Faktor Dominan Komponen Habitat

69 Tabel 24. Lanjutan NAMA DAERAH NAMA LATIN Id Mu Mc Ip POLA SEBARAN Areuy Kukuheulang Uncaria ferrea 2.317 0.914 1.140 0.575 Mengelompok Areuy Leuksa Poikelospermum suaviolens 1.915 0.971 1.048 0.555 Mengelompok Bangban Donax cannaeformis 1.826 0.994 1.010 0.551 Mengelompok Cente Lantana camara 1.987 0.991 1.015 0.561 Mengelompok Kedondong hutan Spondias pinnata 2.245 0.971 1.047 0.575 Mengelompok Kiendog Cynocroches axillaris 3.429 0.723 1.454 0.631 Mengelompok Lampeni Ardisia humilis 2.666 0.987 1.021 0.603 Mengelompok Rotan Seel Daemonorops melanochaetis 1.179 0.995 1.008 0.511 Mengelompok Segel Dillenia excelsa 2.268 0.989 1.018 0.578 Mengelompok Sulangkar Leea sambucina 1.648 0.994 1.010 0.540 Mengelompok Tepus Amomum coccineum 1.379 0.994 1.010 0.523 Mengelompok Waru Hibiscus tiliaceus 2.415 0.987 1.022 0.587 Mengelompok Tabel 25. Pola sebaran beberapa jenis tumbuhan pakan yang disukai badak jawa dalam setiap komunitasblok Nama Lokasi Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Citadahan 1.496 0.985 1.019 0.527 Mengelompok Cikeusik 1.823 0.993 1.008 0.545 Mengelompok Cibandawoh 1.515 0.989 1.014 0.528 Mengelompok Cigenter 1.411 0.992 1.011 0.522 Mengelompok Tj. Tereleng 2.029 0.990 1.013 0.557 Mengelompok Kr. Ranjang 1.791 0.994 1.007 0.544 Mengelompok Cijungkulon 1.378 0.994 1.008 0.521 Mengelompok Citelang 1.762 0.991 1.011 0.542 Mengelompok Gn. Payung 3.181 0.982 1.022 0.620 Mengelompok

C. Faktor Dominan Komponen Habitat

Berdasarkan hasil analisis faktor, peubah-peubah lingkungan yang diduga mempengaruhi frekuensi kehadiran badak jawa pada suatu habitat terpilih dan layak untuk dilakukan pengujian lebih lanjut adalah: a ketinggian tempat, b kelerengan tempat, c suhu udara, d kelembaban udara, e pH tanah, f jarak dari kubangan, g kandungan garam mineral, h jarak dari jalur manusia dan i persentase penutupan tajuk. Hasil analisis faktor selengkapnya disajikan pada Lampiran 7. Hasil analisi regresi dengan metode stepwise menunjukkan bahwa peubah yang berpengaruh paling dominan terhadap frekuensi kehadiran badak jawa pada suatu habitat terpilih yaitu kandungan garam mineral dan pH tanah. Analisis ini menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut: 70 Y = 6.25 - 1.12 X7 + 3.88 X9 Persamaan regresi di atas memberikan suatu indikasi, bahwa: 1. Penurunan nilai pH tanah sebesar 1 unit akan meningkatkan frekuensi kehadiran badak pada suatu habitat sebesar 1.12. 2. Kenaikan kandungan garam mineral sebesar 1 unit akan meningkatkan frekuensi kehadiran badak pada suatu habitat sebesar 3.88. Berdasarkan hasil perhitungan nilai p dari persamaan regresi untuk peubah paling dominan tersebut menunjukkan bahwa kedua peubah tersebut memberikan pengaruh nyata terhadap frekuensi kehadiran badak jawa pada suatu habitat terpilih p-value=0.000. Keeratan hubungan antara kedua peubah tersebut dengan frekuensi kehadiran badak jawa pada suatu habitat terpilih dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasi R 2 dan kefisien korelasi r. Persamaan regresi tersebut mempunyai nilai R 2 = 0.725 72.5. Hasil perhitungan analisis regresi stepwise selengkapnya disajikan pada Lampiran 8. Hasil analisis korelasi Pearson diketahui bahwa peubah yang paling mempengaruhi frekuensi kehadiran badak jawa pada suatu habitat terpilih adalah kandungan garam mineral. Nilai korelasi Pearson r antara frekuensi kehadiran badak jawa pada suatu habitat terpilih dengan kandungan garam mineral yang ada pada lokasi habitat tersebut adalah sebesar 75.3. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar kandungan garam mineral pada suatu habitat terpilih, maka ada kecenderungan semakin tinggi frekuensi kehadiran badak jawa pada habitat tersebut dengan tingkat korelasi lebih dari 75. Adapun hubungan antara frekuensi kehadiran badak jawa pada suatu habitat terpilih dengan pH tanah memiliki nilai korelasi r yang kuat juga yaitu sebesar – 62,7. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin rendah pH tanah semakin asam pada habitat terpilih maka akan semakin tinggi frekuensi kehadiran badak jawa pada habitat tersebut dengan tingkat korelasi lebih dari 62. Hasil analisis regresi ini menunjukkan bahwa badak jawa sangat membutuhkan garam mineral dalam kehidupannya. Menurut Amman 1985 dalam Muntasib 2002, badak jawa juga membutuhkan garam mineral khususnya sodium, unsur yang langka terdapat dalam tanaman. Perilaku badak jawa yang mengunjungi pantai,rawa dan sungai yang airnya payau dalam memenuhi 71 kebutuhan akan garam mineralnya berarti tidak jauh berbeda dengan herbivora lainnya seperti banteng dan rusa. Alikodra 2002 juga menyatakan bahwa berbagai jenis herbivora seperti banteng Bos javanicus dan rusa Cervus timorensis , setiap hari mengunjungi tempat-tempat pengasinan pada sumber- sumber air ditepi pantai. Mereka juga aktif mencari sumber-sumber mineral alternatif , yang disebut “salt drive”. Menurut Weir 1972 dalam Alikodra 2002, pada umumnya satwaliar mempunyai pola tertentu untuk memenuhi kekurangan mineral. Selain itu, pada musim kemarau kebutuhan sodium Na semakin meningkat banyak diperlukan dalam proses pencernaan makanan sehingga banyak satwaliar yang pergi kewilayah-wilayah yang mudah untuk mendapatkan sodium.

D. Habitat Preferensial