Latar Belakang Masalah Pendahuluan
sebagai sumber daya manusia, peran perempuan semakin penting dan tidak bisa dipandang sebelah mata.
Bila dilihat dari struktur bangsa Indonesia yang multikultur, kita bisa amati bersama ada beberapa hukum adat yang berlaku di beberapa wilayah di Indonesia.
Sebagai contoh sistem adat Minangkabau yang memberikan porsi warisan lebih besar kepada anak perempuan ketimbang laki-laki, padahal mayoritas warga Minangkabau
beragama Islam. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa efektifitas hukum kewarisan Islam di Indonesia belum sepenuhnya diadopsi dan dipraktekan secara
utuh. Hingga saat ini, di negara-negara Islam yang memberlakukan sistem
kewarisan Islam, baik dari golongan Syi’ah, Sunni, maupun negara-negara Islam yang telah mengusahakan pengkodifikasian hukum waris lewat sistem perundang-
undangan seperti Turki dan lain-lain, masih tetap menggunakan dan mempertahankan sistem pembagian 2:1 antara anak laki-laki dan perempuan. Begitupula di Indonesia,
dalam Kompilasi Hukum Islam KHI pasal 176 ditegaskan bahwa apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah
dua berbanding satu dengan anak perempuan.
1
Ini berarti apabila anak perempuan berjumlah dua orang dan ada seorang anak laki-laki, maka masing-masing anak
perempuan memperoleh 14 sedangkan anak laki-laki 24, cara seperti ini ditentukan
1
Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, h.131.
langsung oleh al- Qur’an surat al- Nisaa 4:11, tanpa dapat diinterpretasikan lain karena teks tersebut dianggap telah jelas.
ÞΟä3ŠÏ¹θムª
þ’Îû öΝà2ω≈s9÷ρr
Ìx.©Ï9 ã≅÷VÏΒ
Åeáym È⎦÷⎫u‹sVΡW{
4 βÎsù
£⎯ä. [™|¡ÎΣ
s−öθsù È⎦÷⎫tGt⊥øO
£⎯ßγn=sù sVè=èO
tΒ x8ts?
βÎuρ ôMtΡx.
Zοy‰Ïm≡uρ yγn=sù
ßóÁÏiΖ9 4
ϵ÷ƒuθtL{uρ Èe≅ä3Ï9
7‰Ïn≡uρ yϑåκ÷]ÏiΒ
â¨ß‰¡9 £ϑÏΒ
x8ts? βÎ
tβx. …çµs9
Ósuρ 4
βÎsù óΟ©9
⎯ä3tƒ …ã©
Ósuρ ÿ…çµrOÍ‘uρuρ
çνuθtr ϵÏiΒT|sù
ß]è=›W9 4
βÎsù tβx.
ÿ…ãs ×οuθ÷zÎ
ϵÏiΒT|sù â¨ß‰¡9
4 .⎯ÏΒ
ω÷èt 7π§‹Ï¹uρ
©Å»θムpκÍ5
÷ρr A⎦ø⎪yŠ
3 öΝä.äτtu™
öΝä.äτoΨöruρ Ÿω
tβρâ‘ô‰s? öΝß㕃r
Ütør öä3s9
YèøtΡ 4
ZπŸÒƒÌsù š∅ÏiΒ
« 3
¨βÎ ©
tβx. ¸ϑŠÎ=tã
VϑŠÅ3ym ∩⊇⊇∪
Artinya: ”Allah mensyariatkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak- anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya saja,
Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. Pembagian-
pembagian tersebut di atas sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau dan sesudah dibayar hutangnya. Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat banyak manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”QS. Al- Nisa’4:11.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa anak laki-laki mendapatkan porsi warisan dua bagian perempuan. Dalam ayat tersebut, muncullah tanggapan dari para
cendekiawan muslim. Menurut Thohir al Haddad dan Nashr Abu Zaid, bahwa pembagian tersebut 2:1 sudah tidak berlaku untuk masa kini dengan alasan keadaan
berbeda, dengan menggunakan kaidah fikih:
Berangkat dari pola pikir yang seperti inilah penulis berpikir untuk mencoba meneliti lebih jauh masalah pewarisan yang ada pada masyarakat ini. Oleh karena itu,
penulis sangat tertarik untuk membahas masalah ini secara jelas dan gamblang tentang sistem pembagian waris yang terdapat dalam al- Qur’an beserta letak keadilan
dengan sistem pembagian 2:1 dalam hukum kewarisan Islam dan bagaimana persepsi para aktivis gender mengenai sistem ini dengan berkutat pada relevansi dan
efektifitasnya pada masa kini dengan mengangkatnya dalam judul: ”Persepsi Aktivis Gender Indonesia terhadap Sistem Pembagian Harta Waris 2:1 dalam Hukum
Kewarisan Islam”