IDENTIFIKASI TINGKAT KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) PADA MAHASISWI YANG MENGGUNAKAN SABUN SIRIH (STUDI PADA MAHASISWI ILMU KEPERAWATAN ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG)
IDENTIFIKASI TINGKAT KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) PADA MAHASISWI YANG MENGGUNAKAN SABUN SIRIH
(STUDI PADA MAHASISWI ILMU KEPERAWATAN ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh :
ANITA HERIYANTY WIDODO 201010420311190
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan bimbingannya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Identifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.kep) pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Malang.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sujono, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
masukan, dorongan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Reni Ilmiasih, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, masukan, serta dorongan, dan motivasi dalam penyusunan proposal
skripsi ini.
3. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo M.Kep., Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang dan sekaligus memberikan izin penelitian dalam penelitian
ini.
4. Ibu Nurul Aini, S.Kep., Ns., M.kep selaku Ketua Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas
Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Ibu Ririn Harini M.Kep selaku penguji I yang telah memberikan masukan dan bantuan kepada
(4)
6. Ibu Henny Dwi S, M.Kep., Sp.Mat selaku penguji II ketika seminar proposal yang telah
memberikan masukan dan bantuan kepada penulis
7. Ibu Indah Dwi P, MNg selaku penguji II ketika seminar hasil yang telah memberikan masukan
dan bantuan kepada penulis.
8. Kedua orang tua saya Ir. H. Widodo Heryanto, MM dan Hj. Atty Sumiaty. Kakak-kakak saya Mas Glory, Mba Dhian, Mas Anggi, Mas Reno, dan Juno serta seluruh keluarga saya yang
selalu memberikan doa, support dan motivasi selama ini, serta memberikan dukungan moril
dan materi.
9. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan semangat dan
ilmunya.
10. Teman-teman PSIK E 2010 semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu
yang turut membantu dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
11. Semua teman-teman PSIK angkatan 2010.
12. Mahasiswi PSIK 2010 yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikannya mendapat imbalan dan diterima
sebagai ibadah oleh ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki,
oleh karena itu ktritik dan saran bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga ALLAH
SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu
menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua
Malang, Januari 2016
(5)
DAFTAR ISI
Halaman Judul………i
Lembar Persetujuan………...ii
Lembar Pengesahan………..iii
Lembar Keaslian Penelitian………...iv
Moto..…..………..v Halaman Persembahan……….vi Kata Pengantar………vii Abstrak (Inggris)……….………...ix Abstrak (Indonesia)………...x Daftar Isi………...xi Daftar Tabel………...………...………..xiv Daftar Gambar...xv Daftar Lampiran………...xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...1
1.2 Rumusan Masalah………..3
1.3 Tujuan Penelitian………...3
1.3.1 Tujuan Umum...………...3
1.3.2 Tujuan Khusus………..3
1.4 Manfaat Penelitian……….4
1.5 Keaslian Penelitian……….…5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputihan……….……….8
2.1.1 Definisi ………...8
2.1.2 Etiologi ………...8
2.1.3 Patogenesis………..14
2.1.4 Gejala Klinis………16
2.1.5 Diagnosis……….17
2.1.6 Komplikasi………..18
2.1.7 Penatalaksanaan………...20
2.2 Sabun Sirih………...23
2.2.1 Definisi………23
2.2.2 Kandungan Kimian Sabun Sirih………...23
2.2.3 Manfaat Sabun Sirih……….23
2.2.4 Efek Samping Sabun Sirih………....23
2.3 Daun Sirih Hijau………..24
2.3.1 Definisi………24
2.3.2 Klasifikasi Daun Sirih Hijau……….25
2.3.3 Kandungan Zat Kimia Daun Sirih Hijau………..25
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Skema Kerangka Konsep………...27
(6)
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian……….29
4.2 Populasi, Tehnik Sampling, dan Sampel penelitian………...29
4.2.1 Populasi Penelitian………..……….29
4.2.3 Teknik Sampling………...29
4.2.2 Sampel Penelitian ………30
4.3 Kerangka Penetian...31
4.4 Variabel penelitian……….………...32
4.4.1 Variabel Dependen...32
4.5 Definisi Operasional………...32
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian...32
4.7 Instrumen Penelitian...32
4.7.1 Uji Validitas……….33
4.7.2 Uji Reabilitas………34
4.8 Prosedur Pengumpulan Data...35
4.9 Analisa Data ...37
4.9.1 Teknik Analisa Data……….37
4.9.2 Teknik Pengolahan Data………..38
4.10 Etika Penelitian...40
4.10.1 Lembar persetujuan ...40
4.10.2 Tanpa Nama (Anonimity)...40
4.10.3 Kerahasiaan (Confidentitialy)...40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Responden………..41
5.1.1 Karakteristik Berdasarkan Usia………41
5.1.2 Karakteristik Berdasarkan Warna Keputihan……...……...42
5.1.3 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Cairan Keputihan………43
5.1.4 Karakteristik Berdasarkan Bau Keputihan……...……...44
5.1.5 Karakteristik Berdasarkan Rasa Gatal Saat Keputihan……..44
5.1.6 Karakteristik Berdasarkan Rasa Nyeri Saat Keputihan……..45
5.1.7 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Keputihan………..46
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil………..48
6.2 Identifikasi Karakteristik Berdasarakan Warna Keputihan………....48
6.3 Identifikasi Karakteristik Berdasarkan Jumlah Cairan Keputihan…49 6.4 Identifikasi Karakteristik Berdasarkan Bau Keputihan………49
6.5 Identifikasi Karakteristik Berdasarkan Rasa Gatal Saat Keputihan..50
6.6 Identifikasi Karakteristik Berdasarkan Rasa Nyeri Saat Keputihan..51
6.7 Identifikasi Tingkat Keputihan Pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang………51
6.8 Keterbatasan Penelitian………....52
6.9 Implikasi Keperawatan………53
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan………..54
7.2 Saran………....54
7.2.1 Bagi Responden………...54
7.2.2 Bagi Lembaga Pendidikan………55
(7)
Daftar Pustaka Lampiran
(8)
DAFTAR TABEL
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep………...………..27
Gambar 4.3 Kerangka Penelitian...32
Gambar 5.1 Diagram Karakteristik Usia………..42
Gambar 5.2 Diagram Karakteristik Warna Keputihan……….42
Gambar 5.3 Diagram Karakteristik Jumlah Cairan Keputihan……….43
Gambar 5.4 Diagram Karakteristik Bau Keputihan……….44
Gambar 5.5 Diagram Karakteristik Rasa Gatal Saat Keputihan………....45
Gambar 5.6 Diagram Karakteristik Rasa Nyeri Saat Keputihan………...46
(10)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3. Lembar Konsultasi
Lampiran 4. Lembar Permohonan Izin Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Kuisioner Keputihan
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas Lampiran 8. Hasil Data Penelitian Lampiran 9. Dokumentasi
(11)
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, M.D. (2003). Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual . Jogjakarta: LKiS
Andrews, G. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jakarta: EGC
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta.
Arndt, K.A., Hsu, J.T.S. (2007). Manual of Dermatologic Therapeutics 7th edition. Lippincott Williams and Wilkins, a Wolter Kluwer Business
Aulia. (2012). Serangan Penyakit-penyakit Khas Wanita Paling SeringTerjadi. Yogyakarta: Buku Biru Azwar, S. (2005). MetodePenelitian. Yogyakarta: PustakaBelajar
Clayton, C. (2005). Keputihan dan Infeksi Jamur Kandida lain. Alih bahasa oleh Adji Darma & FX.Budiyanto. Jakarta: Arcan.
Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., & Wenstrom, K.D. (2005). Obstetri Williams edisi 21 vol.1. Jakarta: EGC
Dalimartha, A. (2006). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: PuspaSwara.
Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, S. (2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI
Evennet. K. (2004). Apa Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pap Smear. Jakarta: Arcan
Fadhila, R. (2012). Hubungan Frekuensi Penggunaan Celana Ketat (Jeans) Dengan Kejadian Keputihan (Fluor Albus) pada mahasiswi FIKES Universitas Muhammadiyah Malang. UniversitasMuhammadiyah Malang
Ghotbi, S., Behesti, M., & Amirizade, S. (2007). Cause Leukorrhea in Fasa, Southren Iran. Shiraz E-Medical Journal
Gustina. E., Djannah. S. (2015). Jurnal Kesehatan Masyarakat. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas (Diakses 10 Agustus 2015)
Greer, I.A., Cameron, I.T., & Magowan B. (2003). Vaginal Discharge. Problem based Obstetrics and Gynecology. London : Churchill Livingstone
Hidayat, A.A. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penuisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : SalembaMedika Jarvis, G.J. (2004). The management of gynaecological infections in Obstetric and GynaecologyA Critical
(12)
Jones, D.L. (2005). Setiap Wanita. Delapratasa Publising
Josodiwondo, S. (2008). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: SalembaMedika
Koronek, B.S.P., Britt, R., & Hawkins, C. (2003). Journal of Advanced Nursing Practice. Diggerentitation Of The Vaginoses_bacterial Vaginosis, Lactobacillosis and Cyctolytic Vaginosis.
Lestadi, L. (2009). Sitologi Pap Smear: alat pencegahan dan deteksi dini kanker leher rahim: panduan dokter umum dan bidan. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. (2010). Buku Ajar Ginekologi. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. (2003). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Maytasari, G.M. (2010), Perbedaan Antifungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau, Minyak Atsiri Daun Sirih Merah dan Resik-V Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro. Universitas Sumatera Utara.
Moeljanto, R.D. (2003). Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab Dari Masa ke Masa. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitiankeperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nurswida. (2010). Efektivitas Dekok Sirih Hijau dan Sirih Kuning Dalam Menghambat Pertumbuhan Candida albicans (uji In Vitro). Universitas Brawijaya Malang
Ramayanti. (2004). Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis Yang Disebabkan Oleh Infeksi Pada Penderita Rawat Jalan Di Klinik Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr.Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universtas Diponegoro.
Rosdiana, A., Pratiwi, W.M. (2014). Khasiat Ajaib Daun Sirih Tumpas Berbagai Penyakit. Jakarta: PADI
Santoso, H.B. (2013). Tumpas Penyakit dengan 40 Daun dan 10 Akar Rimpang. Yogyakarta: Cahaya Jiwa
Sarwono. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sianturi. M.H.R. (2004). Keputihan: Suatu Kenyataan Dibalik Suatu Kemelut. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(13)
Sibagariang, E. E., Pusmaika, R., & Rismalinda. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media
Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: RefikaAditama
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta.
Pradhan. D., Biswasroy. P. (2013) Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry Vol. 1 No. 6 2013 www.phytojournal.com Page | 147 Golden Heart of the Nature: Piper betle L (Diakses tanggal 20 november 2014)
Prawirohardjo. S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Prawirohardjo.
Putu. (2009). Prevalensi kejadian keputihan.
URL:http://www.ziddu.com/download/5028081/atPrevalensi-kejadian.keputihan.zip. (Diakses tanggal 12 Oktober 2014)
Wijayanti, D. (2009). Reproduksi Wanita. Jakarta: Bookmarks
(14)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keputihan (fluor albus) merupakan gejala yang sangat sering dialami
oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan merupakan indikasi adanya penyakit. Semua perempuan pernah mengalami keputihan dan keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Keputihan yang normal merupakan hal yang wajar dan keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, dkk, 2005).
Keputihan (fluor albus) merupakan penyakit yang sederhana tetapi
penyakit ini tidak mudah di sembuhkan. Keputihan menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45 % di antaranya bisa mengalaminya lebih dari satu kali (Putu, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RS Dr.Kariadi Semarang, didapat bahwa proporsi perempuan usia 19-24 tahun yang
mengalami fluor albus sebanyak 18,97%. Penelitian dilakukan selama 5 tahun
dari tahun 1998 – 2002, dengan subyek penderita yang berobat ke klinik
ginekologi RS Dr.Kariadi Semarang dengan keluhan keputihan (fluor albus)
(15)
2
Penyebab utama keputihan patologis adalah infeksi (jamur, kuman, parasit, dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis dapat juga disebabkan karena kurangnya perawatan remaja putri terhadap alat genitalia seperti mencuci vagina dengan air yang tergenang diember, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, dan tidak sering mengganti pembalut (Aulia, 2012).
Pengobatan untuk mengatasi keputihan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam produk kewanitaan yang banyak dipasarkan Sabun sirih hijau merupakan salah satu pengobatan yang sering dilakukan untuk mengatasi keputihan patalogis. Sabun sirih hijau memiliki kandungan fenol dan kavinol yang memiliki daya antiseptik. Ekstrak daun sirih yang terkandung dalam sabun sirih, pada konsentrasi 3,25% sudah terjadi
penghambatan pertumbuhan candida albicans, tetapi hambatan total (tidak
didapatkan koloni kuman) baru terjadi pada konsentrasi 7,5 (Nurswida, 2010).
Hasil penelitian tentang perbandingan efek anti fungi minyak atsiri daun sirih hijau dan efek anti fungi minyak atsiri daun sirih merah pada
pertumbuhan candida albicans menunjukkan bahwa minyak atsiri daun sirih
hijau pada konsentrasi 6,25 % sudah menghasilkan zona hambat pada
pertumbuhan candida albicans sedangkan minyak atsiri daun sirih merah pada
konsentarsi 10 % baru terlihat adanya hambatan terhadap pertumbuhan
candida albicans (Maytasari, 2010).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2015, kepada 20 mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 yang mengalami keputihan patalogis di Universitas Muhammadiyah Malang melalui
(16)
3
wawancara singkat, diperoleh hasil bahwa dari 20 mahasiswi yang mengalami keputihan patalogis dan menggunakan sabun sirih hijau sebanyak 15 (75%) mahasiswi.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti bermaksud melakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi tingkat keputihan (fluor albus)
pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat
keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi
pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas
Muhammadiyah Malang).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat keputihan
(fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi warna keputihan pada mahasiswi ilmu
keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
2. Untuk mengidentifikasi jumlah cairan keputihan pada mahasiswi ilmu
(17)
4
3. Untuk mengidentifikasi bau keputihan pada mahasiswi ilmu keperawatan
angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
4. Untuk mengidentifikasi rasa gatal pada saat keputihan pada mahasiswi
ilmu keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
5. Untuk mengidentifikasi rasa nyeri pada saat keputihan pada mahasiswi
ilmu keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
6. Untuk mengidentifikasi tingkat keputihan pada mahasiswi ilmu
keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
1.4 Manfaat Penilitian 1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh perkuliahan, khususnya di bidang Keperawatan Maternitas.
1.4.2 Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi responden tentang tingkat keputihan pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih.
1.4.3 Bagi Lembaga Pendidikan
Manfaat penelitian bagi lembaga atau institusi pendidikan adalah memberikan informasi bagi mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Malang tentang identifikasi tingkat keputihan. Hasil penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswi tentang pengaruh dari penggunaan sabun sirih. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian berikutnya.
(18)
5
1.5 Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Galuh Marti M (2010), yang meneliti
tentang “Perbedaan Antifungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau, Minyak
Atsiri Daun Sirih Merah dan Resik-V Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan
Candida Albicans Secara In Vitro”. Hasil dari penelitian menunjukkan
hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan rerataan diameter zona hambatan diantara kesepuluh kelompok perlakuan. Resik-V memiliki perbedaan yang signifikan dengan minyak atsiri daun sirih hijau seluruh tingkat konsentrasi, minyak atsiri daun sirih merah konsentrasi 10% dan 15% serta flukanazol, tetapi perbedaan tidak signifikan dengan minyak atsiri daun sirih merah konsentrasi 20% dan 25%. Minyak atsiri daun sirih hijau konsentrasi 20% dan 25% memiliki perbedaan yang signifikan dengan flukonazol, resik-v, dan minyak atsiri daun sirih merah seluruh konsentrasi. Minyak atsiri daun sirih hijau dengan konsentrasi 10% dan 15% memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan flukanazol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah efek antifungi yang
dihasilkan minyak atsiri daun sirih hijau (Piper Batle Leaf) lebih besar
dibanding efek antifungi minyak atsiri daun sirih merah (Piper Crocatum)
dan Resik-V sabun sirih terhadap pertumbuhan Candida Albicans secara In
vitro. Perbedaan yang dilakukan peneliti sebelumnya adalah melakukan perbandingan antara minyak atsiri daun sirih hijau, minyak atsiri daun
sirih merah, dan resik-v dan di fokuskan terhadap pertumbuhan Candida
Albicans, sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang identifikasi
(19)
6
sirih (Studi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Stefanny Gunawan (2010) yang meneliti
tentang “Mekanisme Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Daun Sirih Hijau
(Piper Betle Linn) dan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Terhadap
Pertumbuhan Candida Albicans”. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat
daya hambat pada kombinasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle linn)
dengan ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum), sedangkan pada media
control yaitu akuades tidak didapatkan daya hambatan. Pada konsentrasi
26% kombinasi ekstrak sirih hijau (Piper betle linn) dan ekstrak sirih merah
(Piper crocatum) tidak terjadi pertumbuhan candida albicans. Perbedaan yang dilakukan pada peneliti sebelumnya adalah meneliti tentang daya hambat antara kombinasi daun ekstrak sirih hijau dan ekstrak sirih merah
terhadapat pertumbuhan jamur candida albicans, sedangkan pada penelitian
ini meneliti mengidentifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi
yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Fadhila M.Ali (2012) yang meneliti
tentang “Hubungan Frekuensi Penggunaan Celana Ketat (Jeans) Dengan
Kejadian Keputihan (Fluor Albus) Pada Mahasiswi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang”. Dari hasil penelitian didapat bahwa sebagian besar responden dari kelompok kasus yaitu
sebanyak 21 responden (36,2%) menggunakan celana ketat (jeans) tujuh
kali seminggu atau setiap hari, dan dari kelompok kontrol yaitu sebanyak
(20)
7
seminggu. Hasil penelitian tersebut adalah ada hubungan antara frekuensi
penggunaan celana ketat (jeans) dengan kejadian keputihan dengan
perhitungan nilai OR = 4,25. Perbedaan yang dilakukan pada peneliti sebelumnya adalah meneliti tentang hubungan frekuensi penggunaan
celana (jeans) dengan keputihan (fluor albus) dan mengambil sampel dari
mahasiswi FIKES UMM, sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang
mengidentifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang
menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
(1)
Penyebab utama keputihan patologis adalah infeksi (jamur, kuman, parasit, dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis dapat juga disebabkan karena kurangnya perawatan remaja putri terhadap alat genitalia seperti mencuci vagina dengan air yang tergenang diember, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, dan tidak sering mengganti pembalut (Aulia, 2012).
Pengobatan untuk mengatasi keputihan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam produk kewanitaan yang banyak dipasarkan Sabun sirih hijau merupakan salah satu pengobatan yang sering dilakukan untuk mengatasi keputihan patalogis. Sabun sirih hijau memiliki kandungan fenol dan kavinol yang memiliki daya antiseptik. Ekstrak daun sirih yang terkandung dalam sabun sirih, pada konsentrasi 3,25% sudah terjadi penghambatan pertumbuhan candida albicans, tetapi hambatan total (tidak didapatkan koloni kuman) baru terjadi pada konsentrasi 7,5 (Nurswida, 2010).
Hasil penelitian tentang perbandingan efek anti fungi minyak atsiri daun sirih hijau dan efek anti fungi minyak atsiri daun sirih merah pada pertumbuhan candida albicans menunjukkan bahwa minyak atsiri daun sirih hijau pada konsentrasi 6,25 % sudah menghasilkan zona hambat pada pertumbuhan candida albicans sedangkan minyak atsiri daun sirih merah pada konsentarsi 10 % baru terlihat adanya hambatan terhadap pertumbuhan candida albicans (Maytasari, 2010).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2015, kepada 20 mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 yang mengalami keputihan patalogis di Universitas Muhammadiyah Malang melalui
(2)
wawancara singkat, diperoleh hasil bahwa dari 20 mahasiswi yang mengalami keputihan patalogis dan menggunakan sabun sirih hijau sebanyak 15 (75%) mahasiswi.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi warna keputihan pada mahasiswi ilmu keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
2. Untuk mengidentifikasi jumlah cairan keputihan pada mahasiswi ilmu keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
(3)
3. Untuk mengidentifikasi bau keputihan pada mahasiswi ilmu keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
4. Untuk mengidentifikasi rasa gatal pada saat keputihan pada mahasiswi ilmu keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
5. Untuk mengidentifikasi rasa nyeri pada saat keputihan pada mahasiswi ilmu keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
6. Untuk mengidentifikasi tingkat keputihan pada mahasiswi ilmu keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan sabun sirih.
1.4 Manfaat Penilitian 1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh perkuliahan, khususnya di bidang Keperawatan Maternitas.
1.4.2 Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi responden tentang tingkat keputihan pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih.
1.4.3 Bagi Lembaga Pendidikan
Manfaat penelitian bagi lembaga atau institusi pendidikan adalah memberikan informasi bagi mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Malang tentang identifikasi tingkat keputihan. Hasil penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswi tentang pengaruh dari penggunaan sabun sirih. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian berikutnya.
(4)
1.5 Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Galuh Marti M (2010), yang meneliti tentang “Perbedaan Antifungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau, Minyak Atsiri Daun Sirih Merah dan Resik-V Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro”. Hasil dari penelitian menunjukkan hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan rerataan diameter zona hambatan diantara kesepuluh kelompok perlakuan. Resik-V memiliki perbedaan yang signifikan dengan minyak atsiri daun sirih hijau seluruh tingkat konsentrasi, minyak atsiri daun sirih merah konsentrasi 10% dan 15% serta flukanazol, tetapi perbedaan tidak signifikan dengan minyak atsiri daun sirih merah konsentrasi 20% dan 25%. Minyak atsiri daun sirih hijau konsentrasi 20% dan 25% memiliki perbedaan yang signifikan dengan flukonazol, resik-v, dan minyak atsiri daun sirih merah seluruh konsentrasi. Minyak atsiri daun sirih hijau dengan konsentrasi 10% dan 15% memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan flukanazol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah efek antifungi yang dihasilkan minyak atsiri daun sirih hijau (Piper Batle Leaf) lebih besar dibanding efek antifungi minyak atsiri daun sirih merah (Piper Crocatum) dan Resik-V sabun sirih terhadap pertumbuhan Candida Albicans secara In vitro. Perbedaan yang dilakukan peneliti sebelumnya adalah melakukan perbandingan antara minyak atsiri daun sirih hijau, minyak atsiri daun sirih merah, dan resik-v dan di fokuskan terhadap pertumbuhan Candida Albicans, sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang identifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun
(5)
sirih (Studi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Stefanny Gunawan (2010) yang meneliti tentang “Mekanisme Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle Linn) dan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans”. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat daya hambat pada kombinasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle linn) dengan ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum), sedangkan pada media control yaitu akuades tidak didapatkan daya hambatan. Pada konsentrasi 26% kombinasi ekstrak sirih hijau (Piper betle linn) dan ekstrak sirih merah (Piper crocatum) tidak terjadi pertumbuhan candida albicans. Perbedaan yang dilakukan pada peneliti sebelumnya adalah meneliti tentang daya hambat antara kombinasi daun ekstrak sirih hijau dan ekstrak sirih merah terhadapat pertumbuhan jamur candida albicans, sedangkan pada penelitian ini meneliti mengidentifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Fadhila M.Ali (2012) yang meneliti tentang “Hubungan Frekuensi Penggunaan Celana Ketat (Jeans) Dengan Kejadian Keputihan (Fluor Albus) Pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang”. Dari hasil penelitian didapat bahwa sebagian besar responden dari kelompok kasus yaitu sebanyak 21 responden (36,2%) menggunakan celana ketat (jeans) tujuh kali seminggu atau setiap hari, dan dari kelompok kontrol yaitu sebanyak 17 responden (29,3%) menggunakan celana ketat (jeans) tiga kali
(6)
seminggu. Hasil penelitian tersebut adalah ada hubungan antara frekuensi penggunaan celana ketat (jeans) dengan kejadian keputihan dengan perhitungan nilai OR = 4,25. Perbedaan yang dilakukan pada peneliti sebelumnya adalah meneliti tentang hubungan frekuensi penggunaan celana (jeans) dengan keputihan (fluor albus) dan mengambil sampel dari mahasiswi FIKES UMM, sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang mengidentifikasi tingkat keputihan (fluor albus) pada mahasiswi yang menggunakan sabun sirih (studi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang).