2.3.3 Pelumasan Bidang Batas
Pelumasan bidang batas Boundary Lubrication mengacu pada situasi kombinasi geometri kontak, beban relatif besar, kecepatan rendah , kuantitas
pelumas yang tidak cukup sehingga tidak dimungkinkan untuk membangkitkan lapisan tipis minyak pelumas yang sempurna pada bagian yang bersinggungan.
Pada beberapa kasus pelumasan bidang batas masih terjadi kontak asperity permukaan kasar pada suatu permukaan yang dilihat di bawah mikroskop. Pada
situasi normal, asperity setiap logam dilapisi oleh lapisan oksida, misalnya besi oksida pada besi atau baja, aluminium oksida alumina pada aluminium dan
sebagainya. Ketika asperities tersebut saling bergesekan, kecenderungan asperities tersebut untuk melekat relatif lembut. Namun, bila lapisan oksida
tersebut aushabis akibat gesekan yang berat maka permukaan-permukaan yang bersinggungan memiliki kecenderungan untuk melakukan kontak langsung. Maka
sangat penting untuk mempertahankan lapisan oksida tersebut, agar terjadi gesekan yang relatif lembut. Dan jika permukaan logam tersebut kehilangan
lapisan oksidanya maka akan terjadi gesekan dan keausan yang parah. Dan pada kasus tersebut diatas pelumasan bidang batas dapat mengurangi gesekan dan
keausan yang terjadi. Mekanisme dari pelumasan bidang batas sendiri adalah misalnya dengan physical adsorption, chemical adsorption, maupun chemical
reaction.
2.3.4 Pelumasan Tekanan Ekstrim
Pelumasan tekanan ekstrim mengacu pada kondisi apabila kontak yang terjadi di bawah pengaruh kerja paling hebatekstrim, seperti pada pemotongan
Universitas Sumatera Utara
logam atau roda gigi yang mengalami beban kejut, sehingga aditif tekanan ekstrim EP additive digunakan untuk melumasi. EP Extreem Pressure additive ini
merupakan senyawa minyak yang dapat larut dan biasanya mengandung zat belerang, chlorin atau fosfor yang bereaksi dengan permukaan bantalan pada
temperatur tinggi yang timbul dimana lapisan tipis minyak pelumas pecah, membentuk zat lapisan tipis yang titik cairnya tinggi antara permukaan-
permukaan yang berkontak.
2.3.5 Pelumasan Padat
Pelumasan padat Solid Lubrication adalah sistem pelumasan dimana diantara permukaan kontak saling melumasi sendiri oleh bahan padat yang
dilapisi dan kadang menyatu pada elemen tersebut. Pelumasan padat dapat dipahami misalnya pada sebuah contoh, misalnya debu
pasir dan kerikil pada permukaan jalan dapat menyebabkan kendaraan tergelincir karena debu, pasir dan kerikil mengurangi gesekan antara ban dan permukaan
jalan. Teknisnya, debu, pasir dan kerikil tersebut bertindak sebagai pelumas, namun tentu saja tidak ada yang merekomendasikan debu, pasir dan kerikil
sebagai pelumas padat pada elemen mesin. Walaupun telah banyak dikembangkan bahan inorganik untuk pelumasan padat,
seperti misalnya mica, talc, dan chalk namun sangat sedikit yang digunakan secara umum untuk permesinan. Bahan-bahan yang umum dan paling banyak
digunakan sebagai pelumas padat adalah grafit dan molybdenum disulfida dan PTFE Polytetrafluoroethylene teflon.
Universitas Sumatera Utara
Adapun karakterisitik bahan yang baik digunakan sebagai pelumas padat adalah sebagai berikut :
• Mempunyai koefisien gesek rendah namun konstan dan terkendali • Memiliki stabilitas kimia yang baik sepanjang temperatur yang diperlukan
• Tidak memiliki kecenderungan untuk merusak permukaan bantalan • Lebih diutamakan yang memiliki daya adhesi yang kuat terhadap
permukaan bantalan, sehingga tidak mudah hilangaus dari permukaan bantalan.
• Memiliki daya tahan terhadap keausan dan umur yang relatif panjang • Mudah diaplikasikan pada permukaan yang bergesekan terutama bantalan
• Tidak beracun dan ekonomis Bahan inorganik seperti grafit dan molybdenum disulfida memiliki sifat mampu
membentuk lapisan tipis pada permukaan logam yang bergeser dengan mudah dan menahan penetrasi oleh permukaan-permukaan yang bergesek. Senyawa-senyawa
demikian dapat digunakan sendiri-sendiri atau disuspensikan dalam tempat cairan atau minyak gemuk. Jenis plastikpolimer seperti PTFE dapat digunakan sebagai
permukaan bantalan yang dalam penggunaan tidak menggunakan atau membutuhkan pelumasan lanjutan ataupun lainnya.
Beberapa bahan yang digunakan sebagai pelumas padat dapat dilihat pada tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Beberapa material yang digunakan sebagai bahan pelumas padat
Kelompok Bahan Nama Bahan
Layer-lattice compounds Molybdenum disulphide
Graphite Tungsten diselenide
Tungsten disulphide Niobium diselenide
Tantalum disulphide Calcium fluoride
Graphite fluoride
Polymers PTFE
Nylon PTFCE
Acetal PVF
2
Polyimide FEP
Polyphenylene sulphide PEEK
Metals Lead
Tin Gold
Silver Indium
Other Inorganics Molybdic oxide
Boron trioxide Lead monoxide
Boron nitride
sumber : Lubrication and Lubricant Selection :A Practical Guide, Third Edition by A.R. Lansdown
2.3.6 Pelumasan Hidrostatis