7 di laboratorium. Parameter yang diamati adalah mortalitas Helopeltis sp. dan Hyposidra
sp. 3, 6, 24, 48, 72 dan 96 jam setelah aplikasi serta intensitas serangan dengan melihat jumlah tusukan pada permukaan buah dan kerusakan pucuk daun.
5.3 Pengendalian PBK C. cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp. pada
Tanaman Kakao dengan Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal di Sulawesi Barat
5.3.1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat pada tahun 2012.
5.3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain knapsack sprayer, plastik, hand counter, dan lain-lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain C.
cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp., tanaman kakao, buah kakao, dan lain-lain.
5.3.3. Metode penelitian
Penelitian dirancang dalam Split Plot dalam rancangan acak kelompok, yang terdiri atas:
a Main Plot, terdiri atas
1 sanitasi; dan
2 tanpa sanitasi.
b Sub plot terdiri atas:
1 Neem Plus;
2 Mimba + rerak;
3 Asimbo;
4 Sitronellal;
5 Bioprotektor-2;
6 Azadirachtin;
7 Pestisida sintetik yang biasa digunakan petani
8 Kontrol air.
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Aplikasi insektisida dilakukan dengan menggunakan alat semprot knapsack sprayer yang bertekanan 4 atm.
Setiap penyemprotan dilakukan dengan cara mengarahkan nozzle ke buah-buah kakao dan cabang-cabang horizontal tempat imago PBK bertelur dan beristirahat, karena
sasaran penyemprotan adalah stadium imago PBK. Penyemprotan diulang sampai 6 kali dengan interval 2 minggu. Kontrol adalah petak yang tidak dilakukan pengendalian
apapun.
8 Efikasi insektisida yang diuji didasarkan pada tingkat serangan PBK dan
persentase kehilangan hasil yang diamati pada buah contoh yang dipilih yang pada awal masih bebas dari serangan PBK. Pengamatan serangan PBK dilakukan setiap 10 hari
sekali setelah aplikasi terhadap semua buah yang dipanen pada setiap petak perlakuan. Buah contoh ukuran panjang ± 9 cm dipanen pada akhir pengujian.
Tingkat kerusakan akibat serangan PBK dilihat dari persentase biji lengket yang dinyatakan dalam tiga kategori, yaitu tingkat serangan ringan, sedang, dan berat dengan
kriteria sebagai berikut: 1 Serangan ringan, apabila semua biji masih dapat dikeluarkan dari kulit buah dan
antar biji tidak terlalu lengket persentase biji lengket 10. 2 Serangan sedang, apabila biji saling lengket tetapi masih dapat dikeluarkan dari kulit
buah persentase biji lengket antara 10-50 3 Serangan berat, apabila biji saling lengket dan tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah
persentase biji lengket 50. Persentase kehilangan hasil dihitung berdasarkan persamaan regresi yang
dikemukakan oleh Wardani et al. 1997, dengan menggunakan rumus : Y = - 0,0210 + 0,1005 X
Y = persentase kehilangan hasil X = intensitas serangan. Intensitas serangan ini merupakan suatu nilai.
Untuk menghitung intensitas serangan PBK digunakan rumus:
AT
9B 3S
1R I
I = intensitas serangan
B = jumlah buah terserang berat
R = jumlah buah terserang ringan A
= nilai skor tertinggi S
= jumlah buah terserang sedang T
= jumlah buah diamati Hasil pengamatan tingkat serangan PBK dan persentase kehilangan hasil pada
perlakuan insektisida yang diuji dibandingkan dengan kontrol. Sebagai data penunjang juga dilakukan pengamatan terhadap tingkat keracunan fitotoksisitas tanaman kakao
dan pengaruhnya terhadap populasi musuh alami akibat perlakuan insektisida uji. Petak perlakuan berupa satuan petak yang terdiri atas 25 pohon 5 x 5 yang
diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 16 pohon 4 x 4 sebagai tanaman sampel. Pada setiap petak pohon contoh dipilih 100 buah kakao berukuran panjang ± 9
cm dan diperkirakan masih bebas serangan PBK. Jarak antara petak adalah 5 larik pohon.
9 Efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Abbott:
x100 Ca
Ta -
Ca EI
EI = efikasi insektisida yang diuji Ca = intensitas serangan pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida
Ta = intensitas serangan pada petak perlakuan setelah aplikasi insektisida. Pengamatan pengisap buah kakao Helopeltis sp. dilakukan dengan menghitung
jumlah tusukan gejala bekas tusukanbuahdaun muda yang dikonversikan kedalam persen serangan, dengan kriteria:
1 1-10 tusukan = 10 = ringan,
2 11-50 tusukanbercak = 11-25 = sedang,
3 51-100 tusukanbercak = 26-50 = berat
4 101 tusukan = 51 = sangat berat
Pengamatan serangan ulat kilan Hyposidra sp. meliputi tingkat persentase serangan pucuk daun, dengan kriteria ringan, sedang, dan berat.
Data hasil pengamatan selanjutnya digunakan untuk menghitung efikasi insektisida yang diuji dengan rumus Abbott Ciba-Geigy, 1981 yaitu:
100 Ca
EI
Ta Ca
EI = efikasi insektisida yang diuji C
a
= intensitas serangan pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida T
a
= intensitas serangan pada petak perlakuan setelah aplikas insektisida Untuk menentukan keefektifan insektisida ditentukan berdasarkan kriteria nilai
efikasi dengan rumus 12n + 1, n = jumlah pengamatan. Jika nilai efikasi insektisida 50, maka insektisida bersifat efektif terhadap hama sasaran, sebaliknya tidak efektif bila
nilainya 50.
10
5.4. Analisis Ekonomi Formulasi Produk Pestisida Nabati Berbahan Dasar