BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
ASI adalah makanan pilihan pertama yang paling baik diberikan pada semua bayi Staas, 2007. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan makanan atau susu lain bahkan air putih, kecuali obat sesuai anjuran tenaga kesehatan yang diberikan sejak dilahirkan sampai sekitar usia enam
bulan Sidi et al.,2004. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2006-2007, ASI eksklusif kurang dari 2 bulan hanya mencakup
67 dan makin menurun dengan bertambahnya usia bayi, yaitu 54 pada bayi usia 2-3 bulan dan 19 pada bayi usia 7-9 bulan. Sedangkan bayi yang
tidak mendapat ASI eksklusif tersebut, sebagian besar telah diberikan susu formula oleh ibunya Damayanti, 2010.
Dari hasil survei tersebut, maka dapat diketahui bahwa tingkat pemberian ASI di Indonesia masih rendah, sedangkan pemberian susu formula
semakin meningkat. Oleh sebab itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam Keputusan Nomor: 450MENKESSKI2004 menetapkan pemberian
ASI eksklusif saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dan dapat dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun. Peraturan tersebut bertujuan agar semua
bayi di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif Lubis, 2009. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36
Tahun 2009 Prabonari, 2010.
ASI memiliki banyak kelebihan dibandingkan susu formula, salah satunya adalah menyatakan bahwa ASI dapat menurunkan risiko obesitas.
Teori-teori tersebut menjelaskan bahwa kandungan hormon pada ASI yang dapat mengontrol nafsu makan dan mengendalikan obesitas, lemak pada ASI
yang lebih mudah dicerna, dan respon menghisap ASI yang lebih baik daripada susu formula yang menggunakan botol Savino et al., 2009; Sidi et al., 2004;
Susilowati, 2008. Saat ini banyak orang tua yang merasa senang jika anaknya terlihat
gemuk. Namun, orang tua tidak memahami bahaya ke depan bagi anak yang mengalami kegemukan. Berdasarkan penelitian, perubahan berat badan yang
besar pada bayi umur 6 bulan memiliki risiko obesitas pada umur 3 tahun Taveras et al., 2009. Sedangkan obesitas yang terjadi pada masa anak-anak,
70 akan menjadi obesitas pada masa dewasanya Sztainer, 2008. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Perkumpulan Masyarakat Pediatri
Indonesia 2002-2005, rata-rata prevalensi anak yang mengalami kegemukan cukup tinggi, yaitu 12,2 Yussac et al., 2007.
Obesitas kegemukan adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Obesitas pada
anak merupakan masalah yang sangat kompleks yang salah satunya berkaitan dengan asupan makanan yang diperoleh Yussac et al., 2007. Obesitas
merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler, gangguan pernafasan, diabetes melitus tipe 2, gangguan psikologis dan kecemasan yang
berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia Mariana, 2010;
Sztainer, 2008; Cattaneo et al., 2009. Pencegahan terhadap obesitas sangat efektif dilakukan pada masa bayi Taveras et al., 2009.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta, didapatkan banyak bayi yang
mengalami obesitas. Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta hingga bulan Juli 2011 adalah 55 .
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti perbedaan angka kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif.
B. Perumusan Masalah