Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Belawan
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Medan Labuhan 2. Kecamatan Medan Marelan
3. Kecamatan Medan Deli 4. Kecamatan Medan Belawan.
D. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas KPP Pratama Medan Belawan
1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan
Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan.
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi
yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.
Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari
jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dipimpin oleh seorang kepala, yng secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak. Organisasi yang berada di KPP Pratama Medan Belawan bertujuan untuk membina keharmonisan kerja agara pekerjaan dapat terlaksana dengan teratur
dan penuh tanggung jawab, sehingga tujuan yang di inginkan dapat tercapai dengan hasil yang baik dan maksimal.
Berikut struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan:
KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
SEKSI FUNGSIONAL II SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN
INFORMASI PERPAJAKAN SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI I
SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGAWASAN
DAN KONSULTASI II
SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI III
SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI IV SEKSI EKSTENSIFIKASI
PERPAJAKAN SEKSI FUNGSIONAL I
SUB BAGIAN UMUM
2. Uraian Tugas KPP Pratama Medan Belawan
2.1. Kepala KPP Kepala Kantor
Tugas Kepala KPP: a.
Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah
b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu
c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman MoU sesuai
arahan kepala kantor wilayah. d.
Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasiekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan
potensial dalam rangka intensifikasiekstensifikasi perpajakan. f.
Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil
penghitungan ketetapan pajak. g.
Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan, mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan, mengkoordinasi
pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPNPPnBM dalam wilayah wewenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2.2. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor. Tugas Kepala Sub Bagian Umum:
a. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat
serta pelaksanaan tugas bendaharawan. b.
Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait.
c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin.
d. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.
e. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai.
2.3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi PDI
Tugas Seksi PDI : a.
Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan. b.
Penyajian informasi perpajakan. c.
Perekaman dokumen perpajakan. d.
Urusan tata usaha penerimaan perpajakan. e.
Pelayanan dukungan teknis komputer. f.
Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling. g.
Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan laporan kinerja.
2.4. Seksi Pelayanan
Tugas Seksi Pelayanan : a.
Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan. b.
Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan. c.
Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan SPT serta penerimaan surat lainnya.
d. Memberikan penyuluhan perpajakan.
e. Melaksanakan registrasi wajib pajak.
f. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan.
2.5. Seksi Penagihan
Tugas Seksi Penagihan: a.
Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.
b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah
melakukan penyitaan. c.
Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya. Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Juru Sita Pajak yang telah
mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas Juru Sita Pajak :
1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus SPPSS .
2. Memberitahukan Surat Paksa
3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Penyanderaan SPMP . 4.
Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Juru Sita Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada penanggung pajak .
2.6. Seksi Pemeriksaan
Tugas Seksi Pemeriksaan: a.
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. b.
Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan. c.
Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
2.7. Seksi Ekstensifikasi
Tugas Seksi Ekstensifikasi : a.
Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan. b.
Pendataan obyek dan subyek pajak. c.
Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.
2.8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi : a.
Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar.
b. Memberikan Bimbingan himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi
teknis perpajakan. c.
Penyusunan Profil wajib pajak. d.
Menganalisis kinerja wajib pajak. e.
Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.
Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili tempat tinggal wilayah tempat wajib pajak terdaftar.
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I WASKON I
Kasi : Margono • Kelurahan Kampung Besar.
• Kelurahan Martubung. • Kelurahan Sei Mati
• Kelurahan Pekan Labuhan. • Kelurahan Tangkahan.
• Kelurahan Nelayan Indah. 2.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi II WASKON II Kasi : La Ode Irfah Firdaus
• Kelurahan Labuhan Deli • Kelurahan Rengas Pulau I.
• Kelurahan Terjun.
• Kelurahan Tanah 600. • Kelurahan Paya Pasir.
• Kelurahan Rengas Pulau II • Mabar 200 Besar
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III WASKON III
Kasi : Martua Frisland Situmorang • Kelurahan Tanjung Mulia.
• Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. • Kelurahan Mabar.
• Kelurahan Kota Bangun. • Kelurahan Titi Papan.
• Kelurahan Mabar Hilir.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV WASKON IV
Kasi : Erwin Sianipar • Kelurahan Sicanang.
• Kelurahan Belawan Bahari. • Kelurahan Belawan Bahagia.
• Kelurahan Belawan I. • Kelurahan Belawan II.
• Kelurahan Bagan Deli. Cat: WP bendaharawan Berada di Pengawasan Seksi Wakson IV
2.9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
Pratama. dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai
berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Pengertian Umum Pajak Penghasilan PPh
1. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam suatu tahun pajak.
2. Dasar Hukum
Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di indonesia adalah UU No.7 Tahun 1987 yang telah disempurnakan dengan UU No.7 Tahun 1991, UU
No.10 Tahun 1994, UU No.17 Tahun 2000, UU No.36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur
Jenderal Pajak maupun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak.
3. Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak
Penghasilan, Subjek Pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, jika
subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka disebut Wajib Pajak.
Berdasarkan pasal 2 ayat 1 UU No.36 Tahun 2008, Subjek Pajak dikelompokkan sebagai berikut :
1. Subjek Pajak orang pribadi
Orang Pribadi sebagai subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di indonesia ataupun di luar indonesia.
2. Subjek Pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subjek
Pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris, penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti
dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
3. Subjek Pajak badan.
Badan adalah sekumpulan orang danatau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Badan usaha
milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari
pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.
4. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap BUT
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di indonesia, orang pribadi yang
berada di indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di indonesia, yang dapat berupa :
a. Tempat kedudukan manajemen.
b. Cabang perusahaan.
c. Kantor perwakilan.
d. Gedung kantor.
e. Pabrik.
f. Bengkel.
g. Gudang.
h. Ruang untuk promosi dan penjualan.
i. Pertambangan dan penggalian sumber daya alam.
j. Wilayah kerja tambang minyak dan gas bumi.
k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.
l. Proyek kontruksi, instalasi, atau proyek perakitan.
m. Memberikan jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan selama lebih dari 60 enam puluh hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan.
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya
tidak bebas. o.
Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di indonesia yang menerima premi
asuransi atau menanggung risiko di indonesia. p.
komputer , agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan kegiatan usaha melalui internet.
4. Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak merupakan segala sesuatu barang, jasa, kegiatan, atau keadaan yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat di pakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti
gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
3. Pengahasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta tidak gerak,
seperti bunga, deviden, royalty, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha.
4. Penghasilan lain – lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
5. Objek Pajak Penghasilan Badan Usaha Tetap BUT
Berdasarkan Pasal 5 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Objek Pajak Bentuk Usaha Tetap adalah :
a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan dari
harta yang dimiliki atau dikuasai oleh Bentuk Usaha Tetap BUT ; Penghasilan kantor pusat dari objek di atas berdasarkan pertimbangan logis
bahwa transaksi antara kantor pusat dengan perusahaan lain di indonesia harus ada bantuan bentuk usaha tetap di indonesia. Ditinjau dari segi barang yang di
perdagangkan atau jasa yang di berikan BUT, dasar inilah yang sering di sebut
dengan Force of Attraction concept, dengan asumsi hukum apabila yaitu apabila barang atau jasa dalam transaksi yang diselenggarakan kantor pusat
sama dengan transaksi yang diselenggarakan BUT, dengan demikian transaksi yang dilakukan langsung oleh kantor pusat BUT di anggap sebagai
penghasilan dari BUT. b.
Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, dan pemberian jasa di indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang di
lakukan oleh Bentuk Usaha Tetap BUT ; Penghasilan kantor pusat yang berasal dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang dan pemberian jasa, sejenis dengan yang dilakukan oleh badan usaha tetap dianggap sebagai penghasilan BUT. Usaha atau kegiatan sejenis dengan
usaha atau kegiatan BUT, misalnya apabila sebuah bank di luar indonesia yang mempunyai BUT di indonesia, memberikan pinjaman secara langsung
tanpa melalui Bentuk Usaha Tetapnya kepada perusahaan di indonesia. Penjualan barang yang sejenis dengan yang dijual oleh Bentuk Usaha Tetap,
misalnya kantor pusat di luar indonesia yang mempunyai BUT di indonesia menjual produk yang sama dengan produk yang dijual oleh Bentuk Usaha
Tetapnya di indonesia secara langsung tanpa melalui Bentuk Usaha Tetapnya kepada klien di indonesia.
c. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam pasal 26 yang diterima atau
diperoleh oleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara
Bentuk Usaha Tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan tersebut.
B. Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan dan Mekanisme Pelunasan
Pajak Penghasilan Secara Umum 1.
Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan PPh
Pajak Penghasilan yang terutang dihitung dengan mengalikan tarif tertentu dengan Penghasilan Kena Pajak PKP , Penghasilan Kena Pajak yang digunakan
sebagai dasar menghitung PPh tersebut dihitung dengan cara yang berbeda – beda tergantung pada jenis Wajib Pajak. Disamping cara – cara penghitungan PKP
tersebut, terdapat perhitungan PKP dengan menggunakan Norma Perhitungan Khusus, norma perhitungan diperuntukkan bagi wajib pajak tertentu, seperti
perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi, perusahaan dagang
asing, dan perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun guna serah build, operate, and transfer . Ketentuan perhitungan PPh ini telah dibahas pada
bagian lain tentang penentuan pajak penghasilan khusus. Dalam UU PPh Indonesia dikenal dua golongan wajib pajak, yaitu wajib
pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri, bagi wajib pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara dalam menentukan besarnya PKP, yaitu dengan metode
pembukuan dan menggunakan norma perhitungan. Bagi wajib pajak luar negeri
penentuan besarnya PKP dibedakan menjadi wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
indonesia dan wajib pajak luar negeri lainnya. Menghitung pajak penghasilan dibedakan menjadi dua yaitu menghitung pajak atas penghasilan yang diperoleh
wajib pajak yang bersangkutan dan menghitung atas penghasilan pihak lain, menghitung pajak atas penghasilan sendiri biasanya biasanya disebut dengan
menghitung pajak penghasilan terutang, menghitung pajak atas penghasilan pihak lain dilakukan pada saat wajib pajak membayarkan penghasilan kepada pihak lain
dalam bentuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, sewa, royalty, dan lain – lain. Secara umum pajak penghasilan yang terutang dihitung dengan formula
sebagai berikut : PPh Terutang
= Tarif Pajak
x Penghasilan Kena Pajak
Contoh : a.
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Akbar pada tahun 2009 adalah Rp45.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang : 5 x Rp45.000.000
Rp2.250.000 b.
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Dedy pada tahun 2009 adalah Rp200.000.000
Pajak Penghasilan yang terutang : 5 x 50.000.000
Rp 2.500.000 15 x 150.000.000
Rp25.000.000 Rp22.500.000+
c. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Hakim pada tahun 2009 adalah
Rp500.000.000 Pajak Penghasilan yang terutang :
5 x 50.000.000 Rp 2.500.000
15 x 200.000.000 Rp30.000.000
25 x Rp250.000.000 Rp62.500.000
Rp95.000.000 +
d. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Chika pada tahun 2009 adalah
Rp600.000.000 Pajak Penghasilan yang terutang :
5 x Rp50.000.000 Rp 2.500.000
15 x Rp200.000.000 Rp 30.000.000
25 x Rp250.000.000 Rp 62.500.000
30 x Rp100.000.000 Rp 30.000.000
Rp125.000.000 +
2. Mekanisme Pelunasan Pajak Penghasilan PPh
Pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pelunasan pajak melalui pihak lain dan oleh wajib pajak sendiri,
pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000. Dalam hal pelunasan pajak dilakukan oleh pihak lain,
perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan dilakukan oleh pihak yang memberikanmembayarkan penghasilan. Pelunasan pajak juga bias dilakukan tidak
dalam tahun berjalan sesudah tahun pajak berakhir . a.
Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan Melalui Pihak Lain Pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pihak lain pemberi
penghasilanpemotongan pajak dikelompokkan sebagai berikut : 1.
Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak lain atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat 1 Undang – Undang Pajak Penghasilan terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan
terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
2. Pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak badan pemerintah berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan – badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan dibidang impor
atau kegiatan usaha dibidang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat 1 Undang – Undang Pajak Penghasilan, terutang pada saat pembayaran
kecuali ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 3.
Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga, royalti, penghargaan, hadiah, bonus, dan lain – lain yang
diterima oleh wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Undang – Undang Pajak Penghasilan. Terutang
pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
dahulu. 4.
Pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat 1 dan
ayat 2 Undang – Undang Pajak Penghasilan, terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu. 5.
Pelunasan pajak atas penghasilan – penghasilan tertentu bunga, deposito, dan simpanan lain di bank, hadiah undian, transaksi saham dan sekuritas
lain,dan lain – lain yang diatur tersendiri dengan peraturan pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 Undang – Undang Pajak.
b. Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan oleh Wajib Pajak Sendiri
Disamping melalui pihak lain, pelunasan pajak dapat dilakukan sendiri oleh wajib pajak dengan cara sebagai berikut :
1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan dari badan – badan yang tidak wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak sebgaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat 2 Undang – Undang Pajak Penghasilan, wajib memiliki NPWP dan melaksanakan sendiri penghitungan dan pembayaran pajak penghasilan
yang terutang dalam tahun berjalan serta melaporkannya dalam Surat Pemberitahuan Tahunan.
2. Wajib Pajak membayar sendiri pajak atas penghasilan yang diperoleh atau
diterima melalui angsuran Pajak Penghasilan dalam Tahun Pajak berjalan PPh Pasal 25 .
c. Pelunasan Pajak saat Sesudah Akhir Tahun Pajak
Pelunasan pajak sesudah tahun pajak berakhir dilakukan dengan : 1.
Membayar Pajak yang kurang disetor dengan menghitung sendiri jumlah PPh yang terutang untuk satu tahun pajak dikurangi dengan jumlah kredit pajak
tahun yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UU PPh. 2.
Membayar pajak yang kurang disetor karena menerima surat ketetapan pajak SKPKB atau SKPKBT ataupun surat tagihan pajak yang diterbitkan oleh
Dirjen Pajak.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. Data Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan yang
Melaporkan dan Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan SPT Pajak Penghasilan PPh dalam tahun berjalan 2011 - 2015
Adapun Perkembangan Penyampaian SPT Tahunan di KPP Pratama Medan Belawan Periode 5 tahun ke belakang yaitu :
Sumber : KPP Pratama Medan Belawan
10.000 20.000
30.000 40.000
50.000 60.000
70.000 80.000
2011 2012
2013 2014
2015 Jumlah WP
Terdaftar
Jumlah WP Wajib SPT
Jumlah SPT
Tabel 4.1 Data Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Medan Belawan
UraianTahun 2011
2012 2013
2014 2015
WP Terdaftar 44,721
58,437 65,095
71,075 77,679
WP Terdaftar Wajib SPT 43,824
43,949 44,415
43,857 37,486
Realisasi SPT Tahunan PPh
357 19,285
21,269 21,211
10,232
Rasio Kepatuhan 0.81
43,88 47,89
48,36 27,30
Capaian Rasio Kepatuhan
1.30 70.21
73.67 71.65
40.44
Target Rasio Kepatuhan 62.50 62.50
65.00 67.50
67.50
Sumber : KPP Medan Belawan. Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi SPT Tahunan
mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai 2015. Pada tahun 2011 jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan di KPP Medan Belawan sebanyak 357 atau
sekitar 0,81 dari Wajib Pajak yang wajib SPT dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 19.285 atau sekitar 43,88 dari jumlah Wajib Pajak yang
Wajib SPT, akan tetapi selisihnya sebanyak 18.928 dari jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunannya pada tahun 2011. Pada Tahun 2013 jumlah Wajib Pajak
yang melaporkan SPT Tahunnya sebanyak 21.269 atau rasio kepatuhannya sekitar 47,89 dan mengalami peningkatan sebanyak 1.984 dari jumlah Wajib Pajak yang
melaporkan SPT Tahunan pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah
Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan sebanyak 21.211 atau rasio kepatuhannya sekitar 48,36. Artinya jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT
Tahunan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebanyak 58 dari jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan pada tahun 2013. Dan tahun 2015 jumlah
Wajib Pajak yang melaporkan SPT sebanyak 10.232 atau ratio kepatuhannya sekitar 27,30. Pada tahun 2015 Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunannya juga
mengalami penurunan dari tahun 2014 sebanyak 10.979.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak