Kategori Pencerita Ragam Bahasa

22 Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian yang menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si “aku” tambahan hadir kembali, dan dialah kini yang berkisah. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, sudut pandang pada hakikatnya dapat dikatakan sebagai sebuah siasat, strategi, yang sengaja diplih oleh seorang pengarang untuk mengemukakan ide-ide dan gagasan sebuah ceritanya.

2.2.1.2 Kategori Pencerita

Seorang penceritanarator itu memiliki kedudukan penting dalam suatu peristiwa, sehingga segala sarana cerita yang dihadirkan tidak datang dengan sendirinya melainkan ada penutur atau pencerita yang menyampaikannya. Pencerita adalah pelaku dari semua pekerjaan membangun cerita dan penceritalah yang mengemukakan prinsip-prinsip dasar penelitian, menyembunyikan atau mengutarakanpikiran pada tokoh. Berdasarkan hal tersebut pencertita memiliki konsep tentang kejiwaan: penceritalah yang memilih antara penggunaan ujaran langsung dan ujaran yang disesuaikan, antara urutan peristiwa secara kronologis atau pemutar balik peristiwa. Tak ada cerita tanpa pencerita Todorov 1985:35.

2.2.1.3 Ragam Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, dengan bahasa pula pembaca akan dapat memahami berbagai peristiwa yang 23 disajikan di dalam karya sastra, sehingga ragam bahasa itu merupakan ciri khas yang bertahap dan berkelanjutan. Todorov 1985:10 membagi tahapan tersebut sebagai berikut: 1 Ragam bahasa adalah apa yang dalam pemakaian sehari-hari disebut bersifat konkret atau abstrak. 2 Semua hubungan dua kata atau lebih yang sama-sama hadir, dapat menjadi kiasan karena kiasan tak lain dari ujaran yang dilihat sebagaimana adanya. 3 Kehadiran atau ketidakhadiran acuan pada suatu wacana yang muncul sebelumnya. Wacana ini disebut monovalen yang hanya dianggap sebagai batas, yang sama sekali tidak mengacu pada wacana sebelumnya yang lebih kurang eksplisit. 4 Semua ujaran dari dalam dirinya mengandung ciri-ciri pengujarnya, tindakan pribadi dari yang menghasilkannya, tetapi ciri-ciri ini dapat sangat kurang pekat. Dapat disimpulkan bahwa karya sastra mempunyai tingkatan atau tataran berbahasa sesuai dengan tingkatan cerita, separti halnya cerita dalam Edensor tingkatan bahasa yang digunakan pada masing-masing dimensi sangat berbeda.

2.2.2 Hubungan In Praesentia dan Hubungan In Absentia