46 gambaran kondisi magrove berupa kerapatan dan perubahan tutupan lahan di
setiap wilayah. Analisis kualitas air dilakukan secara langsung di lokasi penelitian. Hasil analisis ini memberikan gambaran kondisi perairan di Teluk
Jakarta dari aspek fisika dan kimia. Parameter kualitas air yang digunakan adalah kualitas air baku untuk perairan.
Analisis kebijakan pengelolaan hutan mangrove di wilayah Teluk Jakarta mencakup kebijakan yang telah dirumuskan selama ini. Hasil analisis ini berupa
deskripsi kebijakan dan permasalahan implementasinya pada tiga wilayah administrasi yaitu Muara Angke, Muara Gembong, dan Teluk Naga. Selanjutnya
dilakukan analisis kebutuhan masyarakat dan stakeholder kunci dalam pengelolaan hutan mangrove di Teluk Jakarta. Kebutuhan masyarakat dan
stakeholder dikategorikan berdasarkan tiga wilayah administrasi. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan sebagai masukan dalam
perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan partisipatif
dengan melibatkan semua stakeholder. Perumusan alternatif kebijakan didasarkan pada permasalahan yang ditemukan dan kebutuhan masyarakat dan
stakeholder. Alternatif kebijakan tersebut disusun dalam bentuk prioritas kebijakan menggunakan analytical hierarchy process AHP secara partisipatif.
Strategi implementasi kebijakan dirumuskan oleh semua stakeholder untuk setiap alternatif kebijakan. Teknik yang digunakan adalah focus group
discussion FGD melibatkan pakar dan stakeholder di tiga wilayah yaitu Muara Gembong, Muara Angke, dan Teluk Naga. Hasil FGD merupakan kesepakatan
bersama semua stakeholder dan pakar sehingga strategi yang dirumuskan lebih mudah diimplementasikan.
3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Primer diambil secara
langsung di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Metode wawancara dan pengamatan langsung di lapangan digunakan untuk
memperoleh data dan informasi yang lebih rinci tentang kondisi parameter yang dikaji, sedangkan dokumentasi ditekankan untuk memperoleh informasi
pendukung yang dapat memberikan gambaran secara umum. Data yang diperlukan secara rinci sebagaimana tertera pada Tabel 2.
47 Tabel 2. Jenis data yang dikumpulkan
No Jenis Data
Sumber Data Keterangan
1. Penggunaan lahan, peta RTR Kab. Bekasi, Kab. Tangerang,
dan Kota Jakarta Utara BPN, Bappeda: Kab. Bekasi,
Kab. Tangerang, dan Kota Jakarta Utara
Data sekunder 2. Data keadaan penduduk,
sosial dan ekonomi BPS, wawancara, dan kuesioner Data primer dan
sekunder 3. Kualitas air fisika dan kimia
Pengukuran langsung dan analisis laboratorium
Data primer 4. Vegetasi mangrove
Citra landsat TM tahun 1997, 2002, 2006, pengukuran
langsung, dan studi pustaka Data primer
5. Kebutuhan stakeholder dan pendapat pakar
Wawancara, kuesioner, dan diskusi
Data primer
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa metode, yakni: studi literatur, wawancara dan
pengamatan lapangan. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan
langsung di lapangan dan melalui cluster random sampling. Responden dibagi ke dalam cluster kecamatan yakni Muara Gembong, Penjaringan, dan Teluk Naga.
Komposisi responden penelitian ini berdasarkan kategori usia, pendidikan, dan pekerjaan disajikan pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.
Tabel 3. Jumlah responden berdasarkan usia
Kecamatan Usia Responden
Total 20 – 30 tahun
31 – 49 tahun 49 tahun
Muara Gembong 46
34 20
100 Penjaringan
20 74
6 100
Teluk Naga 30
40 30
100 Tabel 4. Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Kecamatan Pendidikan Responden
Total SD
SMP SMA
Muara Gembong 44
40 16
100 Penjaringan
22 50
28 100
Teluk Naga 28
38 34
100
48 Tabel 5. Jumlah responden berdasarkan pekerjaan
Kecamatan Pekerjaan Responden
Total Buruh
Petani Nelayan Pengusaha Pegawai
Muara Gembong 26
22 38
2 12
100 Penjaringan
40 34
8 10
8 100
Teluk Naga 68
14 12
2 4
100 Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data yang belum
tercatat dalam literatur serta untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Metode wawancara yang akan dilakukan terdiri atas wawancara bebas dan tidak
terstruktur serta wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner. Wawancara ini akan dilakukan terhadap masyarakat, tokoh masyarakat,
pengurus lembaga, aparat pemerintahan desa, pejabat pemerintah daerah dan instansi terkait, serta para pakar di bidang hutan mangrove. Metode ini dilakukan
guna mengetahui persepsi dan harapan masyarakat dengan adanya upaya penyelamatan hutan mangrove.
Studi literatur dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi pendukung yang sangat diperlukan dalam penelitian ini, yang terkait
dengan pengembangan kebijakan pembangunan daerah dalam menyelamatkan hutan mangrove. Data dan informasi meliputi: kondisi dan karakteristik
sumberdaya alam, kondisi dan karakteristik lokasi. Kondisi sosial ekonomi dan lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan hutan mangrove. Sumber data
dan informasi ini berupa jurnal, laporan-laporan, karya ilmiah, proseding dan berbagai sumber pustaka lainnya.
Pengamatan merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui pencatatan, pengukuran dan pengamatan terhadap kejadian atau faktor-
faktor yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Pengamatan dan analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui kondisi dan jumlah hutan mangrove, dan
pengamatan untuk kualitas air dilakukan baik secara insitu maupun eksitu.
3.5 Metode Analisis Data