2.2 Studi Kasus
2.2. 1 Pengertian Studi Kasus
Istilah studi kasus berasal dari bahasa inggris dari frase case study. Jika diuraikan, kata “case” dalam kamus Oxford dimaknai dengan suatu kejadian atau
serangkaian kenyataan- kenyataan. Sedangkan “study” dimaknai dengan
serangkaian kegiatan mempelajari sesuatu, mencurahkan perhatian untuk mempelajari sesuatu atau mencari tahu. Dari istilah dan makna tersebut sudah bisa
diketahui bahwa studi kasus merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari sesuatu fenomena yang sedang terjadi dengan penuh perhatian.
Sedangkan menurut Winkel 2004: 311 yang dimaksud studi kasus adalah “metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang individu secara
lengkap dan mendalam dengan tujuan memahami individualitas dengan lebih baik dan me
mbantunya dalam perkembangan selanjutnya”. Sedangkan Suharsimi 2006 dalam Tohirin 2012: 20 mengemukakan bahwa “studi kasus merupakan
suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, institusi atau gejala-gejala tertentu.
Sejalan dengan pendapat diatas, Yin 2006: 18 menyatakan studi kasus adalah “suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks
kehidupan nyata bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan multisum
ber bukti dimanfaatkan”. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bimo Walgito 2010: 92 yaitu “studi kasus merupakan suatu metode untuk
menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan riwayat hidup”.
Berdasarkan keempat pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan suatu metode untuk mempelajari dan mengetahui secara lengkap
tentang suatu fenomena yang hendak diteliti. Fenomena yang hendak diteliti bisa berkaitan dengan individu, kelompok, organisasi ataupun masyarakat.
2.2. 2 Ciri-ciri Kasus
Ciri-ciri studi kasus yang baik menurut Supriyo 2008:2 dalam konteks bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1 Merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang dipandang
sebagai suatu masalah yang cukup serius, yang dialami oleh siswa baik secara perorangan maupun kelompok.
2 Masalah tersebut masih berada dalam wilayah kewenangan
atau ruang lingkup bimbingan dan konseling di sekolah. 3
Tidak terselesaikannya masalah tersebut secara tepat sehat, akan
menimbulkan kerugian
maupun hambatan
perkembangan, maupun merugikan pihak lain mengancam diri sendiri maupun pihak lain.
4 Pada umumnya perlu mendapatkan bantuan dalam proses
penyelesaiannya.
2.2. 3 Tujuan Studi Kasus