d. Tempat tinggal Rumah atau tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi manusia
sebagai tempat untuk berlindung dan beristirahat. Pemerintah wajib menjamin warga negara memiliki tempat tinggal dan memiliki kewajiban
asasi untuk menyediakan tempat tinggal bagi seluruh warganya terutama bagi warga yang kurang mampu.
2.5. Self Efficacy
2.5.1. Pengertian
Self Efficacy
Sejarah Self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori kognitif
sosial Social Cognitif Theory. Teori ini memandang pembelajaran sebagai penguasaan pengetahuan melalui proses kognitif informasi yang diterima.
Menurut Bandura dalam Ghufron dan Risnawita 2014:73 mendefinisikan self efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam
melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Sedangkan menurut Baron dan Byrne dalam Ghufron dan Risnawita 2014:73-74
mendefinisikan self efficacy sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan
mengatasi hambatan. Self efficacy berkaitan dengan kebiasaan hidup manusia yang didasarkan atas prinsip-prinsip karakter, seperti integritas, kerendahan hati,
kesetiaan, pembatasan diri, keberanian, keadilan, kerajinan, kesederhanaan dan kesopanan yang dikembangkan dari dalam diri menuju luar diri.
Self efficacy memepengaruhi motivasi baik ketika siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan saat berada di bangku sekolah. Self efficacy
menyangkut tugas yang spesifik dibandingkan dengan persepsi umum dari keseluruhan kompetensi. Orang yang memiliki self efficacy tinggi adalah orang
yang memiliki kinerja yang baik. Mereka berani menyongsong tantangan dan mau mencoba dengan kemampuan yang dimilikinya. Self efficacy atau keyakinan diri
meningkatkan hasrat untuk terus maju dan sukses, yang ditentukan oleh pengalaman sebelumnya. Menurut Alwisol 2010: 287-288 menjelaskan bahwa
self efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Berdasarkan penjelasan diatas, self efficacy adalah bentuk keyakinan yang dimiliki oleh individu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkannya atau mengatasi persoalan secara mandiri dengan hasil yang baik. Self efficacy memengaruhi kondisi internal seseorang dalam kesiapan mencapai
tujuannya baik itu bekerja maupun pendidikannya.
2.5.2. Manfaat
Self Efficacy
Pentingnya self efficacy dalam kehidupan sehari-hari tentunya memiliki manfaat yang sangat tinggi unutk seseorang. Menurut penilitian Lunenburg
2011:2 self efficacy memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Self efficacy influences the goals that employees choose for themselves self
efficacy memengaruhi tujuan bahwa seseorang memilih pekerjaan untuk diri sendiri
Seseorang dengan tingkat self efficacy yang rendah cenderung menetapkan tujuan yang relatif rendah, sebaliknya jika seseorang dengan tingkat self
efficacy tinggi maka akan menetapkan tujuan yang tinggi pula. 2. Self efficacy influences learning as well as the effort that people exert on the
job self efficacy memengaruhi pembelajaran serta mengarahkan seseorang saat bekerja
Seseorang dengan self efficacy tinggi umumnya bekerja keras dan berusaha untuk belajar menyelesaikan tugas baru, kerena mereka memiliki keyakinan
yang tinggi pula untuk mencapai keberhasilan. Sedangkan seseorang seseorang yang memiliki self efficacy rendah maka akan sedikit berusaha
ketika belajar dan menyelesaikan tugas yang kompleks karena usahanya diyakini tidak akan berhasil.
3. Self efficacy influences the persistence with which people attempt new and difficult tasks self efficacy memengaruhi ketekunan seseorang dalam
menyelesaikan tugas yang baru dan sulit. Seseorang dengan self efficacy yang tinggi yakin bahwa mereka tidak dapat
belajar dan melakukan tugas tertentu, sehingga dapat bertahan ketika terjadi masalah. Sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah maka cenderung
menyerah jika terjadi masalah meskipun belum dicoba untuk mengerjakan atau meyelesaikannya.
Uraian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat self efficacy bagi diri seorang siswa adalah pada keputusan individu dalam
berprilaku serta penentuan sikap dalam menghadapi segala keterbatasan yang
dimiliki dalam mencapai tujuannya yang dalam hal ini adalah melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
2.5.3. Dimensi
Self Efficacy
Menurut Bandura dalam Ghufron dan Risnawita 2014:80, terdapat tiga
dimensi dari self efficacy yaitu: 1.
Level dimensi tingkatan Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu
merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka self efficacy
individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas
kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan prilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi
terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan
menghindari tingkah laku yang berada diluar batas kemampuann yang dirasaknnya.
2. Strength dimensi kekuatan
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah
mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan
dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang
menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu semakin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang
disarankan untuk menyelesaikannya. 3.
Generality dimensi generalisasi Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana
individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan
situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi. Dari dimensi-dimensi ini dapat diketahui seberapa besar self efficacy
yang dimiliki individu dan pengaruhnya dalam menghadapi perubahan. Berdasarkan dimensi itulah maka indikator self efficacy dalam penelitian ini
adalah: 1Level 2Strenght; 3Generality.
2.5.4. Sumber-sumber
Self Efficacy
Menurut Bandura dalam Ghufron dan Risnawita 2014:78 self efficacy dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber informasi utama, yaitu
sebagai berikut: 1.
Pengalaman keberhasilan mastery experience Sumber informasi ini memberikan pengaruh besar pada self efficacy karena
didasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi individu secara nyata yang berupa keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman keberhasilan akan
menaikan self
efficacy, sedangkan
pengalaman kegagalan
akan menurunkannya. Setelah self efficacy yang kuat berkembang melalui
serangkaian keberhasilan, dampak negatif dari kegagalan yang umum akan
terkurangi. Bahkan, kemudian kegagalan diatasi dengan usaha-usaha tertentu yang dapat memperkuat motivasi diri apabila seseorang
menemukan lewat pengalaman bahwa hambatan tersulit pun dapat diatasi melalui usaha yang terus-menerus.
2. Pengalaman orang lain vicarious experience
Pengalaman terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan self efficacy
individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian
individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurai usaha yang dilakukannya.
3. Persuasi verbal verbal experince
Pada persuasi verbal, diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-
kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan
berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu besar karena tidak memberikan suatu pengalaman
yang dapat langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan terus-menerus, penggaruh sugesti akan cepat lenyap
jika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Kondisi fisiologis physiological state
Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan fisik dalam situasi yang
menekan dipandang individu sebagai suatu tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan performansi kerja individu.
2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis