Epistimologi Hukum APAKAH ILMU HUKUM ADALAH ILMU

12 sendiri dari sistem itu. Mekanisme itu terwujud dalam berbagai istilah seperti check and balances, kontrol, pengendalian, pengawasan, dan sebagainya.

5. Epistimologi Hukum

Hukum adalah salah satu aspek kehidupan manusia. Hukum adalah objek formal dari ilmu hukum. Setiap objek formal akan menentukan metode penelitian setiap ilmu. Sebaliknya metode akan menentukan produk yang didapat. Sebagai objek formal ilmu hukum memiliki ruang lingkup yang luas dan memiliki banyak dimensi dan karena itulah hukum itu sulit didefinisikan 19 . Ruang lingkup yang luas itu dapat dilihat dari bidang kehidupan manusia yaitu bidang politik, bidang ekonomi, dan bidang sosial 20 . Oleh karena itu kita bisa menyaksikan adanya hukum politik, hukum ekonomi dan hukum sosial 21 . Dilihat dari dimensi hukum yang luas tersebut mengakibatkan hukum meiliki banyak arti 22 . Jika hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, lantas tercipta metode penelitian hukum normatif. Sebaliknya jika hukum diartikan sebagai perikelakuan yang ajek atau sikap tindak yang teratur maka terciptalah metode penelitian hukum sosiologis 23 .Namun dilain pihak terdapat keberatan terhadap pembagian metode penelitian sebagaimana tersebut di atas, dengan menyatakan bahwa 19 .J. Van Apeldoorn. Inleideng tot de Studie van Nederlandse Recht. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Oetarid Sadino dengan judul Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005. Hal. 1. 20 Pada Garis-Garis besar haluan Negara GBHN dulu, ketiga bidang itu dirinci lebih lanjut menjadi ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional IPOLEKSOSBUDHANKAMNAS. 21 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum. Alumni, Bandung, 1985. Hal. 18. 22 Hukum diberi arti tergantung dari sudut atau dimensi orang melihatnya. Lihat Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Seokanto., Ibid. 23 Lihat juga Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1981. Hal. 5. Yang membedakan penelitian hukum menjadi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis atau empiris. 13 penelitian hukum itu hanya satu yaitu penelitian hukum saja 24 . Penelitian hukum sosiologis atau penelitan socio-legal, bukan penelitian hukum, melainkan penelitian ilmu sosial bagi kajian hukum. Karena hukum itu multi dimensi, maka penelitiannya juga haruslah sesuai dengan dimensi tersebut. Jika penelitian ditujukan terhadap hukum secara instrinsik dinamakan penelitian hukum normatif, yang mencakup 1 penelitian terhadap asas-asas hukum, 2 penelitian terhadap sistematika hukum, 3 penelitian terhadap tingkat sinkronisasi hukum, 4 penelitian sejarah hukum, dan 5 penelitian perbandingan hukum. Sebaliknya jika hukum dilihat dari luar, hukum dipandang sebagai gejala sosial, hukum sebagai sarana pengendalian masyarakat, hukum sebagai sikap tindak atau perilaku, maka penelitiannya adalah penelitian hukum sosiologis atau empiris, yang mencakup 1 penelitian terhadap identifikasi hukum tidak tertulis, 2 penelitian terhadap efektivitas hukum 25 . Ketiga penelitian hukum yang disebut terdahulu tergolong penelitian hukum doktrinal, hal ini disebabkan ilmu hukum itu bersifat preskriptif, bukan deskriptif sebagaimana ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu sosial. Sedangkan tipe ke-4 termasuk dalam kategori penelitian hukum sosiologis karena memandang hukum sebagai gejala sosial. Penelitian hukum di samping untuk kebutuhan teoritis, juga untuk praktik hukum. Penelitian terhadap praktik hukum seperti telaah atas kontrak, audit hukum atas suatu perusahaan, atau naskah akademik dari suatu rancangan undang-undang. Hasil penelitian terhadap hal tersebut di atas dibuat opini atau pendapat hukum yang bersifat 24 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group. Jakarta, 2005. Hal. 11-18. 25 Lihat juga Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1981. Hal. 50. 14 preskriptif. Sifat preskriptif dari hukum bukan deskriptif berakibat bahwa metode penelitian ilmu alamiah dan sosial tidak dapat diterapkan dalam penelitian hukum. Pendekatan dalam penelitian hukum dimana objeknya berupa norma yang sifatnya preskriptif, dapat dilakukan melalui 1 pendekatan undang-undang statute approach, 2 pendekatan kasus case approach, 3 pendekatan historis historical approach, 4 pendekatan komparatif comparative approach, dan 5 pendekatan konseptual conceptual approach. Hasil pendekatan-pendekatan tersebut dipergunakan untuk menelaah masalah atau isi hukum yang sedang dihadapi. Penelitian hukum sosiologis, hukum sebagai variabel terikat dependent variable, sedangkan faktor-faktor non hukum dipandang sebagi variabel bebas independent variable. Hasil yang hendak didapat dari penelitian ini ialah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan 26 : 1. Apakah ketentuan hukum tertentu efektif di suatu daerah tertentu? 2. Apakah ketentuan hukum tertentu efektif untuk seluruh Indonesia? 3. Faktor-faktor non hukum apakah yang mempengaruhi terbentuknya suatu undang-undang? 4. Apakah peranan lembaga tertentu efektif dalam menegakan hukum? 5. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penegakan hukum? 27 . Penelitian hukum sosiologis yang melihat korelasi antar dua variabel dimulai dengan hipotesis, untuk membuktikan hipotesis tersebut diperlukan data yang diperoleh dengan sampling secara random, atau purposive sampling atau stratified random sampling atau bahkan sampel bergantung pada sifat populasi yang diteliti. Tehnik 26 Peter Mahmud Marzuki., Op. Cit. Hal. 87. 27 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum., Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum UI. 1986. 15 pengumpulan data dimulai mungkin dengan wawancara, observasi, kuisioner, atau cara lain. Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif atau kualitatif. Jika analisis kuantitatif menggunakan metode statistik. Hasil yang diperoleh adalah menerima atau menelaah hipotesis. Jika diterima maka berubah menjadi tesis yang dapat berupa teori atau hukum.

6. Dimensi Sosial dari Norma