2. Objek PBB yang dikecualikan
Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah objek pajak yang: a.
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan antara lain:
1 di bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara.
2 di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit.
3 di bidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren.
4 di bidang sosial, contoh: panti asuhan.
5 di bidang kebudayaan nasional, contoh: museum, candi.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggaln purbakala, atau sejenis dengan itu.
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik. e.
Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.
1.5.2.5. Subjek PBB
1. Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda
pembayaranpelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.
Universitas Sumatera Utara
2. Subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam no. 1 yang dikenakan kewajiban
membayar pajak menjadi wajib pajak. 3.
Dalam hal di atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan subjek pajak sebagaimana dimaksud no. 1 sebagai
wajib pajak. Hal ini berarti memberikan kewenangan kepada Dirjen Pajak untuk menentukan
subjek wajib pajak, apabila suatu objek pajak belum jelas wajib pajak. Maka dapat ditarik penegertian bahwa subjek pajak bumi dan bangunan adalah
seorang dalam artian pribadi atau badan hukum yang dinyatakan sebagai subjek hukum dan dikenakan kewajiban membayar pajak sekaligus merupakan wajib pajak. Dengan kata lain
bahwa wajib pajak PBB adalah orang-orang atau badan hukum yang secara nyata mempunyai dan memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan dan dikenakan kewajiban
membayar pajak.mardiasmo, 2004:273-274.
1.5.2.6. Sistem Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
Pemungutan PBB masih menggunakan Official assesment system mengingat sangat luasnya PBB yang akan meliputi sebagaian besar dari rakyat yang memiliki harta tidak
bergerak, baik berupa tanah maupun bangunan. Dan mengingat pula sebagian besar rakyat Indonesia tingkat pendidikannya masih dianggap belum memadai untuk diserahi self
assessment system wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Pengertian official assesment system adalah suatu system pemungutan yang
memberi wewenang pada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Universitas Sumatera Utara
Adapun ciri-ciri dari official assessment system adalah: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif. c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetatapan pajak oleh fiskus.
Dengan demikian timbulnya utang pajak akan memberi kewajiban kepada wajib pajak setelah menerima ketetapan fiskus. Dalam rangka pendataan, subjek pajak harus
mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP.
1.5.2.7. Sanksi PBB Bagi Wajib Pajak