas mempengaruhi penghasilan serta
Universitas Sumatera Utara
ekonomi dari masyarakat berdampak juga terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.
6. Tanggung Jawab
Kaitan tanggungjawab ini dalam melaksanakan pembayaran PBB adalah atas dasar undanng-undang no 12 tahun 1985 mengenai PBB yang menjadi dasar hukum pembayaran
PBB. Dengan adanya dasar hukum tersebut, maka setiap wajib pajak bertanggung jawab akan memberikan sebagian pendapatan mereka kepada pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan yang ada. Tanggung jawab merupakan kesadaran untuk melaksanakan kewajiban. Dari ke
lima Nagari yang menjadi objek pajak penulis, Lima Kaum, Baringin, Cubadak, Labuh, dan Parambahan. Diantara ke Lima Nagari tersebut Nagari Lima Kaum, rasa tanggungjawab
mereka terhadap PBB ini masih sangat rendah. Hal ini disebabkan, masih adanya masyarakat yang kurang sadar akan kewajiban mereka sebagai warga negara, masih adanya
wajib pajak yang berpendidikan yang merasa bahwa pembayaran PBB tersebut menjadi beban mereka, selain itu masih ada dijumpai masyarakat wajib pajak yang tidak menghadiri
sosialisasi yang diadakan oleh pihak petugas kolektor dan pihak pemerintah disini dapat dilihat bahwa masih kurang tanggungjawab masyarakat wajib pajak PBB tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah baik oleh dinas terkait ataupun aparat pemerintah Wali Nagari, Petugas Kolektor. Sekalipun diadakan sosialisasi melalui
radio pemda, himbauan-himbauan di musola-musola, mesjid-mesjid, dan pertemuan adat. Diharapkan misi yang dilakukan ini memberikan pengaruh ke arah peningkatan.
Pemerintah tanpa dukungan masyarakat mustahil apa yang menjadi tujuan pembangunan
Universitas Sumatera Utara
akan tercapai. Wajib pajak haruslah memahami bahwa pembayaran PBB ini bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, bahwa apa yang mereka berikan akan
bermanfaat untuk khalayak. Begitu juga hendaknya pemerintah daerah, realisasi dari semua input yang diterima benar-benar digunakan untuk memajukan daerah mereka. Rendahnya
tanggungjawab ini salah satu faktor yang mempengaruhi adalah mulai merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap aparatur pemerintah. Hal ini menjadi tantangan bagi
Pemerintah daerah bagaimana caranya mengembailkan kepercayaan yang menguntungkan kepada masyarakat nasional.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan