49
4.1.1 Pandangan dari luar
Arai, Weh, dan Mak Birah, bagiku seperti bangunan segitiga tiga tak mungkin, impossible triangle Oscar Reutersvard dengan sudut-sudut yang
mengandung anomaly. Mak Birah, seorang protagonis, amat menghargai kehidupan dan menganggapnya sebagai perayaan kebesaran Allah.
Sebaliknya Weh, sang antagonis, mengutuki hidupnya sendiri. Baginya kelahiran adalah keputusan aklamasi tanpa negosiasi dan selamatlah
manusia yang pernah lahir. Sedangkan Arai, ketika orang yang senasib dengannya tersuruk-suruk, ia malah memperlihatkan jiwa besar, lebih dari
siapapun hal 33
Kutipan tersebut merupakan pandangan “aku” melihat keadaan tokoh lain dalam cerita. “aku” memandang Mak Birah yang protagonis amat menghargai
kehidupan dan menganggapnya sebagai perayaan kebesaran Allah. “aku” memandang Weh yang antagonis, yang mengutuki hidupnya sendiri. “aku”
memandang Arai yang memperlihatkan jiwa besar saat melihat orang yang senasib dengannya tersuruk-suruk.
Pandangan dari luar ini merupakan pandangan yang melukiskan peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita yang hadir ke hadapan pembaca secara tidak
berbelit-belit analitis, melainkan langsung disertai deskripsi kediriannya seperti berpenyakit, dan tua.
Analisis pandangan dari luar ini berfungsi sebagai pembentuk plot, karena mengungkap peristiwa yang dialami oleh tokoh. Peristiwa merupakan
pengembangan dari sebuah plot cerita selain konflik dan klimaks, dan peristiwa juga sebagai salah satu penentu seksistensi plot.
Ia membuka koper, mengeluarkan semua pakaian, dibalutkannya berlapis-lapis ditubuhku. Jemariku biru lebam, aku tersengal-sengal. Tiba-
tiba Arai mengangkat tubuhku lalu pontang-panting, terhuyung-huyung melintasi timbunan salju setinggi lutut, menuju pokok pohon rowan.
Mengapa Arai menidurkanku ditanah? Aku makin menderita karena tanah telah menjadi balok es. Aneh sekali kelakuan Arai. Apakah ia kalut dan
50 menjadi gila karena tahu aku akan tewas? Tindakan Arai makin ganjil. Ia
menimbuniku dengan daun-daun rowan hal 64 Kutipan tersebut menunjukkan pandangan “aku” berada dalam situasi
yang ganjil oleh “ia” yang menidurkanku ditanah yang membuatku makin menderita karena tanah telah menjadi balok es. Sehingga membuat “aku” merasa
aneh dan ganjil. Ia tokoh Arai menidurkanku ditanah yang membuatku semakin menderita karena tanah telah menjadi balok es.
Analisis pandangan dari luar pada kutipan di atas menjelaskan situasi konflik yang terjadi dalam diri tokoh “aku”. Konflik yang terjadi berupa konflik
fisik antara tokoh “aku” dengan tokoh lain Arai dalam cerita. Konflik ini tidak melibatkan interpretasi tokoh “aku”. Peristiwa di atas berfungsi sebagai konflik.
Senin sore, sangat istimewa, karena siangnya, di meja ku di kelas, pasti kudapat secarik kertas kecil undangan: Tea time, my place, 04.00 pm,
yours, Katya. Itu artinya aku akan melewatkan sore dengan wanita menawan itu, sambil duduk minum teh Prancis mélange quartier, teh
harum dengan campuran pala dan kayu manis, di balkon apartemennya. Nun di sana mengalir Sungai Seine. Riak-riaknya bertingkah riang,
memantulkan warna jingga keperakan hal 127
Kutipan- kutipan tersebut menunjukkan pandangan “aku” terhadap
sekelilingnya ketika mengunjungi apartemen Katya. “aku” pasti mendapatkan
secarik kertas kecil undangan: Tea time, my place, 04.00 pm, yours, Katya. “aku”
akan melewatkan sore dengan wanita menawan itu sambil minum teh di balkon apartemennya.
Pandangan dari luar berikutnya, adalah pandangan “aku” terhadap suasana tertentu ketika dibalkon apartemen Katya.
Yaitu pada saat sore jam 04.00, “aku” melewatkan sore dengan wanita menawan itu, sambil duduk minum teh Prancis
mélange quartier, teh harum dengan campuran pala dan kayu manis, di balkon
51 apartemennya. Nun di sana mengalir Sungai Seine. Riak-riaknya bertingkah riang,
memantulkan warna jingga keperakan. Pandangan dari luar ini merupakan pandangan yang melukiskan tokoh
cerita hadir ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit analitik, melainkan langsung disertai deskripsi kediriannya yang berupa sikap, tingkah laku dan cirri
fisiknya. Pandangan dari luar ini juga mendeskripsikan latar tempat, seperti di meja kelas, apartemen, dan balkon. Selain itu juga mendeskripsikan suasana
tertentu seperti saat sore dan pada jam 04.00. Analisis pandangan dari luar pada kutipan di atas berfungsi sebagai
pembentuk latar tempat, karena menceritakan lokasi pada cerita. Juga sebagai latar waktu karena menceritakan kapansaat kejadian tersebut diceritakan.
Waktu berlalu. Aku makin mengagumi Katya. Tapi apakah aku mencintainya? Minggu lalu, Katya pulang ke Bayern untuk menemui
keluarganya. Ia mendekapku di Stasiun Gare de Lyon. Aku berdesir. Untuk pertama kalinya aku dipeluk seorang wanita dalam nuansa asmara.
Matanya memancarkan isyarat janji yang liar jika ia kembali nanti. Aroma keringat perempuan dewasa menusuk hidungku, merasuk. Ia berlari kecil
meninggalkanku. Belum lepas ia dari pandanganku aku telah merindukannya. Namun, seiring menjauhnya kereta itu, sementara itu
sebagian kecil hatiku ingin agar ia tak kembali lagi ke paris hal 128
Kutipan tersebut merupakan pandangan “aku” melihat keadaan tokoh lain dalam cerita. “aku” makin mengagumi Katya. “aku” menyaksikan tokoh lain pergi
pulang kampung untuk menemui keluarganya. “aku” juga melihat matanya memancarkan isyarat janji yang liar jika ia kembali nanti.
Analisis pandangan dari luar ini berfungsi sebagai pembentuk plot, karena mengungkap peristiwa yang dialami oleh tokoh. Peristiwa merupakan
52 pengembangan dari sebuah plot cerita selain konflik dan klimaks, dan peristiwa
juga sebagai salah satu penentu eksistensi.
4.1.2 Pandangan dari dalam