Analisa Antena Dipole- /2 Pada Modul Praktikum B4520 Menggunakan Simulator Ansoft Hfss Versi 10.0 Dan Cst Microwave Studio 2010
“ANALISA ANTEN
B4520 MEN
VERSI 10.
M
DEP
UN
TUGAS AKHIR
NTENA DIPOLE- /2 PADA MODUL
ENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOF
10.0 DAN CST MICROWAVE STUDI
Oleh:
MUHAMMAD RUMI RAMADHAN
080402057
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
L PRAKTIKUM
SOFT HFSS
DIO 2010
“
N
TRO
(2)
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
ANALISA ANTENA DIPOLE- /2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS
VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010
Oleh :
NAMA : MUHAMMAD RUMI RAMADHAN
NIM : 08 0402 057
Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Teknik
pada
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Sidang pada tanggal 27 bulan Juli tahun 2013 di depan penguji
1) Ali Hanafiah Rambe, ST,MT : Ketua Penguji 2) Rahmad Fauzi, ST, MT : Anggota Penguji
Diketahui oleh : Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro Pembimbing Tugas Akhir
Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si Ir. Arman Sani, MT
(3)
ABSTRAK
Untuk mengetahui parameter suatu antena diperlukan analisis yang didasarkan pada berbagai macam asumsi yang bisa diterima secara praktis. Saat ini terdapat sejumlah perangkat lunak yang dapat membantu analisa dalam perancangan antena yang diinginkan. Masing-masing perangkat lunak tersebut menggunakan formulasi pendekatan yang berbeda-beda yang sekaligus menjadi kelebihan masing-masingnya.
Dalam Tugas Akhir ini dianalisa Antena Dipole- /2 pada modul praktikum Antenna Trainer B4520 yang dimiliki oleh Laboratorium Sistem Komunikasi Radio (Lab. Antena dan Propagasi). Analisa menggunakan perangkat lunak Ansoft High Frequency Structure Simulator (HFSS) v10 dengan Computer Simulation Technology(CST)Microwave Studio 2010 dengan mengacu pada nilai parameter antena yang tercantum pada dokumen spesifikasi dan pengukuran langsung di laboratorium.
Dari hasil simulasi diperoleh nilai Gain dan pengarahan yaitu 2.115 dB dB dan 2.122 dB dengan menggunakan simulator CST dengan lama waktu simulasi 12 menit 56 detik. Sedangkan perangkat lunak HFSS 2.509999 dB dan 2.431961 dB dengan lama waktu simulasi 5 menit 14 detik.
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan,
halangan, dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat
beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
S.A.W.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu
ayahanda Drs.H.Busra SH.MH dan ibunda Eldawati, S.Pd, serta kakanda Yulia
Fadilah, drg, Sukma Faizah, SKM dan Ika Andryas,drg yang senantiasa
mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir hingga sekarang.
Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan
untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah :
“ANALISA ANTENA DIPOLE- /2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN
CST MICROWAVE STUDIO 2010“
Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya
Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Ir.Arman Sani, MT selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir saya,
(5)
Akhir ini dan telah menjadi sosok inspirasi dalam kehidupan
perkuliahan penulis selama ini.
2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST, MT
selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis
dan seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara atas segala bantuannya.
4. Sahabat-sahabat terbaik di Elektro : Habibi, Dina, Aulia, Syukur,
Harmoko, Rhivki, Pindo, Rama, Rizal, Razi, Aji, Siska, Dian, Ihsan,
Uki, Parlin, Ikbal, Muklis, Ari, Eka Rahmat, Edi, Eka, Rasyid, dan
segenap angkatan ’08 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,
semoga silaturahmi kita terus terjaga.
5. Keluarga Besar Laboratorium Sistem Komunikasi Radio DTE USU.
6. Senior dan junior : Bg Roy, Bg Arif, Bg Komeni, Bg Ryan, Bg Fajar,
Bg Hirzi, Kak Fitri, Haditia, Teguh, Arif, serta semua senior dan junior
yang telah membantu selama proses penulisan Tugas Akhir ini.
7. Keluarga Besar MME-GS yang telah memberikan banyak sekali
pembelajaran.
8. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik
dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan
tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat
(6)
Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.
Medan, Mei 2013 Penulis
M.Rumi Ramadhan NIM. 080402027
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penulisan... 2
1.4 Batasan Masalah... 2
1.5 Metode Penulisan ... 3
1.6 Sistematika Penulisan... 3
II. TEORI DASAR ... 6
2.1 Umum... 6
2.2 Gelombang Elektromagnetik... 7
2.3 Pengertian Antena ... 8
2.4 Parameter Karakteristik Antena ... 8
2.4.1 Direktivitas Antena ... 9
2.4.2 GainAntena ... 9
2.4.3 Pola Radiasi Antena ... 11
2.4.4 Polarisasi Antena... 11
(8)
2.4.6 BandwidthAntena... 15
2.4.7 Impedansi Antena... 16
2.4.8 Voltage Standing Wave Ratio(VSWR) ... 17
2.5 Antena Isotropis ... 19
2.6 AntenaDirectional... 20
2.6.1 AntenaUnidirectional... 20
2.6.2 AntenaOmnidirectional... 21
2.7 Antena Dipole - /2... 22
2.8 Komponen pada Antena Dipole- /2 ... 23
2.8.1 Panjang Antena Dipole- /2 ... 24
2.8.2 Bahan Antena Dipole- /2... 24
2.9 Parameter Antena Dipole - /2... 25
2.10 Pola Radiasi Antena Dipole ... 28
2.11 Aplikasi Metoda Numerik pada Antena... 31
III. SIMULATOR DAN SUMBER DATA... 37
3.1 Umum... 37
3.2 HFSS ... 38
3.2.1 Instalasi Ansoft HFSS ... 38
3.2.2 Cara Kerja Ansoft HFSS ... 40
3.2.3 Perancangan Dasar Model pada Ansoft HFSS... 41
3.2.4 Aplikasi Ansoft HFSS ... 46
3.3 CST Microwave Studio... 47
3.3.1 Instalasi CST Microwave Studio... 47
(9)
3.3.3 Perancangan Dasar Model pada CST Microwave
Studio... 50
3.3.4 Aplikasi CST Microwave Studio ... 55
3.4 Antena Dipole Modul B4520Antenna Trainer... 55
3.4.1 Modul B4520Antenna Trainer... 56
3.4.2 Antena Dipole- /2 Modul B4520... 58
IV. DATA DAN ANALISA... 63
4.1 Prosedur Analisa ... 63
4.2 Blok Diagram Pengukuran... 64
4.3 Hasil Pengukuran ... 67
4.4 Spesifikasi Komputer Simulasi danSetting Simulator Antena... 69
4.5 Simulator Ansoft HFSS v.10 ... 70
4.6 Simulator CST Microwave Studio 2010 ... 75
4.7 Analisa Antena Dipole- /2 menggunakan Ansoft HFSS v.10 dan CST Microwave Studio 2010 ... 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
5.1 Kesimpulan ... 83
5.2 Saran... 83
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Antena Sebagai Pengirim dan Penerima ... 8
Gambar 2.2 Pola Radiasi AntenaDirectional... 11
Gambar 2.3 Polarisasi Linier ... 12
Gambar 2.4 Polarisasi Eliptis... 13
Gambar 2.5 Polarisasi Circular ... 14
Gambar 2.6 BeamwidthAntena ... 15
Gambar 2.7 BandwidthAntena... 16
Gambar 2.8 Voltage Standing Wave Ratio... 19
Gambar 2.9 Antena Isotropis ... 20
Gambar 2.10 Contoh AntenaUnidirectional... 21
Gambar 2.11 Contoh AntenaOmnidirectional... 22
Gambar 2.12 Struktur Antena Dipole /2... 23
Gambar 2.13 Beamwidth -3dB ... 26
Gambar 2.14 Sketsa Medan Radiasi pada Antena Dipole ... 29
Gambar 2.15 Koordinat-koordinat Bola ... 30
Gambar 2.16 Pola Radiasi Antena dalam Dua Dimensi ... 31
Gambar 2.17 Diskretisasi Elemen menggunakan Metode Elemen Hingga ... 34
Gambar 2.18 Diskretisasi Elemen pada CST Microwave Studio ... 35
Gambar 3.1 Tampilan Awal Ansoft HFSS ... 39
Gambar 3.2 Diagram Alir yang Menunjukkan Cara Pencarian Solusi Simulator Ansoft HFSS ... 41
(11)
Gambar 3.4 Bentuk yang Muncul Setelah Menekan Bidang Balok pada
Ansoft HFSS ... 43
Gambar 3.5 Property Window yang keluar setelah Model dibuat ... 43
Gambar 3.6 Property Window dengan tabattribute... 44
Gambar 3.7 Project Manager WindowPada Ansoft HFSS ... 45
Gambar 3.8 Salah satu aplikasi dari Ansoft HFSS yaitu AntenaHorn... 46
Gambar 3.9 Tampilan Awal CST Studio Suite 2010... 48
Gambar 3.10 Diagram Alir yang menunjukkan Cara Pencarian Solusi Simulator CST Microwave Studio ... 49
Gambar 3.11 Bentuk Dasar Model... 50
Gambar 3.12 Bentuk yang muncul setelah menekan bidang pada CST Microwave Studio... 51
Gambar 3.13 Window Unit... 52
Gambar 3.14 Geometri Model CST Microwave Studio ... 53
Gambar 3.15 Window Pengaturan Balok ... 53
Gambar 3.16 Model Balok pada CST Microwave Studio ... 54
Gambar 3.17 Navigation Tree CST Microwave Studio... 55
Gambar 3.18 Model Antena Horn... 55
Gambar 3.19 Model B4520Antenna Trainer... 56
Gambar 3.20 Dimensi Antena Dipole- /2 ... 58
Gambar 3.21 SWR Antena Dipole- /2 ... 59
Gambar 3.22 Return Loss ... 60
Gambar 4.1 Diagram Alir Analisa Antena Dipole- /2 ... 63
(12)
Gambar 4.3 Skema Modul B4520 ... 64
Gambar 4.4 Pola radiasi Pengukuran Antena Dipole- /2... 67
Gambar 4.5 Diagram Simulasi Antena Dipole /2 menggunakan Ansoft HFSS ... 69
Gambar 4.6 Pola radiasi Antena Dipole- /2 dari simulasi HFSS... 70
Gambar 4.7 Waktu Simulasi HFSS ... 74
Gambar 4.8 Diagram Simulasi Antena Dipole /2 menggunakan CST ... 75
Gambar 4.9 Pola radiasi Antena Dipole- /2 dari simulasi CST MWS ... 76
Gambar 4.10 Gain Antena Dipole- /2 pada CST MWS ... 77
Gambar 4.11 Data Direktivitas CST MWS ... 77
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bahan Antena ... 25
Tabel 3.1 Spesifikasi Antena Dipole /2 B4520 ... 60
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Radiasi Antena ... 66
Tabel 4.2 Gain Antena pada Ansoft HFSS... 73
Tabel 4.3 Data Direktivitas HFSS ... 73
Tabel 4.4 Tabel Teoritis dan Pengukuran dan Simulasi ... 80
(14)
ABSTRAK
Untuk mengetahui parameter suatu antena diperlukan analisis yang didasarkan pada berbagai macam asumsi yang bisa diterima secara praktis. Saat ini terdapat sejumlah perangkat lunak yang dapat membantu analisa dalam perancangan antena yang diinginkan. Masing-masing perangkat lunak tersebut menggunakan formulasi pendekatan yang berbeda-beda yang sekaligus menjadi kelebihan masing-masingnya.
Dalam Tugas Akhir ini dianalisa Antena Dipole- /2 pada modul praktikum Antenna Trainer B4520 yang dimiliki oleh Laboratorium Sistem Komunikasi Radio (Lab. Antena dan Propagasi). Analisa menggunakan perangkat lunak Ansoft High Frequency Structure Simulator (HFSS) v10 dengan Computer Simulation Technology(CST)Microwave Studio 2010 dengan mengacu pada nilai parameter antena yang tercantum pada dokumen spesifikasi dan pengukuran langsung di laboratorium.
Dari hasil simulasi diperoleh nilai Gain dan pengarahan yaitu 2.115 dB dB dan 2.122 dB dengan menggunakan simulator CST dengan lama waktu simulasi 12 menit 56 detik. Sedangkan perangkat lunak HFSS 2.509999 dB dan 2.431961 dB dengan lama waktu simulasi 5 menit 14 detik.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mengetahui parameter suatu antena diperlukan analisis yang
didasarkan pada berbagai macam asumsi yang bisa diterima secara praktis. Saat
ini terdapat sejumlah perangkat lunak yang dapat membantu analisa dalam
perancangan antena yang diinginkan. Masing-masing perangkat lunak tersebut
menggunakan formulasi pendekatan yang berbeda-beda yang sekaligus menjadi
kelebihan masing-masingnya.
Dalam Tugas Akhir ini dilakukan kajian terhadap perangkat lunak
simulator antena yang menggunakan metode elemen hingga atau biasa disebut
denganFinite Element Method dan metode perbedaan hingga wilayah waktu atau
Finite Difference Time Domain. Metode elemen hingga digunakan oleh simulator
Ansoft HFSS sedangkan metode perbedaan hingga wilayah waktu digunakan oleh
simulator CST Microwave Studio (Transient Solver).
Pada Tugas Akhir ini dilakukan kajian tentang analisa terhadap Antena
Dipole- /2 menggunakan perangkat lunak Ansoft HFSS dengan CST Microwave
Studio dengan cara mengacu pada nilai parameter antena yang terdapat pada
spesifikasi dan hasil dari pengukuran langsung di laboratorium.
1.2 Rumusan Masalah
(16)
1. Apa yang dimaksud dengan teknik simulasi?
2. Apa saja parameter karakteristik antena?
3. Bagaimana hasil simulasi Antena Dipole- /2 menggunakan Ansoft HFSS
versi 10.0 dan CST Microwave 2010?
4. Berapa lama waktu simulasi yang diperlukan oleh masing-masing
simulator tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisa parameter
Antena Dipole- /2 modul praktikum Antenna Trainer B4520 menggunakan
simulator Ansoft HFSS versi 10.0 dan CST Microwave Studio 2010.
1.4 Batasan Masalah
Agar isi dan pembahasan Tugas Akhir ini menjadi terarah dan dapat
mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan masalah
yang akan dibahas. Adapun batasan masalah pada penulisan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Antena yang dianalisis adalah Antena Dipole- /2 dari module Antenna
Trainer B4520 Laboratorium Antena dan Propagasi Departemen Teknik
Elektro Universitas Sumatera Utara.
2. Parameter karakteristik antena yang dianalisa adalah SWR, Return Loss,
Gain, Direktivitas dan pola radiasi.
3. Analisis dilakukan dengan cara simulasi menggunakan perangkat lunak
(17)
4. Simulasi menggunakan adaptif mesh refinement dengan setting: delta S =
0.02 (default), min Pass = 2 dan max Pass = 8
1.5 Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan yang dilakukan pada penulisan Tugas Akhir ini
adalah:
1. Studi literatur
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan
tulisan-tulisan lain yang terkait serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal
penelitian.
2. Studi Perangkat
Untuk mengetahui spesifikasi antena dan perangkat lunak yang digunakan.
3. Simulasi dan Analisa
Berupa simulasi dan analisa terhadap parameter antena dengan
menggunakan kedua perangkat lunak simulasi simulatorAnsoft HFSS
versi 10.0 dan CST Microwave Studio 2010.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis
(18)
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan
masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan dari
Tugas Akhir ini.
BAB II TEORI DASAR
Bab ini berisi penjelasan tentang antena secara umum dan
penjelasan mengenai Antena Dipole- /2.
BAB III SIMULATOR DAN SUMBER DATA
Bab ini berisi tentang Antena Dipole modul B4520, cara
pemasangan Simulator Ansoft HFSS dan CST Microwave 2010,
cara kerja Ansoft HFSS dan CST Microwave 2010, dan
pembentukan model dengan menggunakan Ansoft HFSS dan CST
Microwave 2010.
BAB IV DATA DAN ANALISA
Bab ini membahas mengenai hasil pengukuran, simulasi dan hasil
analisa parameter Antena Dipole - /2 menggunakan software
(19)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan Tugas
(20)
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Umum
Pada tahun 1600, William Gilbert dari Inggris yang membuat eksperimen
sistematis pertama tentang fenomena listrik dan medan magnet. Gilbert jugalah
yang pertama menyatakan bahwa bumi sendiri adalah sebuah magnet yang sangat
besar. Beberapa penemu juga ikut memberikan andil yang besar pada proses
penemuan antena seperti Benjamin Franklin (Amerika Serikat, 1750), Charles
Augustin de Coulomb (Prancis), Karl Fried Gauss (Jerman), Alessandro Volta
(Italia, 1800), Michael Faraday (Inggris, 1831) dan James C. Maxwell (1873),
walaupun penemuan Maxwell sangat penting bagi pengetahuan elektromagnetik
modern, tetapi banyak scientist pada masanya yang meragukan kebenaran
teorinya tersebut. Memerlukan lebih dari satu dekade hingga teori Maxwell
diperhatikan kembali oleh Heinrich Rudolf Hertz (Jerman) [1].
Ketertarikan Hertz pada gelombang dihargai, dan pada tahun 1886,
sebagai salah seorang profesor pada Technical Institute in Karlshure, dia
mengumpulkan alat yang akan menyempurnakan sistem radio dengan end loaded
dipolesebagai antena pengirim dan resonant square lopsebagai antena penerima.
Selama dua tahun, dia memperluas percobaannya dan mulai mendemonstrasikan
refleksi, refraksi dan polarisasi, yang menunjukkan bahwa selain perbedaan
panjang gelombang, gelombang radio adalah sama dengan cahaya yaitu
sama-sama gelombang elektromagnetik dan percobaan Hertz tersebut mengubah
(21)
Walaupun Hertz sering disebut sebagai ‘bapak radio’, namun selama
hampir satu dekade, penemuannya hanya tertinggal di laboratorium,
keingintahuan Guglielmo Marconi (yang pada saat itu berusia 20 tahun) yang
melihat majalah tentang eksperimen Hertz, apakah gelombang Hertz itu bisa
digunakan untuk mengirimkan pesan. Dia menjadi terobsesi dan melakukan
penelitian di rumahnya. Dia mengulang eksperimen Hertz dan berhasil. Setelah
itu ia mencobanya dengan antena yang lebih besar untuk jarak yang lebih jauh.
Pada tahun 1901, ia mengumumkan kepada dunia bahwa ia telah menerima sinyal
radio di Newfoundland, Canada, yang dikirimkan dari seberang samudera atlantik
dari sebuah stasiun yang telah dibangun nya dari Cornwall, Inggris [1].
2.2 Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang mempunyai sifat
listrik dan sifat magnet secara bersamaan. Gelombang radio merupakan bagian
dari gelombang elektromagnetik padaspectrumfrekuensi radio.
Gelombang dikarakteristikkan oleh panjang gelombang dan frekuensi.
Panjang gelombang (λ) memiliki hubungan dengan frekuensi (ƒ) dan kecepatan (ν) yang ditunjukkan pada Persamaan 2.1 [2] :
= (2.1)
Kecepatan (ν) bergantung pada medium. Ketika medium rambat adalah hampa
(22)
v = c = 3 x 108m/s (2.2)
2.3 Pengertian Antena
Antena adalah perangkat media transmisi wireless (nirkabel) yang
memanfaatkan udara atau ruang bebas sebagai media penghantar. Antena
mempunyai fungsi untuk merubah energi elektromagnetik terbimbing menjadi
gelombang elektromagnetik ruang bebas (gelombang mikro) yang merupakan
fungsi antena sebagai transmitter (Tx). Energi listrik dari transmitter dikonversi
menjadi gelombang elektromagnetik dan oleh sebuah antena yang kemudian
gelombang tersebut dipancarkan menuju udara bebas. Pada receiver (Rx) akhir
gelombang elektromagnetik dikonversi menjadi energi listrik dengan
menggunakan antena. Gambar 2.1 menunjukkan antena sebagai pengirim dan
penerima.
Gambar 2.1Antena Sebagai Pengirim dan Penerima
2.4 Parameter Karakteristik Antena
Parameter karakteristik antena digunakan untuk menguji atau mengukur
performa antena yang akan digunakan. Berikut penjelasan beberapa parameter
antena yang sering digunakan yaitu direktivitas antena, gain antena, pola radiasi
Antena Antena
Tx Rx
(23)
antena, polarisasi antena, beamwidthantena, bandwidth antena, impedansi antena
danvoltage standing wave ratio(VSWR).
2.4.1 Direktivitas Antena
Direktivitas, pengarahan dari sebuah antena adalah perbandingan
kerapatan daya maksimum terhadap daya rata-rata yang menembus seluruh kulit
bola yang diamati pada medan jauh. NilaiDdiperoleh melalui persamaan [3] :
= = ( , )
( , ) (2.3)
2.4.2 GainAntena
Gain (directive gain) adalah karakter antena yang terkait dengan
kemampuan antena mengarahkan radiasi sinyalnya atau penerimaan sinyal dari
arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam satuan fisis pada
umumnya seperti watt, ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan.
Oleh karena itu, satuan yang digunakan untukgainadalahdecibel[4].
Gain dari sebuah antena adalah kualitas nyala yang besarnya lebih kecil
daripada penguatan antena tersebut yang dapat dinyatakan dengan [5] :
Gain = G = k. D (2.4)
Dimana :
(24)
Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur powerpada main lobedan
membandingkan power-nya dengan power pada antena referensi. Gain antena
diukur dalam satuandecibel.Decibeldapat ditetapkan dengan dua cara yaitu [6] :
a. Ketika mengacu pada pengukuran daya (power)
= 10 (2.5)
b. Ketika mengacu pada pengukuran tegangan (volt)
= 20 (2.6)
Gainantena biasanya diukur relatif pada :
1) dBi (relatif pada radioatorisotropic)
2) dBd (relatif pada radioatordipole)
Hubungan antara dBi dan dBd adalah sebagai berikut [6] :
0 dBd = 2,15 dBi (2.7)
Umumnya dBi digunakan untuk mengukurgainsebuah antena.
Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan daya maksimum
antena yang diukur dengan antena referensi yang diketahui gainnya. Maka dapat
dituliskan pada persamaan [3]:
= ( )
( ) × ( ) (2.8)
Atau jika dihitung dalam nilai logaritmik dirumuskan oleh persamaan [3] :
(25)
Dimana :
Gt =Gaintotal antena.
Pt = Nilai level sinyal maksimum yang diterima antena terukur (dBm).
Ps = Nilai level sinyal maksimum yang diterima antena referensi (dBm). Gs =Gainantena referensi.
2.4.3 Pola Radiasi Antena
Pola radiasi antena pada umumnya terdiri dari sebuah lobe utama (main
lobe) dan beberapa lobe kecil (minor lobe). Lobe utama merupakan gambaran
kualitas antena yang menunjukkan energi yang tersalurkan sesuai dengan yang
diinginkan (Gambar 2.2). Diagram arah sebenarnya tiga dimensi, tetapi biasa
digambarkan sebagai dua dimensi, yaitu dua penampangnya saja yang saling
tegak lurus berpotongan pada porosmain lobe[1].
Gambar 2.2Pola Radiasi AntenaDirectional
2.4.4 Polarisasi Antena
Polarisasi antena merupakan orientasi perambatan radiasi gelombang
(26)
terhadap permukaan bumi sebagai referensi arah. Dalam jaringan wireless,
polarisasi dipilih dan digunakan untuk mengoptimalkan penerimaan sinyal yang
diinginkan dan mengurangi derau dan interferensi dari sinyal yang tidak
diinginkan.
Polarisasi dari sebuah antena menginformasikan ke arah mana medan
listrik memiliki orientasi dalam perambatannya. Ada tiga macam polarisasi secara
garis besarnya yaitu polarisasi linier, eliptis dancircular.
a. Polarisasi Linier
Polarisasi linier terdiri dari polarisasi vertikal dan polarisasi horisontal.
Arah dari polarisasi ditentukan oleh arah dari medan listrik. Polarisasi linier,
artinya, dengan berjalannya waktu arah dari medan listrik tidak berubah, hanya
orientasinya saja.
Gambar 2.3 menunjukkan sebuah gelombang yang memiliki polarisasi
linier yang vertikal. Medan listrik terletak secara vertikal. Di gambar, arah medan
listrik selalu menunjuk ke arah sumbu x positif atau negatif (Ex) dan arah medan
magnet-nya selalu ke sumbu y positif atau negatif (Hy). Polarisasi linier yang
horisontal merupakan kebalikan dari vertikal. Medan listrik terletak horisontal
(arah sumbu y) [7].
(27)
b. Polarisasi Eliptis
Berbeda dengan polarisasi linier, pada gelombang yang mempunyai
polarisasi eliptis, dengan berjalannya waktu dan perambatan, medan listrik dari
gelombang itu melakukan putaran dengan ujung panah-panahnya terletak pada
sebuah permukaan silinder dengan penampang elips.
Pada kasus tertentu panjang sumbu utama dari penampang elips tersebut
sama, sehingga berbentuk lingkaran. Gambar 2.4 menunjukkan orientasi dari
medan listrik (E) yang terpolarisasi eliptis [7].
Gambar 2.4 Polarisasi Eliptis
c. Polarisasi Circular
Polarisasi circular pernah digunakan pada beberapa jaringan wireless.
Dengan antena berpolarisasi circular, medan elektromagnetik berputar secara
(28)
Ada dua jenis
membuatnya yaitu
elektromagnetik pada
meninggalkan antena
berlawanan arah jarum
2.4.5 BeamwidthAn
Beamwidth ada
radio utama (main lobe
utama [5]. Besarnyabe
= , .
Gambar 2.5PolarisasiCircular
nis turunan pada antena polarisasi circular be
u left hand circular dan right hand ci
pada right hand circular berputar searah jar
na. Medan elektromagnetik pada left hand ci
rum jam ketika meninggalkan antena.
Antena
adalah besarnya sudut berkas pancaran gelom
n lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun da
abeamwidthadalah sebagai berikut [8] :
= , .
berdasarkan cara
circular. Medan
jarum jam ketika
circular berputar
lombang frekuensi
un dari puncak lobe
= ,
(29)
Dimana :
B = 3 dBbeamwidth(
= frekuensi (GHz)
d = diameter antena (m
Gambar 2.6 m
lobe, nomor 1), lobe
(back lobe, nomor 3).
dibatasi oleh titik-titik se
pada lobe utama. Fi
diantara dua arah pada
2.4.6 BandwidthAn
Bandwidth sua
kerja yang berhubunga dth(derajat)
)
(m)
2.6 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lob
obe sisi samping (side lobe, nomor 2) dan lobe
3). Half Power Beamwidth (HPBW) adalah da
itik setengah daya atau -3 dB atau 0.707 dari me
First Null Beamwidth (FNBW) adalah besa
h padamain lobeyang intensitas radiasinya nol.
Gambar 2.6BeamwidthAntena
Antena
suatu antena didefinisikan sebagai rentang fr
hubungan dengan berapa karakteristik (seperti impe
lobe utama (main
lobe sisi belakang
daerah sudut yang
medan maksimum
esar sudut bidang
ng frekuensi dimana
(30)
pola, beamwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR, return loss, axial ratio)
memenuhi spesifikasi standar [9].
Gambar 2.7Bandwidth Antena
Dari Gambar 2.7 diketahui f1 adalah frekuensi bawah, f2 adalah frekuensi
atas dan fc merupakan frekuensi tengah. Dengan melihat Gambar 2.7 bandwidth
dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini [8] :
% = × 100% (2.11)
Bandwidth yang dinyatakan dalam persen seperti ini biasanya digunakan
untuk menyatakan bandwidth antena yang memiliki band sempit (narrow band).
Sedangkan untukbandyang lebar (broad band) biasanya digunakan definisi rasio
antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah.
2.4.7 Impedansi Antena
Impedansi antena didefinisikan sebagai perbandingan antara medan
elektrik terhadap medan magnetik pada suatu titik [5]. Dengan kata lain pada
sepasang terminal maka impedansi antena bisa didefinisikan sebagai
(31)
I V
ZT (2.12)
Dimana :
ZT= impedansi terminal
V= beda potensial terminal
I= arus terminal
2.4.8 Voltage Standing Wave Ratio(VSWR)
Pada saat sinyal merambat ke arah tertentu dalam saluran transmisi, maka
perbandingan antara tegangan dan arus sinyal dapat dipandang sebagai impedansi
karakteristik saluran. Akan tetapi setelah sinyal mencapai ujung saluran dimana
beban berada, keadaan akan lain tergantung pada kondisi beban tersebut.
Bila besar impedansi beban tepat sama dengan impedansi karakteristik
saluran, maka daya sinyal yang datang ke beban akan diserap seluruhnya oleh
beban. Tetapi bila besar impedansi beban tidak sama dengan impedansi
karakteristik saluran, maka sebagian sinyal yang datang ke beban itu akan
memantul dan kembali menuju ke sumbernya semula. Besarnya sinyal yang
dipantulkan kembali menuju sumber ini bergantung kepada bagaimana
ketidaksamaan antara impedansi karakteristik saluran terhadap impedansi beban.
Perbandingan antara level tegangan yang datang menuju beban dan yang
kembali ke sumbernya disebut koefisien pantul atau koefisien refleksi yang
(32)
Harga koefisien pantul ini dapat bervariasi antara 0 sampai 1. Jika bernilai
0 artinya tidak ada pantulan dan jika bernilai 1 artinya sinyal yang datang ke
beban seluruhnya dipantulkan kembali ke sumbernya. Hal ini dinyatakan dalam
persamaan [8] :
V V (2.13)
Hubungan antara koefisien refleksi,impedansi karakteristik dan impedansi
beban dapat dituliskan [8] :
o l o L Z Z Z Z (2.14)
Pantulan daya pada saluran yang direpresentasikan dengan adanya
tegangan pantul dan arus pantul di sepanjang saluran akan bertemu dengan
gelombang datang dan menimbulkan gelombang resultan yang disebut dengan
gelombang berdiri (standing wave). Gelombang berdiri memiliki tegangan
maksimum dan minimum dalam saluran yang besarnya tergantung pada tegangan
maupun arus pantul. Perbandingan antara tegangan maksimum terhadap tegangan
minimum ini disebut voltage standing wave ratio (VSWR). Secara sederhana
VSWR dapat dituliskan sebagai [8] :
min max
V V
VSWR (2.15)
VSWR merupakan parameter yang menentukan kualitas dari transmisi
suatu sinyal dari sumber ke beban. Besar nilai VSWR yang ideal adalah 1, yang
(33)
diradiasikan antena pe
besar nilai VSWR m
2.8 menunjukkan gam
dapat dituliskan [8] :
s G
2.5 Antena Isotrop Antena isotropi
segala arah dengan i
dikatakan pola radiasi
dunia nyata dan ha
menganalisa struktur
gambar antena isotropi Amplitudo
t a pemancar diterima semua oleh antena pene
menunjukkan daya yang dipantulkan semakin
gambar VSWR. Hubungan VSWR dengan koe
: 1 1 VSWR s
Gambar 2.8Voltage Standing Wave Ratio
a Isotropis
sotropis merupakan sumber titik yang memanc
n intensitas yang sama, seperti permukaan bol
asi antena isotropis berbentuk bola. Antena ini
hanya digunakan sebagai dasar untuk m
uktur antena yang lebih kompleks. Gambar 2.9
ropis [10]. Amplitudo
t
enerima. Semakin
kin besar. Gambar
n koefisien refleksi
(2.16)
ancarkan daya ke
bola. Karena itu
ni tidak ada dalam
uk merancang dan
2.9 menunjukkan Amplitudo
(34)
Gambar 2.9Antena Isotropis
2.6 AntenaDirectional
Berdasarkan direktivitasnya, antena directional dibagi menjadi antena
unidirectional dan antena omnidirectional. Antena unidirectional adalah antena
yang memancarkan dan menerima sinyal hanya dari satu arah. Sedangkan antena
omnidirectional adalah antena yang memancarkan dan menerima sinyal dari
segala arah.
2.6.1 Antena Unidirectional
Antenaunidirectionalmemancarkan dan menerima sinyal hanya dari satu
arah. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk pola radiasinya yang terarah. Antena
unidirectional mempunyai kemampuan direktivitas yang lebih dibandingkan
jenis-jenis antena lainnya. Kemampuan direktivitas ini membuat antena ini lebih
banyak digunakan untuk koneksi jarak jauh. Dengan kemampuan direktivitas ini
membuat antena mampu mendengar sinyal yang relatif kecil dan mengirimkan
(35)
tinggi tetapibeamwidthkecil. Hal ini menguntungkan karena kecilnyabeamwidth
menyebabkan berkurangnya derau yang masuk ke dalam antena. Semakin kecil
bidang tangkapan (aperture), semakin naik selektivitas antena terhadap sinyal
wireless yang berarti semakin sedikit derau yang ditangkap oleh antena tersebut.
Beberapa macam antena unidirectional antara lain antena Yagi-Uda, antena
parabola, antena Helix, antena log-periodic, dan lain-lain [1]. Gambar 2.10
memperlihatkan contoh antenaunidirectional.
Gambar 2.10Contoh AntenaUnidirectional
2.6.2 Antena Omnidirectional
Antena omnidirectional memancarkan dan menerima sinyal dari segala
arah dengan daya yang sama. Untuk menghasilkan cakupan area yang luas, gain
antena omnidirectional harus memfokuskan dayanya secara horizontal, dengan
mengabaikan pola pancaran ke atas dan ke bawah. Dengan demikian, keuntungan
dari antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak
dan biasanya digunakan untuk posisi pengguna yang melebar. Kesulitannya
adalah pada pengalokasian frekuensi untuk setiap sel agar tidak terjadi
interferensi. Antena jenis ini biasanya digunakan untuk posisi pelanggan yang
(36)
pola radiasi antena omnidirectional digambarkan seperti bentuk kue donat
(doughnut) dengan pusat berimpit. Kebanyakan antena ini mempunyai polarisasi
vertikal, meskipun tersedia juga polarisasi horisontal. Antena omnidirectional
dalam pengukuran sering digunakan sebagai pembanding terhadap antena yang
lebih kompleks contoh antena omnidirectional antara lain antena dipole, antena
Brown, antena coaxial, antena super-turnstile, antena ground plane, antena
collinear, antenaslot wave guide, dan lain-lain [1]. Gambar 2.11 memperlihatkan
beberapa contoh antenaomnidirectional.
Gambar 2.11Contoh AntenaOmnidirectional
2.7. Antena Dipole- /2
Antena Dipole adalah bentuk yang sangat penting dari antena RF yang sangat banyak digunakan untuk transmisi radio dan menerima aplikasi. Dipol sering digunakan sendiri sebagai antena RF, tetapi juga membentuk elemen
(37)
penting dalam banyak penting dari RF antena
Dipole- /2 a gelombang pada freku paling sering diperguna yang sangat dekat de transmisi, sehingga transmisi ke antena, struktur Antena Dipol
2.8 Komponen Pad
Dalam pembua
komponen penunjang
antena yang akan diguna
dalam pembuatan Ant
yak jenis antena RF. Karena itu adalah mungki ntena.
adalah dipole dengan panjang setengah rekuensi kerjanya, dipole ini adalah salah sa rgunakan. Hal ini dikarenakan resistansi masuka
dengan impedansi karakteristik 75 Ω dari be gga memudahkannya untuk me-match sambung
na, terutama pada saat resonansi. Gambar 2.12 pole- /2.
Gambar 2.12Struktur Antena Dipole - /2
Pada Antena Dipole- /2
buatan atau perancangan suatu antena di
ng yang digunakan untuk menguji atau menguk
digunakan. Berikut penjelasan dari komponen y
ntena Dipole.
ungkin bentuk paling
ngah dari panjang satu dipole yang asukannya 73 Ω , beberapa saluran mbungan saluran 2.12 menunjukkan
/2
diperlukan suatu
engukur performa
(38)
2.8.1 Panjang Antena Dipole- /2
Dalam menentukan panjang dari Antena Dipole- /2, terdapat beberapa hal
yang mempengaruhinya yaitu panjang gelombang dari elemen Antena Dipole- /2,
panjang gelombang dalam ruang bebas dan frekuensi kerja dari antena. Berikut
rumus dalam menentukan panjang dari Antena Dipole- /2.
= λ = kλ = k (2.17 )
Dimana:
l = panjang Antena Dipole- /2
d = panjang gelombang elemen dipole- /2
0 = panjang gelombang pada ruang bebas
c = cepat rambat cahaya f = frekuensi kerja antena
2.8.2 Bahan Antena Dipole- /2
Untuk analisis yang dilakukan dalam pengujian Antena Dipole- /2,
dipakai beberapa bahan pembuat sebagai perbandingannnya. Bahan logam yang
dipakai dalam perbandingan yaitu perak, tembaga, emas, aluminium, kuningan
dan besi. Salah satu parameter yang diperlukan yaitu nilai konduktivitas dan luas
penampang dari bahan tersebut. Bahan antena yang dipakai dapat dilihat pada
(39)
Tabel 2.1Bahan Antena
No. Bahan Konduktivitas (σ)
1 Perak 6,17 x 107
Ω /m 2 Tembaga 5,80 x 107
Ω /m 3 Emas 4,10 x 107
Ω /m 4 Aluminium 3,82 x 107
Ω /m 5 Kuningan 1,50 x 107
Ω /m 6 Besi 1,03 x 107
Ω /m
Adapun pemilihan bahan-bahan untuk pembuatan suatu antena didasarkan
atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
- Ketahanan bahan terhadap korosi
- Kekuatan mekanisnya
- Harganya relatif murah
- Ketersediaan bahan dipasaran
Diantara bahan-bahan diatas dipilih bahan aluminium dan tembaga sebagai
bahan dasar antena. Aluminium dan tembaga dipilih karena memiliki
konduktivitasyang bagus.
2.9 Parameter Antena Dipole- /2
Parameter yang bisa mempengaruhi kualitas Antena Dipole- /2, antara
lain impedansi, beamwidth, direktivitas, gain, daya radiasi antena, dan pola
(40)
a. Impedansi antena diketahui dari Persamaan (2.18).
= (2.18)
b. Beamwidth(lebar berkas) pada suatu pola radiasi antena merupakan besar
sudut antena antara 2 buah titik pada pola radiasi, yang mempunyai rapat
daya ½ (-3dB) dari nilai rapat daya maximum. Secara teoritis diketahui
bahwabeamwidth(HPBW) dari antena dipole- /2 adalah 78o.[10]
Gambar 2.13Beamwidth-3 dB
Gambar 2.13 menunjukkan cara penentuan beamwidth. Dari Gambar 2.13,
dapat dihitung nilaibeamwidthmelalui Persamaan (2.19).
θ = θ2 – θ1 (2.19)
θ1 : sudut pada saat E di kuadran 1 atau 3 sama dengan 0,707 θ2 : sudut pada saat E dikuadran 2 atau 4 sama dengan 0,707
(41)
c. Direktivitas(keterarahan) ialah perbandingan intensitas radiasi maksimum (U(θ,φ)max) dengan intensitas radiasi rata-rata (Uav), sesuai Persamaan (2.20)
Berikut direktivitas dari Dipole- /2:
D = =
, = 1,64 (2.20)
Atau sama dengan 2,15 dB.[10]
d. Gain(G), dengan nilai k (faktor efisiensi) ditentukan, misalnya 0,9.
Nilai Gain atau penguatan antena dihasilkan dari persamaan (2.21).
G = k.D (2.21)
k adalah faktor efisiensi Antena (0≤ k ≤ 1).
Secara teoritis, Gain Antena Dipole- /2 adalah 2.15 dBi yang dijelaskan
pada persamaan (2.22)[10].
= = = =
( ) 1.64 2.15 (2.22)
e. Panjang fisik antena (L) adalah fungsi panjang gelombang (λ) yang
tergantung pada frekuensi.
Panjang fisik - /2 pada Persamaan (2.17) dan untuk panjang
gelombang sesuai dengan Persamaan (2.1) dapat dihitung untuk panjang
antena dipole yang beroperasi pada frekuensi :
1. 3 MHz (pada siaran AM) dapat dihitung yaitu :
Untuk f = 3MHz, maka :
(42)
2. 300 MHz (pada siaran FM) dapat dihitung yaitu :
Untuk f = 300 MHz, maka :
= = 1 meter , makal = =0,5meter = 50 cm
3. 10 GHz (pada band microwave) dapat dihitung yaitu :
Untuk f = 10 GHz, maka :
= = 0,03meter , makal = , = 0,015meter = 1,5 cm
2.10 Pola Radiasi Pada Antena Dipole
Pola radiasi merupakan gambaran sifat-sifat radiasi (medan jauh) oleh
suatu antena. Pola radiasi terjadi karena arus listrik dalam suatu kawat selalu
dikelilingi oleh medan magnetis. Arus listrik bolak balik (alternating current)
menyebabkan muatan-muatan listrik bebas dalam kawat akan mendapat
percepatan, sehingga timbul suatu medan elektromagnetik bolak balik yang akan
berjalan menjauhi antena dalam bentuk gelombang elektromagnetik dan
terbentuklah medan elektromagnetik. Medan radiasi terbagi menjadi tiga, yaitu
medan dekat reaktif, medan dekat, dan medan jauh. Sketsa medan radiasi dapat
(43)
a. Pembagian Medan Radiasi b. Aliran Energi pada Antena Dipole
Gambar 2.14Sketsa Medan Radiasi pada Antena Dipole
Pada Gambar 2.14 (b), dapat dilihat pola radiasi antena dipole ke berbagai arah
dalam medan radiasi. Daerah medan antena yang mempunyai kriteria jarak
minimum pengamatan medan jauh dihasilkan dari persamaan (2.23).
=
. (2.23)Dimana:
r : jarak minimum pengamatan medan jauh (m)
Batas maksimum daerah medan jauh ini tak terhingga. Pola radiasi dapat
digambarkan dengan sistem koordinat 3 (tiga) dimensi, sebab pola radiasi antena
(44)
Gambar 2.15Koordinat-koordinat Bola (spherical coordinates)
Gambar 2.15 menunjukkan bahwa posisi masing-masing koordinat bola
(r,θ,φ) bisa digunakan untuk menggambarkan pola radiasi pada suatu jarak tertentu (r) dari antena. Pola radiasi sering digambarkan dengan pola dua dimensi
dengan koordinat kutub maupun koordinat xy (absis : x, ordinat : y), seperti pada
Gambar 2.16.
(45)
(b)
Gambar 2.16Pola Radiasi Antena dalam Dua Dimensi a ) Polar plot/koordinat kutub
b) Rectangular plot / koordinat–xy
Pada umumnya, pola radiasi antena mempunyai berkas atau cuping utama
(major lobe) maupun berkas atau cuping pada arah yang lain (minor lobe). Major
lobe adalah berkas yang arah radiasinya ke depan (arah tujuan). Sedangkan minor
lobe ialah berkas radiasi yang sebenarnya tidak diinginkan, yaitu berkas yang
berada di sebelah major lobe (disebut side lobe) dan berkas yang berlawanan
denganmajor lobe(disebutback lobe).
2.11 Aplikasi Metoda Numerik pada Antena
Solusi problematika antena, berupa diagram radiasi, gain, faktor refleksi,
dsb sangat sulit didapatkan secara eksak, yang dilakukan pada bab-bab sebelum
adalah dengan melakukan berbagai macam asumsi yang secara praktis sering bisa
diterima. Yang menjadi pertanyaan adalah, sejauh mana formulasi pendekatan ini
memberikan hasil yang masih bisa diterima akurasinya. Untuk menjawab hal ini,
perlu diketahui prosedur pensolusian masalah dengan cara yang lebih akurat,
(46)
lebih akurat dilakukan dengan menggunakan metode komputasi yang berbasiskan
pada perhitungan numerik dari Maxwell dan turunannya. Ada banyak metode
numerik yang diperkenalkan selama ini. Misalnya, metode persamaan integral,
yang biasanya dijawab dengan metode momen (method of moment/MoM), metode
elemen hingga (finite element methode/FEM), metode diferensi hingga wilayah
waktu (finite difference time domain/FDTD), metode frekuensi tinggi (seperti
geometrical optics/GO, physical optics/PO, dan uniform theory of
diffraction/UTD) dan metode kombinasi beberapa buah metode single diatas yang
dikenal dengan metode hybrid.[7]
1. Metode Elemen Hingga (Finite Element Method)
Metode Elemen Hingga adalah metode numerik untuk
mendapatkan solusi persamaan differensial, baik persamaan differensial
biasa (Ordinary Differential Equation) maupun persamaan differensial
parsial (Partial Differential Equation). Karena persamaan differensial
seringkali digunakan sebagai model permasalahan enjineering maka
penting bagi para insinyur untuk dapat memahami dan mampu
menerapkan MEH. Saat ini MEH merupakan salah satu metode numerik
paling versatile untuk memecahkan problem dalam domain
kontinuum.[12].
Pada awalnya MEH dikembangkan untuk memecahkan problem di
bidang mekanika benda padat (solid mechanic), tetapi kini MEH sudah
merambah hampir ke semua problem enjineering seperti mekanika fluida
(47)
(electro magnetism), getaran (vibration), analisis modal (modal analysis),
dan banyak lagi problem enjineering lainnya[12].
Proses inti MEH adalah membagi problem yang kompleks menjadi
bagian-bagian kecil atau elemen-elemen dari mana solusi yang lebih
sederhana dapat dengan mudah diperoleh. Solusi dari setiap elemen jika
elemen digabungkan akan menjadi solusi problem secara keseluruhan.
Gambar 2.17 menjelaskan cara kerja MEH dimana solusi suatu problem
yang kompleks diaproksimasikan oleh solusi elemen. Untuk mendapatkan
solusi elemental, MEH menggunakan fungsi interpolasi untuk
mengaproksimasikan solusi elemen. Untuk contoh ini suatu fungsi linier
yang sederhana dipergunakan sebagai fungsi interpolasi. Setelah solusi
setiap elemen diperoleh, dengan menggabungkan solusi-solusi elemen
maka solusi keseluruhan problem dapat diperoleh. Dengan menggunakan
fungsi polinomial seperti fungsi kuadratik sebagai fungsi interpolasi,
solusi yang lebih akurat bisa diperoleh [12].
Untuk aplikasi antena secara umum, MEH bisa memodelkan
problem yang memiliki dielektrika yang beraneka-ragam. MEH
mendiskretisasikan volume yang dimilikinya ke dalam volume yang
kecil-kecil, biasanya digunakan tetrahedral. Diskritisasi elemen MEH tampak
(48)
Gambar 2.17Diskretisasi Elemen menggunakan Metode Elemen Hingga
MEH adalah metode yang bekerja pada problem tertutup. Sehingga
untuk aplikasi antena, haruslah digunakan batasan fiktif, yang bertugas
untuk menutup ruangan yang akan diamati dan didiskretisasi. Permukaan
penutup wilayah kerja ini adalah bidang yang memiliki sifat absorbsing
boundary condition (ABC), atau permukaan yang berbentuk
lapisan-lapisan yang mampu menyerap gelombang datang (perfectly matched
layer/PML). Atau sebagai alternatif, MEH dikombinasikan dengan metode
persamaan integral sebagai metode hibrida.
Metode komersial yang berbasiskan MEH misalnya program High
Frequency Structure Simulator (HFSS) yang dikembangkan oleh
perusahaan Ansoft (www.ansoft.com). Sedangkan program yang
disebarkan secara bebas di internet contohnya ElectroMagnetic Analysis
(49)
2. Metode Diferensi Hingga Wilayah Waktu (Finite Difference Time
Domain)
Metode diferensi hingga adalah metode yang sangat mudah
dimengerti. Dasar dari metode ini adalah penggunaan diferensi
(pengurangan) sebagai pengganti differensiasi.
Finite-Difference Time-Domain (FDTD) termasuk dalam metode
pemodelan numerik berbasis diferensial berdomain waktu. Persamaan
Maxwell (dalam bentuk diferensial parsial) yang dimodifikasi menjadi
persamaan diferensial center, didiskritisasi, dan diimplementasikan dalam
perangkat lunak. Diskritisasi FDTD dapat dilihat pada Gambar 2.18.
Gambar 2.18Diskritisasi Elemen pada CST Microwave Studio
Persamaan dipecahkan secara siklik: medan listrik diselesaikan
pada suatu saat, lalu medan magnet diselesaikan di detik berikutnya, dan
proses ini diulang lagi dan lagi.
Software komersial yang berbasiskan FDTD misalnya XFDTD
(50)
Selain itu CST Microwave Studio Suite yang dapat ditemui di alamat
www.cst.com. Empire yang dikembangkan oleh perusahaan IMST
(51)
BAB III
SIMULATOR DAN SUMBER DATA
3.1 Umum
Pada Tugas Akhir ini digunakan Antena Dipole- /2 modul B4520antenna
trainer yang terdapat pada Laboratorium Antena dan Propagasi (Sistem
Komunikasi Radio) Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara
sebagai sumber data yang digunakan untuk menganalisa perangkat lunak
simulator Ansoft HFSS v.10 dan CST Microwave Studio 2010.
Dalam kajian ini parameter antena yang akan dikaji adalah gain,
direktivitas, SWR, return loss dan pola radiasi. Untuk mendapatkan parameter
antena tersebut maka dilakukan dengan cara pengukuran dan simulasi.
Pada Tugas Akhir ini akan dilakukan simulasi untuk memperoleh
informasi tentang parameter antena dengan menggunakan simulator CST
Microwave Studio 2010 dan Ansoft HFSS v.10. Analisa menggunakan perangkat
lunak Ansoft High Frequency Structure Simulator (HFSS) v10 dengan Computer
Simulation Technology(CST)Microwave Studio 2010 dengan mengacu pada nilai
parameter antena yang tercantum pada dokumen spesifikasi dan pengukuran
langsung di laboratorium.
Adapun ulasan mengenai perangkat lunak simulator Ansoft HFSS v.10
dan CST Microwave Studio serta spesifikasi antena Dipole B4520 akan dijelaskan
(52)
3.2 HFSS
High Frequency Structure Simulator (HFSS) adalah sebuah perangkat
lunak komersil dari perusahaan Ansys untuk pemecahan masalah-masalah Finite
Element Method (FEM) pada struktur elektromagnetik. HFSS adalah salah satu
perangkat lunak yang sangat populer dan bermanfaat untuk merancang antena,
dan untuk merancang rangkaian RF elektronik kompleks yang termasuk filter,
saluran transmisi dan semua yang berkenaan dengannya. Perangkat lunak ini
awalnya dikembangkan oleh Profesor Zoltan Cendes dan para mahasiswanya di
Carnegie Mellon University. Dan kemudian Profesor Cendes dan saudara
laki-lakinya Nicholas Csendes mendirikan dan memasarkan HFSS pertama kali pada
tahun 1989 yang dilakukan berdasarkan kerjasama pemasaran dengan perusahaan
Hewlett-Packard (HP) yang di bundle menjadi produk Ansoft. Setelah sekian
lama bekerja sama pada periode tahun 1996-2006, HP (yang kemudian menjadi
Agilent EEs dari divisi EDA) dan Ansoft berpisah, Agilent dengan produk FEM
Element sedangkan Ansoft dengan produk HFSS mereka. Dan kemudian Ansoft
akhirnya diakusisi oleh perusahaan Ansys [14].
3.2.1 Instalasi Ansoft HFSS
Ansoft HFSS memiliki syarat minimum untuk di instalasi ke dalam
komputer. Adapun syarat minimum untuk instalasi Ansoft adalah :
1. Sistem operasi WindowsXP (32/64 bit),Windows2000, atauWindows Server2003.
2. Komputer dengan prosesorPentium(diusahakanPentium4 keatas). 3. Kapasitas RAM (Random Access Memory)minimum 128 Mb.
(53)
4. Memiliki minimum 8 MbVideo Card. 5. Mouse.
6. CD-ROM (Compact Disc Read-Only Memory) atau DVD-ROM (Digital Video Disc Read-Only Memory).
Adapun cara instalasi dari Ansoft adalah sebagai berikut :
1. Buka folder Ansoft jalankan autorun.exesehingga akan muncul tampilan
seperti pada Gambar 3.1. lalu akan muncul beberapa opsi. Maka yang
pertama dilakukan adalah memasang libraries (install libraries), lalu ikuti
langkah-langkah yang seterusnya dengan menekan tombol next. dan
pilihlah direktori dimana akan dipasanglibrariestersebut.
Gambar 3.1Tampilan Awal Ansoft HFSS
2. Setelah lakukan pemasangan libraries, maka dilanjutkan dengan
memasang simulator Ansoft HFSS dengan cara menekan install software.
Lalu ikuti perintah-perintah pemasangan perangkat lunak tersebut. Lalu
pilih lokasi untuk pemasangan Ansoft HFSS. Ikuti semua langkahnya dan
(54)
3.2.2 Cara Kerja Ansoft HFSS
Ansoft HFSS adalah program yang sangat interaktif dalam menampilkan
model peralatan frekuensi radio secara tiga dimensi yang dibuat. Beberapa
tahapan dalam Ansoft HFSS diantaranya adalah :
1. Membuat parameter dari suatu model - perancangan bidang, boundries,danexcitationpada model yang dibuat.
2. Menganalisis model - pada tahapan ini model yang telah dibuat akan dianalisis dengan memasukkan frekuensi yang diinginkan dan
bentangan frekuensi yang diinginkan.
3. Hasil - menampilkan hasil dalam bentuk laporan dua dimensi (gambar, tabel, grafik) maupun laporan dalam bentuk tiga dimensi.
4. Penyelesaianloop- proses mendapatkan hasil sepenuhnya otomatis.
Adapun diagram alir dari proses pencarian solusi Ansoft HFSS
(55)
Gambar 3.2Diagram Alir yang Menunjukkan Cara Pencarian Solusi Simulator Ansoft HFSS
3.2.3 Perancangan Dasar Model pada Ansoft
Pada Ansoft HFSS, perancangan model dapat menggunakan bidang dua
dimensi atau bidang tiga dimensi tergantung dari model yang akan dibuat.
Semakin kompleks model yang akan dibuat maka semakin kompleks dan banyak
pula bidang yang digunakan pada Ansoft.
Untuk membuat model awal dari model yang diinginkan maka dilakukan
dengan menekan kursor ke arah geometri pada Ansoft HFSS atau dengan
menekan kursor pada menu draw lalu pilih bentuk geometri yang diinginkan
(56)
Gambar 3.3Geometri yang disediakan oleh Simulator Ansoft HFSS
Setelah memilih salah satu bentuk geometri yang diinginkan maka yang
dilakukan selanjutnya adalah masukkan beberapa nilai untuk menentukan ukuran
dan posisi model yang ingin dibuat.
Misalkan dalam membuat model kubus atau balok, maka arahkan kursor
ketiga arah koordinat sehingga terbentuk balok seperti pada Gambar 3.4 lalu tekan
klik. Dan pada bidang koordinat Ansoft HFSS yang akan digambarkan bentuk
bidang tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4Bentuk yang Muncul Setelah Menekan Bidang Balok Pada Ansoft HFSS
(57)
Berikut adalah tahap-tahap dalam mensimulasikan suatu model pada
simulator Ansoft HFSS.
a. Inisialisasi Model
Inisialisasi model adalah pemberian nilai awal dalam angka maupun
koordinat dari model yang akan dirancang. Satuan model yang dibuat dapat diatur
dengan cara menekan 3D modeler>units.Setelah modeldibuat maka akan muncul
property windowyang memiliki 2 jenis tab seperti yang ditunjukkan Gambar 3.5.
Gambar 3.5Property Windowyang Keluar Setelah Model Dibuat
Pada tab Command, akan ada beberapa opsi yaitu Coordinate System,
Position, XSize, YSize, dan ZSize. Prinsip dari pengaturan koordinat ini sama
dengan yang dipelajari pada pembuatan grafik pada aplikasi sehari-hari. Position
berfungsi untuk meletakkan model pada koordinat yang diinginkan pada sumbu x,
sumbu y, dan sumbu z. XSize berfungsi untuk memasukkan panjang garis yang
bekerja pada sumbu X dalam artian ini berarti menentukan lebar dari kubus,
Sedangkan YSize untuk memasukkan panjang garis yang bekerja pada sumbu y,
(58)
Property windowpada Gambar 3.6 hanya muncul ketika akan dibuat suatu
model dalam bentuk kubus atau balok. Jika model lainnya seperti bola atau
tabung yang akan dibuat, maka parameter yang lain akan muncul seperti radius
atau diameter danlength(tinggi atau panjang) model.
Gambar 3.6Property Window dengan Tab Attribute
Pada tab attribute seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6 terdapat
beberapa opsi yang bisa diatur. Misalkan kolom name berfungsi untuk menamai
model yang dibuat, sedangkan kolom material berisi bahan yang digunakan oleh
model tersebut. Dengan menekan vaccum maka akan muncul beberapa pilihan
material yang dapat disesuaikan dengan keinginan. Color berfungsi untuk
mewarnai model, dan transparent berfungsi untuk membuat model menjadi
transparan.Transparentbisa diatur sesuai dengan keinginan.
Setelah proses inisialisasi model dengan memberikan nilai-nilai dan
besaran pada model maka hal yang perlu dilakukan adalah memasukkan beberapa
pengaturan yang mendukung model yang dibuat. Project manager seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.7 berisi pengaturan-pengaturan model yang sesuai
(59)
window dapat dilihat selengkapnya pada e-book penuntun Ansoft HFSS yang
terdapat di dalam CD (Compact Disc)[15].
Gambar 3.7Project Manager WindowPada Ansoft HFSS
b. Mensimulasikan Hasil Rancangan
Setelah hasil rancangan berhasil dibuat, maka rancangan harus
disimulasikan. Untuk mengecek apakah hasil rancangan sudah berjalan dengan
baik maka harus menekan HFSS pada toolbar lalu Validation Check. Jika ada
yang mengalami kesalahan (error) lakukan pengecekan pada project manager.
Setelah rancangan sudah berjalan dengan baik maka yang harus dilakukan adalah
menganalisa rancangan tersebut dengan cara menekan HFSS kemudian Analyze
(60)
dengan lama waktu yang tidak terbatas tergantung dari kerumitan model dan
banyaknya jumlahpassingin dibuat. Dan setelah selesai dilakukan penganalisaan,
hasil program akan ditunjukkan pada bagianresultpadaproject manager.
3.2.5 Aplikasi Ansoft HFSS
Ansoft dapat digunakan untuk berbagai aplikasi antena. Seperti antena
Yagi, antena Dipole, antenaHorn, dan sebagainya. Gambar 3.8 memperlihatkan
salah satu dari aplikasi Ansoft HFSS [14].
Gambar 3.8Salah Satu Aplikasi dari Ansoft HFSS yaitu AntenaHorn
3.3. CST Microwave Studio
CST Microwave Studio (CST MWS) adalah software yang dapat
digunakan untuk membuat desain dan menganalisis dari semua jenis sistem
antena. Alat ini sangat membantu seorang perancang antena melakukan analisa
parameter antena, perhitungan SAR, perhitungan fasa, directivity atau mengkaji
antena tunggal atau array dalam 3D, polar dan koordinat cartesius. fitur yang
disajikan pada perangkat lunak ini memudahkan dalam analisis elektromagnetik. Waveguide
(61)
3.3.1 Instalasi CST Microwave Studio
CST MWS memiliki syarat minimum untuk diinstalasi ke dalam
komputer. Adapun syarat minimum untuk instalasi CST MWS adalah:
1. Sistem operasiWindowsXP (32/64 bit),atau Windows Vista. 2. Komputerdengan prosesor Pentium(diusahakanPentium4 keatas). 3. Kapasitas RAM (Random Access Memory)minimum 1GB.
4. Memiliki minimum 8 MbVideo Card. 5. Kapasitas harddisk untuk instalasi 8 GB 6. Mouse.
7. DVD-ROM (Digital Video Disc Read-Only Memory).
Adapun cara instalasi dari Ansoft adalah sebagai berikut :
1. Buka folder CST jalankan Setup.exe sehingga akan muncul tampilan
seperti pada Gambar 3.9. lalu akan muncul beberapa opsi. Maka yang
pertama dilakukan adalah memasang libraries (install libraries), lalu ikuti
langkah-langkah yang seterusnya dengan menekan tombol next. dan
(62)
Gambar 3.9Tampilan Awal CST Studio Suite 2010
2. Setelah lakukan pemasangan libraries, maka dilanjutkan dengan
memasang simulator CST Studio Suite dengan cara menekan install
software. Lalu ikuti perintah-perintah pemasangan perangkat lunak
tersebut. Lalu pilih lokasi untuk pemasangan CST Studio Suite. Ikuti
semua langkahnya dan proses instalasi dimulai. Dan perangkat lunak
siap digunakan.
3.3.2 Cara Kerja CST Microwave Studio
CST MWS merupakan perangkat lunak simulator yang menampilkan
model peralatan frekuensi tinggi secara tiga dimensi. Beberapa tahapan dalam
CST MWS diantaranya adalah
1. Membuat model beserta parameternya: perancangan model, boundaries condition,mesh generation dan excitation pada model
(63)
2. Menganalisis model: pada tahapan ini model yang telah dibuat akan dianalisis dengan memasukkan frekuensi yang diinginkan dan
bentangan frekuensi yang diinginkan.
3. Hasil - menampilkan hasil dalam bentuk laporan dua dimensi (gambar, tabel, grafik) maupun laporan dalam bentuk tiga dimensi.
4. Penyelesaianloop- proses mendapatkan hasil sepenuhnya otomatis.
Adapun diagram alir dari proses pencarian solusi CST Microwave Studio
ditunjukkan pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10Diagram Alir yang Menunjukkan Cara Pencarian Solusi Simulator CST Microwave Studio
3.3.3 Perancangan dasar model pada CST
Pada CST Microwave Studio, perancangan model dapat menggunakan
(64)
Semakin rumit model yang dibuat maka semakin banyak bidang yang dibuat pada
CST Microwave Studio.
Untuk membuat model awal dari model yang diinginkan maka dilakukan
dengan menekan kursor ke arah geometri pada CST atau dengan menekan kursor
pada menu ObjectBasic Shape lalu pilih bentuk geometri yang diinginkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11Bentuk Dasar Model
Setelah memilih salah satu bentuk geometri yang diinginkan maka yang
dilakukan selanjutnya adalah masukkan beberapa nilai untuk menentukan ukuran
dan posisi model yang ingin dibuat.
Misalkan dalam membuat model kubus atau balok, maka arahkan kursor
ketiga arah koordinat sehingga terbentuk balok seperti pada Gambar 3.11 lalu
tekan klik dan pada bidang koordinat CST yang akan digambarkan bentuk bidang
(65)
Gambar 3.12Bentuk yang muncul setelah menekan bidang pada CST Microwave Studio
Berikut adalah tahap-tahap dalam mensimulasikan suatu model pada
simulator CST Microwave Studio.
a. Inisialisasi model
Inisialisasi model adalah pemberian nilai awal dalam angka maupun
koordinat dari model yang akan dirancang. Untuk membuat rancangan model
dasar, hal-hal yang dilakukan adalah
1. Penetapan satuan
Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan satuan yang
akan digunakan. Satuan dapat diatur dengan menekan Solve>Units.
Kemudian akan muncul Units Window yang ditunjukkan pada Gambar
3.13:
(66)
PadaUnits Windowyang dapat diatur adalah:
1. Dimensions yaitu satuan dari dimensi yang akan digunakan seperti m, mm, cm, um, ataupun nm.
2. Temperature yaitu satuan dari suhu yang akan digunakan seperti Celcius, Kelvin atau Fahrenheit.
3. Frequencyyaitu satuan dari frekuensi yang akan digunakan seperti Hz, MHz, GHz, dll.
4. Timeyaitu satuan dari waktu yang akan digunakan seperti s, us, ns, ms, dll.
2. Membuat model
Untuk membuat model awal yang dilakukan adalah dengan menekan
kursor ke arah bentuk geometri yang diinginkan. Adapun bentuk geometri
yang digunakan dalam membuat model pada Gambar 3.14.
(67)
Misalkan ingin membuat balok, maka pilih brick kemudian tekan
Esc maka akan muncul tampilan window seperti pada Gambar 3.15 dan
tentukan koordinat dari balok tersebut. Xmin merupakan titk awal pada
sumbu X sedangkan Xmax adalah titik akhir pada sumbu X. Begitu pula
dengan Ymin, Ymax, Zmin, dan Zmax. Kemudian menetapkan Material
yang digunakan dengan memilih pilihanMaterialmisalnya Aluminium.
Gambar 3.15Window Pengaturan Balok
Gambar 3.16 merupakan tampilan model balok yang dihasilkan
dari pengaturan sebelumnya.
(68)
b. Mensimulasikan Hasil Rancangan
Setelah hasil rancangan berhasil dibuat, maka rancangan harus
disimulasikan. Untuk mengecek apakah hasil rancangan sudah berjalan dengan
baik maka harus menekan Solve Transient Solver. Lalu program akan
melakukan perhitungan terhadap model yang telah buat dengan lama waktu yang
tidak terbatas tergantung dari kerumitan model dan banyaknya jumlah pass ingin
dibuat. Dan setelah selesai dilakukan penganalisaan, hasil program akan
ditunjukkan pada bagian result pada Navigation Tree yang ditunjukkan pada
Gambar 3.17.
Gambar 3.17 Navigation Tree CST Microwave Studio 3.3.4 Aplikasi CST
CST Microwave Studio dapat digunakan dalam perancangan antena, filter,
konektor, Resonator, RFID dan sebagainya. Gambar 3.18 memperlihatkan salah
(69)
Gambar 3.18Model Antena Horn
3.4 Antena Dipole Modul B4520Antenna Trainer
Salah satu modul praktikum yang dimiliki oleh Laboratorium Sistem
Komunikasi Radio (Laboratorium Antena dan Propagasi) Departemen Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara adalah modul B4520 Antena
trainer. Pada modul ini terdapat Antena Dipole- yang dijadikan objek dari
penelitian ini.
3.4.1 Modul B4520Antenna Trainer
Modul B4520 Antenna Trainer merupakan suatu alat bantu praktikum
yang digunakan untuk memahami prinsip kerja dan parameter antena. Modul ini
diproduksi oleh Electron SRL yaitu suatu perusahaan yang telah menjadi
produsen serta penyedia peralatan pendidikan sejak tahun 1991. Perusahaan ini
berasal dari kota Milan, Italia [16].
Modul B4520 Antenna Trainer ini terdiri dari sebuah panel generator,
(70)
1. Generator Panel
Generator panel merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat
pemancar. Bagian-bagiannya dapat dilihat pada Gambar 3.19 dan
dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 3.19Modul B4520Antenna Trainer a. Sumber daya
Sumber daya yang dibutuhkan adalah 220–250 V/50-60Hz.
b. RF Generator
Sebagai penghasil sinyal yang akan dicatu ke antena.
c. Test tone generator
Bagian ini berfungsi sebagai penghasil sinyal sinusoidal dengan
amplitudo yang dapat diatur.
d. Directional Coupler
Bagian ini dihubungkan dengan RF generator dan berfungsi untuk
memisahkan pengukuran arus pada arah maju (generator ke
(71)
digunakan untuk melakukan matching antara saluran dan antena
(standing wave ratio/SWR)
e. Power meter
Bagian ini berfungsi untuk melihat nilai dari arus keluaran pada
directional coupler.
f. Slot line/ Matching Stub
Bagian ini dapat digunakan sebagai elemen matching antena
dengan menggunakan kursor geser yang memperpendek saluran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
g. Protractor
Bagian ini merupakan skala lingkaran yang dibagi menjadi 360
bagian yang bagian tengahnya merupakan catuan dari RF
Generator ke tiang antena.
2. Aksesoris
Aksesoris modul B4520 terdiri dari.
a. Tiang antena
Bagian ini berfungsi sebagai tempat antena dan juga sebagai
pencatu antara RF generator ke antena.
b. Antena
Antena–antena yang tersedia di dalam modul B4520 ini adalah
-
Dipole-- Folded Dipole
- Yagi/Uda
(72)
- Horizontal End Fed
- Slot
- Loop
c. Detektor Radiasi
Alat ini berfungsi untuk mendeteksi dan mengukur pola radiasi
dari antena yang diuji.
3.4.2 Antena Dipole- Modul B4520
Berikut spesifikasi Antena Dipole- dari modul B4520antenna trainer.
1. Dimensi Antena
Dipole-Dimensi dari Antena Dipole- diukur menggunakan jangka sorong
digital (caliper) dengan ketepatan 0.01 mm. Berikut dimensi antena
dipole B4520 pada Gambar 3.20.
(a)
(b)
Gambar 3.20Dimensi Antena Dipole- (a) tampak depan, (b) tampak samping
(73)
Keterangan Gap (g) : 4.26 mm
Panjang (l) : 170.39 mm
Jari-jari (R) : 1.99 mm
2. Jenis bahan Antena Dipole- /2 adalah aluminium
3. SWR Antena Dipole- /2 diketahui berdasarkan hasil pengukuran
menggunakan VNA (Vector Network Analyzer) Anritsu MS2034B.
Hasil pengukuran SWR Antena dapat dilihat pada Gambar 3.21.
Gambar 3.21SWR Antena Dipole- /2 Dari Gambar 3.21 dapat dilihat nilai SWR yang diberikan:
Marker 1 = 1.01 pada frekuensi 791,5 MHz.
Marker 2 = 1.98 pada frekuensi 756,2 MHz.
Marker 3 = 2.00 pada frekuensi 834,4 MHz.
Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa Antena Dipole- /2
(74)
4. Return Loss Antena Dipole- /2 diketahui berdasarkan hasil
pengukuran menggunakan VNA (Vector Network Analyzer) Anritsu
MS2034B. Hasil pengukuran Return Loss Antena dapat dilihat pada
Gambar 3.22.
Gambar 3.22Return Loss
Dari Gambar 3.22 dapat dilihat nilai SWR yang diberikan:
Marker 1 = -43.9 dB pada frekuensi 791,5 MHz.
Marker 2 = -9.71 dB pada frekuensi 756,2 MHz.
Marker 3 = -9.53 dB pada frekuensi 834,4 MHz.
5. Direktivitas
Direktivitas Antena Dipole- /2 secara teoritis adalah 2.15dBi atau
1.64 (10).
6. Gain
Gain Antena Dipole- /2 secara teoritis adalah 1.64 atau 2.15 dBi (10).
7. Pola radiasi dari Antena Dipole- /2 B4520
(75)
Gambar 3.23Pola radiasi Antena Dipole
Dari Gambar 3.23 dapat dilihat bahwa antena dipole merupakan
antena omnidireksional atau antena yang memancar lebih dari satu
arah pancaran.
Spesifikasi lengkap dari Antena Dipole- /2 dapat dilihat pada Tabel
3.1.
Tabel 3.1Spesifikasi Antena Dipole- /2 B4520 Parameter Antena Dipole- /2
Panjang 170.39 mm
Jari-jari 1.99 mm
Gap 4.26 mm
(76)
Tabel 3.1Lanjutan
Parameter Antena Dipole- /2
Jenis Bahan Aluminium
Bandwidth 756.2–834.4 MHz
Frekuensi Resonansi 791.5 MHz
Gain 2.15 dB
Direktivitas 2.15 dB
Dalam melakukan simulasi terdapat hal-hal yang harus disepakati
sehingga dapat dikatakan bahwa model antena yang terdapat pada modul B4520
adalah sama dengan model simulasi yang akan dibuat di simulator. Hal-hal
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Model antena yang akan disimulasikan harus sama dalam hal dimensi dan
juga jenis dari bahan model tersebut.
b. Komputer yang digunakan simulasi merupakan komputer yang sama.
c. Parameter yang digunakan harus sama.
d. Kedua simulator menggunakanadaptive mesh generationdengan delta S =
(77)
BAB IV
DATA DAN ANALISA 4.1 Prosedur Analisa
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengambilan data dan analisa dari Antena Dipole- /2 modul B4520. Parameter antena diambil secara teoritis, simulasi dan pengukuran. Parameter antena diambil secara teoritis dikarenakan oleh keterbatasan dari modul B4520 dalam memberikan informasi karakteristik antena yang diperlukan. Adapun parameter yang diambil secara teoritis adalah Gain dan Direktivitas. Sedangkan parameter yang diambil secara pengukuran yaitu pola radiasi, dimensi,Return Lossdan SWR. Parameter yang diambil secara teoritis dan pengukuran akan menjadi referensi dalam analisa hasil simulasi dari simulator Ansoft HFSS dan CST Microwave Studio.
Adapun diagram alir dalam analisa Antena Dipole- /2 modul B4520 Antenna Trainer menggunakan simulator Ansoft HFSS v.10 dan CST Microwave Studio 2010 seperti terlihat pada Gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1 akan menjelaskan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam analisa Antena Dipole- /2.
(78)
- Return Loss - SWR - Pola Radiasi
- Return Loss - SWR - Pola Radiasi - Gain - Direktivitas
- Return Loss - SWR - Pola Radiasi - Gain - Direktivitas
Selesai
A B C
Gambar 4.1 Diagram Alir Analisa Antena Dipole- /2
4.2 Blok Diagram Pengukuran
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai blok diagram pengukuran modul B4520. Blok diagram pengukuran dari modul B4520 dapat dijelaskan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2Blok Diagram Modul B4520
Prosedur dalam mendapatkan parameter-parameter Antena Dipole- /2 dari modul B4520 adalah sebagai berikut.
1. Hubungkan perangkat modul B4520 dengan sumber daya. (220-250V~,50/60 Hz).
TEST TONE GENERATOR RF GENERATOR DIRECTIONAL COUPLER DETEKTOR RADIASI
(79)
2. Susun perangkat modul B4520 dengan Antena Dipole- /2 dan aksesorisnya serta atur jarak antara pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3Skema Modul B4520
3. Hidupkan modul B4520, kemudian atur level RF generator ke ½ skala maksimum dan atur level detektor radiasi menjadi maksimum.
4. Atur Directional Coupler pada posisi FWD (forward). Kemudian atur FS.Adjust agar nilai arusnya menjadi 50 μ A.
5. Kemudian ubah posisinya menjadi REV (reverse). Catat hasil yang terdapat pada amperemeter.
Dengan data arus balik (reverse), analisa SWR dengan menggunakan Persamaan 3.1:
= + = 50 + 50
6. Catat hasil pengukuran besar arus yang terdeteksi oleh detektor radiasi. Lalu putar antena dengan selang 10odan catat hasilnya.
7. Ubah posisi detektor radiasi dari posisi horizontal menjadi vertikal. Lalu ulangi langkah ke-6.
8. Ubah data radiasi menjadi grafik dengan koordinat polar. Modul Transmitter
Antena TX
Tiang antena
Detektor (receiver)
(80)
9. Analisa pola radiasi antena tersebut
10. Turunkan level RF generator ke minimum. 11. Percobaan selesai
Dari percobaan didapat hasil sebagai berikut.
1. Arus balik = 12 µA 2. Tabel pola radiasi
Tabel 4.1 menunjukkan hasil dari pengukuran radiasi Antena Dipole /2.
Tabel 4.1Hasil Pengukuran Radiasi Antena
Sudut
Horizontal Vertikal
µA dB = 20 log
A µA
dB =20 log A
00 30 29.54 0 -∞
100 28 28.94 0 -∞
200 25 27.95 0 -∞
300 20 26.02 0 -∞
400 5 13.97 0 -∞
500 0 -∞ 0 -∞
600 0 -∞ 0 -∞
700 0 -∞ 0 -∞
800 0 -∞ 0 -∞
900 0 -∞ 0 -∞
1000 0 -∞ 0 -∞
1100 0 -∞ 0 -∞
1200 0 -∞ 0 -∞
1300 0 -∞ 0 -∞
1400 5 13.97 0 -∞
(81)
1600 25 27.95 0 -∞
1700 28 28.94 0 -∞
1800 30 29.54 0 -∞
1900 28 28.94 0 -∞
2000 25 27.95 0 -∞
2100 20 26.02 0 -∞
2200 5 13.97 0 -∞
2300 0 -∞ 0 -∞
2400 0 -∞ 0 -∞
2500 0 -∞ 0 -∞
2600 0 -∞ 0 -∞
2700 0 -∞ 0 -∞
2800 0 -∞ 0 -∞
2900 0 -∞ 0 -∞
3000 0 -∞ 0 -∞
3100 0 -∞ 0 -∞
3200 5 13.97 0 -∞
3300 20 26.02 0 -∞
3400 25 27.95 0 -∞
3500 28 28.94 0 -∞
3600 30 29.54 0 -∞
4.3 Hasil Pengukuran
Dari hasil pengukuran di atas, maka dapat kita ambil beberapa parameter antena sebagai berikut.
1. SWR
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan , didapatkan arus balik sebesar 12 µA. Maka SWR antena dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 3.1.
(82)
= 50 + 12
50 12= 1.63
Dari pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa antena itu sedang bekerja dalam kondisi yang baik karena antena itu bekerja dengan baik apabila SWR antenanya berada diantara 1 dan 2.
2. Pola Radiasi
Pola radiasi antena dapat dihasilkan dengan membuat grafik dari Tabel 4.1 hasil pengukuran radiasi Antena Dipole- /2. Grafik yang dibuat merupakan grafik koordinat polar. Gambar 4.4 yang menampilkan grafik dari hasil pengukuran radiasi Antena Dipole- /2.
Gambar 4.4Pola radiasi Pengukuran Antena Dipole- /2
Dari pola radiasi di atas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa Antena Dipole- /2 merupakan antena omnidirectional. Karena dari gambar pola
(1)
5. Waktu Simulasi
Waktu simulasi dari Antena Dipole- /2 menggunakan simulator CST MWS dijelaskan pada Gambar 4.15. Dari Gambar 4.15 diketahui bahwa HFSS memerlukan waktu sebanyak 12 menit 56 detik dalam mensimulasikan Antena Dipole- /2 B4520.
Gambar 4.15Waktu Simulasi CST Microwave Studio 2010
4.7 Analisa Antena Dipole- /2 menggunakan Ansoft HFSS v.10 dan CST Microwave Studio 2010
Pada bagian ini akan dibahas bagaimana hasil dari simulasi menggunakan Ansoft HFSS v.10 dan CST Microwave Studio 2010 dengan hasil dari pengukuran Antena Dipole- /2. Hasil pengukuran digunakan sebagai acuan terhadap hasil simulasi dari kedua simulator seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.6.
(2)
81
Tabel 4.4Tabel Teoritis dan Pengukuran dan Simulasi
Parameter yang diamati
Teoritis dan pengukuran
Simulasi CST Microwave
Studio Ansoft HFSS
Pola Radiasi Omnidireksional Omnidireksional Omnidireksional
Gain 2.15 dB 2.115 dB 2.509999 dB
Direktivitas 2.15 dB 2.122 dB 2.431961dB
Return loss
-43.9 dB pada frekuensi 791.5 MHz
-43.848 dB pada frekuensi 784.76 MHz
-27.39 pada frekuensi 800 MHz
SWR
1.01 pada frekuensi 791.5 MHz
1.0136 pada frekuensi 785.51 MHz
1.09 pada frekuensi 800 MHz
Bandwidth 756.2–834.4 MHz 740.2–867.69 MHz 728.68–864.82 MHz.
Dari Tabel 4.4 menunjukkan pola radiasi yang dihasilkan oleh kedua perangkat lunak sama dengan pola radiasi berdasarkan pengukuran yaitu pola
(3)
radiasi omnidireksional atau antena tersebut dapat memancar ataupun menerima lebih dari satu arah pancaran.
Gain yang dihasilkan oleh perangkat lunak simulator CST Microwave Studio 2010 adalah 2.115 dB. Sedangkan Gain yang dihasilkan oleh Ansoft HFSS v.10 adalah 2.509999 dB.
Direktivitas yang dihasilkan oleh perangkat lunak simulator CST Microwave Studio 2010 adalah 2.122 dB. Sedangkan Direktivitas yang dihasilkan oleh Ansoft HFSS v.10 adalah 2.431961 dB.
Return loss dan SWR digunakan untuk mengetahui bandwidth dan untuk mengetahui frekuensi resonansi dari Antena Dipole- /2. Bandwidth yang dihasilkan oleh perangkat lunak simulator CST Microwave Studio 740.2–867.69 MHz dengan frekuensi resonansi 784.76 MHz. Sedangkan Bandwidth yang dihasilkan Ansoft HFSS adalah 728.68 –864.82 MHz dengan frekuensi resonansi 800 MHz.
Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa HFSS memerlukan waktu simulasi selama 5 menit 14 detik sedangkan CST Microwave Studio memerlukan waktu simulasi selama 12 menit 56 detik.
Tabel 4.5 Waktu Simulasi
Ansoft HFSS CST Microwave Studio
(4)
83 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa Antena Dipole- /2 yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan : 1. Untuk mendapatkan parameter karakteristik dari Antena Dipole- /2 pada Modul
B4520 dapat juga menggunakan cara alternatif dengan menggunakan CST Microwave Studio dan Ansoft HFSS.
2. Hasil simulasi Gain dari CST MWS dan HFSS adalah 2.115 dB dan 2.509999 dB 3. Hasil simulasi Direktivitas dari CST MWS dan HFSS adalah 2.122 dB dan 2.431961
dB.
4. Pola radiasi yang dihasilkan sama yaitu pola radiasi omnidireksional.
5. CST Microwave Studio dan Ansoft HFSS memerlukan waktu yaitu 12 menit 56 detik dan 5 menit 14 detik.
6. Hasil simulasi Bandwidth dari CST MWS dan HFSS adalah 740.2–867.69 MHz dan 728.68–864.82 MHz.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan pada Tugas Akhir ini adalah :
1. Dalam melakukan simulasi sebaiknya menggunakan komputer atau laptop dengan prosesor berkecepatan tinggi untuk mempersingkat waktu simulasi.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Yudhanto, Muhammad Teddy. 2009.Rancang Bangun Antena Payungbolik 2,4 GHz Untuk Komunikasi Wireless LAN (WLAN). Laporan Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara.
[2] Program Teknisi Jardiknas, 25 Februari 2011,Antena Dan Propagasi Gelombang Radio. http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=158. [3] Anonim, 04 Maret 2011,Teori dasar antena,
dono.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/antena-bab1.doc. [4] Anonym. 05 Februari 2011.Karakter Antena.
http://id.wikipedia.org/wiki/Antena_(radio). [5] Angga Timothy, 03 Maret 2010,Karakteristik Antena,
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=1
2%3Aantena&id=267%3Akarakteristik-antena&option=com_content&Itemid=15 [6] Anonim, 03 Maret 2011,Teori Penunjang,
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=0&submit.y=0&page =1&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fel kt%2F2006%2Fjiunkpe-ns-s1-2006-23402103-4605-antena-chapter2.pdf, Hal 19.
[7] Alaydrus, Mudrik, 2011, Antena Prinsip & Aplikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
[8] Siregar, Mutiara Sofia. 2009. Rancang Bangun Antena Wajanbolik 2,4 Ghz Untuk Jaringan Wireless Lan. Laporan Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara.
(6)
[9] Balanis, Constantine. A.Antena Theory : Analysis and Design, (USA: John Willey and Sons,1997).
[10] Kraus, John D. 2002, Antennas, Third Edition, McGraw-Hill Book Company, NewYork.
[11] Hayt, Jr, William H.1992. Elektromagnetika Teknologi. Jakarta: Erlangga, Hal 102 - 109, 411 (A)
[12] Kosasih, PB., 2012.Teori dan Aplikasi Metode Elemen Hingga.Penerbit Andi, Wollongong
[13] Anonim, 30 November 2011,HFSS,
http://en.wikipedia.org/wiki/HFSS.
[14] Anonim. 2005.User’s Guide High Frequency Structure Simulator.Ansoft Corporation, Pittsburgh.
[15] Firmanto. 2010.Simulasi Perancangan Antena Yagi Untuk Aplikasi WLAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara