E. Rasio Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas
Harahap 2007: 301 mengatakan bahwa likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban
finasial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Riyanto 2003: 25
mengatakan bahwa masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran alat-alat likuid yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu
merupakan “kekuatan membayar”, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “likuid”. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa pengertian likuiditas
dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu pihak dengan utang lancar di pihak
lain likuiditas badan usaha, juga dengan pengeluaran-pengeluaran untuk menyelenggarakan perusahaan di lain pihak likuiditas perusahaan.
2. Kegunaan Analisis Likuiditas
Wild, Subramanyam Halsey dalam Ernawati 2007 memberi pendapat mengenai pentingnya analisis likuiditas bagi perusahaan. Pentingnya likuiditas
dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika suatu
perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya, maka kelangsungan usahanya dipertanyakan. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari diskon atau kesempatan dan tindakan manajemen. Masalah
Universitas Sumatera Utara
likuiditas yang tidak baik mencerminkan ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Masalah ini dapat mengarah pada penjualan
investasi dan aktiva dengan terpaksa, dan dalam bentuk yang tidak baik, mengarah pada insolvensi dan kebangkrutan. Untuk pemegang saham , kurangnya
likuditas seringkali diawali dengan keuntungan yang rendah dan berkurangnya kesempatan. Kurangnya likuiditasnya dapat mengakibatkan hilangnya
pengendalian pemilik atau kerugian investasi model. Untuk kreditor perusahaan, kurangnnya likuiditas dapat menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan
pokok pinjaman atau bahkan tidak dapat ditagih sama sekali. Pelanggan dan pemasok produk dan jasa perusahaan juga merasakan masalah likuiditas jangka
pendeknya. Implikasinya antara lain mencakup ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kontrak serta merusak hubungan dengan pelanggan dan pemasok
penting. Dipandang dari sisi lain, semua ukuran analisis menjadi kurang penting dibanding likuiditas.
Menurut Riyanto 2003: 94 kas adalah unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam
perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi
kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persedian kas yang sangat besar, karena makin besarnya
kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya. Sebaliknya kalau perusahaan hanya mengejar
profitability saja akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaaan bekerja. Kalau perusahaan menjalankan tindakan tersebut
Universitas Sumatera Utara
berarti menempatkan perusahaan itu dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Masalah penentuan besarnya investasinya atau alokasinya modal dalam persediaan juga mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan.
Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga,
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga
semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan, demikian pula sebaliknya.
3. Rasio-rasio Likuiditas Menurut Harahap 2007:301 Ratio Likuiditas terdiri dari: