Aktivitas Sosial Politik Mohammad Hatta

Hatta sebagai Guru Besar dalam ilmu politik perekonomian, Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang juga memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang ekonomi, Universitas Indonesia juga memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. 66 Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabiah, dan Halida Nuriah. Hatta, seorang proklamator kemerdekaan dan wakil presiden pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di rumah sakit Dr.Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di Taman Pemakaman Umum TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980. 67

B. Aktivitas Sosial Politik Mohammad Hatta

Hidup Mohammad Hatta waktu mudanya hampir sejalan dengan timbulnya pergerakan kebangsaan di Indonesia. Keadaan inilah yang menjadi dorongan bagi dirinya dalam usia yang sangat muda, yaitu saat duduk di bangku dalam bangku sekolah menengah MULO, telah tertarik ke dalam pergerakan. Pergerakan kebangsaan yang dipelopori oleh Budi Utomo dalam tahun 1908, dan berkobar sejak tahun 1913, membuka hati pemuda Indonesia untuk menyadari kewajiban 66 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari http:www.tokohindonesia.comensiklopedihhattaindex.shtml 67 Ibid mereka terhadap Tanah Air. Berturut-turut dari tahun 1916 lahirlah perkumpulan- perkumpulan pemuda, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa dan Jong Ambon. Dengan sendirinya Mohammad Hatta yang berjiwa pengabdi terbawa kepada perkumpulan Jong Sumatranen Bond JSB. 68 Dalam organisasi JSB ini mula-mula Hatta menjadi bendahara, Sebagai bendahara, Hatta menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan, sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya bisa berjalan lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin inilah selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Hatta. 69 kemudian setahun berikutnya Hatta diangkat menjadi sekretaris merangkap bendahara cabang Padang. Ini berarti bahwa Hatta telah berhasil menempatkan dirinya diantara kawan-kawan sebagai orang yang bisa dipercaya baik dalam memegang urusan keuangan, maupun memutar roda organisasi. 70 Sebagai pengurus Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Hatta mulai mempertajam pengetahuannya mengenai perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mulai mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar “Utusan Hindia”, dan Agus Salim dalam “Neratja”. Kesadaran 68 Mohammad Hatta, Koperasi Membangun, h. XXII 69 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari http:www.tokohindonesia.comensiklopedihhattaindex.shtml 70 Deliar Noer, Biografi Politik Mohammad Hatta, h. 21 politik pun Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah- ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis Tokoh Sarekat Islam. 71 Yang ketika itu sering membangkitkan kesadaran rakyat akan hak-hak mereka, dan terutama ia sangat menentang kebijaksanaan pemerintah dalam soal tanah dan kerja rodi di daerah tersebut. 72 Kemudian pada saat usia Hatta menginjak 17 tahun, ia pun turut aktif di Pengurus Pusat Jong Sumatranen Bond JSB pada saat ia bersekolah di Jakarta. Dalam perkumpulan JSB ini ia terpilih menjadi bendahara pada perkumpulan tersebut. Hatta pun bersedia menjadi bendahara itu tapi hanya untuk jangka waktu satu tahun, karena dalam tahun 1921 ia akan menghadapai ujian akhir di sekolahnya. Tetapi walaupun hanya setahun, ia berhasil menertibkan administrasi, terutama keuangan perkumpulan. Termasuk dalam rangka ini pengembalian utang JSB kepada percetakan “Evolutie” sekitar f 1000. malah pada waktu berhenti sebagai bendahara JSB akhir 1920, dapat ia tinggalkan saldo kas sejumlah kira- kira f 1200. hal ini ia dapatkan dari menggerakkan iuran dari orang-orang terkemuka di Jakarta yang berasal dari Sumatera. 73 Satu kuntungan lagi dengan menjadi pengurus Jond Sumatranen Bond di Batavia ialah bahwa hal itu membuat wawasan Hatta semakin luas dan Hatta pun 71 Tanpa pengarang, Mohammad Hatta, arikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari http:grelovejogja.wordpress.com20061209mohammad-hatta 72 Deliar Noer, Biografi Politik Mohammad Hatta, h. 23 73 Ibid, h. 25 jadi memiliki akses langsung kepada para pemimpin Sarekat Islam yang orang Minangkabau, seperti Abdul Muis dan Haji Agus Salim 74 dan juga selama menjabat Bendahara JSB Pusat tersebut, Hatta juga menjalin kerjasama dengan percetakan surat kabar Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada di Rotterdam, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada media tahun 1922, terjadi peristiwa yang mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai kerajaan yang sedang runtuh the sick man of Europe memukul mundur tentara Yunani yang dijagokan oleh Inggris. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di Batavia. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di tanah air yang mengutip tulisan-tulisan Hatta. 75 Lalu pada tahun 1921, pada saat Hatta berkuliah di Belanda, Ia mulai menerjunkan dirinya ke dalam Indische Veriniging Perhimpunan Hindia. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo di Belanda pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres. Kondisi itu tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat Ki Hadjar Dewantara 74 Mavis Rose, Biografi Politik Mohammad Hatta, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1991, h. 17 75 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari http:grelovejogja.wordpress.com20061209mohammad-hatta menginisiasi penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai 1916. Hindia Poetra bersemboyan “Makmurlah Tanah Hindia Kekallah Anak- Rakyatnya” berisi informasi bagi para pelajar asal tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial Belanda. 76 Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula, nama Indische –meski masih bermasalah– sudah mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara politis diikat oleh sistem kolonialisme Belanda, dari sanalah mereka semua berasal. 77 Hatta mengawali karir pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai bendahara. Penunjukan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging Perhimpunan Indonesia dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging 76 Ibid 77 Ibid mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland Indie. 78 Di Perhimpunan Indonesia PI, Hatta pun turut mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra yang pada tahun 1924 berubah nama menjadi Indonesia Merdeka terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antar anggota. Sebagaimana ia dahulu juga memperlihatkan kepiawaiannya dalam menyelanggarakan administrasi keuangan, di perkumpulan ini ia juga berkesempatan untuk menjadi penggerak intelektual bagi mereka yang berada di sekitarnya. 79 Kemudian pada tanggal 17 Januari 1926, Hatta secara resmi terpilih mejadi ketua PI. Dan jabatan ketua tersebut diterimanya dengan mengucapkan pidato Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen-Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan”-, yang mengupas secara ilmiah apa sebab-sebab pertentangan kekuasaan dan pertentangan si penjajah yang berkulit putih dan si terjajah yang berkulit berwarna, bagi si kulit berwarna apabila ia benar-benar mau merdeka, harus menjalankan politik non-kooperasi. Pertentangan antara si kulit putih dan si kulit berwarna akan bertambah hebat, yang waktu itu pada tahun 1926 sudah tampak tanda-tanda yang menjurus ke sana. Pada akhir pidato Hatta juga mengucapkan bahwa meruntuhkan penjajahan si kulit putih atas kulit berwarna adalah tugas peradaban. Dan pertentangan itu akan berakhir kelak 78 Ibid 79 Deliar Noer, Biografi Politik Mohammad Hatta, h. 43 dalam suatu perang Pasifik dimana si kulit berwarna akan memperoleh kemenangan, kemudian barulah penjajahan akan berakhir. Waktu mengucapkan pidato itu, Hatta mungkin tidak akan menduga bahwa perang Pasifik itu terjadinya setelah pidatonya itu dan membawa kemerdekaan empat tahun sesudah itu. 80 Sejak itulah sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia PPPI PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa. 81 PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres internasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi. Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama Indonesia, Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian, di Bierville, Prancis. Dalam kongres ini Hatta berhasil menuntut pengakuan sidang untuk mempergunakan kata “Indonesia” dan bukan “Hindia Belanda”, sehingga baik dalam tulisan sehubungan dengan kongres itu maupun dalam pembicaraan-pembicaraan, kata 80 Mohammad Hatta, Koperasi Membangun, h. XXV 81 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari http:www.tokohindonesia.comensiklopedihhattaindex.shtml “Indonesia” ini yang dipergunakan. Sejak saat itulah nama Indonesia mulai dikenal oleh organisasi-organisasi internasional. 82 Pada tahun berikutnya 10-15 Februari 1927, Hatta bersama Nazir Pamontjak, Ahmad Subardjo, Gatot Tanumihardja dan Abdul Manaf yang akhir ini mahasiswa Indonesia di Mesir menghadiri Kongres Internasional Menentang Kolonialisme di Brussel. Perutusan ini bukan hanya mewakili PI melainkan juga mewakili Konsentrasi Nasional di Indonesia. bersama Semaun, wakil dari Sarekat Rakyat, mereka semua mewakili Indonesia. Wakil-wakil Indonesia ini memegang peranan penting dalam kongres dapat dilihat dengan duduknya Hatta dan Semaun dalam presidium kongres. Kemudian ketika –dalam sidang akhir dari kongres- dibentuk suatu organisasi, yaitu Liga Menentang Imperialisme, Penindasan Kolonial dan untuk Kemerdekaan Nasional Liga tegen Imperialisme, tegen Koloniale onderdrukking en voor Nationale Onafhankelijhkheid, Hatta terpilih dalam badan eksekutifnya. Di kongres ini, Hatta juga berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru India, Hafiz Ramadhan Bey Mesir, dan Senghor Afrika. Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu. Dalam kongres tersebut dapatlah dikatakan bahwa kesempatan tersebut 82 Deliar Noer, Biogradi Politik Mohammad Hatta, h. 65 memperluas wawasan Hatta, baik dalam pergaulan maupun pengenalan masalah. 83 Dan pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L Indonesie et son Probleme de I Independence Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan. 84 Aktivitasnya dan sepak terjangnya yang bisa dibilang fenomenal, tak pelak membuat resah pemerintah Belanda. Akhirnya bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama Indonesia Vrij, dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul “Indonesia Merdeka”. 85 Sekembalinya ke Indonesia, Pada tahun 1932, kegiatan politik Hatta semakin meningkat. Karir politik Hatta di Indonesia diawali dengan bergabung ke Pendidikan Nasional Indonesia yang disebut PNI-Baru. Di PNI-Baru inilah Hatta berjuang melakukan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk 83 Ibid, hal 66 84 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari http:www.tokohindonesia.comensiklopedihhattaindex.shtml 85 Ibid meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia. Tidak sampai disitu, untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat, Hatta juga aktif menulis di Daulat Rakyat yang didirikannya. Dalam salah satu tulisannya, Hatta mengecam sikap pemerintah Belanda yang menahan Soekarno kelak akan menjadi teman seperjuangan sekaligus teman dekat, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Rakyat, yang berjudul Soekarno Ditahan 10 Agustus 1933, Tragedi Soekarno 30 November 1933, dan Sikap Pemimpin 10 Desember 1933. 86 Pada bulan Pebruari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada PNI-Baru. Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel. Seluruhnya berjumlah tujuh orang, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Bondan, Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. 87 Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya dibuang di Tanah Merah, Boven Digoel Papua. Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari 86 Ibid 87 Ibid Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah dan filsafat. Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr.Tjipto Mangunkusumo dan Mr.Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, tata buku, politik, dan lain-lain. 88 Waktu tentara Jepang mulai mendarat di Ambon, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi, pada tanggal 3 Februari 1942. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta. Dan sebagai salah seorang yang punya pengaruh, Hatta diminta untuk bekerjasama menyebarkan ide-ide Jepang. Namun keinginannya untuk memerdekakan Indonesia, membuat Hatta lebih banyak mengambil sikap diam. 89 Di masa pendudukan Jepang ini, Hatta pun diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang 88 Ibid 89 Ibid tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944. 90 Ketika tentara Jepang mengalami keterdesakan pada perang di Pasifik, maka pengawasan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia pun semakin longgar. Demikianlah setelah janji Indonesia merdeka diberikan, walau tak jelas kapan, pemerintah mendirikan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI yang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan segera mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei-2 Juni 1945. Sidang kedua diadakan pada tanggal 10-16 Juli 1945. Dan Pada awal Agustus 1945, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa. 91 Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda JI Imam Bonjol, sekarang. Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, 90 Ibid 91 Ibid Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai, mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti. Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh. 92 Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno diangkat sebagai presiden Republik Indonesia dan Hatta diangkat menjadi wakil presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa presiden dan wakil presiden harus merupakan satu dwitunggal. 93 Periode mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian 92 Ibid 93 Ibid Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda. 94 Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. Dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi menteri baja india di masa pemerintah perdana menteri Morarji Desai. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum. Dan akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Indonesia pun sepenuhnya terbebas dari belenggu penjajahan dan ditandai dengan penyerahan kedaulatan Indonesia dari pemerintah Belanda. Hatta yang mengetuai delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar pun menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana. 95 Hatta juga menjadi perdana menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Hatta kembali menjadi wakil presiden pada periode 1950-1956. Pada tahun 1955, Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua parlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh presiden, wakil presiden 94 Ibid 95 Ibid Hatta mengemukakan kepada ketua parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai wakil presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Hatta tetap pada pendiriannya. 96 Sejak berada di luar lingkaran politik, Hatta kerap melontarkan kritik kepada rekan seperjuangannya, Soekarno, atas berbagai kebijakan Soekarno yang dirasa Hatta tidak pada tempatnya. Pada tahun 1960 Hatta menulis Demokrasi Kita dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Hatta mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu. Tulisan tersebut juga berisi kritik terhadap pemerintahan Soekarno, dan memaksa Soekarno melarang peredaran tulisan ini. 97 Dan alam masa pemerintahan Orde Baru, Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Hatta anugerah negara berupa tanda kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara. 98

C. Pemikiran-Pemikiran Mohammad Hatta dan Karya-Karyanya