Penciptaan Alam Semesta Menurut Tafsir ‘Ilmi Penciptaan Jagat Raya

Seperti matahari, bulan, dan bermacam-macam buah-buahan, sehingga Alah menyuruh manusia agar melihat “kebijaksanaan luar biasa” yang terdapat dalam ciptaan-Nya. Itulah sebabnya, baik ayat-ayat al- Qur‟ān maupun fenomena alam yang ada dalam jiwa manusia maupun ciptaan-Nya sebagai tanda atau isyarat yang mengabarkan hakekat atau realitas Allah. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:                      “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” QS. Fushshilat: 53 Dalam al- Qur‟ān terdapat 750 ayat yang merujuk kepada fenomena alam. Hampir seluruh ayat ini memerintahkan manusia untuk mempelajari kitab hal-hal yang berhubungan dengan penciptaan dan merenungkan isinya. 9 Penulis akan mengungkapkan pengertian bermulanya penciptaan alam semesta dalam al- Qur‟ān, dengan menjelaskan makna lafal khalaqa yang terdapat dalam beberapa ayat yang berhubungan dengan penciptaan jagat raya, kemudian dilanjutkan dengan tafsiran lafad “kun fa yakun“ dan makna rataqa yang ada dalam surat QS. Al- Anbiya‟: 30. 9 Abdul Rahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam Rekonstruksi Pemikiran dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam, UII Press, Yogyakarta, 2002. H. 153 Kata khalaqa merupakan bentuk kata kerja lampau yang berarti „telah menciptakan‟. Dari kata ini, kita dapati pula kata khalq penciptaan, khaliq pencipta, dan makhluq ciptaan. Para ulama kalam teolog islam berpendapat bahwa yang dimaksud dengan penciptaan dalam kata ini merupakan af’al perbuatan khusus hanya untuk Allah saja, dan tidak untuk yang lain. lihat surah Al- A‟raf7: 54 10 ……Ingatlah Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha suci Allah, Tuhan seluruh alam                                    “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang masing- masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.” Al- A‟rāf: 54. 10 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 3 Proses penciptaan ini, menurut mereka, dari sesuatu yang sebelumnya tidak ada, seperti yang termaktub dalam kalimat Al- Qur‟ān : kun fayakun “Jadilah, maka terjadilah”. 11 Lafal نك di dalam al-Qur‟ān yang ditujukan dengan konteks penciptaan alam – secara umum – disebut sebnayak 6 enam kali, yaitu Al- Baqarah: 117, Ali Imrān: 47, Al-An‟ām: 73, An-Nahl: 40, Mu‟mīn: 68, dan Yāsīn: 82. Sebagaimana dapat terbaca pada ayat-ayat berikut.              “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, Maka cukuplah Dia hanya mengatakan kepadanya: Jadilah lalu jadilah ia.” Al-Baqarah: 117                               “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: Jadilah, lalu terjadilah, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.” Al-An‟ām: 73 11 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 3                           “Maryam berkata: Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, Padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman dengan perantaraan Jibril: Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: Jadilah, lalu jadilah Dia”. Ali Imrān: 47            “Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: kun jadilah, Maka jadilah ia.” An-Nahl: 40               “Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: Jadilah, Maka jadilah ia.” Al-Mu‟mīn: 68            “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah Maka terjadilah ia.” Yāsīn: 82. Allah adalah Maha pencipta. Dia menciptakan sesuatu dengan tidak mencontoh kepada apa yang telah ada, tidak menggunakan suatu bahan atau alat yang telah ada. Allah menciptakan dari yang tidak ada. Demikianlah Allah menciptakan langit dan bumi, dari semula tidak ada menjadi ada. Dengan kalimat ini, yang menurut hemat penulis menjadi inti dari pandangan para mufassir Depag tentang kosmogoni dan proses penciptaan alam semesta, maka secara umum dapat dikatakan bahwa Tafsir Kementrin Agama menganut Teori Kreasi. Menurut bunyi ayat, Allah menciptakan sesuatu dengan perkataan “Kun” jadilah, ungkapan ini adalah simplikasi atau penyederhanaan tentang Maha besarnya kekuasaan Allah, apa saja yang dikehendaki untuk ditetapkan semua terjadi dengan mudah. Sedang yang dimaksud dengan menciptakan hanyalah sekedar misal saja, agar mudah dipahami oleh hamba-hamba-Nya. Tentang cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu, hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Kata “fa yakūn”, yang berarti “maka jadilah” di sini tidak mesti diartikan bahwa sesuatu itu terjadi seketika itu juga, melainkan melalui tahapan proses yang memerlukan waktu. Setiap tahapan proses yang berlangsung dalam alam ini pasti akan berlaku hukum alam yakni ketentuan- ketentuan Allah atas sunatullah. 12 Perintah kun bukanlah perintah tanpa hikmah. Perintah kun selalu diikuti fi’il mudōri’ yakūn setelah dijeda fa. Sebagai fi’il mudōri’, yakūn dapat dipandang sebagai proses yang mungkin rumit atau sebaliknya sangat sederhana. 13 Pada keenam ayat tersebut juga, terdapat penggunaan lafal qāla dengan berbagai derivasinya yang masing- masing dapat bermakna: “perintah berproses” amara bil kaif. Makna “perintah berproses” untuk lafal qāla tersebut dipilih karena berbagai kata kerja sebelum lafal qāla pada keenam ayat di atas dapat bermakna sama pula 12 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 1. h. 183 13 Agus Purwanto. Nalar Ayat-ayat Semesta, Menjadikan Al- Qur’ān Sebagai Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan. Bandung: Mizan. Cet. 1. 2012. H. 220 sesuai dengan konteksnya, yaitu makna “menghendaki terjadinya” arāda bil s airūrah. 14 Tafsiran yang terdapat pada surat al-Baqarah: 117 dan surat Al- An‟ām: 73, di mana yang dibicarakan adalah penciptaan langit dan bumi. Sedangkan pada surat lainnya, seperti pada surat Ali- Imrān: 47, pada ayat ini Allah membicarakan tentang penciptaan anak tanpa ayah yaitu melalui Maryam. Allah menjelaskan bahwa kelahiran demikian akan terjadi bilamana Allah menghendaki-Nya, Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Jika Allah berkehendak menetapkan sesuatu maka hanya cukup berkata kepadanya “jadilah engkau”, lalu jadilah dia. 15 Begitupun pada surat an- Nahl: 40, Yāsīn: 82, al-Mu‟mīn: 68. Ketiga ayat ini membicarakan tentang penciptaan mahluk, dalam konteks menghidupkan atau mematikan. Dalam tafsirannya diterangkan, 16 Allah swt menerangkan bahwa terwujudnya sesuatu yang dikehendaki itu tidaklah memerlukan waktu yang lama, akan tetapi cukup dalam waktu yang singkat. Allah swt berfirman:        “Dan perintah Kami hanyalah satu Perkataan seperti kejapan mata.” al- Qamar: 50 14 Rosadisastra, Andi. Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial. Jakarta: Amzah. 2007. H. 210 15 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 1. h. 508 16 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 5. h. 322-323 Allah juga menjelaskan bahwa membangkitkan orang-orang yang telah mati bagi-Nya sama halnya dengan menciptakan satu jiwa. Allah swt berfirman:              “Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu dari dalam kubur itu melainkan hanyalah seperti menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.”An-Nahl: 28. Jika dilihat terdapat pertentangan antara tafsiran satu ayat dan yang lainnya. Di satu ayat menyatakan bahwa makna “kun fa yakūn” berarti memerlukan proses, tidak serta merta jadi. Namun di ayat lainnya menegaskan ketiadaan proses. Penulis menyimpulkan dari pemaparan di atas, bahwa adanya proses yang memerlukan waktu itu pada ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi, namun ketika membicarakan mahluk-makhluk-Nya cukup atau setelah penciptaan langit dan bumi, cukup berfirman, “jadilah” maka dengan serta merta terwujudlah makhluk itu. Karna dimaklumi, menciptakan dan mengatur alam raya makrokosmos ini jauh lebih rumit dan kompleks daripada menciptakan manusia yang hanya disebut mikrokosmos. Dan yang terpenting dari penjabaran di atas pula dapat disimpulkan bahwa tafsir Kementrian Agama RI mendukung teori kreasi, yaitu bahwa Allah menciptakan sesuatu dari tiada menjadi ada, terlepas melalui proses ataupun langsung. Sementara para filosof muslim, mempunyai pendapatyang berbeda. Menurut mereka, sesuai dengan informasi Al- Qur‟an, penciptaan merupakan proses menjadikan sesuatu dari materi yang sudah ada. Pendapat ini didasarkan pada Surah Fussilat41: 11 Kemudian Dia menuju ke langit, dan langit itu masih berupa asap….. 17                  “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. keduanya menjawab: Kami datang dengan suka hati. Fusshilat: 11 Kata khalq yang berarti penciptaan dalam al- Qur‟ān. Kata khalq merupakan bentuk dan tafsiran dalam kumpulan wahyu Allah Al- Qur‟ān. Kata khalq disebut dalam al- Qur‟an sebanyak 261 kali yang terdapat dalam 75 surat. Kata tersebut apabila obyeknya selain alam semesta, seperti manusia, jin, atau iblis dan hewan disebutkan secara eksplisit bahwa ia diciptakan dari materi yang sudah ada. Tapi bila obyeknya alam semesta, maka al- Qur‟an tidak menjelaskan secara rinci. Apakah tercipta dari materi 17 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 3 yang sudah ada atau dari ketiadaan, pada dasarnya pemakaian kata ini menunjukkan ada kehebatan ciptaan Allah yang sulit di nalar sebab- sebabnya oleh manusia. Selain itu, kata khalq ini mengandung maksud penciptaan fisika atau materi, bukan non fisik. 18 Masa pertama menjelaskan awal pembentukan alam semesta dengan ungkapan “apakah penciptaanmu lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun- Nya” lihat Surat an-Nazi‟at: 27. Berdasarkan analisis astronomi kosmologi, ledakan besar terjadi sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Ledakan dimana dimulainya tercipta ruang dan waktu, dari kondisi singularitas yang belum ada apa-apa, termasuk belum ada hukum-hukum fisika. Ruang alam semesta tercipta demikian cepatnya sehingga disebut sebagai ledakan. Penciptaan pertama kali adalah energy dan partikel foton. Dari partikel foton terbentuk proton, netron, dan electron, serta partikel lain yang tidak dikenal sains menggolongkannya sebagai materi gelap. Dari proton dan elektron terbentuk hydrogen sebagai unsur pertama pembentuk bintang. Unsur-unsur lainnya terbentuk dari proses fusi nuklir di dalam bintang. Berbagai hasil pengamatan dianalisis dengan dukungan teori-teori fisika untuk mengungkapkan asal-usul alam semesta. Teori yang kini diyakini bukti-buktinya menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari ledakan besar Big Bang. Semua materi dan energi yang kini ada di alam terkumpul dalam satu titik tak berdimensi yang berkerapatan tak berhingga. 18 Sirajuddin Zar, Menafsirkan Kosmologi al- Qur’an, Ulumul Qur’ān, Jakarta, No. 3, Vol. 5, 1995, h. 51 Tetapi ini jangan dibayangkan seolah-olah titik itu berada di suatu tempat di alam yang kita kenal sekarang ini. Yang benar, baik materi, energy, maupun ruang yang ditempatinya seluruhnya bervolume amat kecil, hanya satu titik tak berdimensi. Tidak ada suatu titk pun di alam semesta yang dapat dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan kata lain ledakan besar alam semesta tidak seperti ledakan bom yang meledak dari satu titik ke segenap penjuru. Hal ini karena pada hakekatnya seluruh alam turut serta dalam ledakan itu. Lebih tepatnya, seluruh alam semesta mengembang tiba-tiba secara serentak . ketika itulah mulainya terbentuk materi, ruang, dan waktu. Materi alam semesta yang pertama terbentuk adalah hydrogen yang menjadi bahan dasar bintang dan galaksi generasi pertama. Dari reaksi fusi nuklir di dalam bintang terbentuklah unsur-unsur berat seperti karbon, oksigen, nitrogen, dan besi. Kandungan unsur-unsur berat dalam komposisi materi bintang merupakan salah satu “akte” lahir bintang. Bintang-bintang yang mengandung banyak unsur berat berarti bintang itu “generasi muda” yang memanfaatkan materi-materi sisa ledakan bintang-bintang tua. Materi pembentuk bumi pun diyakini berasal dari debu dan gas antar bintang yang berasal dari ledakan bintang di masa lalu. Jadi, seisi alam ini memang berasal dari satu kesatuan. Alam semesta kemudian mulai terisi bintang-bintang yang terkelompok dalam galaksi-galaksi. Perkembangan selanjutnya terbentuk nebula, planet, dan benda-benda langit lainnya. Dalam bahasa Al- Qur‟ān asal usul langit dan bumi dari satu kesatuan materi dan prose situ diungkapkan dalam Surah Al- Anbiya‟21: 30 19 sebagai berikut:                      “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” Al-Anbiyā‟: 30 Ratqan adalah bentuk masdar dari lafal rataqa yang berarti menyatukan atau menggabungkan. Ar-Ratqa artinya adalah ”perempuan yang memiliki bibir kemaluan yang rapat.” Ayat ini menjelaskan bahwa langit dan bumi pada awalnya merupakan sesuatu yang padu dan menyatu, kemudian Allah pecahkan menjadi langit dan bumi. Beberapa ulama membuat penafsiran tentang rataqa ini. Sebagian berpendapat bahwa awalnya langit dan bumi menyatu, kemudian Allah mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi seperti apa adanya. Sebagian berpendapat bahwa awalnya langit dan bumi menyatu, kemudian Allah mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi seperti apa adanya. Sebagian berpendapat bahwa pemisahan antara keduanya melalui penciptaan angin. Sebagian berpendapat pemisahan langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuh-tumbuhan. Yang 19 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 22-23 pasti, hampir semuanya sepakat bahwa langit dan bumi awalnya bersatu. Ini sejalan dengan teori big bang ledakan besar yang menyatakan bahwa dahulu sebelum ada langit dan bumi, alam ini merupakan suatu gumpalan yang padu, kemudian meledak dan berpisah menjadi planet dan bintang- bintang. 20 Waktu dentuman diambil sebagai titik awal waktu, titik waktu nol. Para ahli kemudian membuat keadaan awal yang mampu dibanyangkan dan dipikirkan. Energy tertinggi partikel yang dapat kita pikirkan adalah energy ketika gravitasi sekuat gaya lemah, gaya elektromegnetik, dan gaya kuat. Energy ini dikenal sebagai energy Planck, besarnya 2,33 x 23 miliar 300 juta triliun triliun GeV yang setara dengan sepuluh juta triliun massa proton. Pada saat temperatur jagat raya ini seratus juta triliun triliun Kelvin, gaya gravitasi memisah dari ketiga gaya lainnya. Kejadian ini berlangsung pada 5,38 x 538 per seratus juta triliun triliun triliun detik setelah Dentuman Besar. Ruang-waktu terus mengalir, mengembang, dan membesar. Sejalan dengan pengembangan ini temperature jagat raya pun menurun. Gaya kuat yang sebelumnya bersatu dengan dua gaya lainnya, gaya elektromagnetik dan gaya lemah, kemudian terpisah pada energy sepuluh ribu triliun GeV atau temperature seratus ribu triliun triliun Kelvin. Peristiwa terpisahnya gaya kuat ini terjadi pada waktu satu per seratus triliun triliun triliun detik setelah The Big Bang. 21 20 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 6. h. 250 21 Agus Purwanto. Nalar Ayat-ayat Semesta, Menjadikan Al- Qur’ān Sebagai Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan. Bandung: Mizan. Cet. 1. 2012. H. 221 Dan dari penjabaran di atas dapat terlihat jelas bahwa Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya Kementrian Agama RI menganut Creatio Ex Nihilo. 22 Yaitu ditandai dengan pernyataannya bahwa alam semesta ini bermula dari dentuman besar Big Bang dan alam semesta ini terus mengalami pengembangan.

2. Proses Penciptaan Alam Semesta

Allah menciptakan langit, bumi dan isinya yang merupakan bagian dari jagat raya selama enam masa. Hal ini dijelaskan di dalam al- Qur‟ān, dan ternyata penjelasan tentang masalah ini beragam dan terdapat dalam berbagai ayat yang tersebar dalam beberapa surah. Ada di antara ayat itu yang menyatakan bahwa penciptaan selama enam masa itu meliputi langit, bumi, dan isinya. Namun, ada juga ayat yang menerangkan tentang penciptaan langit saja yang berlangsung selama dua masa, dan penciptaan bumi saja yang juga berlangsung selama dua masa. Kemudian dijelaskan 22 Penciptaan alam semesta ditinjau dari sudut asal-usulnya: a. Creatio Ex Nihilo; pandangan kosmologi modern abad ke-20, cenderung berkesimpulan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Hal ini dimulai dari hasil observasi Hubble pada tahun 1929. Perkembangan tersebut diperkuat lagi dengan observasi yang dilakukan Edward Tryon pada tahun 1973 dan Stephen W. Hawking pada tahun 1974 yang menghasilkan pandangan bahwa alam semesta muncul dari ketiadaan. Pandangan ini juga pernah dikemukakan kalangan theology dari Al- Asy‟ariyah yang juga berkesimpulan bahwa alam semesta dicipta dari ketiadaan, berbeda dengan Mu‟tazilah yang menganggap alam semesta dari materi yang sudah ada. b. Emanasi; Konsep kosmologi penciptaan alam kaum filosof islam dapat dicari dari filsafat emanasi al-Faidh. Kaum filosof berpegang pada pendapat yang diwarisi dari masa Yunani bahwa alam adalah kadim sebagaimana didukung oleh pendapat Aristoteles 384-322 SM. Sementara Plato 427-347 SM dengan kurang Tuhanlah yang mengaturnya. c. Evolusi; Pemikiran tentang asal muasal alam raya bahwa asal mula alam raya ini terdiri dari empat unsure yaitu udara, api, air, dan tanah yang masing-masing memiliki sifat dingin, panas, basah dan kering. Pikiran ini diungkapkan oleh Empedokles 490-430 SM. Dan Charles Darwin 1809-1882 SM dengan teori-evolusinya yang sangat terkenal. NN, “Studi Komparatif Tentang Penciptaan Alam dalam Perjanjian Lama dan Al- Qur’an.” Skripsi S1 Fakultas Ushuludin dan Filsafat, IAIN Walisongo Semarang, 2004. pula bahwa penciptaan bumi dan isinya selama empat masa. Sehingga bila disatukan, maka akan dapat disimpulkan bahwa waktu penciptaan langit, bumi, dan isinya adalah enam masa. Al- Qur‟ān menyebutkan bahwa penciptaan langit dan bumi terjadi selama enam masa. Informasi demikian diungkapkan sebanyak tujuh kali dalam Kitab Suci ini. Di antara ayat yang menjelaskan hal ini adalah Surah Yunus10: 3, yaitu:                                   “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. Dzat yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? Yunus: 3 Pada permulaan ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari masa. Hari yang dimaksud sebagai rentang waktu penciptaan, bukan seperti hari yang dipahami manusia saat ini, yaitu hari sesudah terciptanya langit dan bumi. Dengan demikian yang dimaksud dengan hari pada ayat ini adalah masa sebelum itu. Hari atau masa yang disebut dalam ayat ini, dalam tuntunan agama, hanya Allah saja yang mengetahuiberapa lamanya. Sedangkan di dalam tafsir Depag RI menafsirkan, dari surat al- Furqān: 59, ”yaum” yang diterjemahkan sebagai “hari”, tetapi “hari” dalam ayat ini bukanlah hari yang lamanya 24 jam, tetapi yaum diartikan sebagai “masa”. 23 Dalam surat Fushsh ilat: 9, yang dimaksud dengan “hari atau masa” dalam ayat ini adalah waktu, karena hari dan malam belum ada di saat langit dan bumi diciptakan. 24 Sedang dalam surat as-Sajdah: 4, maksud enam masa dalam ayat ini bukanlah hari masa yang dikenal seperti sekarang ini, tetapi adalah hari sebelum adanya langit dan bumi. 25 Jadi makna yaum adalah masa dalam bentuk waktu dan terjadi sebelum adanya langit dan bumi. Adapun mengenai lamanya sehari menurut agama hanya Allah yang mengetahui, sebab dalam Al- Qur‟ān sendiri ada yang diterangkan bahwa sehari di sisi Allah sama dengan seribu tahun, dalam firman-Nya yang disebutkan:                 23 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 7. h. 41 24 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 8. h. 595 25 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 7. h. 582 “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, Padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” al-Hajj: 47 Dan ada pula yang diterangkan lima puluh ribu tahun seperti dalam firman-Nya:             “Malaikat-malaikat dan Jibril naik menghadap kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahdan un.” al-Ma‟ārij: 4. 26 Lebih sempurna dijelaskan pada tafsiran surat Al- A‟rāf: 54 yang mengambil pendapat Marconi 2003 penjelasan keenam masa tersebut sebagai berikut: Masa Pertama, yakni masa sejak „Dentuman Besar‟ Big Bang dari Singularity, sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal Superforce, ruang-waktu mulai memisah. Namun Komitmen Ruang-Waktu yang lahir masih berujud samar-samar, dimana energi-materi dan ruang-waktu tidak jelas bedanya. Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi Jagad Raya, namun Jagad Raya ini masih belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup Sup Kosmos. Gaya Nuklir-Kuat memisahkan diri dari Gaya Elektro-Lemah, serta mulai terbentuknya materi-materi fundamental: quarks, antiquarks, dan sebagainya. Jagad Raya mulai mengembang. Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. Gaya Nuklir-Lemah mulai terpisah dengan Gaya Elektromagnetik. Inti- 26 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 3. h. 358-359 inti atom seperti proton, netron, dan meson tersusun dari quark-quark ini. Masa ini dikenal sebagai masa pembentukan inti-inti atom Nucleosyntheses. Ruang, waktu serta materi dan energi, mulai terlihat terpisah. Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk, namun masih dalam keadaan bebas, belum terikat oleh inti-atom untuk membentuk atom yang stabil. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan Jagad Raya, terus mengembang dan mulai nampak transparan. Masa Keenam, Jagad Raya terus mengembang, atom-atom mulai membentuk aggregat menjadi molekul-molekul, molekul-molekul, kemudian membentuk proto-galaksi, galaksi-galaksi, bintang-bintang, tata- surya tata surya, dan planet-planet. 27 Dan di bawah ini adalah penggabungan dari periode yang diilustrasikan Stephen Hawking The Universe in The Nutshell, 2001 tentang terbentuknya Jagat Raya bumi dan langit yang terdiri dari sembilan periode. Periode I: Era Plank t = 0 sampai dengan 10-43 detik, yaitu sejak terjadinya Dentuman Besar Big Bang dari Singularity sampai waktu 10-43 detik. Absolute Unknown Era, exotic law of physics. Periode II: Era Grand Unified Theory 10-43-35 detik. Dimulai ketika umur jagat raya baru sekitar 10-43 detik. Pada Era ini, keseimbangan materi dan anti-materi akan dimenangkan oleh materi. Periode-III: Era Gaya Nuklir-Lemah Electro-weak Era 10-35 – 10- 10 detik. Dimulai ketika umur jagat raya 10-35 detik. Pada Era ini mulai terbentuk materi-materi fundamental: quarks dan antiquarks. 27 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 3. h. 357-358 Periode IV: Era Hadron-Lepton 10-10 – 1 detik. Diawali ketika jagat raya berumur 10-10 detik. Quark mengalami aggregasi sesamanya membentuk materi penyusun inti-atom: proton, netron, meson dan barysons. Periode-V: Era Nucleosyntheses 1 detik – 3 menit. Dimulai ketika jagat raya berumur 1 detik. Dimana proton, netron saling bergabung membentuk inti-inti atom atomic nuclei. Periode VI: 3 menit – 300.000 tahun dimulai ketika jagat raya berumur 3 mennit. Pada periode ini, terbentuklah untuk pertama kalinya inti atom yang stabil: serta terjadinya kopling materi dan radiasi. Periode VII: 300.000 tahun-1000 juta tahun. Dimulai ketika jagat raya berumur 300.000 tahun. Pada periode ini terjadi pemisahan materi dan energi. Jagat raya menjadi transparan untuk radiasi kosmis. Periode VIII: 1000 juta – 15.000 juta tahun. Dimulai ketika umur jagat raya mencapai 1000 juta tahun. Klaster-klaster materi membentuk quarsar, bintang-bintang, serta proto-Galaksi. Bintang-bintang mulai mensintesis materi-materi berat. Periode-IX: Dimulai ketika umur jagat raya mencapai 15.000 juta tahun. Galaksi-galaksi baru mulai membentuk tata-surya tata-surya. Atom- atom bergabung membentuk molekul-molekul kompleks, sebagai awal kehidupan. Dari sini Marconi menggabungkan periode-I dan II dari Hawking sebagai Masa Pertama. Dan Periode-IV, V, dan VI sebagai Masa Ketiga. 28 28 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 12-13 Sebagaimana yang dijabarkan di atas. Maka dapat disimpulkan bahwa Markoni di dalam penjabarannya terkait periode setelah Big Bang juga merujuk Hawking, terdapat elemen-elemen penjelasan Hawking dalam Tafsir ‟Ilmi Kementrian Agama RI. Meskipun kemudian pendapat itu dimodifikasi agar sesuai dengan tuntunan al- Qur‟ān, terutama terkait dengan proses penciptaan yang dikonsepsikan sebagai 6 masa, bukan 9 periode seperti kata Hawking. Dengan bukti ini, terlihat bahwa kedua pendapat itu sama saja, hanya kemudian Markoni “mengislamkannya”. Sedangkan dalam Surah an- Nāzi‟āt: 27-32 diungkapkan secara kronologis enam masa penciptaan tersebut sebagai berikut: 1. Masa pertama: apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya? ayat 27. Ayat ini menjelaskan tentang penciptaan alam semesta dengan peristiwa “Big Bang”, ledakan besar sebagai awal lahirnya ruang dan waktu, termasuk materi. 2. Masa kedua: Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya ayat 28. Ayat ini menjelaskan tentang pengembangan alam semesta, sehingga benda-benda langit makin berjauhan yang dalam bahasa awam berarti langit makin tinggi. Lalu menyempurnakannya, dalam arti pembentukan benda langit bukanlah proses sekali jadi, tetapi proses evolutif perubahan bertahap dari awan antar bintang, menjadi bintang, lalu nanti akhirnya mati dan digantikan generasi bintang-bintang baru. 3. Masa ketiga: dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang ayat 29. Ayat ini bercerita khusus tentang tata surya yang juga berlaku pada bintang-bintang lain. Masa ini adalah masa penciptaan matahari yang bersinar dan bumi serta planet- planet lainnya yang berotasi sehingga ada fenomena malam dan siang. Adanya matahari sebagai sumber cahaya, bumi berotasi menjadikan malam dan siang. 4. Masa keempat: Dan setelah itu bumi Dia hamparkan ayat 30. Ayat ini menjelaskan proses evolusi di planet bumi. Setelah bulan terbentuk dari lontaran sebagai kulit bumi karena tumbukan benda langit lainnya, lempeng benua besar Pangea kemudian “dihamparkan” yang menjadikan benua-benua mulai terpisah membentuk 5 benua plus Antariksa. 5. Masa kelima: Darinya Dia pancarkan mata air, dan ditumbuhkan tumbuh-tumbuhannya ayat 31. Ayat ini menjelaskan awal penciptaan kehidupan di bumi mungkin juga di planet lain yang disiapkan untuk kehidupan dengan menyediakan air. 6. Masa keenam: Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh. Semua itu untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu ayat 32 dan 33. Ayat ini menjelaskan lahirnya gunung-gunung akibat evolusi geologi dan mulai diciptakannya hewan dan kemudian manusia. 29 Mengenai surat an- Nāzi‟āt: 27-33 Bucaille berpendapat. Ada dua hal yang dibicarakan: kelompok kejadian-kejadian samawi, dan kelompok kejadian-kejadian di bumi yang diterangkan dengan waktu. Menyebutkan hal-hal tersebut mengandung arti bahwa bumi harus sudah ada ketika 29 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI DENGAN Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 20-21 sebelum digelar dan bahwa bumi itu sudah ada ketika Tuhan membentuk langit. Dapat kita simpulkan bahwa evolusi langit dan bumi terjadi pada waktu yang sama, dengan kait mengait antara fenomena-fenomena. Oleh karena itu tak perlu member arti khusus mengenai disebutkannya bumi sebelum langit atau langit sebelum bumi dalam penciptaan alam. Tempat kata-kata tidak menunjukkan urutan penciptaan, jika memang tak ada penentuan dalam hal ini pada ayat-ayat lain. 30 Penciptaan langit dan bumi dalam enam masa ini juga disebutkan dalam beberapa ayat lain, seperti yang terdapat pada surah Hud11: 7, sebagai berikut:                                  “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya sebelum itu di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata kepada penduduk Mekah: Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata. Hūd: 7 30 Maurice Bucaille. Bib el, Qur’ān dan Sains Modern. Terj. H. M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang, 2001 H.165 Bila diperhatikan, ungkapan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa pada ayat ini, dikaitkan dengan informasi bahwa „Arsy Allah berada di atas air. Artinya, air ternyata sudah ada ketika langit dan bumi diciptakan. Dengan kata lain, air telah ada pada saat awal penciptaan. Keterangan ini merupakan isyarat bahwa air adalah unsur pokok dalam penciptaan makhluk hidup. Karena dalam kenyataannya, semua makhluk hidup memang memerlukan air. Selanjutnya diterangkan pula bahwa tujuan dari semua penjelasan itu adalah untuk menguji siapa di antara manusia yang lebih baik perbuatannya. 31 Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dia adalah Pemilik dan Pengatur seluruh alam dan isinya. Hal ini merupakan ungkapan yang logis. Pencipta sesuatu adalah pemilik dan pengaturnya, dan ini pula yang hendak ditegaskan Allah tentang masalah yang terkait dengan alam semesta ini. Selain itu, penegasan ini juga untuk menunjukkan bahwa Dialah yang Mahakuasa. Karena itu, hanya Dia yang berhak disembah oleh semua makhluk di alam ini. Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang „Arsy, beliau mengatakan: Bersabda Rasulullah, “Dahulu, Allah telah ada, dan belum ada sesuatupun sebelum- Nya dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air, kemudian Dia menciptakan langit dan bumi, dan menulis segala sesuatu di Lauh Mah fūz.” Riwayat al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid. 32 31 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 5 32 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 4. h. 252 Namun Ahmad Baiquni berpendapat bahwa makna “ma’” tidak sesederhana memaknainya dengan air, namun “ma’” bermakna fluida, dengan alasan berangkat dari makna “‟Arsy”. “‟Arsy” tak akan ditafsirkan sebagai singgasana, untuk menghindarkan gambaran yang bukan-bukan, melainkan dapat kita beri pengertian yang lebih luas yaitu: Kerajaan atau Pemerintahan; sebab, singgasana adalah lambang kekuasaan dan pemerintahan. Seorang raja yang turun tahta dalam realitas melepaskan seluruh kekuasaannya. Suhu dan kerapatan materi dan radiasi yang sangat tinggi yang ada waktu itu, memungkinkan mereka saling berinteraksi , dan berubah yang satu menjadi yang lain, dan bersifat sebagai zat alir yang sangat panas; para fisikawan menamakannya “sop kosmos”. Dalam kondisi seperti tersebut di atas tidaklah mungkin kata “ma’” diartikan sebagai air; lebih tepat bila ia dipahami sebagai “suatu bentuk fluida” saja, zat alir yang amat panas. Jadi, bila dikatakan bahwa Tahta- Nya tegak di atas “ma’”, maka pernyataan itu mengandung makna bahwa Pemerintahan-Nya ditegakkan pada seluruh isi alam yang pada waktu itu masih berbentuk fluida; zat alir. Semua peraturan yang ditetapkan-Nya, yang mengatur sifat dan kelakuan alam semesta, seawal itu telah diberlakukan terhadap apa yang dinamakan “sop kosmos”; bentuk alam semesta pada suhu yang amat tinggi sekali. 33 Ayat yang membicarakan pula tentang air yaitu pada surat al- Anbiya‟: 30 33 Prof. Achfmad Baiqunu, Msc. Phd. Al- Qur’ān dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997 h. 231-232.                      “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” Al-Anbiyā‟: 30 Bumi sebelum menjadi tempat hidupnya berbagai makhluk hidup adalah sebuah satelit yaitu benda angkasa yang mengitari matahari. Satelit bumi yang semula panas sekali ini karena berputar terus menerus maka lama kelamaan menjadi dingin dan berembun. Embun yang lama menjadi gumpalan air. Inilah yang menjadi sumber kehidupan makhluk. Menurut para ilmuan sains dan teknologi, ada tiga pendapat yang terkait dengan kehidupan yang dimulai dari air, yaitu: Pertama, kehidupan dimulai dari air, dalam hal ini laut. Teori modern tentang asal mula kehidupan belum secara mantap disetujui sampai sekitar dua atau tiga abad yang lalu. Sebelum itu, teori yang mengemuka mengenai asal mula kehidupan adalah suatu konsep yang diberi nama “generasi spontan”. Dalam konsep ini disetujui bahwa makhluk hidup ada dengan spontan ada dari ketidakadaan. Teori ini kemudian ditentang oleh beberapa ahli di sekitar tahun 1850-an, antara lain oleh Louis Pasteur. Dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huxley dan sampai penelitian masa kini, teori lain ditawarkan sebagai alternatif. Teori ini percaya bahwa kehidupan muncul dari rantai reaksi kimia yang panjang dan kompleks. Rantai kimia ini dipercaya dimulai dari dalam air laut, karena kondisi atmosfer saat itu belum berkembang menjadi kawasan yang dapat dihuni makhluk hidup karena radiasi ultraviolet yang terlalu kuat. Diperkirakan, kehidupan bergerak menuju daratan pada 425 juta tahun yang lalu saat lapisan ozon mulai ada untuk melindungi permukaan bumi dari radiasi ultraviolet. Kedua, peran air bagi kehidupan dapat juga diekspresikan dalam bentuk bahwa semua benda hidup, terutama kelompok hewan, berasal dari cairan sperma. Diindikas ikan bahwa keanekaragaman binatang “datangnya” dari air tertentu sperma yang khusus dan menghasilkan yang sesuai dengan ciri masing-masing binatang yang dicontohkan. Ketiga, pengertian ketiga adalah bahwa air merupakan bagian yang penting agar makhluk dapat hidup. Pada kenyataannya, memang sebagian besar bagian tubuh makhluk hidup terdiri dari air. Misalnya saja pada manusia, 70 bagian berat tubuhnya terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan lama apabila 20 saja dari sediaan air yang ada di tubuhnya hilang. Manusia dapat bertahan hidup selama 60 hari tanpa makan, akan tetapi mereka akan segera mati dalm waktu 3-10 hari tanpa minum. Juga diketahui bahwa air merupakan bahan pokok dalam pembentukan darah, cairan limpa, kencing, air mata, cairan susu dan semua organ lain yang ada di dalam tubuh manusia. 34 Menurut terminology sains, makna air merupakan; kumpulan unsure kimiawi berupa oksigen O dan hydrogen H. Unsure pertama yaitu oksigen dibutuhkan oleh umat manusia dan makhluk hidup lainnya, sedang hydrogen H dapat memunculkan atau mengakibatkan terjadinya ledakan besar. 35 Dalam surat Hud: 7 makna al- ma’ yang lebih tepat diartikan dengan zat alir atau sop kosmos karena pembicaraannya dikaitkan dengan fase penciptaan alam semesta. Sedangkan dalam surat al- Anbiya‟: 30 pembicaraan tentang al- ma’ titik tekannya pada sangat sentralnya ia diperlukan oleh kehidupan. Ini berarti al- ma’ yang dimaksud oleh surat al- Anbiya‟: 30 adalah yang terdiri dari atom oksigen dan atom-atom hitrogen. Karenanya al- ma’ di sini berbeda dengan al-ma’ dalam surat Hud: 7, lebih tepat diartikan dengan air. Hal ini sesuai dengan isyarat ayat yang menghubungkan pembicaraan al- ma’ dengan telah sempurnanya proses penciptaan alam semesta. 36 Dalam surah al-Hadid57: 4 disebutkan bahwa penciptaan langit dan bumi dalam enam masa ini dikaitkan dengan pengetahuan Allah tentang hal- hal lain. Ayat itu adalah sebagai berikut: 34 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 6. h. 251-252 35 Rosadisastra, Andi. Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial. Jakarta: Amzah. 2007. H. 205 36 Sirajuddin Zar. Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al- Qur’ān. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1994. H. 128-129                                         “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” Al- Hadid: 4 Keterangan yang ditambahkan setelah pernyataan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa adalah bahwa Allah mengetahui apa yang masuk dan keluar dari bumi serta apa yang turun dan naik ke langit. Selain itu, Allah juga mengetahui secara rinci apa yang diperbuat manusia. Penjelasan ini untuk menegaskan bahwa sebagai Pencipta, Allah mengetahui segala apa yang terjadi pada ciptaan-Nya. Tidak satupun peristiwa yang luput dari pengetahuan-Nya. 37 Dalam surah al-Furqon25: 59 disebutkan bahwa penciptaan langit dan bumi dalam enam masa ini dikaitkan dengan penjelasan tentang sifat Allah. Perhatikan bunyi ayat berikut: 37 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 5                    “Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, Dialah yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah tentang Allah kepada yang lebih mengetahui Muhammad tentang Dia.” Furqaan: 59 Ayat ini mengaitkan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa dengan salah satu sifat Allah, yaitu Maha Pengasih. Ungkapan ini menjelaskan bahwa Allah Sang Pencipta sangat kasih kepada semua makhluk yang telah diciptakan-Nya. Penciptaan itu sendiri telah menunjukkan bahwa Dia memang Mahakasih. Selanjutnya, Dia pula yang akan selalu memiliki, menjaga, dan memelihara semua ciptaan-Nya. 38 Penciptaan langit dan bumi dalam enam masa juga dikaitkan dengan sifat Allah yang lain, yaitu pelindung dan penolong. Perhatikan Surah as- Sajadah32: 4 berikut ini:                            38 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 6 “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak pula seorang pemberi syafaat. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?” as-Sajdah: 4 Ayat ini mengisyaratkan bahwa setelah menciptakan semua yang ada, maka Allah juga yang akan selalu melindungi dan menolong para makhluk. Inilah bentuk kasih saying Allah kepada makhluknya. Dia tidak akan meninggalkan ciptaan-Nya dalam satu kesulitan. Karena itu, bila ada makhluk yang mengalami kekurangan atau hal lain, Dia menganjurkan untuk meminta atau memohon kepada-Nya, dan Dia pasti akan mengabulkan lihat juga surah Gafir40: 60 dan Surah al-Baqarah2: 186. 39 Dalam ayat lain, penciptaan langit dan bumi dalam enam masa juga dikaitkan dengan sifat Allah yang tidak pernah letih, meski telah mencipta sedemikian banyak makhluk. Hal ini disebutkan dalam surah Qaf50: 38 berikut:               39 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 6 “Dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” Qaf: 38 Ayat ini menginformasikan bagaimana keperkasaan Allah yang tidak pernah ditimpa keletihan atau kelelahan. Walaupun telah melakukan kegiatan yang sangat hebat, yaitu mencipta tujuh langit, bumi, dan segala isinya, namun Dia tetap perkasa. Inilah salah satu hal yang membedakan Allah dari manusia yang selalu merasa letih atau lelah setelah bekerja berat. Penting untuk diperhatikan, meski yang disebut dalam ayat-ayat di atas hanya langit dan bumi, tetapi yang dimaksud adalah semua yang ada di ala mini. Sebab, yang dimaksud dengan langit adalah semua hal yang ada di atas, dan yang dimaksud dengan bumi adalah semua hal yang di bawah. Dalam kaitan ini, termasuk pula seluruh makhluk yang ada di antara keduanya. Makna demikian sebagaimana dijelaskan dalam Surah al- Furqan25: 59. 40 Pada beberapa surat yang disebutkan di atas terdapat penyebutan kata khalaqa dan khalaqna. Menjadi pertanyaan, mengapa al- Qur‟an menggunakan bentuk plural yaitu kami untuk Allah. Perlu diketahui bahwa diantara uslub metode bahasa Arab adalah bahwa seseorang dapat menyatakan tentang dirinya dengan kata ganti nahnu kami untuk menunjukkan penghormatan. Atau dia menyebut 40 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 6-7 dirinya dengan dhamir kata ganti انأ saya atau dengan kata ganti ketiga seperti وه dia. Ketiga metode ini terdapat dalam Al-Qurān dan Allah Taala menyampaikan kepada bangsa Arab apa yang dipahami dalam bahasa mereka. 41 Allah SWT terkadang menyebutkan dirinya dengan sighah mufrad sendiri secara nampak atau mudhmar tersembunyi. Tekadang dengan shigah jama’. Seperti firman-Nya. Dan tidak pernah menyebutkan nana-Nya dengan shighoh tatsniyah bentuk dua. Karena shigoh jama’ mengandung pengagungan yang layak bagi-Nya. Terkadang menunjukkan makna nama- nama-Nya. Sementara sighah tatsniyah bentuk dua menunjukkan bilangan tertentu. Dan Dia tersucikan dari itu. 42 Lafaz انإ dan نحن atau selainnya termasuk bentuk jamak, tapi dapat diucapkan untuk menunjukkan seseorang yang mewakili kelompoknya, atau dapat pula disampikan mewakili seseorang yang agung. Sebagaimana dilakukan oleh sebagian raja apabila mereka mengeluarkan keputusan atau ketetapan, maka dia berkata, Kami tetapkan… atau semacamnya, padahal dia yang menetapkan itu hanyalah satu orang. Akan tetapi diungkapkan demikian untuk menunjukkan keagungan. Maka yang paling berhak diagungkan oleh setiap orang adalah Allah Azza wa Jalla. Maka jika Allah mengatakan dalam Kitab-Nya, انإ , sesungguhnya Kami, atau نحن , kami, itu adalah bentuk pengagungan, bukan menunjukkan bilangan. 41 Fatawa Lajnah Daimah, 4143. 42 Ibnu Taymiyah. ‘Al-Aqidah At-Tadmuriyah. hal. 75. Bermakna juga kata “Kami” bahwa dalam mengerjakan tindakan tersebut, melibatkan unsur-unsur makhluk selain diri-Nya sendiri. Dalam kasus nuzulnya al- Qur‟ān, makhluk-makhluk yang terlibat dalam pewahyuan dan pelestarian keasliannya adalah sejumlah malaikat, terutama Jibril; kedua Nabi sendiri; ketiga para pencatatpenulis wahyu; keempat, para huffadz penghafal dll. 43 Dan yang terakhir bias juga bermakna bahwa yat yang menggunakan kata Kami biasanya menceritakan sebuah peristiwabesar yang berada di luar kemampuan jangkauan nalar manusia, seperti penciptaan Adam, penciptaan bumi, dan langit. Di sini, selain peristiwa itu sendiri yang bernilai besar, Allah sendiri ingin menokohkanmember kesan “Kemahaan-Nya” kepada manusia, agar manusia dapat menerimamengimani segala sesuatu yang berada di luar jangkauan nalarrasio manusia. 44 Setelah mengetahui makna yaum dan hakikat enam masa, muncul pertanyaan, apakah langit, bumi dan segala isinya diciptakan secara bersamaan atau terpisah? Hasil telaah dan penelitian menyimpulkan bahwa proses penciptaan langit dan bumi terjadi secara terpisah. Enam masa terbagi menjadi tiga tahapan, seperti yang diterangkan dalm surat Fussilat: 43 http:bin99.wordpress.comaboutpenggunaan-kata-kami-dalam-al-quran . Diakses pada tanggal 12 Mei 2014. 44 http:bin99.wordpress.comaboutpenggunaan-kata-kami-dalam-al-quran . Diakses pada tanggal 12 Mei 2014. 9-12. Langit dua masa, bumi dua masa, dan segala isi bumi dua masa. 45 Yaitu sebagai berikut: a. Penciptaan Tujuh Langit dalam Dua Masa Uraian di atas menjelaskan bahwa enam masa itu meliputi penciptaan langit, bumi dan isinya. Pertanyaannya, apakah langit, bumi dan segala isinya diciptakan secara bersamaan atau terpisah? Hasil telaah dan penelitian menyimpulkan bahwa proses penciptaan langit dan bumi terjadi secara terpisah. Berikut penjelasan dari masing-masing penciptaan. Penciptaan tujuh langit itu terjadi dalam dua masa. Allah memberikan informasi yang demikian, sebagaimana yang disebutkan dalam surah Fussilat41: 12, yaitu:                       “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.” Fusshilat: 12 45 Ringkasnya secara urut sebagai berikut: penciptaan bumi 2 hari, penciptaan isi bumi dan makanan penduduknya 2 hari dari dua proses tersebut di atas: penciptaan bumi 2 hari dan penciptaan isinya 2 hari, maka total proses penciptaan bumi + isinya adalah 4 hari penciptaan langit 2 hari sehingga, 2+2+2 = 6. Ayat ini menerangkan bahwa Allah menyempurnakan kejadian langit dan menjadikannya tujuh lapis dalam dua masa. Masa yang dimaksud, sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, adalah dua periode yang rentang waktunya sangat panjang. Pada awalnya, Allah menciptakan langit pertama, dan kemudian disempurnakan menjadi tujuh lagit yang berlapis-lapis. Dalam surah al-Baqarah2: 29 disebutkan:                      “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” AL-Baqarah: 29. Setiap langit memiliki fungsi dan keadaan yang berbeda. Masing- masing langit mempunyai kegunaan yang berbeda untuk kepentingan makhluk yang ada di bawahnya, misalnya: langit yang berfungsi memperkuat gaya tarik planet-planet sehingga benda-benda tetap bergerak pada orbitnya, tidak oleng, atau menyimpang yang mungkin bisa menyebabkan tabrakan antara satu dengan lainnya. Langit yang terdekat dengan bumi, dihiasi dengan bintang-bintang yang gemerlapan. Ada bintang yang bercahaya sendiri, dan ada pula yang hanya memantulkan cahaya sinar matahari atau bintang lainnya. Karena itu, cahayanya terlihat berbeda antara bintang yang satu dengan lainnya. Dan ketidaksamaan cahaya ini menimbulkan keindahan yang tiada taranya. Semua ini merupakan ciptaan Allah Yang Maha kuasa, dan tunduk pada ketetapan-Nya. Tidak ada satupun yang menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan. Inilah kekuasaan Dia Yang Mahakuasa. 46 b. Penciptaan Bumi dalam Dua Masa Penciptaan bumi sebagaimana penciptaan langit, terjadi dalam dua masa pula. Allah mengisyaratkan hal ini dalam surah Fussilat41: 9 sebagai berikut:                 “Katakanlah: Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? yang bersifat demikian itu adalah Rabb semesta alam. Fussilat: 9 Ayat ini memberikan informasi tentang penciptaan bumi dalam dua periode. Sebagian ahli tafsir berpendapat, maksud penciptaan bumi pada ayat ini adalah menciptakan wujudnya dalam dua masa. Disimpulkan demikian, karena pada waktu diciptakan langit dan bumi, hari atau siang dan malam seperti yang diketahui sekarang belum ada. Sedang menurut pandangan ilmiah, maksudnya adalah pembentukan bumi dalam dua 46 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 7-8 masa. Ini berarti bahwa pembentukan bumi dari awal sampai pada keadaannya seperti sekarang mengalami proses dalam dua periode. Hari atau periode pertama dari masa penciptaan bumi, adalah rentang waktu sekitar miliaran tahun yang lalu, adalah rentang waktu sekitar miliaran tahun yang lalu, yaitu ketika yang ada hanya awan debu dan gas yang mengapung di angkasa yang mulai mengecil. Materi pada pusat awan itu mengumpul menjadi matahari. Sedang sisa gas dan debunya memipih berbentuk cakram di sekitar matahari. Kemudian butir- butir debu dalam awan itu saling melekat dan membentuk planetisimal yang kemudian saling bertabrakan membentuk planet. Di antara planet- planet itu adalah bumi. Hari atau periode kedua diawali ketika proses pemanasan akibat peluruhan radioaktif menyebabkan proto bumi meleleh, dan bahan-bahan yang berat seperti besi tenggelam ke perut bumi, sedang yang ringan seperti air dan karbondioksida beralih keluar. Planet bumi kemudian mendingin. Kemudian sekitar 2,5 miliar tahun, bumi mulai terlihat seperti yang kita temukan saat ini. 47 Makna pembentukan bumi dalam waktu dua hari, dapat ditafsirkan secara ilmiah bahwa pembentukan bumi ini terjadi pada dua periode atau dua masa. Hari pertama adalah masa ketiga sekitar 4,6 miliar yang lampau, awan debu dan gas yang mengapung di ruang angkasa mulai mengecil. Materi pada pusat awan itu mengumpul menjadi 47 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 9 matahari dan sisa gas dan debunya memipih berbentuk cakram di sekitar matahari. Kemudian butir-butir debu dalam awan itu saling melekat dan membentuk planetisimal yang kemudian saling bertabrakan membentuk planet, di antaranya adalah bumi. Hari kedua diawali ketika proses pemanasan akibat peluruhan radioaktif menyebabkan proto bumi meleleh, dan bahan-bahan yang berat seperti besi tenggelam ke pusat bumi sedangkan yang ringan seperti air dan karbondioksida beralih ke luar. Planet bumi kemudian mendingin dan sekitar 2,5 miliar tahun yang lampau bumi terlihat seperti apa yang kita lihat sekarang ini. 48 c. Penciptaan Isi Bumi dalam Dua Masa Setelah Allah menciptakan langit dalam dua masa, dan bumi dalam dua masa pula, selanjutnya diciptakan makhluk-makhluk lain yang akan mengisi bumi dan langit atau ruang yang terdapat di atas bumi. Proses ini merupakan penyempurnaan dari ciptaan-Nya. Tujuannya, memperindah bumi ini dengan gunung-gunung, beragam tumbuhan, dan hal-hal yang diperlukan bagi kehidupan manusia serta makhluk lain. Dalam surah Fussilat41: 10, dijelaskan sebagai berikut:                 “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat masa. Penjelasan itu sebagai jawaban bagi orang- orang yang bertanya.”Fussilat: 10 48 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 8. h. 596 Allah menciptakan bumi dan gunung-gunung yang ada dalam dua masa. Tujuannya, memperlihatkan keindahan penciptaan dan hukum yang berlaku pada bumi. Dengan adanya gunung-gunung, permukaan bumi menjadi indah, tidak monoton, dan tidak membosankan. Keberadaan gunung menjadi sebagian bumi dataran tinggi, sedang lainnya sebagai lembah dan dataran rendah. Kesemuanya membentuk keharmonisan hamparan bumi ciptaan Allah. Allah juga melingkupi bumi seisinya dengan keberkahan bagi makhluk-Nya, termasuk manusia. Bumi diisi dengan segala keperluan makhluk, dari makanan yang berupa tumbuhan dan hewan, udara untuk bernafas, lautan yang luas dengan segala isinya, barang tambang yang terpendam di perut bumi, dan lain sebagainya. Penciptaan bumi dengan segala isinya ini terjadi dalam empat masa. Jika pada ayat sebelumnya lihat Fussilat41: 9 dijelaskan bahwa bumi diciptakan dalam dua masa, maka bisa dipahami bahwa penciptaan isi bumi terjadi dalam dua masa pula. Dengan demikian, empat masa dalam ayat ini merupakan rentang waktu penciptaan bumi dan semua yang ada padanya, baik yang ada di atas permukaan, maupun yang ada di dalam perutnya. 49 Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi dan gunung- gunung yang ada padanya dalam dua masa dan menciptakan keperluan- keperluan, makanan, dan sebagainya dalam dua masa pula. Semuanya 49 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟ān, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Tafsir Ilmi, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al- Qur’ān dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ān. 2010. H. 10-11 dilakukan dalam empat masa. Dalam waktu empat masa itu, terciptalah semuanya dan dasar-dasar dari segala sesuatu yang ada di ala mini, sesuai dengan masa dan keadaan dalam perkembangan selanjutnya. Tafsiran ilmiah empat hari, bisa jadi tercermin empat masa dalam kurun waktu geologi yakni: Proterozoikum, dimana kehidupan masih sangat tidak jelas; Paleozoikum di mana kehidupan mulai jelas yang ditandai antara lain oleh amfibi, reptile, ikan-ikan besar, dan tumbuhan paku; Mesozoikum, kehidupan pertengahan yang ditandai dengan berlimpahnya vegetasi dan binatang laut, antara lain hewan laut, komodo, pohon daun lebar; dan Kenozoikum, kehidupan baru, dimana ditandai oleh banyaknya kehidupan di zaman Kenozoikum yang punah. Pada masa Kenozoikum ditandai oleh munculnya gajah, dan pepohonan semakin berkembang dan paling penting adalah kemunculan manusia. 50 Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat di atas Fussilat: 11 menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan maupun teori, secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan dari “asap” yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan sangat panas. Kumpulan ini terdiri atas sejumlah besar kekuatan atom yang saling berkaitan dan berada di bawah tekanan yang sangat kuat. Jari-jari kumpulan yang berbentuk bola ini diperkirakan sekitar 5 juta kilometer. Cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang biasa disebut Big Bang, dan mengakibatkan terbentuk dan terpencarnya 50 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 8. h. 597 berbagai benda langit. Hal ini sudah menjadi prinsip yang teruji dan menjadi dasar dalam kosmologi modern. Karena bumi dan langit di atasnya matahari, bulan, bintang, planet, galaksi, dan sebagainya terbentuk dari “asap” yang sama, maka para pakar menyimpulkan bahwa bumi dan isi langit seluruhnya adalah satu kesatuan sebelumnya. Dari material “asap” yang sama ini, kemudian mereka terpisah satu sama lain. Seolah-olah Allah menerangkan bahwa bumi lebih dahulu diciptakan dari langit dengan segala isinya, termasuk di dalamnya matahari, bulan, dan bintang-bintang. Ayat yang lain menerangkan bahwa Allah menciptakan langit lebih dahulu dari menciptakan bumi. Oleh karena itu, ada sebagian mufassir yang mencoba mengompromikan kedua ayat ini. Menurut mereka, dalam perencanaan, Allah lebih dahulu merencanakan bumi dengan segala isinya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, Allah menciptakan langit dengan segala isinya lebih dahulu, kemudian sesudah itu baru menciptakan bumi dengan segala isinya. 51 Kemudian Allah menyempurnakan kejadian langit itu dengan menjadikan tujuh langit dalam dua masa yang dijelaskan dalam surat Fussilat: 12. Dari pembahasan di atas, dimulai dengan asal mula alam semesta dibuktikan dalam makna lafal khalaqa, kun fa yakūn, pemisahan langit dan bumi, meluasnya alam semesta sampai pada proses penciptaannya. Semua tidak bertentangan dengan sains yang berkembang di Barat, malah saling melengkapi. Namun yang perlu diperhatikan untuk melihat perbandingan antara dua konsep ini, yaitu usaha Hawking untuk menemukan teori segalanya adalah berangkat dari partikel yang sangat 51 Kementrian Agama RI.Al- Qur’ān dan Tafsirnya Edisi yang disempurnakan. Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012 Jilid 8. h. 598 kecil yang dikenal dengan quark. Dalam al- Qur‟ān telah disebutkan tentang konsep atom dan konsep bahwa ada yang lebih kecil dari atom seperti disebutkan dalam al- Qur‟ān surat an-Nisā‟: 40.                  “ Sesungguhnya Allah tidak Menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” an-Nisā‟: 40                                             “Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah atom di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata Lauh Mahfuzh.” Yunus: 61 Terdapat beberapa jenis quark, dan sedikitnya ada enam flavor, yang disebut up, down, stange, charmed, bottom, dan top. Setiap flavor terdiri dari tiga warna, yakni merah, hijau dan biru. Perlu ditekankan bahwa istilah-istilah seperti flavor dan khususnya warna hanya merupakan label atau pengenal saja. Quark jauh lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak sehingga tidak akan memiliki warna dalam keadaan yang sebenarnya. Proton dan netron terdiri dari tiga quark dengan warna yang berbeda. Proton tersusun atas dua quark up dan satu quark down, sedangkan netron tersusun dari dua quark down dan satu quark up. Kalau ternyata proton dan netron dapat dibagi menjadi partikel- partikel yang lebih elementer, maka partikel elementer apakah yang merupakan penyusun dasar semua benda di semesta? Oleh karenanya pencarian partikel elementer ini akan terus berlangsung. 52 Dan usaha pencarian itupun sampai pada teori-Mnya Hawking yang sudah di bahas di bab sebelumnya.

C. Peran Tuhan dalam Penciptaan Alam Semesta

Stephen Hawking termasuk salah satu ilmuwan yang percaya bahwa jagat raya ini diciptakan dari suatu ketiadaan, yang ditandai dengan suatu peristiwa yang menakjubkan yang disebut sebagai Big Bang. Ia adalah seorang saintis yang paling kontemporer yang bisa disejajarkan dengan nama- 52 Agus Mulyono dan Ahmad Abtokhi. Fisika dan Al- Qur’ān. Malang: UIN Malang Press, 2006 h. 110 nama seperti Einstein maupun Newton, dalam tulisannya A Brief History of Time 1988 memberikan kesaksian mengenai hal itu. 53 Hawking juga percaya dengan temuan terkini tentang pemuaiaan jagat raya yang dikemukakan oleh Hubble, yang sekaligus menggugurkan pandangan tentang jagat raya statis Steady State Theory. Secara logis, pertanyaan apakah waktu semesta ini memang ada titik awalnya tidaklah relevan dengan pertanyaan apakah semesta diciptakan, atau ada tanpa pencipta. Pertanyaan tetap sama, entah waktu memang punya titik awal atau waktu selalu ada. Pertanyaannya adalah, apa yang dapat menjelaskan keberadaan ruang dan waktu, atau tidak ada penjelasan sama sekali? Stephen Hawking, tidak biasanya, agak naif ketika dia mengatakan, “Sejauh semesta ada titik awalnya, kita dapat mengira ada penciptanya. Namun, seandainya semesta benar-benar sepenuhnya mencukupi pada dirinya sendiri, tidak memiliki batas atau titik ujung, semesta tidak memiliki baik titik awal maupun akhir: semesta hanya sekedar ada. Kalau begitu di mana tempat bagi Sang Pencipta?” Dia menyajikan gambaran tentang semesta tanpa ruang bagi Tuhan, yang telah didepak ke luar dari alam semesta oleh hukum-hukum alam universal. Hawking kemudian menyarankan bahwa mungkin Tuhan memiliki pijakan kaki terakhir pada realitas: mungkin Dia dibutuhkan untuk memulai seluruh proses itu. Namun, kata Hawking, jika alam semesta tidak 53 Berdasarkan Hawking, A Brief History of Time. From Big Bang to Black Holes, London, Bantam Press, 1988, h. 50. Dalam keseluruhan tulisan yang menjadi best-seller itu Hawking dengan sangat meyakinkan menguraikan adanya awal dan akhir dari alam semesta, tetapi di sini Hawking tidak membahas implikasi filosofis dan metafisis realitas dalam sains tersebut, yaitu mengenai kemungkinan penciptaan dan eksistensi Allah. Agaknya dia secara ketat ingin tetap berdiri dalam posisinya sebagai seorang saintis.