Kombinasi Tindakan Bedah dan Perawatan Ortodonti

Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. membuat oklusi fungsional, meningkatkan penampilan dan fonetik, dan meningkatkan kesehatan mental pasien. 4 Kombinasi tindakan bedah dengan pemakaian protesa memperlihatkan prognosa yang rendah dan membutuhkan waktu kunjungan yang berulang, seperti pada relining atau penyesuaian protesa. 10 Pada saat ini, penanganan masalah gigi geligi penderita Cleidocranial dysostosis dengan mengesktraksi seluruh gigi permanen diikuti dengan pembuatan gigi tiruan penuh telah ditinggalkan. 24

4.3 Kombinasi Tindakan Bedah dan Perawatan Ortodonti

Perawatan terhadap anomali ortodonti pada penderita Cleidocranial dysostosis dapat dilakukan dengan kombinasi tindakan bedah dan perawatan ortodonti. Menurut Davies, 11 kombinasi tindakan bedah dan perawatan ortodonti lebih memuaskan, baik fungsional maupun estetis. Tindakan ini meliputi ekstraksi gigi desidui dan supernumerary teeth, exposure gigi permanen yang tidak erupsi dan traksi gigi dengan kekuatan ortodonti. 20 Pada penderita dengan celah palatum, tindakan bedah juga diperlukan untuk menutup celah palatum. 7 Menurut Jensen dan Kreiborg 3 , prognosa tindakan bedah dan perawatan ortodonti tergantung pada jumlah supernumerary teeth. Oleh karena itu, perawatan ortodonti sebaiknya dilakukan sebelum terbentuk supernumerary teeth. Pada penderita Cleidocranial dysostosis, perkembangan mahkota dan akar gigi terlambat 2-4 tahun dibandingkan usia kronologisnya. Oleh karena itu, perawatan ortodonti pada penderita ini dimulai ketika usia dental 7-8 tahun yang biasanya Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. terlihat ketika pasien berusia 10-12 tahun. Keadaan ini ditandai dengan erupsi molar pertama permanen pada kedua rahang dan perkembangan akar insisivus permanen mencapai dua per tiga panjang akar. 25,26 Pesawat yang digunakan pasien terdiri dari 2 tahapan. Pada tahap pertama, pesawat ortodonti bertujuan untuk mengekstrusikan gigi permanen yang impaksi. Pesawat ini terbuat dari kawat stainless steel yang kaku, biasanya berdiameter 0.036 inci. Pada bagian lengkung pesawat juga dapat ditambah S-shaped hook pada regio kaninus dan wire frame pada regio insisivus sentral permanen sebagai tempat cangkolan karet elastik untuk membantu erupsi gigi. Pesawat ini merupakan pesawat dasar yang harus dipasang segera setelah ekstraksi gigi desidui, dikenal dengan incisor erupting arch wire Gambar 10. 26 Jika pasien memiliki kebiasaan mendorong lidah, Nance palatal arch space maintainer dengan fixed tongue crib dapat diberikan untuk menghentikan kebiasaan tersebut Gambar 11. 13 Pada tahap kedua, pesawat ortodonti bertujuan untuk meluruskanmenyusun posisi gigi pada lengkung rahang. Pesawat ini terbuat dari kawat yang lebih fleksibel yang dikenal dengan incisor aligning arch wire Gambar 10. 26 Setelah pesawat ortodonti dibuat, seluruh supernumerary teeth dan gigi desidui pada regio anterior diekstraksi, dan dilakukan tindakan bedah untuk meng- exposure mahkota gigi permanen regio anterior. Jika perawatan dilakukan pada pasien yang telah dewasa, ekstraksi dilakukan pada seluruh gigi desidui sekaligus. Exposure mahkota gigi permanen hanya dilakukan pada tulang bagian labialbukal untuk mempertahankan ketinggian tulang alveoar Gambar 12. 13,26 Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. xx x a b c Gambar 10. Pesawat ortodonti sederhana mandibula dan maksila. a. Incisor erupting archwire x dan Incisor aligning archwire xx, b dan c. Pandangan samping dan depan memperlihatkan incisor erupting archwire berada pada posisi pasif. 26 Gambar 11. Transpalatal-arch wire dengan fixed tongue crib 13 Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. a b Gambar 12. Exposure mahkota gigi permanen regio anterior, a. Sebelum pembedahan, b. Insisivus dan kaninus maksila di-expose sebelum ekstraksi gigi desidui. Pembuangan tulang hanya dilakukan pada bagian labial tulang alveolar. 26 Setelah pembedahan, Stainless steel eyelets dilekatkan pada lapisan bonding pada permukaan mahkota gigi permanen dengan steel ligature wire dipasangkan pada eyelets. Steel ligature wire kemudian dijalin membentuk pigtail ligature wire Gambar 13. Selanjutnya flep ditutup dan dijahit. Pigtail ligature wire ditarik melalui flep yang telah ditutup Gambar 14a. Setelah penjahitan, incisor erupting archwire dipasangkan pada pasien dan pigtail ligature wire diikat pada archwire Gambar 14. Prosedur pembedahan ini dilakukan dengan anestesi umum. 26 Berbeda dengan prosedur tersebut, metode Belfast-Hamburg menggunakan surgical packsurgical cement dressing untuk menutupi gigi permanen impaksi yang telah di-expose sebelum perlekatan bonding. Surgical pack digunakan untuk menghindari kontaminasi darah ketika perlekatan bonding dan mengharapkan penyembuhan luka sekunder. Dengan metode ini, pembentukan osseos bridgebony healing dan jaringan lunak gingiva yang menutupi gigi dapat dihindari. Selain itu, beberapa gigi dapat erupsi spontan dan memungkinkan perlekatan pesawat cekat pada Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. fase kedua tanpa adanya kontaminasi darah. 25,26 Metode ini memiliki kelemahan, yaitu pembuangan tulang dilakukan pada bagian bukal, lingual, dan oklusal. Dengan banyaknya tulang yang dibuang, maka tinggi vertikal rahang akan berkurang, khususnya jika gigi berada jauh dari dataran oklusal. 26 a b Gambar 13. Pigtail ligature wire diikat pada eyelets yang melekat pada permukaan gigi yang di-expose. a. Pada maksila, b. Pada mandibula 26 a b Gambar 14. Traksi gigi anterior, a. Seluruh flep dijahit, eyelets dan pangkal pigtail ligature wire tertanam didalam flep, ujung pigtail ligature wire berada diluar flep, b. Pigtail ligature wire diikat pada arch wire untuk mengekstrusikan gigi anterior 26 Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. Setelah gigi anterior erupsi sempurna, eyelets diganti dengan bracket dan incisor erupting archwire diganti dengan incisor aligning archwire untuk meluruskan posisi gigi anterior Gambar 15. Archwire ini dapat menyusun, memutar dan meratakan gigi dengan cepat dan efisien. a b c d Gambar 15. Pemakaian incisor aligning archwire untuk menyusun, meratakan,dan meningkatkan lebar anteroposterior. a dan b. Pandangan lateral dan fasial setelah 4 bulan dilakukan pembedahan. Incisor aligning arch wire dipasang pada bracket konvensional yang menempel pada permukaan gigi, c dan d. Pandangan lateral dan fasial setelah 5 bulan dilakukan pembedahan. Susunan gigi anterior maksila komplit. Compressed coil spring ditempatkan pada sisi bukal untuk menggerakkan insisivus ke labial 26 Setelah pasien berusia 13 tahun usia dental 10-11 tahun atau perkembangan akar gigi posterior mencapai dua per tiga panjang akar, ekstrusi gigi Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. posterior dan kaninus dimulai. Tindakan dimulai dengan mengekstraksi gigi desidui posterior dan exposure gigi permanen yang tersisa. 25,26 Tindakan bedah dapat dilakukan dengan anestesi umum atau anestesi lokal per kuadran. Sama seperti pada regio anterior, pesawat yang digunakan untuk mengekstrusikan gigi adalah incisor erupting archwire bersama dengan eyelets dan ligature wire. Pembuangan tulang juga hanya dilakukan pada sisi bukal. Selanjutnya prosedur ekstrusi gigi yang dilakukan sama seperti mengekstrusikan gigi pada regio anterior Gambar 16. Setelah seluruh gigi erupsi sempurna di rongga mulut dan susunan gigi yang teratur telah diperoleh, untuk mencegah rileps pada gigi dapat digunakan retainer Gambar 17. Perkembangan gigi harus terus diamati melalui gambaran radiografi untuk mencegah perkembangan supernumerary teeth yang baru. 26 Bentuk perawatan ini memerlukan prosedur pembedahan yang multipel dan membutuhkan waktu perawatan yang cukup lama. Walaupun demikian, kombinasi tindakan bedah dan perawatan ortodonti akan memberikan hasil yang memuaskan karena pertumbuhan gigi yang alami dapat diselamatkan dan fungsi oklusal dan estetis yang baik dapat diperoleh. 20 Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. a b c d e Gambar 16. Exposure gigi posterior. a. Eyelets dan pigtail ligature wire dilekatkan setelah exposure kaninus dan premolar mandibula selama tahap pembedahan kedua. Pembuangan tulang hanya dilakukan pada bagian bukal. b. Setelah penjahitan flep, pigtail loop diikatkan pada lengan bukal arch wire yang kaku dengan benang elastik. c dan d. Pandangan oklusal lengkung mandibula pada saat pembedahan dan 1 bulan setelah pembedahan. Lingual arch wire yang kaku digunakan untuk menjangkarkan benang jahitan, dan benang elastik menarik gigi yang tidak erupsi pada kedua sisi ke labial compound arch wire, e. Pandangan lateral setelah 1 bulan pembedahan memperlihatkan erupsi yang cepat. Coil spring pada pesawat maksila digunakan untuk meningkatkan dimensi anteroposterior 26 Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. Gambar 17. Fixed retainer splint pada regio anterior mandibula 26 Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. BAB 5 LAPORAN KASUS Perawatan terhadap anomali ortodonti penderita Cleidocranial dysostosis dapat dilakukan dengan tindakan bedah, kombinasi tindakan bedah dan pemakaian protesa, serta kombinasi tindakan bedah dan perawatan ortodonti. Pada laporan kasus berikut, bentuk perawatan hanya dengan tindakan bedah tidak diberikan karena sering mengalami kegagalan dan tidak diterapkan lagi. 5.1 Kombinasi Tindakan Bedah dan Pemakaian Protesa Seorang pasien wanita berusia 42 tahun terlahir menderita Cleidocranial dysostosis. Dia tidak memiliki sebagian klavikula dan mengalami kelainan wajah sebagaimana dialami oleh penderita Cleidocranial dysostosis pada umumnya Gambar 18 a dan b. Kesehatan umum pasien baik dan tidak memiliki alergi dan sensitivitas terhadap obat. Pasien memerlukan perawatan yang berhubungan dengan rekonstruksi gigi geliginya. Sewaktu kecil, dia telah menjalani beberapa tindakan bedah yang tidak berhasil untuk meng-exposure gigi geligi yang tidak erupsi. Keluhan utamanya adalah gigi yang buruk dan tidak dapat mengunyah sebagaimana mestinya. Dia menyadari penampilan mulutnya yang kurang baik Gambar 18c dan merasa tidak nyaman berbicara atau makan bersama orang lain. Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. a b c Gambar 18. Gambaran pasien sebelum perawatan, a. Foto ekstra oral tampak depan, terlihat basis hidung yang lebar dan depresi jembatan hidung, b. Foto ekstra oral tampak samping, c. Foto intra oral, gigi maksila dan mandibula dalam keadaan oklusi 27 Pemeriksaan Klinis dan Diagnosa Pada kunjungan awal, pasien datang dengan kondisi gigi maksila yang erupsi yaitu 17, 16, 15, 11, 21,22, 26, dan 27 dan gigi mandibula yang erupsi yaitu 36, 35, 34, 33, 31, 41, 42, 45. Selanjutnya pemeriksaan klinis dan radiografi dilakukan. Gambaran radiografi lateral, sefalometri, dan panoramik Gambar 19 memperlihatkan bahwa pasien memiliki 29 supernumerary teeth Tabel 1 dan empat buah gigi desidui satu pada maksila dan tiga pada mandibula. Cetakan diagnostik diartikulasikan sesuai dengan dimensi vertikal oklusal yang diinginkan agar teknisi laboratorium dapat membuat protesa sementara. Ekstraksi gigi Anestesi umum, propofol sebagai agen induksi diikuti dengan isofluorane untuk mempertahankan anestesi diberikan oleh seorang ahli anestesi menggunakan nasal intubasi. Kemudian diikuti dengan anestesi lokal, 18 ml Marcaine 0,5 dengan epinefrin 1:200.000. Seluruh gigi pasien diekstraksi. Kuret digunakan untuk Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. membuang jaringan lunak pembungkus supernumerary teeth yang impaksi pada posisi yang cukup dalam Gambar 20a. Setelah diekstraksi, alveoloplasti dilakukan untuk mengambil tulang, kemudian dipindahkan kembali ke bagian tulang yang mengalami kerusakan Gambar 20b. Tulang yang dicangkokdipindahkan dicampur dengan larutan tetrasiklin dan disusun dengan longgar. Penutupan flep yang primer menghasilkan penutupan secara biologis yang segera terjadi sebelum pelapisan protesa lepasan sementara. Pasien kembali untuk membuang benang jahitan dan setiap bulan datang untuk melapisi protesa sementara menggunakan bahan penguat protesa sementara Visco-Gel. Gambar 19. Gambaran radiografi panoramik memperlihatkan sejumlah supernumerary teeth dan gigi desidui 27 Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. TABEL 1. LOKASI SUPERNUMERARY TEETH 27 Regio Jumlah Gigi Maksila Kanan Molar ketiga Molar kedua Premolar kedua Premolar pertama Kaninus Insisivus lateral Kiri Kaninus Premolar pertama Premolar kedua Premolar ketiga 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 Mandibula Kiri Molar ketiga Molar kedua Premolar kedua Premolar pertama Kaninus Insisivus lateral Insisivus sentral Kanan Insisivus sentral Insisivus lateral Kaninus Premolar pertama Premolar kedua Molar pertama Molar kedua Molar ketiga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. a b Gambar 20. Tindakan bedah untuk membuang gigi permanen dan supernumerary teeth; a. Supernumerary teeth pada maksila dilapisi kapsulpembungkus, b. Rongga yang besar pada tulang alveolar setelah ekstraksi 27 Penempatan implan pada mandibula Tiga bulan setelah ekstraksi, pasien datang untuk penempatan dental implan. Anestesi umum diberikan oleh seorang ahli anestesi menggunakan nasal intubasi, diikuti dengan pemberian anestesi lokal, menggunakan obat yang sama digunakan sewaktu ekstraksi gigi. Pada lengkung mandibula, insisi pada puncak alveolar dengan diseksi dan elevasi flep dibuat bilateral dari molar kedua hingga molar kedua. Enam buah implan berukuran 3,75 × 13 mm Brånemark TiUnite Mk III ditempatkan pada regio premolar pertama kiri, kaninus kiri, insisivus sentral kiri, insisivus sentral kanan, insisivus lateral kanan, dan kaninus kanan. Seluruh implan mandibula segera diberi abutment dan protesa cekat resin akrilik Gambar 21a dan b. Dian Purwaningrum : Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis, 2009. a b Gambar 21. Protesa Sementara; a. Pandangan oklusal protesa sementara mandibula,

b. Protesa sementara pada mandibula dan protesa transitional komplit pada maksila