3. Hubungan ASI dengan Obesitas
Kandungan lemak pada ASI Bayi belum dapat mencerna lemak dengan baik. Untuk
mencerna lemak dibutuhkan enzim lipase. ASI mengandung enzim lipase, sedangkan pada susu formula tidak mengandung enzim ini. Susu
formula yang mengandung lemak tinggi tanpa adanya enzim lipase ini merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya obesitas karena adanya
penimbunan lemak Sidi et al., 2004. Teori menghisap ASI
Bayi yang mendapat ASI cenderung menghisap puting susu secara aktif, dan akan berhenti menghisap jika bayi telah merasa
kenyang. Sebaliknya, bayi yang mendapat susu formula yang diberikan menggunakan botol, cenderung mendapatkan tetesan-tetesan susu
secara pasif dari botol dan berhenti meminum susu jika botol telah kosong. Jadi bayi yang mendapat susu formula lebih mudah mengalami
kegemukan dan obesitas Susilowati, 2008. Hormon pada ASI
Beberapa hormon dalam ASI berperan dalam pengaturan asupan makanan dan keseimbangan energi, sehingga dapat mencegah risiko
obesitas dikemudian hari Savino et al., 2009. 1 Leptin
Leptin ini berfungsi dalam regulasi metabolisme, asupan makanan, penggunaan energi, serta memilki faktor metabolik dan
endokrin Rahayu, 2007. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI manusia mengandung leptin. Bayi yang mendapatkan ASI
memiliki kadar leptin yang lebih tinggi daripada bayi yang mendapatkan susu formula. Kadar leptin semakin menurun dengan
durasi pemberian ASI Ilcol et al., 2006; Savino et al., 2009. Dari hasil penelitian Mirales et al.2006, berat badan bayi yang menyusui
selama 2 tahun pertama dipengaruhi oleh kadar leptin dalam ASI. Hal ini menunjukkan bahwa leptin ASI merupakan faktor penting
dalam memberikan perlindungan terhadap kelebihan berat badan pada bayi.
2 Adiponektin Adiponektin adalah protein spesifik terbesar dari jaringan
adiposa. Hormon ini dapat mengikat asam lemak yang dihasilkan oleh jaringan adiposa dan berhubungan dengan metabolisme lipid.
Hormon ini ditemukan dalam ASI Martin et al.,2006. Kadar hormon ini menurun dengan durasi laktasi Savino et al., 2009.
Penurunan berat molekul adiponektin atau penurunan konsentrasi adiponektin memegang peranan yang cukup penting sebagai penanda
obesitas dengan resistensi insulin dan sindroma metabolik Yamauci, 2008.
Reseptor Adiponektin adalah AdipoR1 dan AdipoR2. AdipoR1 mengaktifkan jalur AMP kinase dan AdipoR2, kemudian
mengaktifkan jalur peroxisome proliferator-activated receptor alpha
PPAR di liver yang berakibat meningkatnya sensitivitas insulin dan penurunan inflamasi. Penurunan adiponektin dan peningkatan
monocyte chemoattractant protein-1 MCP-1 membentuk jaringan adipokin yang menyebabkan obesitas dengan resistensi insulin dan
metabolik sindrom. PPAR mengatur berat molekul adiponektin dan PPAR
mengatur reseptor adiponektin. Dalam kondisi lapar, adiponektin mengaktifkan AMPK di hipotalamus dan meningkatkan
asupan makan. Pada saat yang sama, adiponektin mengaktifkan AMPK di jaringan perifer, seperti otot rangka dan menstimulasi
penimbunan lemak Yamauci, 2008. Konsentrasi hormon ini berbanding terbalik dengan jumlah
jaringan adiposa dan meningkat terkait sensitivitas insulin Savino et al., 2009. Bayi yang tidak mendapat ASI menjadi lebih rendah
kadar adiponektin-nya, sedangkan konsentrasi plasma adiponektin yang rendah lebih cenderung mengalami obesitas dan diabetes tipe 2
Stefan et al., 2002. 3 Resistin
Resistin disekresi oleh jaringan adiposa dan terdapat dalam ASI. Konsentrasi resistin lebih tinggi dalam serum bayi yang diberi
ASI. Kadar resistin berbanding terbalik dengan berat badan bayi baru lahir. Hal ini membuktikan bahwa resistin memiliki peran
dalam mengendalikan pertumbuhan janin. Selain itu juga terlibat
dalam pengaturan
nafsu makan
dan metabolisme
dalam perkembangan bayi Savino et al., 2009.
4 Ghrelin Ghrelin adalah peptida 28-asam amino yang terutama
diproduksi di lambung. Menurut penelitian, konsentrasi ghrelin pada bayi yang mendapat susu formula lebih tinggi daripada bayi yang
mendapat ASI. Ghrelin ini merangsang asupan makanan, mengurangi pemanfaatan lemak dan pengeluaran energi. Jadi bayi
yang tidak mendapatkan ASI lebih cenderung mengalami obesitas Savino et al., 2009.
5 Obestatin Obsestatin adalah peptida 23 asam amino yang berasal dari
prekursor preproghrelin dan diproduksi oleh lambung, usus kecil dan kelenjar ludah. Obestatin ditemukan terdapat pada ASI. Hormon ini
berperan mengurangi asupan makanan, menekan motilitas usus, mengatur pertambahan berat badan dan pengosongan lambung. Jadi
bayi yang mendapat asupan ASI lebih jarang mengalami obesitas Savino et al., 2009.
6 Insulin-Like Growth Factor-1 IGF-I adalah rantai polipeptida dari 70-asam amino, yang
merupakan anggota dari hormon insulin, dimana berperan sebagai mediator utama efek dari growth hormon GH. Hormon ini 75
diproduksi oleh hati, yang setelah kelahiran diatur oleh hormon
hipofisis yaitu Growth hormone GH. Klagsburn adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa ASI mengandung faktor
pertumbuhan sel-sel dalam kultur, sedangkan Baxter et al. menunjukkan adanya IGF-I dalam ASI. Hormon ini lebih tinggi
kadarnya pada kolostrum dibanding ASI transisi dan matur Savino et al., 2009. Berdasarkan hasil penelitian, insulin pada ASI memiliki
kadar yang lebih rendah dibandingkan dengan susu formula, yang sebagian besar berasal dari susu sapi Zagorski et al., 1998.
B. Kerangka Berpikir