Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri Remaja Terhadap Gizi Di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis Jawa Barat Tahun 2010

(1)

CIAMIS JAWA BARAT TAHUN 2010

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Usep Saepul Imam

NIM: 107103001760

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Oktober 2010


(3)

iii

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI REMAJA TERHADAP GIZI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN CIAMIS JAWA

BARAT TAHUN 2010

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Usep Saepul Imam NIM: 107103001760

Pembimbing

Dr. Ayat Rahayu Sp.Rad, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI REMAJA TERHADAP GIZI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN CIAMIS JAWA BARAT TAHUN 2010 yang diajukan oleh Usep Saepul Imam (NIM 107103001760), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 5 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelarSarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 5 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing Penguji

dr. Ayat Rahayu Sp.Rad, M.Kes dr. Ayat Rahayu Sp.Rad, M.Kes dr. Erfira Sp.M

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN


(5)

v

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, yang telah mengizinkan saya untuk terus tumbuh dan belajar menjadi seorang dewasa hingga tepat pada waktunya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1) Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan Dra. Farida Hamid, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah kami PSPD angkatan 2007 dan senantiasa memberikan semangat agar terus berjuang untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

2) Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala yang telah mereka berikan.

3) dr. Ayat Rahayu Sp.Rad selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan riset ini.

4) drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D, selaku penanggung jawab riset PSPD 2007 yang selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.

5) Direktorat Jendral Pekapontren Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi salah satu anggota Penerima Beasiswa Santri Berprestasi di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Terima kasih atas bimbingan, pembinaan, dan berbagai pengalaman yang telah diberikan.

6) Ibu dan Bapak yang cinta kasihnya sepanjang masa, pengorbanannya tanpa


(6)

vi

yang hangat. Terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran kehidupan yang telah diberikan sehingga putera kecil kalian ini menjadi dewasa.

7) Kakak dan Adik tersayang yang telah menemani perjalanan panjangku, selalu setia untuk berbagi dalam suka dan duka. Terima kasih kalian indahkan duniaku.

8) Seluruh keluarga besar, terima kasih atas dukungan materil dan moril yang tidak ternilai harganya, semoga saya bisa membanggakan kalian.

9) Seluruh teman dan sahabat di PSPD 2005-2009, Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis, CSS MoRA, USMR, BEMJ Pendidikan Dokter, dan semua teman yang saya kenal. Terima kasih kalian telah memberi warna dalam hidupku dan menjadikan duniaku begitu indah penuh makna.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta,14 Oktober 2010


(7)

vii

Usep Saepul Imam. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri Remaja Terhadap Gizi Di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis Jawa Barat Tahun 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat pada bulan Agustus 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap 115 responden yang merupakan santri remaja putera dan puteri yang sedang menempuh pendidikan SMP dan SMA di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat dengan menggunakan desain deskriptif, kemudian dilakukan analisis univariat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan buruk adalah 4 orang (3,5 %), kurang 18 orang (15,7%), cukup 72 orang (62,6 %) dan baik 21 orang (18,3 %). Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat pada kelompok remaja akhir yaitu sebanyak 12 orang (27,9%). Namun, responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak pada kelompok perempuan yaitu sebanyak 12 orang (23,5%). Dan sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (23,2%). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

Kata kunci:

tingkat pengetahuan, santri, gizi.


(8)

viii

ABSTRACT

Name :Usep Saepul Imam Study Program : Medical Education

Title : IMAGING DEGREE OF KNOWLEDGE STUDENT AT TRADITIONAL MUSLIM SCHOOL TOWARD NUTRIENT IN BOARDING SCHOOL AL HASAN CIAMIS WEST- JAVA

This research is purpose to knowing the imaging degree of knowledge student toward nutrient in Al-hasan Islamic Boarding School Ciamis West- Java in August,2010. This research was done toward 115 respondents student toward nutrient in Alhasan Islamic boarding Ciamis West- Java with used design of analitic descriptive, than processed with analisis of univariat. Building on the result of research was found that student in Al-hasan Islamic Boarding School Ciamis West- Java at 2010, which has low degree of knowledge was 22 students (19,1 %), enough of knowledge 72 students, and 21 students (18,3 %) has a good knowledge. Further research needs to be done with the larger sample, to found out the best result.

Key words:


(9)

ix

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK/ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

II.1. Landasan Teori……..…………... 4

II.1.1 Definisi pengetahuan………. 4

II.1.2. Definisi gizi ... 7

II.1.3. Klasifikasi zat gizi ... 7

II.1.4. fungsi gizi bagi tubuh manusia... 10

II.1.5. faktor-faktor yang menyebabkan gangguan gizi terhadap fungsi tubuh……….………. 11

II.1.6. Dampak gizi kurang terhadap proses tubuh………. 12

II.1.7. Dampak gizi berlebih terhadap proses tubuh………... 12

II.1.8. Pedoman umum gizi seimbang... 13

II.2. Kerangka konsep………... 21

II.3. Definisi Operasional... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

III.1. Desain Penelitian ... 24

III.2. Waktu dan tempat Penelitian ... 24

III.3. Populasi dan Sampel ... 24

III.3.1. Karakteristik populasi………... 24

III.3.2. Jumlah sampel………... 24

III.3.3. Cara pengambilan sampel………. 25

III.3.4. Kriteria sampel……….. 25

III.4. Managemen data ... 25

III.4.1. Pengumpulan data……… 25

III.4.2. Pengolahan, analisis, dan penyajian data………. 26


(10)

x

Halaman

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

IV.1. Demografi ... 27

IV.2. Hasil dan pembahasan data penelitian data………. 27

IV.2.1. Sebaran responden berdasarkan umur……….. 27

IV.2.2. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin……….. 28

IV.2.3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan………... 28

IV.2.4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan………. 29

IV.2.5 Sebaran responden berdasarkan umur dan tingkat pengetahuan………. 29

IV.2.6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan………. 30

IV.2.6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan………. 31

BAB V. RINGKASAN DAN SARAN ... 33

5.1. Ringkasan ... 33

5.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(11)

xi

Halaman Tabel 2.1. Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi... 9 Tabel 2.2. Definisi operasional …………... 22 Tabel 4.1 Sebaran responden berdasarkan umur di pesantren alhasan

tahun 2010……….. 27

Tabel 4.2. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin di pesantren

alhasan tahun 2010……… 28

Tabel 4.3. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di

pesantren alhasan tahun 2010………. 28

Tabel 4.4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi di

pesantren alhasan tahun 2010………. 29

Tabel 4.5. Sebaran responden berdasarkan umur dan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010………. 30 Tabel 4.6. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat

pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010……… 30 Tabel 4.7. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Perkembangan terjadinya kekurangan gizi………... 12 Gambar 2.3. Kerangka konsep ... 21 Gambar 3.1. Cara kerja penelitian ... 26


(13)

xiii

ASI Air Susu Ibu

MP-ASI Makan Pendamping Air Susu Ibu

Kepmenkes RI Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

WHO World Health Organization

MD Makanan yang dibuat di dalam negeri

ML Makanan luar negeri (import)

Exp Expired, (tanggal kadaluarsa), artinya batas waktu makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi

SNI Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Informed consent ... 37

Lampiran 2 Kuesioner ... 38

Lampiran 3 Jawaban Kuesioner ... 43

Lampiran 4 Data identitas responden ... 45

Lampiran 5 Hasil uji statistik ... 48


(15)

1

I.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan Sumber Daya manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di bidang kesehatan dan gizi. (Depkes, 2010). Pelajar merupakan sumber daya manusia yang produktif bagi suatu negara tidak terkecuali bagi negara Indonesia. Menurunnya kualitas sumber daya manusia suatu negara dapat menurunkan kualitas suatu negara. Lembaga pendidikan di Indonesia sangat beragam salah satunya adalah lembaga pendidikan pesantren.Pesantren atau pondok pesantren (biasanya juga disebut pondok saja) adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school).

Menurut Departemen Agama RI tahun 2000, ada sekitar 11.312 Pondok Pesantren yang sudah terdaftar, dengan jumlah santri (pelajar yang belajar di suatu Pondok Pesantren) sekitar 2.737.805 santri yang belajar di dalamnya. (Hasan, 2005).

Pendidikan Pondok Pesantren selama ini memang ditekankan pada penguasaan ilmu-ilmu syari’ah (hukum), dengan kitab kuning sebagai literatur dasar, dengan sistem dan metode kajian yang tradisional. Ketertutupan terhadap perubahan-perubahan yang ada masih terlihat di dalam sikap-sikap dunia pesantren. Tujuannya antara lain untuk menanggalkan pengaruh negatif dunia luar terhadap Pondok Pesantren sehingga menyebabkan lambatnya dunia pesantren dalam mengikuti perkembangan sosial dan iptek, walaupun belakangan ini usaha-usaha untuk membuka diri sudah telihat di beberapa pesantren (Hasan, 2005).

Pondok pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat merupakan pesantren yang terletak berdekatan dengan pusat kota Ciamis yang sebagian besar santrinya berusia


(16)

2

remaja (10-19 tahun) dan merupakan pelajar sekolah, baik tingkat SMP dan SMA, serta sebagian kecil pelajar di perguruan tinggi. Berdasarkan hasil observasi langsung, peneliti melihat sebagian besar santri di pesantren tersebut terlihat memiliki tubuh kurus, dan hampir dalam satu minggu ada lebih dari 3 santri yang sakit.

Menurut KEPMENKES RI (2007) dikatakan bahwa sebagian besar remaja putri (3,5 juta) mengalami anemia gizi besi. Sehingga santri pesantren alhasan pun tidak terkecuali memiliki kerentanan terjadinya anemia gizi besi.

Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. (KEPMENKES, 2007). Selain itu persepsi perorangan merupakan salah satu pertimbangan seseorang untuk menentukan makanan yang akan mereka konsumsi yang dapat menunjang kesehatan mereka. Persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang tentang zat gizi yang terkandung dalam makanan. (Grosvenor dan Snolin. 2002). Oleh sebab itu, kondisi kerentanan terjadinya anemia gizi besi pada santri juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan santri terhadap gizi.

Keberadaan pelajar pesantren selama ini belum banyak diperhatikan, baik dari segi kesehatan, tempat tinggal maupun konsumsi makanannya. Hal ini terbukti dari jarangnya penelitian yang dilakukan terhadap pelajar yang tinggal di pesantren. Hal inilah yang menyebabkan peneliti ingin melakukan survey tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat yang dikaitkan dengan umur dan tingkat pendidikan.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di Pondok Pesantren Alhasan Ciamis Jawa Barat tahun 2010?


(17)

I.3 TUJUAN PENELITIAN A. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di Pondok Pesantren Alhasan Ciamis Jawa Barat tahun 2010.

B. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat berdasarkan umur.

2. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri remaja terhadap gizi di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat berdasarkan jenis kelamin. 3. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri terhadap gizi di Pondok

Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat berdasarkan tingkat pendidikan.

I.4 MANFAAT PENELITIAN

A. Bagi Peneliti yaitu :

 Sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan klinik Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Untuk mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapat secara akademis di masyarakat.

 Mengerti dan memahami mengenai tingkat pengetahuan santri Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat mengenai gizi.

B. Bagi Keilmuan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi praktisi yang tertarik dalam masalah gizi, khususnya di pondok pesantren.

C. Bagi santri pondok pesantren Al-Hasan Ciamis

Merupakan sarana untuk mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai pentingnya gizi.


(18)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Definisi Pengetahuan

Menurut Depdikbud (1994 : 991), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Pengetahuan adalah merupakan hasil

“tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.(Notoatmodjo, 1997). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 122-123) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu sebagai berikut :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipejari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(19)

e) Sintesis (synthetis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Menurut Suhardjo dkk, (1986 : 31), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk

dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Menurut Lukman (2001), Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

a) Umur

Singgih (1998), mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.


(20)

6

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997 : 34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

c) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang. (Nasution : 1999)

d) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

e) Pendidikan

Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya.

f) Informasi

Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.


(21)

g) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.(Notoadmojo 1997 : 13)

II.1.2 Definisi gizi

Istlah “gizi” dan “ilmu gizi” di Idonesia baru mulai dikenal sekitar

tahun 1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa arab “ghizdza” yang berarti makanan. Menurut dialek mesir, ghidza berarti gizi. Selain itu sebagia orang menerjemahkan nutritision sebagai “nutrisi”. Terjemahan ini terdapat dalam kamus umum bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994.

Sedangkan dalam definisi lain zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Lain halnya dengan makanan, yaitu bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh. Sedangkan pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan. (Almatsier, 2004)

Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal makanan. (Sediaoetama, 2008)

II.1. 3 Klasifikasi gizi

Klasifikasi pangan sangat berguna dalam perencanaan produksi, ketersediaan pangan dan konsumsi penduduk. Sementara zat gizi diklasifikasikan kedalam enam enam kelas utama dan paling sedikit terdiri dari 45 jenis zat gizi.


(22)

8

Penggolongan pangan yang digunakan FAO dikenal sebagai

Desirable Dietary Pattern (Pola Pangan Harapan/PPH). Kelompok pangan dalam PPBH ada sembilan, yaitu : padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta lain-lain (minuman dan bumbu).

Secara khusus, di Indonesia juga dikenal penggolongan makanan sesuai dengan pola makan masyarakat. Pengelompokan tersebut meliputi pangan pokok (beras, jagung, sagu, ubi, terigu, singkong), lauk pauk (daging, ikan, telur, tahu, tempe), sayuran, buah dan susu. Hal ini dikenal sebagai konsep empat sehat lima sempurna dan merupakan salah satu jabaran dari Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi yang dibagi dalam enam kelas utama, yaitu:

1. karbohidrat 2. lemak 3. protein 4. vitamin 5. mineral, dan 6. air

untuk kelompok ke-6 yaitu air, tidak semua ahli gizi sepakat dimasukkan kedalam kelas utama zat gizi. Untuk yang sepakat memasukkannya ke dalam kelas utama gizi dengan alasan karena pada proses metabiolisme zat gizi, selalu diperlukan air dan oksigen atau zat asam Karbohidrat, lemak, protein dan vitamin disebut sebagai zat organik (zat yang susunannya mengandung karbon), sedangkan mineral dan air adalah zat anorganik.

Secara kimiawi zat gizi terdiri atas kelompok makronutrien dan mikronutrien. Hidrat arang (karbohidrat), lemak (lipid) dan protein digolongkan kedalam kelompok makronutrien karena dikonsumsi dengan jumlah relatif besar (ukuran gram), sedangkan vitamin dan mineral digolongkan kedalam kelompok mikronutrien karena diperlukan tubuh dalam jumlah relatif kecil (mikrogram = 1/1.000.000 gram hingga


(23)

miligram = 1/1.000 gram) dan sebagian besar bisa didaur ulang dalam tubuh sendiri.Setiap makanan mengandung nutrien dengan jenis dan jumlah yang berbeda-beda. Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua nutrien esensial dengan jumlah yang diperlukan bagi kesehatan optimal. (Andri Hartono, 2006)

Secara struktural karbohidrat, protein, lipid dan vitamin termasuk molekul organik sehingga sering dikenal sebagai zat gizi organik, sedangkan mineral dan air merupakan molekul inorganik sehingga sering disebut sebagai zat gizi inorganik. (Grosvenor, Snolin. 2002).

Paling sedikit terdapat 45 jenis zat gizi, esensial dan tidak esensial, yang diperlukan tubuh manusia dari enam kelompok utama tersebut. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh, tetapi tubuh tidak dapat mensitesisnya dan atau tubuh tidak mampu mensintesisnya dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi terdapat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi

ZAT GIZI

UTAMA ZAT GIZI ESENSIAL

Karbohidrat Serat, glukosa*

Lemak Asam lemak : asam linoleat

Protein Asam amino : leusin; isoleusin; lisin; methionin; treonin; triptophan; valin; fenilalanin; histidin (untuk anak-anak)

Vitamin Vitamin larut lemak : vitamin A**, D,E,K; Vitamin larut air: thiamine***,niacin, riboflavin, biotin, folacin, vitamin B6, vitamin B12, asam pantothenat, vitamin C.

Mineral Mineral makro : Ca (kalsium), P (fosfor), Na (natrium), K (kalium), S (sulfur), Mg (magnesium); mineral mikro : Fe (besi)**,Mn (mangan), Zn (seng)***, Co (cobal), Mo (molibdenum), I** (iodium), Cr (kromium), V (vanadium), Sn (timah), Ni (nikel), Si (silikon), F (fluor).

Air Air

Keterangan :

* = esensial bagi jaringan / organ tubuh tertentu. ** = masalah gizi utama di Indonesia.


(24)

10

II.1.4 Fungsi zat gizi

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipillih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada 3 fungsi zat gizi dalam tubuh, yaitu :

1. Memberi energi

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan / aktivitas. Ketiga zat gizi ini termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi ini terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan sebagai zat pembakar.

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan sebagai zat pembangun.

3. Mengatur proses tubuh

Protein, mineral, protein dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses penuaan. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh, seperti di dalam darah, cairan pencernaan, jaringan dan mengatur


(25)

suhu tubuh, peredaran tubuh, pembuangan sisa-sisa / ekskresi dan proses tubuh yang lainnya. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, dan vitamin dinamakan sebagai zat pengatur.

II.1.5 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Gangguan Gizi

Konsumsi makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi.

Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer ataupun sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik, kelainan setruktur saluran cerna dan kekurangan enzim. Faktor-faktor yang mengganggu absorpsi zat-zat gizi adalah adanya parasit, penggunaan laksan / obat cuci perut, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat-zat gizi adalah penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, penggunaan obat-obat tertentu, minuman beralkohol, dan sebagainya. Faktorfaktor yang mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah banyak buang air kecil (polyuria), banyak keringat dan penggunaan obat-obatan. Perkembangan terjadinya kekurangan gizi adalah sebagaimana tampak pada gambar 2.1.


(26)

12

Kekurangan Makanan (Faktor Primer)

DEPLESI JARINGAN Cadangan

zat gizi

Faktor Kondisi (Faktor Sekunder)

PERUBAHAN BIOKIMIA

PERUBAHAN ANATOMIS PERUBAHAN FUNGSIONAL

KEKURANGAN GIZI

Gambar 2.1 Perkembangan terjadinya kekurangan gizi

II.1.6 Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses berikut ini :

1) Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat social ekonomi menengah ke atas rata-rata lebih tinggi dari pada yang berasal dari keadaan social ekonomi rendah.

2) Produksi tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekuramgan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun. 3) Pertahanan tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.


(27)

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir menurun. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekuranga gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.

5) Perilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis. Hal itu menunjukan bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumber daya manusia.

II.1.7 Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh

Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degenerative, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu.

II.1.8 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang pada tahun 1992 telah diselenggarakan kongres gizi internasional di Roma yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk menghasilkan kualitas sumberdaya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi penting dari kongres itu adalah anjuaran kepada setiap negara agar menyusun pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan pedoman 4 sehat 5 sempurna pada tahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat ini sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi PUGS.


(28)

14

Dalam pedoman umum gizi seimbang terdapat 13 (tiga belas) pesan yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Makanlah aneka ragam makanan

Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makana yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Jadi mengkonsumsi makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandiai oleh berat badan yang normal.

Konsumsi energi yang melebihi kecukupan akan disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan disertai berbagai gangguan kesehatan. Antara lain tekanan darah tinggi. Penyakit jantung, penyakit diabets melitus dll.

Tetapi apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi dalam tubuh yang berada dalam jaringan otak/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini berlanjut, maka dapat menurunkan daya kerja, prestasi belajar dan kreativitas. Kemudian diikuti oleh menurunnya produktivitas kerja, merosotnya prestasi belajar dan prestasi olah raga.


(29)

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi

Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum); umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang); dan makanan lainnya seperti tepung, sagu, dan pisang. Sedangkan gula sebagai karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain.

Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama dari pada karbohidrat sederhana. Sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks, orang tidak segara merasa lapar. Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana langsung dapat diserap dan dipergunakan tubuh sebagai energi, sehinga cepat menimbulakan rasa lapar.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Dianjurkan, konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari tidak lbih dari 25% dari kebutuhan energi. Adapun komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah : 2 bagian makanan yang mengandung sumber lemak nabagi, dan 1 bagian mengandung sumber lemak hewani.

5. Gunakan garam beryodium

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (Kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua garm yang beredar di Indonesia harus mengandung yodium. kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih tingginya


(30)

16

kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAJY) di Indonesia. Untuk menghindari pengaruh sampingan dari konsumsi garam beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi

garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2• gram tiap 1000

kilo kalori), atau satu sendok teh setiap hari. Dengan mengkonsumsi garam beryodium + 6 gram sehari, kebutuhan yodium dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui. Dalam kondisi tertentu, misalnya keringat yang berlebihan dianjurkan mengkonsumsi garam sampai 10 gram atau dua sendok teh per orang per hari, dianjurkan untuk tetap mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya yodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal dengan masyarakat sebagai penyakit kurang darah.

Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh wanita hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada umumnya, karena fungsi kodrati. Peristiwa kodrati wanita adalah haid, hamil, melahirkan dan menyusui yang menyebabkan kebutuhan Fe atau zat besi relatif lebih tinggi ketimbang kelompok lain. Kelompok lain yang rawan AGB adalah anak balita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah. Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesuliatan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya tingkat penyerapan zat besi di dalam tubuh, terutama sumber zat besi nabati hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan asal hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa zat besi Fe pangan asal hewani (haeme) lebih mudah diserap daripada zat besi pangan asal nabati (non haeme).

Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami apabila angka penderita AGB pada wanita hamil mencapai lebih dari 63% dan pada balita


(31)

mencapai 55%. Hal ini terjadi karena tidak mudah memenuhi kebutuhan zat besi secara alami. Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani seperti daging, ikan dan telur, vitamin C, vitamin A, Zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya

Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan kepada bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan (dalam waktu 30 menit setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya.

ASI yang keluar pertama kali sampai beberapa hari setelah persalinan disebut kolostrom. Kolostrom mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrom harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Hindari pemberian air gula, air tajin dan makanan pralaktal lain (selain ASI lancar diproduksi).

Pada usia 0-4 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (pemberian ASI Eksklusif), karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa menerima makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi, seperti diare, alergi dan bahaya yang fatal. Tanda bahwa ASI Eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain : bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa tambahan cairan atau makanan lain. Agar pemberian ASI Eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan susu formula, perlu pula diperhatikan cara menyesui yang baik dan benar, yaitu tidak dijadwal,


(32)

18

ASI diberikan sesering mungkin, termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kanan dan kiri secara bergantian tiap kali menyusui. Di samping itu posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu ibu harus baik, yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) harus masuk seluruhnya ke mulut bayi.

8. Biasakan makan pagi

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.

Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.

Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya prestasi belajar. Bagi pekerja akan menurunkan produktivitas kerja. 9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas kuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan terlebih dahulu. Fungsi air dalam tubuh adalah

 melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh

 mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh  mengatur suhu tubuh


(33)

 melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil

Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi orang dewasa, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari. Selain itu, mengonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, dan dapat menurunkan risiko penyakit batu ginjal. Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air. Menentukan kebutuhan air minum dengan mengandalkan rasa haus tidak sepenuhnya benar. Contoh, seorang yang bekerja di ruang AC tidak merasa haus, padahal yang bersangkutan seharusnya memerlukan cairan lebih banyak dibanding ketika ia bekerja di ruang tanpa AC.

10.Lakukan aktivitas fisik secara teratur

Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dan aktivitas fisik, banyak dijumpai di kalangan tertentu.

11.Hindari minuman yang beralkohol

Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebiasan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan :

a) Terhambatnya proses penyerapan gizi

b) Hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, c) Kurang gizi

d) Penyakit / gangguan hati,

e) Kerusakan saraf otak dan jaringan. 12.Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

Sejak pengolahan dan pengemasan di pabrik sampai makanan diangkut dan dipasarkan ke tingkat pengecer/pedagang atau langsung ke konsumen, harus dilakukan dengan cara baik dan benar. Sedangkan cara penanganan makananyang baik di rumah tangga meliputi


(34)

cara-20

cara : mempersiapkan, menyimpan, mencuci, mengolah/memasak, menyimpan makanan matang, yang baik dan benar.

Dengan penyelenggaraan seperti tersebut di atas makanan akan terhindar dari kemungkinan tercemar kuman-kuman dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan manusia. Menurut ilmu gizi, makanan

yang man harus pula memenuhi syarat “wholesome”. Artinya, zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya, ikan dijadikan tepung, dll).

Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warana makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya, makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi, meskipun harganya sangat murah. Tanda lain dari makanan yang tidak memenuhi syarat aman, adalah bila dalam pengolahanya ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhomadin B dan methanol yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar. Oleh karena itu, produsen jajanan pasar perlu diberi penyuluhan.

13.Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan ukuran bahan-bahanyang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting lain. Air minum dalam kemasan, yang banyak beredar di pasaran, telah diproses seuai dengan ketentuan pemerintah dan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada label. Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan mengggunakan makanan


(35)

tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen. Beberpa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara lain : a. MD = makanan yang dibuat di dalam negeri

b. ML = makanan luar negeri (import)

c. Exp = tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi

d. SNI = Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan

e. SP = Sertifikat Penyuluhan

II.2 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 kerangka konsep

Kurang 40< 55% Buruk

< 40 %

Santri Remaja Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis

Jawa Barat

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Gizi

Cukup 56-75 %

Baik 76-100 % Umur

Intelegensi Lingkungan Sosial budaya Pendidikan

Informasi Pengalaman

Faktor yang mempengaruhi


(36)

22

II.3 Definisi operasional

Tabel 2.3 Definisi operasional

N o.

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1 Pengetahuan kepandaian

yang dimiliki

oleh santri

tentang zat

pokok yang

diperlukan bagi pertumbuhan

dan kesehatan

badan.

wawancara kuesioner Nominal Total skor 28

a. Baik: jika

jawaban yang

benar > 76%. b. Cukup: jika

jawaban yang

benar 56-75%. c. Kurang: jika

jawaban yang

benar <55%.

d. buruk: jika

jawaban yang

benar <40%.

2 Gizi Ikatan kimia

yang diperlukan

tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,

membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan

Wawancara Kuesioner Nominal 0 jika jawaban

salah

1 jika jawaban benar

3. Klasifikasi zat gizi

Pengelompokan zat gizi secara garis besar yaitu : karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak dan air.

Wawancara Kuesioner Nominal 0 jika jawaban

salah

1 jika jawaban benar

4. Fungsi zat gizi bagi tubuh

Fungsi yang dimiliki zat gizi terhadap tubuh yaitu sebagai zat pembakar, zat pembangun, dan zat pengatur.

wawancara Kuesioner Nominal 0 Jika

jawaban salah

1 Jika

jawaban benar

5. Faktor-faktor yang menyebabka n gangguan gizi terhadap fungsi tubuh Semua faktor yang mungkin dapat menyebabkan gangguan gizi terhadap fungsi tubuh dalam hal ini terdiri dari faktor primer (jika

kelainannya ada

Wawancara Kuesioner Nominal 0 jika jawaban

salah

1 jika jawaban benar


(37)

pada makanan) dan faktor sekunder (jika kelainnanya ada pada saluran pencernaan).

6. Pedoman

umum gizi seimbang Pedoman yang digunakan secara nasional sebagai sarana untuk memenuhi kebetuhan gizi secara seimbang. Pedoman umum gizi seimbang terdiri atas 13 pesan.

Wawancara Kuesioner Nominal 0 Jika

jawaban salah

1 Jika

jawaban benar

7 Umur Lamanya hidup

responden yang dihitung dalam tahun sejak lahir sampai saat penelitian berlangsung

Wawancara Kuesioner Rasio 1.9-15 tahun

2.15-19 tahun

8 Pendidikan Pendidikan

formal tertinggi yang pernah ditamatkan oleh responden

Wawancara Kuesioner Ordinal 1.SMP atau yang

sederajat

2.SMA atau yang

sederajat


(38)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif.

III.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat pada bulan Agustus 2010.

III.3 Populasi dan sampel

III. 3. 1. Karakteristik populasi

Populasi yang diteliti adalah santri remaja pondok pesantren alhasan Ciamis Jawa Barat tahun 2010 umur 10-19 tahun.

Jumlah populasi Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat. Kelas Ibtida (pemula/ santri yang sekolah di tingkat SMP) : 146 Kelas Tsanawi (santri yang sekolah ditingkat SMA) : 207 Kelas Takhosus (santri yang tidak sekolah/setingkat mahasiswa): 36

Jumlah total populasi : 389 III. 3. 2. Jumlah sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus estimasi dengan presisi mutlak yaitu :

n = 1.962 x 0.5 (1 - 0.5) = 96,04 (0.1)2

n = 96

2 2 / 1 2

) 1 (

d

P P Z


(39)

Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan yaitu sebesar 96 responden.

Keterangan :

n = Jumlah sampel

P = Perkiraan proporsi di populasi sebesar 50%, karena tidak diketahui proporsi yang sebenarnya. (Eko Budiarto, 2003) d = Presisi mutlak sebesar 10%

Z 1-/2 = 1.96 (tingkat kepercayaan yang dinginkan 95%)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa besar sampel minimal untuk penelitian ini yaitu 96 responden. Namun peneliti menambahkan responden sebesar 16% untuk mengurangi bias. Sehingga jumlah total sampel yang diambil yaitu 115 orang santri, yang terdiri dari 60 santri tsanawi dan 55 santri ibtida.

III. 3. 3. Cara pengambilan sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling.

Semua santri remaja Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelas masing-masing, kemudian dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

III. 3. 4. Kriteria sampel

III.3.4.1 Faktor Inklusi

 Semua santri yang tercatat di Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat tahun 2010.

 Santri yang memiliki usia 10-19 tahun.  Santri yang bersedia menjadi responden. III.3.4.2 Faktor Eksklusi

 Santri yang memiliki usia kurang dari 10 tahun.  Santri yang memiliki usia labih dari 19 tahun.  Santri yang tidak bersedia menjadi responden.


(40)

26

III.4 Managemen data

III. 4. 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data langsung dilaksanakan oleh peneliti setelah santri mengisi informed consent dan kuesioner penelitian.

III. 4. 2. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dalam bentuk tabel dan kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 17.0 for window. Langkah awal dimulai dengan editing, coding, data entry, dan dilanjutkan dengan tabulasi. Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap variabel yang diteliti, akan digunakan analisis univariat. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

III.7 Cara Kerja Penelitian

Gambar 3.1 Cara kerja penelitian Santri Remaja Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis

Responden Informed Consent

Inklusi Eksklusi

Kuesioner

Pengumpulan data


(41)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Demografi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri tentang gizi melalui kuesioner. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis.

Pondok pesantren Al-Hasan Ciamis terletak di jl. Jendral Ahmad Yani No.120 Dusun Bolenglang Desa kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Jawa Barat, yang merupakan pondok pesantren yang paling dekat dengan pusat kota Ciamis.

Pondok pesantren Al-Hasan Ciamis merupakan pondok pesantren salafiyah yang didalamnya santri putera dan puteri belajar kitab kuning (kitab-kitab karangan para ulama). Jumlah santri pondok pesantren tersebut sekitar 400 orang. Santeri yang belajar disana hampir 95 % merupakan siswa, baik di sekolah SMP, maupun disekolah SMA. Sehingga kegiatan di pesantren pun disesuaikan ddengan jadwal kegiatan di sekolah.

IV.2 Hasil dan Pembahasan Data Penelitian

IV.2.1. Sebaran responden berdasarkan umur

Dalam penelitian ini, umur responden dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan nilai median (15) untuk mempermudah dalam penelitian, yaitu remaja awal (9-15 tahun) dan remaja akhir (16-19 tahun). Adapun sebaran responden berdasarkan umur dapat dilihat lebih jelas pada tabel 4.1.


(42)

28

Tabel 4.1 Sebaran responden berdasarkan umur di pesantren alhasan tahun 2010

Umur Jumlah Persentase

remaja awal (9-15 tahun) 72 62.6

remaja akhir (15-19 tahun)

43 37.4

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini berada pada kelompok umur remaja awal (9-15 tahun), yaitu sebanyak 72 orang (62,6%).

IV.2.2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

Santri yang menjadi responden adalah santri putera sebanyak 51 orang dan santri puteri sebanyak 64 orang. Adapun sebarannya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin di pesantren alhasan tahun 2010

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 51 44.3

Perempuan 64 55.7

Total 115 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 64 orang (55,7%).

IV.2.3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan responden dikelompokkan menjadi 2 yaitu SMP dan SMA, hal ini karena sebagian besar santri pada tingkat pendidikan SMP dan SMA berada pada usia remaja. Adapun sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat lebih jelas pada tabel


(43)

4.3.

Tabel 4.3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di pesantren alhasan tahun 2010

Tingkat pendidikan

Jumlah Persentase

SMP 59 51.3

SMA 56 48.7

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden penelitian ini memiliki tingkat pendidikan SMP, yaitu sebanyak 59 orang (51,3%).

IV.2.4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan

Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan responden dikelompokkan menjadi 4 (Arikunto,1998), yaitu buruk (<40% jawaban benar), kurang (40-55% jawaban benar), cukup (56-75% jawaban benar), dan baik (76-100% jawaban benar). Adapun sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat lebih jelas pada tabel 4.3.

Tabel 4.4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase

Buruk 4 3.5

Kurang 18 15.7

Cukup 72 62.6

Baik 21 18.3

Total 115 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 115 responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang cukup terhadap gizi yaitu sebanyak


(44)

30

72 orang (62,6%).

IV.2.5 Sebaran responden berdasarkan umur dan tingkat pengetahuan

Singgih (1998), mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Tabel 4.5 Sebaran responden berdasarkan umur dan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010

Umur

Tingkat pengetahuan

TOTAL

Buruk Kurang Cukup Baik

n % n % n % n % n %

Remaja awal 3 4,2 15 20,8 45 62,5 9 12,5 72 100

Remaja akhir 1 2,3 3 7,0 27 62,8 12 27,9 43 100

Jumlah 4 3,5 18 15,7 72 62,6 21 18,3 115 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 72 responden yang berada pada kelompok umur remaja awal sebagian besar memiliki pengetahuan gizi cukup yaitu sebanyak 45 orang (62,5%). Begitu pula pada responden yang berada kelompok remaja akhir, dari 43 responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 27 orang (62,8%). Namun, dari tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak pada kelompok remaja akhir yaitu sebanyak 12 orang (27,9%).


(45)

IV.2.6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan

Berdasarkan jenis kelamin, responden dikelompokan menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan. Adapun sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuannya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010

Jenis kelamin

Tingkat pengetahuan

TOTAL

Buruk Kurang Cukup Baik

n % n % n % n % n %

Laki-laki 1 1,6 10 15,6 44 68,8 9 14,1 64 100

Perempuan 3 5,9 8 15,7 28 54,9 12 23,5 51 100

Jumlah 4 3,5 18 15,7 72 62,6 21 18,3 115 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 64 responden yang berada pada kelompok laki-laki sebagian besar memiliki pengetahuan gizi cukup yaitu sebanyak 44 orang (68,8%). Begitu pula pada responden yang berada kelompok perempuan, dari 51 responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 28 orang (54,9%). Namun, dari tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak pada kelompok perempuan yaitu sebanyak 12 orang (23,5%).

IV.2.7 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan


(46)

32

memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya.

Tabel 4.7 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi di pesantren alhasan tahun 2010

Tingkat pendidikan

Tingkat pengetahuan

TOTAL

Buruk Kurang Cukup Baik

n % n % n % n % n %

SMP 4 6,8 13 22,0 34 57,6 8 13,6 59 100

SMA 0 0 5 8,9 38 67,9 13 23,2 56 100

Jumlah 4 3,5 18 15,7 72 62,6 21 18,3 115 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 59 responden yang berada pada kelompok tingkat pendidikan SMP sebagian besar memiliki pengetahuan gizi cukup yaitu sebanyak 34 orang (57,6%). Begitu pula pada responden yang berada kelompok tingkat pendidikan SMA, dari 56 responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 38 orang (67,9%). Namun, dari tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (23,2%).


(47)

33

BAB V

RINGKASAN DAN SARAN

V.1. Ringkasan

Dari hasil pembahasan dapat diketahui bahwa dari 115 responden memiliki tingkat pengetahuan yang buruk terhadap gizi adalah 4 orang (3,5%), yang memiliki tingkat pengetahuan kurang terhadap gizi adalah 18 orang (15,7%), yang memiliki tingkat pengatahuan cukup terhadap gizi yaitu sebanyak 72 orang (62,6%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap gizi adalah 21 orang (18,3%).

Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat pada kelompok remaja akhir yaitu sebanyak 12 orang (27,9%). Namun, responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak pada kelompok perempuan yaitu sebanyak 12 orang (23,5%). Dan sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (23,2%).

V.2. Saran

Berdasarkan penelitian di atas, maka peneliti memberikan saran yang ditujukan kepada :

a) Pengurus Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat

a. Perlu diadakan penyuluhan tentang gizi dan hal-hal yang terkait dengan pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari secara berkala b. Memberikan perhatian lebih untuk santri yang kurang peduli terhadap

pentingnya gizi.


(48)

34

b) Santri Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat

a. Perlu meningkatkan pengetahuan terhadap gizi dengan mencari informasi melalui media informasi.

b. Perlu meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya gizi untuk tubuh. c) Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait

dengan tingkat pengetahuan santri terhadap gizi agar melakukan pendekatan terhadap responden terlebih dahulu agar tidak terjadi kurangnya kepedulian santri terhadap pentingnya gizi sehingga ketika diberikan kuesioner, mereka mengisi data sekedarnya saja, akibatnya akan timbul bias pada hasil penelitian.


(49)

35

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, h. 1-13.296-308

Budiarto,E. METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN : sebuah pengantar. EGC, Jakarta, 2003, h.28-56

Departemen Kesehatan (Depkes) . Pedoman Umum Gizi Seimbang. [diakses pada tanggal 22 Juli 2010]. Diunduh dari :

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/DEPKES/pedum_gizi-seimbang.pdf

Departemen Kesehatan (Depkes). Rencana Pembangunan Jngka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025.[diakses pada tanggal 20 Januari 2010]. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/downloads/newdownloads/RPJPK%202005_2025.pdf Fatmanisa (2005). Korelasi Antara Asupan Makanan, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan Dengan Status Gizi Di Pesantren X Yogyakarta. [diakses pada tanggal 10 januari 2010]. Diunduh dari: www.fatmanisa.wordpres.com

Grosvenor. Nutrition From Sceince Life.Hasan. Harcourt College Publisher. Philadelphia.2002.p:1-7

M,T. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia.cetakan:5 Lantabora Press. Jakarta.2005 h:291-2

Hartono Andri. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Ed. 2. Editor: Monica Ester. EGC, Jakarta, 2006 h: 15.

Hidayat, Ajiz A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2008, h.44-7.60-7.

KEPMENKES RI Nomor: 747/Menkes/SK/VI/2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga. [diakses pada tanggal 16 Desember 2009). Diunduh dari: http://www.gizi.net/kadarzi/ped%20ops%20Kadarzi.pdf


(50)

36

Munawaroh, L. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan,2006.ABSTRAK. [diakses pada tanggal 22 Juli 2010] Diunduh dari:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0116.dir/doc.pdf Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta,

2003, h. 13.

PATH (UNFPA). Kesehatan reproduksi remaja: membangun perubahan yang bermakna. C1998. [diakses pada tanggal 4 April 2009]. Diunduh dari : http://www.path.org/outlook/kesehatan_reproduksi_remaja.pdf.

Supariasa, Bakri. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2001, h.8.

Taufik, M Prinsip –Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. CV. Infomedika, Jakarta, 2007, h.34


(51)

37

(INFORMED CONSENT) Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ………

Umur : ……… tahun

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI REMAJA TERHADAP GIZI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN CIAMIS JAWA

BARAT TAHUN 2010

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Ciamis, 2010

Mengetahui Yang menyetujui

Penanggung jawab penelitian Peserta


(52)

38

Lampiran 2 KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN

SANTRI REMAJA TERHADAP GIZI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN CIAMIS JAWA BARAT TAHUN 2010

Definisi Gizi

1. Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan adalah pengertian dari...

a. Gizi b. Makanan c. Pangan

2. Bahan selain obat yang mengandung ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh, adalah pengertian dari...

a. Gizi b. Makanan c. Pangan

3. Istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan adalah pengertian dari...

a. Gizi b. Makanan c. Pangan

Pengelompokan / Klasifikasi Zat Gizi

4. Secara garis besar zat gizi dikelompokan menjadi 6 kelas utama. Di bawah

ini yang termasuk kelompok utama tersebut adalah….

a. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air b. Padi-padian, lemak, protein, vitamin, sayuran dan air c. Karbohidrat, ubi-ubian, protein, air, ikan, dan sayuran

5. Zat gizi yang dibutuhkan tubuh, tetapi tubuh tidak dapat membentuknya atau tubuh tidak mampu membentuknya dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhannya disebut..

a. Zat gizi esensial b. Zat gizi non esensial c. Bukan salah satu di atas

Fungsi Zat Gizi Bagi Tubuh

6. Di bawah ini yang BUKAN merupakan fungsi zat gizi bagi tubuh manusia

adalah sebagai berikut…


(53)

b. Mengatur proses tubuh (zat pengatur)

c. Menghambat pertumbuhan tubuh (zat penghambat)

7. Di bawah ini yang merupakan fungsi zat gizi bagi tubuh manusia adalah… a. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) b. Menghambat pertumbuhan tubuh (zat penghambat)

c. Memperlambat pembentukan energi / tenaga

8. Karbohidrat, lemak dan protein memiliki ikatan kimia yang dapat dibakar untuk menghasilkan energi (tenaga), ketiga zat gizi tersebut dinamakan sebagai...

a. Zat pembakar b. Zat pembangun c. Zat pengatur

9. Protein, mineral, dan vitamin memiliki fungsi bagi tubuh sebagai... a. Zat pembakar

b. Zat pembangun c. Zat pengatur

10.Protein, mineral dan air diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Sehingga ketiga jenis zat gizi ini disebut sebagai..

a. Zat pembakar b. Zat pembangun c. Zat pengatur

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh

11.Ganguan gizi adalah kondisi jika seseorang mengalami… a. Kekurangan zat gizi

b. Kelebihan zat gizi c. a dan b benar

12.Ganguan gizi dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu : a. Faktor primer dan faktor sekunder

b. Faktor luar (ekstrinsik) dan faktor dalam (intrinsik) c. Bukan salah satu di atas

13.Bila susunan makanan salah dalam kuantitas (jumlah) dan atau kualitas (mutu) yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan dan kebiasaan

makan yang salah, maka termasuk kesalahan dari… a. Faktor primer

b. Faktor sekunder

c. Faktor luar

14.Semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya gigi-geligi yang tidak baik atau adanya kelainan pada saluran pencernaan disebut sebagai..


(54)

40

b. Faktor sekunder

c. Faktor dalam

Akibat Gizi Kurang Dan Gizi Lebih Pada Proses Tubuh

15.Kurang gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses berikut ini…

a. Pertumbuhan

b. Perkembangan struktur dan fungsi otak

c. Benar semua

16.Kurang gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses berikut ini, KECUALI…. a. Produksi tenaga

b. Istirahat c. Perilaku

17.Kurang gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses berikut ini…

a. Pertahanan tubuh b. Penglihatan c. Pendengaran

18.Gizi lebih dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi (tenaga) yang dikonsumsi disimpan dalam bentuk…

a. Lemak

b. Protein

c. Karbohidrat

19.Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai

penyakit berikut ini, yaitu…

a. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

b. Penyakit jantung koroner

c. Benar semua

Pedoman Umum Gizi Seimbang

20.Bagaimanakah makanan yang baik untuk kesehatan ? a. Makanan dengan gizi lebih

b. Makanan dengan kadar gizi seimbang c. Makanan dengan kadar protein tinggi


(55)

21.Ada berapakah jumlah pesan yang disampaikan dalam pedoman umum gizi seimbang?

a. 1 b. 13 c. 7

22.Manakah yang TIDAK termasuk dalam pesan gizi seimbang? a. Makanlah aneka ragam makanan

b. Makanlah makanan dengan kadar energi tinggi

c. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi 23.Manakah yang TIDAK termasuk dalam pesan gizi seimbang?

a. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energy

b. Makanlah makanan sumber zat besi

c. Makanlah makanan yang berkolesterol tinggi 24.Manakah yang termasuk dalam pesan gizi seimbang?

a. Biasakan makan pagi

b. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya c. Benar semua

25.Manakah yang TIDAK termasuk dalam pesan gizi seimbang? a. Lakukan aktivitas fisik secara teratur

b. Makanlah makanan yang masih mentah (belum di masak) c. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

26.Manakah yang termasuk dalam pesan gizi seimbang?

a. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy

b. Bacalah label pada makanan yang dikemas c. A dan B benar

27.Manakah yang TIDAK termasuk dalam pesan gizi seimbang?

a. Berikan ASI saja pada bayi sampai 9 bulan dan tambahkan MP – ASI (makanan pendamping ASI) sesudahnya

b. Hindari minuman beralkohol c. Gunakan garam beryodium


(56)

42

28.Manakah yang termasuk dalam pesan gizi seimbang? a. Istirahat secara teratur

b. Berikan ASI saja pada bayi sampai 4 bulan dan tambahkan MP – ASI (makanan pendamping ASI) sesudahnya


(57)

Lampiran 3 JAWABAN KUESIONER

I.PENGETAHUAN RESPONDEN

Pertanyaan no. Jawaban yang diharapkan Skor Jika jawaban

1. A 1 A (Benar)

0 B, C (Salah)

2. B 1 B (Benar)

0 A,C (Salah)

3. C 1 C (Benar)

0 A,B (Salah)

4. A 1 A (Benar)

0 B, C (Salah)

5. A 1 A (Benar)

0 B,C (Salah)

6. C 1 C (Benar)

0 A,B (Salah)

7. A 1 A (Benar)

0 B,C (Salah)

8. A 1 A (Benar)

0 B,C (Salah)

9. B 1 B (Benar)

0 A,B (Salah)

10. C 1 C (Benar)

0 A,B (Salah)

11. C 1 C (Benar)

0 A,B (Salah)

12. A 1 A (Benar)

0 B,C (Salah)

13. A 1 A (Benar)

0 B,C (Salah)

14. B 1 B (Benar)

0 A,C (Salah)

15. C 1 A (Benar)

0 A (Salah)

16. B 1 B (Benar)

0 A,C (Salah)

17. A 1 A (Benar)

0 A (Salah)

18. A 1 A (Benar)

0 B,C (Salah)

19. C 1 C (Benar)

0 A,B (Salah)

20. B 1 B (Benar)


(58)

44

21. B 1 B (Benar)

0 A,C (Salah)

22. B 1 B (Benar)

0 A,C (Salah)

23. C 1 C (Benar)

0 A,B (Salah)

24. C 1 C (Benar)

0 A,B (Salah)

25. B 1 B (Benar)

0 A,C (Salah)

26. C 1 C (Benar)

0 A,B (Salah)

27. A 1 A (Benar)

0 B,C (Salah)

28. B 1 B (Benar)

0 A,C (Salah)


(59)

Lampiran 4 DATA IDENTITAS RESPONDEN

No. Nama Umur (tahun) Tingkat pendidikan Jenis kelamin Skor Total Tingkat pengetahuan

1. MS 16 2 SMA L 19 Cukup

2. SKH 17 2 SMA L 19 Cukup

3. GS 17 2 SMA L 18 Cukup

4. OH 16 2 SMA L 19 Cukup

5. AN 17 2 SMA L 17 Cukup

6. FRF 17 2 SMA L 23 Baik

7. AFI 16 2 SMA L 19 Cukup

8. AFH 16 2 SMA L 19 Cukup

9. DS 17 2 SMA L 20 Cukup

10. AH 16 1 SMA L 18 Cukup

11. SLH 15 1 SMA L 13 Kurang

12. HNS 16 1 SMA L 21 Baik

13. RFR 16 1 SMA L 15 Kurang

14. AS 14 1 SMA L 15 Kurang

15. JY 15 1 SMA L 23 Baik

16. JYH 15 1 SMA L 18 Cukup

17. AM 16 1 SMA L 20 Cukup

18. HAA 15 1 SMA L 21 Cukup

19. EU 16 1 SMA L 20 Cukup

20. DH 18 3 SMA L 21 Cukup

21. DP 17 3 SMA L 23 Baik

22. AM 17 3 SMA L 22 Baik

23. AA 18 3 SMA L 22 Baik

24. UNKH 17 3 SMA L 20 Cukup

25. AMAN 17 3 SMA L 18 Cukup

26. MMA 13 3 SMP P 21 Cukup

27. ASG 18 3 SMA L 22 Baik

28. JFD 17 3 SMA L 22 Baik

29. CCH 18 3 SMP L 22 Baik

30. ANY 14 2 SMP L 15 Kurang

31. FAR 14 2 SMP L 17 Cukup

32. DSA 14 1 SMP L 19 Cukup

33. TLS 13 2 SMP L 18 Cukup

34. MRF 12 1 SMP L 10 Buruk

35. RMR 13 1 SMP L 16 Cukup

36. ARSY 14 2 SMP L 16 Cukup


(1)

(Sambungan) No. Nama Umur

(tahun) Tingkat pendidikan Jenis kelamin Skor Total Tingkat pengetahuan

78. NFLN 15 1 SMA P 17 Cukup

79. NRFD 15 1 SMA P 16 Cukup

80. INRT 14 1 SMA P 19 Cukup

81. YNA 15 1 SMA P 20 Cukup

82. NMHN 15 1 SMA P 20 Cukup

83. FZS 16 2 SMA P 18 Cukup

84. EHSN 17 2 SMA P 20 Cukup

85. YDFH 16 2 SMA P 16 Cukup

86. EMSR 15 1 SMA P 18 Cukup

87. FPM 15 1 SMA P 16 Cukup

88. NAA 13 2 SMP P 20 Cukup

89. RNML 15 1 SMA P 19 Cukup

90. STWS 13 1 SMP P 16 Cukup

91. ZSRH 14 3 SMP P 18 Cukup

92. BLRN 13 2 SMP P 17 Cukup

93. RRJN 13 2 SMP P 22 Baik

94. DMFK 14 3 SMP P 16 Cukup

95. IWSU 12 1 SMP P 14 Kurang

96. RNSU 13 2 SMP P 15 Kurang

97. ARNF 14 2 SMP P 17 Cukup

98. HRAF 14 2 SMP P 19 Cukup

99. LSNW 14 2 SMP P 16 Cukup

100. RSFT 12 1 SMP P 17 Cukup

101. FNML 12 1 SMP P 21 Cukup

102. NVNA 12 1 SMP P 19 Cukup

103. ASFZ 12 1 SMP P 16 Cukup

104. MMDH 12 1 SMP P 17 Cukup

105. WWNF 14 3 SMP P 17 Cukup

106. PPMP 14 3 SMP P 15 Kurang

107. RHKH 14 3 SMP P 16 Cukup

108. SFRD 14 3 SMP P 13 Kurang

109. RIMY 14 3 SMP P 18 Cukup

110. SRHP 12 2 SMP P 16 Cukup

111. DRMD 11 1 SMP P 12 Kurang

112. BRPS 11 1 SMP P 20 Cukup

113. TSMF 12 1 SMP P 19 Cukup

114. FDNS 12 2 SMP P 14 Kurang


(2)

Lampiran 5 HASIL UJI STATISTIK

a) Karakteristik responden berdasarkan usia. umur_kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid remaja awal 72 62.6 62.6 62.6

remaja akhir 43 37.4 37.4 100.0

Total 115 100.0 100.0

b) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Statistics

jk

N Valid 115

Missing 0

Jk

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 51 44.3 44.3 44.3

P 64 55.7 55.7 100.0

Total 115 100.0 100.0

c) Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan T.DIDIK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMP 59 51.3 51.3 51.3

SMA 56 48.7 48.7 100.0


(3)

d) Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Tingkat Pengetahuan Gizi Populasi

Statistics k_rt

N Valid 115

Missing 0

Mean 2.9565

Std. Error of Mean .06464

Median 3.0000

Mode 3.00

Std. Deviation .69322

Variance .481

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 340.00

k_rt

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 4 3.5 3.5 3.5

kurang 18 15.7 15.7 19.1

Cukup 72 62.6 62.6 81.7

baik 21 18.3 18.3 100.0


(4)

e) Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia umur_kat * tahu_kat Crosstabulation

tahu_kat

Total buruk kurang cukup baik

umur_kat remaja awal Count 3 15 45 9 72

% within umur_kat

4.2% 20.8% 62.5% 12.5% 100.0%

remaja akhir Count 1 3 27 12 43

% within umur_kat

2.3% 7.0% 62.8% 27.9% 100.0%

Total Count 4 18 72 21 115

% within umur_kat

3.5% 15.7% 62.6% 18.3% 100.0% k_umur * tngkt Crosstabulation

< median = remaja awal >median = adalah remaja akhir


(5)

f) Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan J.klmn * tahu_kat Crosstabulation

tahu_kat

Total buruk kurang cukup baik

J.klmn Perempuan Count 1 10 44 9 64

% within J.klmn

1.6% 15.6% 68.8% 14.1% 100.0%

Laki-laki Count 3 8 28 12 51

% within J.klmn

5.9% 15.7% 54.9% 23.5% 100.0%

Total Count 4 18 72 21 115

% within J.klmn

3.5% 15.7% 62.6% 18.3% 100.0%

g) Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan

pnddkn * tngkt Crosstabulation tngkt

Total buruk kurang cukup baik

pnddkn SMA Count 1 7 36 12 56

% within

pnddkn 1.8% 12.5% 64.3% 21.4% 100.0%

SMP Count 3 11 31 8 53

% within

pnddkn 5.7% 20.8% 58.5% 15.1% 100.0%

Total Count 4 18 67 20 109

% within


(6)

Lampiran 6 RIWAYAT PENULIS

Identitas:

Nama : USEP SAEPUL IMAM

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat tanggal lahir : Brebes, 23 oktober 1988

Alamat : Kp. Banjarsari No. 13 RT 05/RW 02 Ds. Banjaran Kec. Salem, Brebes, Jawa Tengah. Kode pos: 52275 No. telepon : +6285 711 274 501

+6221 919 47710 E-mail : [email protected] Pendidikan:

 2007 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 2004 – 2007 : Madrasah ‘Aliyah Negeri 2 Ciamis

Pondok Pesantren Al-Hasan Ciamis Jawa Barat.

 2001 – 2004 : Madrasah Tsanawiyah As-Salam Salem


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Santri Terhadap Penyakit Skabies Di Pondok Pesantren Darularafah Raya

9 103 71

ENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER

0 4 11

KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI. Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory

2 20 106

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 1 13

CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA Culture Shock Santri Luar Jawa Di Lingkungan Pondok Pesantren Di Jawa(Studi Deskriptif Kualitatif Culture Shock Santri Etnis Luar Jawa dengan Santri Etnis Jawa di Pondok Pesantren Ting

0 5 11

PENDAHULUAN Culture Shock Santri Luar Jawa Di Lingkungan Pondok Pesantren Di Jawa(Studi Deskriptif Kualitatif Culture Shock Santri Etnis Luar Jawa dengan Santri Etnis Jawa di Pondok Pesantren Tingkat Aliyah Al Muayyad Mangkuyudan Solo).

0 3 35

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PADA PONDOK PESANTREN AL ZAYTUN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SANTRI DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

0 2 97

Analisis Potensi Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis dalam Rangka Pemberdayaan Pondok Pesantren di Jawa Barat.

0 1 32

CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS JAWA DI PONDOK PESANTREN TINGKAT ALIYAH AL MUAYYAD MANGKUYUDAN SOLO)

0 0 5

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL SANTRI (STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN AL-HASAN SALATIGA) - Test Repository

0 1 127