Profil Penderita Diare Pada Anak Balita Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2009

(1)

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Oleh :

AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK 070100463

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK 070100463

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Profil Penderita Diare pada Anak Balita di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009

Nama : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK NIM : 070100463

Pembimbing Penguji I

(dr. Selvi Nafianti, Sp.A) (dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH)

NIP: 400048403 NIP: 197407302001122003

Penguji II

(dr. Tri Widyawati, Msi) NIP : 197607092003122001

Medan, 24 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia. Sebagian besar (70%-80%) penderita adalah anak balita dan 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditolong akan meninggal. Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita diare pada anak balita menurut usia, jenis kelamin, riwayat asi eksklusif dan status gizi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah balita dengan diare pada anak laki-laki adalah sebanyak 33 orang (55.0%) dan perempuan sebanyak 27 orang (45.0%) berdasarkan jenis kelamin, seramai 32 orang (53.3%) dengan status gizi baik, 13 orang (21.7%) dengan status gizi kurang, 15 orang dengan status gizi buruk dan tidak dijumpai dengan status gizi lebih. Didapati juga 15 orang (25.0%) ada mendapat ASI eksklusif dan 45 orang (75.0%) tidak mendapat ASI eksklusif. Selain itu 10 orang (17.0%) diare tanpa dehidrasi, 43 orang (72.0%) mengalami dehidrasi ringan-sedang, dan 7 orang (11.0%) mengalami dehirasi berat.

Kesimpulan. Balita dengan status gizi yang baik adalah sebanyak 32 orang (53.3%), yang tidak diberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 45 orang (75%), dan anak-anak balita ini mengalami dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 43 orang (71.7%).


(5)

ABSTRACT

Introduction. Diarrhea is one of the health problem in Indonesia and the 1986 Household Health Survey included diarrhea in 8 of the most diseases in Indonesia. Most (70% -80%) patients were children under five and 1% -2% of patients will fall into dehydration and if not rescued will die. Diarrhea is a disease characterized by increased frequency of defecation more than three times a day accompanied by changes in form and consistency of the feces of the patients.

Method. The purpose of this study was to investigate the characteristics of patients with diarrhea in children under five years old, by age, sex, history of exclusive breastfeeding and nutritional status in the General Hospital of Haji Adam Malik, Medan. This research was conducted with the descriptive research method, the approach used in this study was designed as a study of cross-sectional and sampling using the total sampling technique.

Results. With a total sample of 60 people, results of the study shows that the number of children with diarrhea in boys is up to 33 people (55,0%) and girls up to 27 people (45.0%) according to sex, as many as 32 (53.3%) people with good nutritional status, 13 people (21.7%) with fewer nutritional status, 15 people with a poor nutritional status and cannot find a better nutritional status. There are also 15 people (25.0%) is exclusively breast-fed and 45 people (75.0%) do not receive exclusive breastfeeding. In addition, 10 people (17.0%), diarrhea without dehydration, 43 people (72,0%) experienced mild to moderate dehydration, and 7 people (11.0%) experienced serious dehirasi.

Conclusion. Children with good nutritional status is a total of 32 persons (53.3%), those which was not given exclusively breastfed were 45 people (75%), and children under five whom suffered from mild to moderate dehydration are as many as 43 people (71.7%).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyiapkan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis karena itu penulis tetap mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang dapat menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Profil Penderita Diare Pada Anak Balita di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Chairuddin Lubis, DTM & H, SpA(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.Selvi Nafianti, SpA, selaku dosen pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan, menjadi panduan ke arah benar dan sokongan moral dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dosen dan pengajar yang dihormati dari Departement Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas yang banyak memberikan materi yang membantu dalam penyiapan KTI.


(7)

5. Kedua orang tua, dan semua ahli keluarga yang tercinta yang telah memberikan dukungan dan sokongan moral yang tiada henti.

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Kedokteran Fakultas Universitas Sumatera Utara.

7. Terima kasih pada sahabat-sahabat saya dari stambuk 07 atas segala bantuan dan meluangkan banyak waktu untuk berdiskusi tentang Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan yang memberi keizinan dan kesempatan menggunakan rekam medis sebagai alat ukur untuk melakukan karya tulis ilmiah ini.

demikian Karya Tulis Ilmiah ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN………... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ………....………...……... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ..……...………...………... 1

1.1.Latar Belakang ………...………... 1

1.2.Rumusan Masalah ………...………... 2

1.3.Tujuan Penelitian ………...……..………. 2

1.4.Manfaat Penelitian …………...………..………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……....………..……… 4

2.1. Defenisi Diare …... 4

2.2. Jenis Diare…….……….. 4

2.3. Epidemiologi Diare... 5

2.4. Etiologi dan Patogenesis Diare……….... 5

2.3.1. Etiologi……….... 5

2.3.2. Patogenesis……….. 6

2.5. Gejala Diare………. 6

2.6. Faktor Resiko Diare Pada Balita……… 8

2.6.1. Faktor Gizi………. 8

2.6.2. Faktor Sosial Ekonomi………... 8

2.6.3. Faktor Pendidikan……….... 8

2.6.4. Faktor Pekerjaan……….. 9

2.6.5. Faktor Umur Balita……… 9

2.6.6. Faktor ASI……… 9

2.6.7. Faktor Jamban……….. 10

2.6.8. Faktor Sumber Air……… 10

2.7. Pencegahan dan Penanggulangan Diare……….. 10

2.7.1. Pencegahan Diare………. 10

2.7.2. Penanggulangan Diare Berdasarkan Tingkat Dehidrasi…… 11


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ……… 13

3.1. Kerangka Konsep Penelitian …………..……...……….. 13

3.2. Defenisi Operasional ………...……… 13

BAB 4 METODE PENELITIAN ………..…………..…… 16

4.1. Jenis Penelitian ……...…………...……...…………... 16

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian …………...………….……....…….. 16

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………...….. 16

4.4. Metode Pengumpulan Data .………...……….…... 17

4.5. Metode Deskriptif Data ... 17

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1. Hasil Penelitian ... 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 18

5.1.2. Deskripsi Individu ... 18

5.1.3. Hasil Deskriptif Data ... 19

5.2. Pembahasan ... 21

5.2.1. Jumlah Kasus Diare Pada Anak Balita Menurut Jenis Kelamin... 21

5.2.2. Jumlah Kasus Diare Pada Anak Balita Menurut Kelompok Umur... 22

5.2.3. Jumlah Kasus Diare Pada Anak Balita Menurut Status Gizi... 23

5.2.4. Jumlah Kasus Diare Pada Anak Balita Menurut Pemberian ASI Eksklusif... 24

5.2.5. Jumlah Kasus Diare Pada Anak Balita Menurut Jenis Dehidrasi Yang Dialami... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

6.1. Kesimpulan ... 26

6.2. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ………..………..……... 34 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin dan

Umur………...19 5.2 Status Gizi Sampel Penderita Diare Akut pada Anak Balita…………..20 5.3 Distribusi Pemberian Asi Eksklusif mengikut Jenis Kelamin………….20 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Dehidrasi………..21


(11)

DAFTAR LAMPIRAN - Lampiran I Daftar Riwayat Hidup - Lampiran II Surat Ijin Studi Pendahuluan - Lampiran III Surat Ijin Penelitian

- Lampiran IV Data Induk

- Lampiran V Output Data SPSS 17.0


(12)

ABSTRAK

Pendahuluan. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia. Sebagian besar (70%-80%) penderita adalah anak balita dan 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditolong akan meninggal. Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita diare pada anak balita menurut usia, jenis kelamin, riwayat asi eksklusif dan status gizi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah balita dengan diare pada anak laki-laki adalah sebanyak 33 orang (55.0%) dan perempuan sebanyak 27 orang (45.0%) berdasarkan jenis kelamin, seramai 32 orang (53.3%) dengan status gizi baik, 13 orang (21.7%) dengan status gizi kurang, 15 orang dengan status gizi buruk dan tidak dijumpai dengan status gizi lebih. Didapati juga 15 orang (25.0%) ada mendapat ASI eksklusif dan 45 orang (75.0%) tidak mendapat ASI eksklusif. Selain itu 10 orang (17.0%) diare tanpa dehidrasi, 43 orang (72.0%) mengalami dehidrasi ringan-sedang, dan 7 orang (11.0%) mengalami dehirasi berat.

Kesimpulan. Balita dengan status gizi yang baik adalah sebanyak 32 orang (53.3%), yang tidak diberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 45 orang (75%), dan anak-anak balita ini mengalami dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 43 orang (71.7%).


(13)

ABSTRACT

Introduction. Diarrhea is one of the health problem in Indonesia and the 1986 Household Health Survey included diarrhea in 8 of the most diseases in Indonesia. Most (70% -80%) patients were children under five and 1% -2% of patients will fall into dehydration and if not rescued will die. Diarrhea is a disease characterized by increased frequency of defecation more than three times a day accompanied by changes in form and consistency of the feces of the patients.

Method. The purpose of this study was to investigate the characteristics of patients with diarrhea in children under five years old, by age, sex, history of exclusive breastfeeding and nutritional status in the General Hospital of Haji Adam Malik, Medan. This research was conducted with the descriptive research method, the approach used in this study was designed as a study of cross-sectional and sampling using the total sampling technique.

Results. With a total sample of 60 people, results of the study shows that the number of children with diarrhea in boys is up to 33 people (55,0%) and girls up to 27 people (45.0%) according to sex, as many as 32 (53.3%) people with good nutritional status, 13 people (21.7%) with fewer nutritional status, 15 people with a poor nutritional status and cannot find a better nutritional status. There are also 15 people (25.0%) is exclusively breast-fed and 45 people (75.0%) do not receive exclusive breastfeeding. In addition, 10 people (17.0%), diarrhea without dehydration, 43 people (72,0%) experienced mild to moderate dehydration, and 7 people (11.0%) experienced serious dehirasi.

Conclusion. Children with good nutritional status is a total of 32 persons (53.3%), those which was not given exclusively breastfed were 45 people (75%), and children under five whom suffered from mild to moderate dehydration are as many as 43 people (71.7%).


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto, 2004).

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia (Budiarso, 1986). Angka kesakitan diare mencapai 200 sampai 400 kejadian tiap 1000 penduduk setiap tahun. Sebagian besar (70%-80%) penderita adalah anak balita dan 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditolong akan meninggal. Tercatat 300.000-500.000 anak balita yang meninggal akibat diare (Gertruida, 1990; Winardi, 1981).

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981).


(15)

Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk (Harianto, 2004).

Oleh karena diperkirakan kejadian diare pada anak balita adalah banyak maka peneliti tertarik untuk menentukan jumlah karakteristik penyakit ini yang mewakili anak balita yang didiagnosa diare di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik (profil penderita) bagi penderita penyakit diare pada anak balita tahun 2009 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Karakteristik atau profil penderita diare pada anak balita ini dijadikan sebagai masalah dan akan diteliti.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik (profil penderita) bagi penderita penyakit diare pada anak balita di RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2009.


(16)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut usia penderita.

2. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis kelamin penderita.

3. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut pemberian ASI eksklusif.

4. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut status gizi. 5. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis diare.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini bagi:

1. Kepada rumah sakit, peneliti dapat memberikan informasi mengenai karakteristik (profil penderita) bagi penderita penyakit diare pada anak balita di RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2009.

2. Kepada masyarakat ilmiah, dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mengenai penyakit diare beserta karakteristik (profil penderita) pada anak balita tahun 2009 sehingga bisa menjadi sumber untuk penelitian-penelitian seterusnya. 3. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti di bidang kesehatan, terutama


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Diare

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004).

Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang, 2004).

2.2.Jenis Diare

Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada: 1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. 2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. 4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).

Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika


(18)

berlangsung lebih dari 4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain. Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti allergi dan lain-lain.

2.3.Epidemiologi Diare

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003).

2.4.Etiologi dan Patogenesis Diare 2.4.1. Etiologi Diare

Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius (Ahlquist dan Camilleri, 2005).

Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; infeksi bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris,


(19)

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans) (Kliegman, 2006).

Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba histolytica (Depkes RI, 2000).

2.4.2. Patogenesis Diare

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak (Simatupang, 2004). Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Kliegman, 2006).

2.5.Gejala Diare

Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir


(20)

ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Kliegman, 2006).

Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Hasan dan Alatas, 1985). Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :

Diare tanpa dehidrasi

Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.

Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)

Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta


(21)

kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.

Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)

Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik)

dengan kulit yang dingin dan pucat.

2.6.Faktor Resiko Diare pada Balita 2.6.1. Faktor Gizi

Sutoto (1992) menjelaskan bahwa interaksi diare dan gizi kurang merupakan “lingkaran setan”. Diare menyebabkan kekurangan dan akan memperberat diare. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang tepat dan cukup merupakan komponen utama pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan di rumah.

Berat dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi panderita dan diare yang diderita oleh anak dengan kekurangan gizi lebih berat jika dibandingkan dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan status gizi kurang keluaran cairan dan tinja lebih banyak sehingga anak akan menderita dehidrasi berat. Menurut Suharyono (1986), bayi dan balita yang kekurangan gizi, sebagian besarnya meninggal karena diare. Hal ini dapat disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi.


(22)

2.6.2. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare (Suharyono, 1991).

2.6.3. Faktor Pendidikan

Tingginya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan mortalitas) karena diare di Indonesia disebabkan oleh faktor kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit diare (Simatupang, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Erial, B. et al, 1994, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,6 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah (Simatupang, 2004).

2.6.4. Faktor Pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta rata-rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya


(23)

diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit diare (Simatupang, 2004).

2.6.5. Faktor Umur Balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Hasil analisa lanjut SDKI (1995) didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibandingkan anak umur 25-59 bulan (Simatupang, 2004).

2.6.6. Faktor ASI

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu bayi baru lahir sampai usia 6 bulan, tanpa diberikan makanan tambahan lainnya. Brotowasisto (1997), menyebutkan bahwa insiden diare meningkat pada saat anak untuk pertama kali mengenal makanan tambahan dan makin lama makin meningkat. Pemberian ASI penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali daripada bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol sahaja akan mempunyai resiko diare lebih besar dan bahkan 30 kali lebih banyak daripada bayi dengan ASI penuh (Sutoto, 1992).

2.6.7. Faktor Jamban

Resiko kejadian diare lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan resiko kemungkinan terjadinya diare. Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana air merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat (Simatupang, 2004).


(24)

2.6.8. Faktor Sumber Air

Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung dari mana sumber air tersebut didapat.

Ada beberapa macam sumber air misalnya : air hujan, air tanah (sumur gali, sumur pompa), air permukaan (sungai, danau) dan mata air. Apabila kualitas air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui proses pengolahan air terlebih dahulu.

Berdasarkan data survei demografi dan kesehatan tahun 1997, kelompok anak-anak di bawah lima tahun yang keluarganya menggunakan sarana sumur gali mempunyai resiko terkena diare 1,2 kali dibandingkan dengan kelompok anak yang keluarganya menggunakan sumber sumur pompa (Simatupang, 2004).

2.7. Pencegahan dan Penanggulangan Diare 2.7.1. Pencegahan Diare

Diantara langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh ibu balita, yang paling penting adalah menjaga higenis perorangan dengan baik. Ini dapat dilakukan dengan melaksanakan perilaku sehat, yaitu mencuci tangan dengan sabun sesudah membuang tinja anak dan setelah buang air besar dan juga sebelum menyiapkan makanan kepada anak. Ibu-ibu juga seharusnya melatih anak mereka sejak awal lagi tentang perilaku cuci tangan terutama sebelum makan dan sesudah bermain. Ini dapat mencegah terjadinya penularan kuman yang dapat menyebabkan diare.

Selain itu, ibu balita juga seharusnya mengamalkan pemberian ASI kepada anak mereka sejak lahir sehingga 4-6 bulan pertama kehidupan. ASI mengandungi


(25)

antibodi yang berguna untuk menjaga sistem kekebalan bayi agar tidak mudah terkena infeksi. ASI juga kaya dengan zat-zat yang optimal untuk pertumbuhan anak. Pemberian ASI sewaktu diare juga bisa mengurangi keparahan kejadian diare.

Berdasarkan banyak penelitian, keterjangkauan terhadap penggunaan sarana air bersih sangat penting bagi mengurangkan resiko kejadian diare. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya memastikan air yang digunakan di rumah adalah benar-benar bersih dan memenuhi syarat yaitu tidak mempunyai warna, bau dan juga rasa sebelum digunakan untuk keperluan sehari-hari.

2.7.2. Penanggulangan Diare Berdasarkan Tingkat Dehidrasi (WHO, 2005) A. Tanpa Dehidrasi

Pada anak-anak yang berumur bawah dari 2 tahun boleh diberikan larutan oralit 50-100ml/kali dan untuk usia lebih dari 2 tahun diberikan larutan yang sama dengan dosis 100-200ml/kali diare. Bagi mengelakkan dehidrasi ibu-ibu harus meningkatkan pemberian minuman dan makanan dari biasa pada anak mereka. Selain itu dapat juga diberikan zink (10-20mg/hari) sebagai makanan tambahan.

B. Dehidrasi Ringan

Pada keadaan ini diperlukan oralit secara oral bersama larutan kristaloid Ringer Laktat ataupun Ringer Asetat dengan formula lengkap yang mengandung glukosa dan elektrolit dan diberikan sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan anak serta dianjurkan ibu untuk meneruskan pemberian ASI dan masih dapat ditangani sendiri oleh keluarga di rumah. Berdasarkan WHO, larutan oralit seharusnya mengandung 90mEq/L natrium, 20mEq/L kalium klorida dan 111mEq/L glukosa.


(26)

Pada keadaan ini memerlukan perhatian yang lebih khusus dan pemberian oralit hendaknya dilakukan oleh petugas di sarana kesehatan dan penderita perlu diawasi selama 3-4 jam. Bila penderita sudah lebih baik keadaannya, penderita dapat dibawa pulang untuk dirawat di rumah dengan pemberian oralit. Dosis pemberian oralit untuk umur kurang dari 1 tahun, setiap buang air besar diberikan 50-100ml, untuk 3 jam pertama 300ml. Untuk anak umur 1-4 tahun setiap buang air besar diberikan 100-200ml, untuk 3 jam pertama 600ml.

D. Dehidrasi berat

Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan hidrasi secara intravena (intravenous hydration) dengan kadar 100ml/kgBB/3-6 jam. Dosis pemberian cairan untuk umur kurang dari 1 tahun adalah 30ml/kgBB untuk 1 jam yang pertama dan seterusnya diberikan 75ml/kgBB setiap 5 jam. Dosis pemberian cairan untuk anak 1-4 tahun adalah 30ml/kgBB untuk ½ jam yang pertama dan seterusnya diberikan 70ml/kgBB setiap 2 ½ jam.

2.8Komplikasi

Komplikasi utama akibat penyakit gastroenteritis ini adalah dehidrasi dan masalah kardiovaskular akibat hipovolemia dengan derajat berat. Apabila diare itu disebabkan oleh Shigella, demam tinggi dan kejang bisa timbul. Abses pada saluran usus juga dapat timbul akibat infeksi shigella dan salmonella terutama pada demam tifoid yang dapat menyebabkan perforasi pada saluran usus. Hal ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah yang berat dapat menyebabkan aspirasi dan robekan pada esofagus (Kliegman, Marcdante, Jenson, Behrman, 2006).


(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2.Defenisi Operasional 3.2.1. Diare

• Definisi : Penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa dalam sehari yang mungkin dapat

Umur

Jenis Kelamin

Pemberian ASI eksklusif Status Gizi

Jenis Diare

Diare pada anak balita


(28)

disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang, 2004)

• Alat Ukur : Rekam medis • Cara Ukur : Observasi

3.2.2. Umur

• Definisi : Umur adalah bilangan tahun seseorang itu telah hidup. Umur yang dicatat adalah umur anak balita tersebut saat datang ke RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009 dan didiagnosa diare. Batas umur sehingga 5 tahun. • Alat Ukur : Rekam medis

• Cara Ukur : Observasi

• Hasil Ukur : 0-28 hari, 28 hari-1 tahun, 1-5 tahun • Skala Ukur : Ordinal

3.2.3. Jenis Kelamin

• Definisi : Jenis kelamin adalah jenis kelamin anak balita yang dikenalpasti sewaktu datang ke RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009 dan didiagnosa diare.

• Alat Ukur : Rekam medis • Cara Ukur : Observasi

• Hasil Ukur : Lelaki, Perempuan • Skala Ukur : Nominal


(29)

• Definisi : ASI adalah air susu ibu. ASI eksklusif adalah balita yang mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa mendapatkan makanan dan minuman lain.

• Alat Ukur : Rekam medis • Cara Ukur : Observasi • Hasil Ukur :

o Ya (ASI eksklusif) o Tidak (ASI non eksklusif) • Skala Ukur : Nominal

3.2.5. Status Gizi

• Definisi : Status gizi anak dikenalpasti melalui panjang badan dan berat badan sesuai umur (antropometri).

• Alat ukur : Rekam medis • Cara ukur : Observasi • Hasil ukur :

o Status gizi baik o Status gizi kurang o Status gizi buruk • Skala Ukur : Ordinal

3.2.6. Jenis Diare

• Definisi : Jenis diare adalah jenis-jenis atau variasi dari penyakit diare menurut tempoh masa.

• Alat ukur : Rekam medis • Cara ukur : Observasi • Hasil ukur :


(30)

o Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. o Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. • Skala Ukur : Nominal


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara deskriptif cross-sectional dengan pendekatan retrospektif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Cross-sectional pula karena penelitian dilakukan dengan penggunaan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian dengan pendekatan retrospektif yaitu menggunakan data lampau. Studi ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan dengan alasan rumah sakit tersebut merupakan pusat pelayanan kesehatan yang besar di Medan, mudah dijangkau oleh masyarakat, dengan jumlah pasien relatif banyak, sehingga populasi diperlukan untuk penelitian. Rumah sakit tersebut memiliki ahli-ahli kebidanan, fasilitas memadai dan data-data rekam medik yang lengkap.

4.2.2. Waktu Penelitian


(32)

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini ialah semua penderita anak balita yang didiagnosis menderita diare di RSUP HAM, Medan dari tempoh masa yang ditetapkan. Penelitian ini pula menggunakan total sampling sebagai teknik pengambilan sampel yakni mengambil sampel dari seluruh jumlah populasi. Kriteria inklusi adalah balita yang dirawat inap akibat diare pada tahun 2009 manakala eksklusi adalah selain dari sampel tersebut.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dirumuskan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Meminta rekam medis yang berisi data penderita diare pada anak yang

dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009.

2. Mencatat data yang diperlukan seperti terlampir dalam borang data.

3. Hasilnya terutama ciri karakteristik yang dikaji akan dihitung persentasenya dan disajikan dalam bentuk diagram dan tabel.

4.5. Metode Deskriptif Data

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif. Data-data yang didapati dianalisa dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 17.0 yang kemudiannya akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan, yaitu di Jalan Bunga Lau yang juga merupakan rumah sakit tipe A di Medan. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini memiliki fasilitas rekam medis yang sistematis dan lengkap dengan berbagai penyakit pada semua pasien yang datang berobat, termasuk dengan pasien anak-anak selain orang dewasa dan lansia.

5.1.2. Deskripsi Individu

Penelitian dilakukan secara deskriptif, pada 1 Januari hingga 31 Disember 2009 dengan mengambil data daripada rekam medis. Sampel yang diperoleh 65 anak balita dengan diare akut.

Daripada 65 sampel yang diambil menurut teknik total sampling, 5 sampel telah ditolak untuk penelitian oleh karena rekam medis yang ingin diamati tidak dapat diperoleh. Hal ini adalah karena rekam medis tersebut mungkin sedang digunakan untuk pengobatan pasien tersebut ketika penelitian sedang dilakukan. Oleh itu sebanyak 60 orang pasien yang mengalami diare akut telah dijadikan sampel penelitian.


(34)

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 33 55.0

Perempuan 27 45.0

Umur

0 – 28 hari 8 13.0

28 hari – 1 tahun 32 54.0

1 – 5 tahun 20 33.0

Berdasarkan tabel 5.1 didapati bahwa umur sampel paling banyak adalah usia 28 hari – 1 tahun yaitu sebanyak 32 orang (54.0%), sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah kurang dari 28 hari yaitu sebanyak 8 orang sahaja. Didapatkan juga bahwa laki-laki mempunyai frekuensi sampel yang sedikit lebih tinggi berbanding perempuan yaitu 33 orang (55.0%) untuk laki-laki dan 27 orang (45.0%) untuk perempuan.

5.1.3. Hasil Deskriptif Data

Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan World Health Organization (WHO) dengan menggunakan berat badan sesuai umur, (BB/U).


(35)

Tabel 5.2

Status Gizi Sampel Penderita Diare Akut pada Anak Balita

Status Gizi Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 32 53.3

Kurang 13 21.7

Buruk 15 25.0

Lebih 0 0.0

Jumlah 60 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat didapati bahwa sebanyak 32 orang (53.3%) mempunyai gizi baik. Hanya 15 orang (25.0%) datang dengan gizi buruk, dan 13 orang (21.7%) datang dengan gizi kurang dan tidak didapati gizi lebih.

Tabel 5.3

Distribusi Pemberian Asi Eksklusif mengikut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Ada Mendapat

Asi Eksklusif

Tidak Mendapat Asi Eksklusif

Jumlah

Laki-laki 6 27 33

Perempuan 9 18 27

Jumlah 15 45 60

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa lebih banyak sampel dengan diare akut ini tidak mendapat asi eksklusif yaitu sebanyak 45 orang berbanding dengan hanya 15 orang sampel yang mendapat asi eksklusif. Daripada 15 orang sampel yang mendapat


(36)

asi eksklusif ini, didapatkan bahwa bilangan perempuan lebih tinggi berbanding dengan bilangan sampel laki-laki. Didapatkan juga bilangan anak laki-laki yang tidak mendapat asi eksklusif adalah lebih tinggi berbanding anak perempuan yaitu dengan laki-laki sebanyak 27 orang manakala 18 orang untuk perempuan.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Dehidrasi

Jenis Dehidrasi Frekuensi (n) Persen (%)

Tanpa Dehidrasi 10 17.0

Dehidrasi Ringan-Sedang 43 72.0

Dehidrasi Berat 7 11.0

Jumlah 60 100.0

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa paling banyak sampel mengalami dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 43 orang dari 60 orang sampel. Sampel yang mengalami dehidrasi berat merupakan paling sedikit dengan hanya 7 orang yang mengalaminya dari 60 orang sampel.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara mengkaji data dari rekam medis. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:


(37)

5.2.1. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis kelamin

Dilihat dari jenis kelamin penderita, pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah kasus diare pada anak balita yang terbanyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55.0%, diikuti dengan perempuan yaitu sebanyak 45.0%. Namun dari penelitian ini didapatkan bahwa perbedaan jumlah kasus antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan. Hasil ini didukung oleh penelitian Adisasmito yang mengemukakan bahwa jenis kelamin bukanlah salah satu dari faktor resiko untuk terkena diare akut pada anak balita (Adisasmito, 2007).

5.2.2. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut kelompok umur

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah dari 28 hari – 1 tahun yaitu sebanyak 54.0%, dan sebagian kecil kelompok umur yang paling sedikit terkena diare akut adalah dari kelompok umur kurang dari 28 hari yaitu 13.0% sahaja. Menurut Simatupang, adalah didukung bahwa faktor umur balita memainkan peran di mana sebagian besar diare terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun. Hasil analisis lanjut SKDI (1995) didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan mempunyai risiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan (Simatupang, 2004).

Hasil penelitian Sumali M. Atmojo dalam penelitian Sinthamurniwati juga menunjukkan bahwa besar pengaruh umur balita terhadap frekuensi kejadian diare pada anak balita hanya sebesar 8,77%. Meskipun demikian, kondisi ini perlu dicermati bahwa semakin muda usia anak balita kemungkinan terkena penyakit diare semakin besar. Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1991 (BPS, 1993) juga menemukan bahwa semakin muda usia anak balita semakin besar kecenderungan terkena penyakit diare, kecuali pada kelompok usia kurang dari enam bulan, yang mungkin disebabkan makanan bayi masih sangat tergantung pada Air


(38)

Susu Ibu (ASI). Tingginya angka diare pada anak balita yang berusia semakin muda dikarenakan semakin rendah usia anak balita daya tahan tubuhnya terhadap infeksi penyakit terutama penyakit diare semakin rendah, lebih – lebih jika status gizinya kurang dan berada dalam lingkungan yang kurang memadai. Oleh karena itu pola asuh terhadap anak balita yang berusia dini harus lebih baik daripada yang berusia lebih tua.

Selanjutnya, hasil penelitian Wiwik Suharti dalam penelitian Sinthamurniwati juga mendukung, yaitu menunjukkan bahwa jumlah balita penderita diare yang banyak pada kelompok umur 6 – 12 bulan yaitu 34 balita (40 %) dan pada kelompok umur 13 – 24 bulan sebanyak 25 balita (29,4 %) sedangkan yang sedikit pada kelompok umur 0 – 5 bulan yaitu 13 orang (15,3 %). Sedikitnya kejadian diare pada kelompok umur 0 – 5 bulan karena pada umur tersebut, balita biasanya masih mendapat ASI dari ibunya dan belum mendapat makanan tambahan, demikian tingkat imunitas balita tersebut tinggi yang diperoleh langsung dari ASI sehingga risiko untuk terkena diare lebih rendah. Pada kelompok umur 6 – 12 bulan biasanya balita sudah mendapat makanan tambahan dan menurut perkembangannya mulai dapat merangkak sehingga kontak langsung bisa saja terjadi, kontaminasi dari peralatan makan dan atau intoleransi makanan itu sendiri yang dapat menyebabkan tinginya risiko terkena diare (Sinthamurniwaty, 2006).

5.2.3. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut status gizi

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa anak balita yang mengalami diare paling banyak mempunyai status gizi yang baik yaitu sebanyak 53.3%, diikuti dengan status gizi buruk yaitu 25.0% dan akhirnya status gizi kurang yaitu sebanyak 21.7%. Didapatkan dari penelitian ini bahwa anak dengan status gizi baik tetap juga bisa mengalami diare akut. Hal ini didukung dengan penelitian Simatupang di mana status gizi tidak termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita


(39)

(Simatupang M., 2004). Diare dapat disebabkan oleh infeksi, virus, atau parasit, malabsorbsi makanan, keracunan makanan dan juga alergi (Harianto, 2004)

Menurut Sutoto (1992) dalam penelitian Simatupang, menjelaskan bahwa interaksi diare dan gizi kurang merupakan lingkaran setan. Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberatkan diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang tepat dan cukup merupakan komponen utama pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan di rumah. Menurut Suharyono (1986) dalam penelitian Simatupang, juga menjelaskan bahwa bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare.

5.2.4. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut pemberian ASI eksklusif Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar anak balita yang menderita diare akut tidak mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, yaitu sebesar 75.0% yang terdiri dari 45 orang. Hanya sebagian kecil anak balita yang menderita diare akut dalam penelitian ada mendapatkan ASI eksklusif yaitu 25.0% terdiri seramai 15 orang. Hal ini juga membuktikan bahwa ASI eksklusif ada memainkan peran penting dalam risiko terkena diare. Menurut Sutoto (1992) dalam penelitian Simatupang, mendukung hasil penelitian ini dengan menjelaskan bahwa pemberian ASI eksklusif akan memberikan perlindungan diare 4 kali daripada bayi dengan ASI disertai susu botol atau tanpa ASI.

Menurut penelitian Simatupang, dijelaskan bahwa pada bayi yang tidak diberi ASI penuh pada 6 bulan pertama kehidupan, resiko mendapat diare adalah 30 kali lebih besar. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan resiko tinggi terkena diare sehingga menyebabkan terjadinya gizi buruk (Simatupang, 2004).


(40)

5.2.5. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis dehidrasi yang dialami

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jenis dehidrasi yang paling banyak dialami oleh anak balita dengan diare akut ini adalah dehidrasi ringan-sedang yaitu sebesar 72%, diikuti dengan tanpa dehidrasi yaitu sebesar 17% dan sebagian kecil mengalami dehidrasi berat yaitu sebesar 11%.

Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi (Harianto, 2004). Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi lebih mudah terjadi pada bayi dan balita serta pada penderita demam. Derajat dehidrasi diukur menurut persentase terjadinya penurunan berat badan selama diare. Bila berat badan turun kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan turun 5%-10% termasuk dehidrasi sedang dan bila berat badan turun lebih dari 10% termasuk dehidrasi berat (Harianto, 2004).


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai profil penderita diare pada balita di RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2009 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Berdasarkan berat badan dan umur (BB/U) penderita diare untuk balita pada tahun 2009 di RSUP Haji Adam Malik Medan diperoleh sebagian besar mempunyai status gizi yang baik yaitu sebanyak 32 orang (53.3%). b. Didapatkan bahwa sebagian besar dari sampel pasien diare ini tidak

diberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 45 orang (75%) yang terdiri dari anak-anak laki-laki dan perempuan. Hanya sebagian kecil pasien yang diberi ASI eksklusif mengidap diare yaitu sebanyak 15 orang (25%). c. Diperoleh juga bahwa sebagian besar sampel pasien diare yang terdiri dari

anak-anak balita ini mengalami dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 43 orang (71.7%), sebanyak 10 orang (16.7%) sampel tidak mengalami dehidrasi disebabkan oleh diare manakala sebagian kecil sampel yaitu sebanyak 7 orang (11.7%) mengalami dehidrasi berat akibat diare akut yang dihadapi.


(42)

6.2. Saran

6.2.1. Bagi ibu-ibu yang mempunyai anak balita

Tetap memberikan ASI dan menyusui bayinya bila asi masih berwarna kuning yaitu kolostrum dan jangan membuangnya. ASI sebaiknya diberikan selama 6 bulan pertama karena merupakan ASI eksklusif yang kaya dengan nutrisi dan imunitas yang penting bagi anak serta ASI bisa diberikan sehingga 2 tahun kepada anak.

6.2.2. Bagi peneliti

Bagi peneliti dimasa akan datang dapat dilakukan dibeberapa lokasi dan dilakukan penelitian lebih dalam mengenai karakteristik dan profil penderita diare pada anak balita atau hubungan dengan status gizi.

6.2.3. Bagi petugas kesehatan

Tenaga kesehatan bisa mempertahankan dan meningkatkan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif, angka kejadian diare yang tinggi pada anak balita, serta cara mengobservasi status gizi pada anak balita. Dalam pengukuran antropometri juga disarankan supaya panjang badan balita diambil supaya status gizi dapat diukur dengan menggunakan skala panjang badan sesuai berat badan anak (TB/BB).


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W., 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Systemic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Ahlquist D.A, and Camilleri M., 2005. Diarrhea and Constipation. In: Harrison’s Principles Of Internal Medicine 16th ed. USA: McGraw Hill. 224-233.

Atmojo S.M., Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare anak balita di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dalam: Sinthamurniwaty, 2006. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Program Studi Epidemiologi Pascasarjana, Semarang: Universitas Diponegoro.

Brotowasisto, 1997. Diare, Penanggulangan dan Hasil-hasilnya. Dalam: Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Budiarso R. et al., 1986. Survey Kesehatan Rumah Tangga. Dalam: Harianto, 1991. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare, Ditjen PPM & PLP, Jakarta.


(44)

Komunikasi Program P2 Diare di Indonesia. Dalam: Harianto, 1991. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.

Harianto, 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.

Hasan R., Atalas H., 1985. Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ed. ke-11. Jakarta: Infomedika Jakarta.

Kliegman R.M., Marcdante K.J., and Behrman R.E., 2006. Nelson Essentials of Pediatric. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Putra D.S., 2008. Diare Akut Pada Anak. Available from:

[Accessed 17 April 2010]

http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak

________, 2008. Diare Persisten Pada Anak. Available from:

http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-persisten-pada-anak

Rubin B., 1985. Management of Acute Diarrhoea. Indian Council of Medical [Accessed 17 April 2010]

Research. Dalam: Harianto, 1991. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.


(45)

Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sinthamurniwaty, 2006. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Program Studi Epidemiologi Pascasarjana, Semarang: Universitas Diponegoro.

Soetjiningsih, 2002. Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak. Dalam: Moersintowarti B.N. et al., ed. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto, 22-38.

Suharyono, 1986. Diare Akut. Dalam: Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara. Sutanto A.H., 1984. Rehidrasi Oral Pemantapan dan Pembudayaannya Dalam Upaya

Penanggulangan Diare. Dalam: Harianto, 1991. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sutoto, 1992. Pemberantasan Penyakit Diare Dalam Repelita V, Depkes. Dalam: Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Winardi B., 1981. Diare dan Upaya Pemberantasannya. Dalam: Harianto, 1991. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.


(46)

Suharti W., 1997. Pengaruh air bersih kaitannya dengan kejadian diare di desa Sondongagung, Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta. Dalam: Sinthamurniwaty, 2006. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Program Studi Epidemiologi Pascasarjana, Semarang: Universitas Diponegoro.


(47)

Lampiran I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Syafiq Akmal Bin Ishak

Tempat / Tanggal Lahir : Kuala Lumpur / 17 September 1988

Agama : Islam

Alamat : 11949, Jalan Merpati 8, Bandar Putra, 81000 Kulai, Johor

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Taman Bukit Maluri, Kepong, Selangor

2. Maktab Rendah Sains Mara (MRSM) Lenggong, Perak

3. Maktab Rendah Sains Mara (MRSM) Jasin, Melaka 4. Certificate in Pre-Medical Studies, ACMS

5. Fakultas Kedokteran USU Riwayat Pelatihan : 1. Kursus Bina Negara (BTN)

2. Program Bakti Sosial Acheh Sepakat 2009 3. Program Sunatan Bakti Sosial 2009 Riwayat Organisasi : 1. Ahli Jawatankuasa PM-USU


(48)

(49)

(50)

BULAN

(2009) NO

NO.

PASIEN KELAMIN UMUR

KELOMPOK UMUR BERAT BADAN (KG) STATUS GIZI ASI

EKSKLUSIF TINGKAT DEHIDRASI

1 37 75 93 L 7 bulan 28 hari-1 tahun 5,5 D

dehidrasi ringan sedang

2 37 79 72 L 9 bulan 28 hari-1 tahun 6,3 D

dehidrasi ringan sedang

JAN 3 35 74 65 P 10 bulan 28 hari-1 tahun 6,8 B

dehidrasi ringan sedang

4 37 94 07 L

1 tahun 6

bulan 1-5 tahun 6,7 D

dehidrasi ringan sedang

5 35 72 36 L

1 tahun 2

bulan 1-5 tahun 9,8 B

dehidrasi ringan sedang

6 38 07 17 P 4 bulan 28 hari-1 tahun 5,3 B / tanpa dehidrasi

FEB 7 38 26 13 P 9 hari 0-28 hari 1,95 D / tanpa dehidrasi

8 38 26 94 L

2 tahun 6

bulan 1-5 tahun 11,0 B

dehidrasi ringan sedang

9 38 29 26 P

1 tahun 6

bulan 1-5 tahun 5,4 D /

dehidrasi ringan sedang

10 38 40 83 L 4 bulan 28 hari-1 tahun 8,3 B

dehidrasi ringan sedang

11 38 31 35 L 15 hari 0-28 hari 2,7 C

dehidrasi ringan sedang

MAC 12 37 94 34 L 3 tahun 1-5 tahun 13,0 B

dehidrasi ringan sedang

13 38 49 05 L 7 bulan 28 hari-1 tahun 6,6 C /

dehidrasi ringan sedang

14 38 53 67 L 1 tahun 28 hari-1 tahun 10,0 B

dehidrasi ringan sedang

15 34 25 36 P

1 tahun 4

bulan 1-5 tahun 8,0 B

dehidrasi ringan sedang


(51)

16 38 64 64 L

1 tahun 6

bulan 1-5 tahun 11,0 B dehidrasi ringan sedang

17 38 58 19 P 10 bulan 28 hari-1 tahun 8,6 B / dehidrasi berat

18 28 54 49 P

4 tahun 6

bulan 1-5 tahun 9,5 D dehidrasi ringan sedang

APR 19 38 73 36 L

2 tahun 6

bulan 1-5 tahun 10,0 C dehidrasi ringan sedang

20 38 75 22 L 12 hari 0-28 hari 2,75 B dehidrasi berat

21 38 70 62 L

1 tahun 5

bulan 1-5 tahun 6,25 D tanpa dehidrasi

22 38 77 84 L 10 bulan 28 hari-1 tahun 7,6 B / dehidrasi ringan sedang

23 38 66 97 P

4 tahun 10

bulan 1-5 tahun 14,0 B tanpa dehidrasi

MAY 24 38 99 54 P 6 bulan 28 hari-1 tahun 4,2 D tanpa dehidrasi

25 38 98 27 L

1 tahun 3

bulan 1-5 tahun 9,0 B dehidrasi ringan sedang

26 39 15 78 P 9 bulan 28 hari-1 tahun 5,5 D / dehidrasi berat

27 39 20 34 P 8 bulan 28 hari-1 tahun 6,5 B dehidrasi ringan sedang

28 39 29 81 L 11 bulan 28 hari-1 tahun 7,6 C / dehidrasi ringan sedang

29 39 32 53 XXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXX XXXXXX XXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

JUN 30 39 47 76 XXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXX XXXXXX XXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

31 39 41 02 L

1 tahun 3

bulan 1-5 tahun 7,7 C dehidrasi ringan sedang

32 39 38 08 P 2 hari 0-28 hari 2,6 B / dehidrasi ringan sedang

33 39 42 10 L 11 bulan 28 hari-1 tahun 7,0 C dehidrasi ringan sedang


(52)

35 39 49 23 P 5 bulan 28 hari-1 tahun 6,3 B dehidrasi berat

36 39 61 83 L 7 bulan 28 hari-1 tahun 5,6 D dehidrasi ringan sedang

37 39 67 12 P

1 tahun 6

bulan 1-5 tahun 9,0 B dehidrasi ringan sedang

JUL 38 39 66 68 L 6 bulan 28 hari-1 tahun 6,4 B dehidrasi ringan sedang

39 39 04 31 P 3 tahun 1-5 tahun 9,0 D tanpa dehidrasi

40 39 66 72 XXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXX XXXXXX XXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

41 39 91 39 P

1 tahun 1

bulan 1-5 tahun 7,0 C dehidrasi ringan sedang

42 39 72 44 L

1 tahun 10

bulan 1-5 tahun 9,2 C dehidrasi ringan sedang

43 39 96 28 L

1 tahun 5

bulan 1-5 tahun 8,5 C / dehidrasi ringan sedang

44 39 96 22 L

1 tahun 2

bulan 1-5 tahun 6,5 D dehidrasi ringan sedang

45 39 98 44 P 10 bulan 28 hari-1 tahun 7,5 B dehidrasi ringan sedang

46 39 97 34 XXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXX XXXXXX XXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

47 39 99 12 L 1 bulan 0-28 hari 2,9 C dehidrasi ringan sedang

48 40 04 25 P 7 bulan 28 hari-1 tahun 6,8 B dehidrasi ringan sedang

AUG 49 40 14 58 XXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXX XXXXXX XXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

50 35 79 75 L 14 hari 0-28 hari 4,0 B tanpa dehidrasi

51 40 04 24 P 1 tahun 28 hari-1 tahun 6,2 D dehidrasi ringan sedang

52 40 08 05 P 10 bulan 28 hari-1 tahun 6,3 D tanpa dehidrasi

53 30 42 44 L 2 tahun 1-5 tahun 9,0 C dehidrasi ringan sedang

54 40 20 85 L 1 tahun 28 hari-1 tahun 10,2 B dehidrasi berat


(53)

56 40 33 47 L 8 bulan

28 hari-1

tahun 6,4 C /

dehidrasi ringan sedang

SEP 57 40 48 54 P 7 bulan

28 hari-1

tahun 6,0 B

dehidrasi ringan sedang

58 40 53 88 P 10 bulan

28 hari-1

tahun 7,2 B / dehidrasi berat

59 40 61 84 L 11 bulan

28 hari-1

tahun 8,4 B

dehidrasi ringan sedang

OCT 60 40 55 67 P

1 tahun 4 bulan

28 hari-1

tahun 8,9 B / tanpa dehidrasi

61 40 81 83 L 8 bulan

28 hari-1

tahun 8,1 B / tanpa dehidrasi

62 40 89 29 L 3 bulan

28 hari-1

tahun 4,5 C

dehidrasi ringan sedang

NOV 63 40 88 23 P 21 hari 0-28 hari 3,14 B

dehidrasi ringan sedang

64 41 06 87 P

1 bulan 15 hari

28 hari-1

tahun 1,2 D dehidrasi berat

DEC 65 38 10 61 L 8 bulan

28 hari-1

tahun 7,0 B

dehidrasi ringan sedang

56 40 33 47 L 8 bulan

28 hari-1

tahun 6,4 C /

dehidrasi ringan sedang

SEP 57 40 48 54 P 7 bulan

28 hari-1

tahun 6,0 B

dehidrasi ringan sedang

58 40 53 88 P 10 bulan

28 hari-1

tahun 7,2 B / dehidrasi berat

59 40 61 84 L 11 bulan

28 hari-1

tahun 8,4 B

dehidrasi ringan sedang


(54)

62 40 89 29 L 3 bulan

28 hari-1

tahun 4,5 C

dehidrasi ringan sedang

NOV 63 40 88 23 P 21 hari 0-28 hari 3,14 B

dehidrasi ringan sedang

64 41 06 87 P

1 bulan 15 hari

28 hari-1

tahun 1,2 D dehidrasi berat

DEC 65 38 10 61 L 8 bulan

28 hari-1

tahun 7,0 B

dehidrasi ringan sedang


(55)

Lampiran V

Output Data Frekuensi

Statistics Jenis Kelamin Balita

N Valid 60

Missing 0

Jenis Kelamin Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 33 55.0 55.0 55.0

P 27 45.0 45.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Statistics Kelompok Usia Balita

N Valid 60

Missing 0

Kelompok Usia Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-28 hari 8 13.3 13.3 13.3

28 hari - 1 tahun 32 53.3 53.3 66.7

1 tahun - 5 tahun 20 33.3 33.3 100.0


(56)

Statistics Status Gizi Balita

N Valid 60

Missing 0

Status Gizi Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 32 53.3 53.3 53.3

kurang 13 21.7 21.7 75.0

buruk 15 25.0 25.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Statistics ASI

N Valid 60

Missing 0

ASI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak mendapat asi

eksklusif

45 75.0 75.0 75.0

ada mendapat asi eksklusif

15 25.0 25.0 100.0


(57)

Jenis Kelamin Balita * ASI Crosstabulation Count

ASI

Total tidak

mendapat asi eksklusif

ada mendapat asi eksklusif Jenis Kelamin

Balita

L 27 6 33

P 18 9 27

Total 45 15 60

Statistics JenisDehid

N Valid 60

Missing 0

Jenis Dehidrasi Pada Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tanpa dehidrasi 10 16.7 16.7 16.7

dehidrasi ringan-sedang 43 71.7 71.7 88.3

dehidrasi berat 7 11.7 11.7 100.0


(1)

35 39 49 23 P 5 bulan

28 hari-1 tahun

6,3 B dehidrasi berat

36 39 61 83 L 7 bulan

28 hari-1 tahun

5,6 D dehidrasi ringan sedang

37 39 67 12 P

1 tahun 6

bulan

1-5 tahun

9,0 B dehidrasi ringan sedang

JUL 38 39 66 68 L 6 bulan

28 hari-1 tahun

6,4 B dehidrasi ringan sedang

39 39 04 31 P 3 tahun

1-5 tahun

9,0 D tanpa dehidrasi

40 39 66 72 XXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXX XXXXXX XXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

41 39 91 39 P

1 tahun 1

bulan

1-5 tahun

7,0 C dehidrasi ringan sedang

42 39 72 44 L

1 tahun 10

bulan

1-5 tahun

9,2 C dehidrasi ringan sedang

43 39 96 28 L

1 tahun 5

bulan

1-5 tahun

8,5 C / dehidrasi ringan sedang

44 39 96 22 L

1 tahun 2

bulan

1-5 tahun

6,5 D dehidrasi ringan sedang

45 39 98 44 P 10 bulan

28 hari-1 tahun

7,5 B dehidrasi ringan sedang

46 39 97 34 XXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXX XXXXXX XXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

47 39 99 12 L 1 bulan

0-28 hari

2,9 C dehidrasi ringan sedang

48 40 04 25 P 7 bulan

28 hari-1 tahun

6,8 B dehidrasi ringan sedang

AUG 49 40 14 58 XXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXX XXXXXXXXXX XXXXXX XXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

50 35 79 75 L 14 hari

0-28 hari

4,0 B tanpa dehidrasi

51 40 04 24 P 1 tahun

28 hari-1 tahun

6,2 D dehidrasi ringan sedang

52 40 08 05 P 10 bulan

28 hari-1 tahun

6,3 D tanpa dehidrasi

53 30 42 44 L 2 tahun

1-5 tahun

9,0 C dehidrasi ringan sedang

54 40 20 85 L 1 tahun

28 hari-1 tahun

10,2 B dehidrasi berat


(2)

56 40 33 47 L 8 bulan

28 hari-1

tahun

6,4 C /

dehidrasi ringan sedang SEP 57 40 48 54 P 7 bulan

28 hari-1

tahun

6,0 B

dehidrasi ringan sedang 58 40 53 88 P 10 bulan

28 hari-1

tahun

7,2 B / dehidrasi berat

59 40 61 84 L 11 bulan

28 hari-1

tahun

8,4 B

dehidrasi ringan sedang OCT 60 40 55 67 P

1 tahun 4 bulan

28 hari-1

tahun

8,9 B / tanpa dehidrasi

61 40 81 83 L 8 bulan

28 hari-1

tahun

8,1 B / tanpa dehidrasi

62 40 89 29 L 3 bulan

28 hari-1

tahun

4,5 C

dehidrasi ringan sedang

NOV 63 40 88 23 P 21 hari

0-28 hari

3,14 B

dehidrasi ringan sedang 64 41 06 87 P

1 bulan 15 hari

28 hari-1

tahun

1,2 D dehidrasi berat

DEC 65 38 10 61 L 8 bulan

28 hari-1

tahun

7,0 B

dehidrasi ringan sedang 56 40 33 47 L 8 bulan

28 hari-1

tahun

6,4 C /

dehidrasi ringan sedang SEP 57 40 48 54 P 7 bulan

28 hari-1

tahun

6,0 B

dehidrasi ringan sedang 58 40 53 88 P 10 bulan

28 hari-1

tahun

7,2 B / dehidrasi berat

59 40 61 84 L 11 bulan

28 hari-1

tahun

8,4 B

dehidrasi ringan sedang OCT 60 40 55 67 P

1 tahun 4 bulan

28 hari-1


(3)

62 40 89 29 L 3 bulan

28 hari-1

tahun

4,5 C

dehidrasi ringan sedang

NOV 63 40 88 23 P 21 hari

0-28 hari

3,14 B

dehidrasi ringan sedang 64 41 06 87 P

1 bulan 15 hari

28 hari-1

tahun

1,2 D dehidrasi berat

DEC 65 38 10 61 L 8 bulan

28 hari-1

tahun

7,0 B

dehidrasi ringan sedang


(4)

Lampiran V

Output Data Frekuensi

Statistics

Jenis Kelamin Balita

N

Valid

60

Missing

0

Jenis Kelamin Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L

33

55.0

55.0

55.0

P

27

45.0

45.0

100.0

Total

60

100.0

100.0

Statistics

Kelompok Usia Balita

N

Valid

60

Missing

0

Kelompok Usia Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0-28 hari

8

13.3

13.3

13.3

28 hari - 1 tahun

32

53.3

53.3

66.7

1 tahun - 5 tahun

20

33.3

33.3

100.0


(5)

Statistics

Status Gizi Balita

N

Valid

60

Missing

0

Status Gizi Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik

32

53.3

53.3

53.3

kurang

13

21.7

21.7

75.0

buruk

15

25.0

25.0

100.0

Total

60

100.0

100.0

Statistics

ASI

N

Valid

60

Missing

0

ASI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak mendapat asi

eksklusif

45

75.0

75.0

75.0

ada mendapat asi

eksklusif

15

25.0

25.0

100.0


(6)

Jenis Kelamin Balita * ASI Crosstabulation

Count

ASI

Total

tidak

mendapat asi

eksklusif

ada mendapat

asi eksklusif

Jenis Kelamin

Balita

L

27

6

33

P

18

9

27

Total

45

15

60

Statistics

JenisDehid

N

Valid

60

Missing

0

Jenis Dehidrasi Pada Balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tanpa dehidrasi

10

16.7

16.7

16.7

dehidrasi ringan-sedang

43

71.7

71.7

88.3

dehidrasi berat

7

11.7

11.7

100.0