Strategi pengelolaan terpadu Strategi implementasi kebijakan pengelolaan

100 meningkat sejalan dengan produktivitasnya. Lembaga yang diharapkan berperan dalam upaya ini adalah lembaga pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat. Upaya ini difokuskan pada kawasan yang memiliki potensi perikanan tinggi tetapi kualitas SDM yang rendah seperti di Muara Gembong dan Teluk Naga.

3. Strategi pengelolaan terpadu

Dalam rangka mengimplementasikan strategi pengelolaan hutan mangrove Teluk Jakarta secara berkelanjutan diperlukan dukungan program- program berbagai instansi terkait dari tingkat pusat sampai tingkat desa dan lembaga-lembaga lainnya. Kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana merupakan kewenangan instansi sektoral. Seringkali berbagai macam kegiatan tersebut sebenarnya sudah direncanakan tetapi dalam waktu dan atau tempat yang berbeda, sehingga seolah-olah masing-masing berjalan sendiri. Apabila kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara bersama-sama menangani permasalahan yang ada, maka akan terjadi kerjasama yang sinergis. Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik sampai di tingkat lokasi kegiatan, baik pada tahap perencanaan maupun dalam tahap implementasinya di lapangan. Berdasarkan penelitian di lapangan, instansi yang berperan penting di tingkat kabupatenkota yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Kimpraswil, Dinas Perindag, Dinas Pertanian, Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas Koperasi UKM, dan PT Perhutani. Lembaga-lembaga penunjangnya adalah Kadin, Lembaga Asuransi, Perbankan, Lembaga Penjamin, BUMN dan BUMD, LSM dan berbagai stakeholder. Dinas Perikanan dan Kelautan berperan dalam membina dan mengembangkan usaha dan produksi perikanan, termasuk pertambakan. Dinas Kimpraswil berperan dalam penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana, pembuatan jalan, saluran, pengerukan, dan pencegahan abrasi. Dinas Perindag berperan dalam penyediaan informasi pasar dan harga. Dinas Pertanian berperan dalam pengembangan produksi pertanian, termasuk mengawasi konversi lahan pertanian. Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup berperan dalam membina dan memantau lingkungan hidup. Dinas Kehutanan dan PT Perhutani berperan dalam menjaga kelestarian hutan mangrove dan mengawasi pengelolaan dan penyelamatan hutan mangrove. Dinas Koperasi UKM membina 101 koperasi dan UKM. Bappeda mengendalikan prasarananya, dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat membantu masyarakat untuk mandiri. Lembaga-lembaga penunjang seperti bank dan lembaga keuangan bukan bank berperan membina kelembagaan yang ada. Perbankan berperan dalam penyediaan perkreditan dan pinjaman, lembaga penjamin dan asuransi berperan dalam memberikan konsultasi dan penjamin BUMN dan BUMD, swasta dan LSM berperan sebagai mitra usaha yang saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Peran Camat dipertegas dengan Peraturan Daerah dalam mengkoordinasikan kepala desa dan berbagai stakeholder. Kepala Desa berperan penting sebagai ujung tombak dalam meningkatkan pengetahuan, pengawasan kemampuan dan kesejahteraan warganya. Untuk itu, camat dan kepala desa perlu dibekali wawasan dan pengetahuan tentang penyelamatan hutan mangrove melalui pendidikan dan latihan sesuai dengan yang dibutuhkan dengan dukungan dari berbagai instansi secara lintas sektoral dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupatenkota, kecamatan, dan desa. Keterpaduan pengelolaan lingkungan merupakan necessary condition untuk mencapai kelestarian lingkungan kelautan dan keberlanjutan usaha perikanan. Keterpaduan ini mencakup antara pusat dan daerah dan antar wilayah. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah: 1 Menyusun mekanisme kerjasama antar instansi dan sistem koordinasi kelembagaan yang transparan di pusat dan antar daerah. Mekanisme ini menjadi blue print pengelolaan sumberdaya hutan mangrove yang disusun dan disepakati secara bersama-sama semua stakeholder yang dilengkapi dengan mekanisme kerjasama, tata laksana dan aspek insentifdisinsentif serta seleksi. 2 Penataan ruang kawasan budidaya agar terhindar dari eksternalitas yang dapat mengganggu kualitas lingkungan perairan sehingga usaha budidaya yang dilakukan dapat berkelanjutan. Selanjutnya membangun komitmen pelaksanaan program pembangunan kelautan dan pantai sesuai RTR dan kemudian penyediaan jaringan infrastruktur penunjang budidaya seperti jaringan listrik, jalan, dan komunikasi. 3 Peningkatan kapasitas stakeholder pembangunan khususnya di daerah sehingga semua pelaku pembangunan dapat memahami dan menjalankan 102 tugas fungsi dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa konflik dengan pihak lain. 4 Mengembangkan sistem informasi eksekutif pengelolaan mangrove yang terkait dengan semua sektor lainnya di seluruh wilayah Teluk Jakarta. Sistem ini berbasis teknologi informasi yang dapat di akses oleh semua instansi, baik untuk memperoleh informasi maupun untuk memberikan informasi. Potensi dan kondisi wilayah perairan dapat diketahui dengan cepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan efektivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pembangunan wilayah Teluk Jakarta.

4. Penguatan kelembagaan