56
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Karakteristik Ibu Pasangan Usia Subur PUS dengan Pemeriksaan IVA
Hubungan karakteristik ibu pasangan usia subur PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan
dan umur pertama kali menikah dengan tindakan pemeriksaan IVA. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden berada pada kelompok umur 26-35 tahun
62 yang terdiri dari responden yang periksa IVA mayoritas berumur 31-35 tahun sebanyak 12 orang 34,3 dan minoritas berumur 20-25 tahun sebanyak 1 orang
2,9 sedangkan yang tidak periksa IVA mayoritas berumur 26-30 tahun sebanyak 22 orang 33,8 dan minoritas berumur 41-45 tahun sebanyak 4 orang 6,2. Hal
ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara responden yang periksa dan tidak periksa karena walaupun responden sudah berumur 26-30 tahun yang termasuk usia
dewasa namun banyak yang tidak melakukan pemeriksaan IVA. Padahal seseorang yang sudah mempunyai umur rata-rata antara 20-35 tahun berarti sudah dewasa dan
mengerti tentang perlunya pemeriksaan IVA untuk kesehatan reproduksi wanita. Pendidikan yang dimiliki responden lebih banyak tamat SMA yaitu sebanyak
55 orang 55,0 dan paling sedikit berpendidikan SD sebanyak 4 orang 4,0 dan SMP sebanyak 9 orang 9,0 yang terdiri dari responden yang periksa IVA lebih
banyak berpendidikan SMA yakni sebanyak 18 orang 51,4 dan yang tidak periksa IVA juga lebih banyak berpendidikan SMA sebanyak 37 orang 56,9. Hal ini
menunjukkan bahwasanya tidak ada perbedaan tingkat pendidikan antara yang
Universitas Sumatera Utara
57
periksa IVA dan yang tidak periksa IVA dengan tindakan pemeriksaan IVA. Walaupun memiliki pendidikan yang sama, namun hal tersebut tidak mempengaruhi
kesadaran dan keinginan ibu PUS dalam melakukan pemeriksaan IVA sebagai upaya deteksi kanker leher rahim.
Pekerjaan yang dimiliki responden kebanyakan sebagai ibu rumah tangga IRT sebesar 60,0 dan lebih sedikit sebagai PNS sebesar 6,0, yang terdiri dari
responden yang periksa IVA mayoritas memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 18 orang 51,4 dan minoritas mempunyai pekerjaan sebagai PNS sebanyak 2 orang
5,7, sedangkan yang tidak periksa IVA mayoritas memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 42 orang 64,6 dan minoritas mempunyai pekerjaan sebagai PNS
sebanyak 4 orang 6,2. Hal ini menunjukkan bahwasanya melalui pekerjaan, ibu PUS dapat memperoleh informasi yang bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan ibu tersebut, namun dalam hal ini pekerjaan lebih didominasi sebagai IRT yang kemungkinan informasi mengenai pemeriksaan IVA belum secara merata
diterima oleh mereka. Penghasilan yang dimiliki responden lebih banyak berpenghasilan 3.300.000
yaitu sebesar 74,0 dan lebih sedikit berpenghasilan 3.300.000 sebesar 26,0 yang terdiri dari responden yang periksa IVA mayoritas berpenghasilan 3.300.000
sebanyak 24 orang 68,6 dan minoritas berpenghasilan 3.300.000 sebanyak 11 orang 31,4 sedangkan yang tidak periksa IVA mayoritas berpenghasilan
3.300.000 sebanyak 50 orang 76,9 dan minoritas berpenghasilan 3.300.000 sebanyak 15 orang 23,1. Berdasarkan hal diatas, dapat kita lihat bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan mengenai penghasilan responden antara yang periksa IVA
Universitas Sumatera Utara
58
dengan yang tidak periksa IVA. Walaupun reponden memiliki penghasilan yang lebih tinggi namun banyak diantara mereka yang belum dan bahkan tidak mau melakukan
pemeriksaan IVA di puskesmas Padang Bulan. Umur pertama kali menikah responden lebih banyak pada rentang umur 16-24
tahun yakni sebanyak 59 orang 59,0 dan lebih sedikit pada umur 15 tahun sebanyak 2 orang 2,0 yang terdiri dari responden yang periksa IVA mayoritas
umur pertama kali menikah yakni usia 25 tahun sebanyak 18 orang 51,4 dan minoritas usia 15 tahun sebanyak 0 sedangkan yang tidak periksa IVA mayoritas
berusia 16-24 tahun sebanyak 42 orang 64,6 dan minoritas berusia 15 tahun sebanyak 2 orang 3,1. Berdasarkan hal diatas maka dapat diasumsikan umur
pertama kali menikah dapat mempengaruhi kesiapan diri responden dalam melakukan pemeriksaan IVA, semakin tinggi umur pertama kali menikah maka semakin dewasa
pula dalam berpikir. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda merupakan faktor resiko utama untuk terserang penyakit pada organ reproduksi.
Semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seks semakin besar resikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun Dalimartha, 1999
5.2 Pengetahuan Responden Terhadap Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2014
Pengetahuan responden adalah informasi atau hal yang diketahui responden tentang kanker serviks, faktor risiko timbulnya kanker serviks, penyebab kanker
Universitas Sumatera Utara
59
serviks, cara pencegahan dan pemeriksaan IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat baik waktu pemeriksaan, jarak dan biaya pemeriksaan serta hasil pemeriksaan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kategori tingkat pengetahuan pada responden yang periksa IVA, yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 orang
57,1, yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 6 orang 17,1 dan memiliki pengetahuan kurang sebanyak 9 orang 25,7 sedangkan yang tidak periksa IVA
dalam kategori berpengetahuan baik sebanyak 10 orang 15,4, berpengetahuan sedang sebanyak 12 orang 18,5 dan berpengetahuan kurang sebanyak 43 orang.
Dengan demikian dapat dilihat bahwasanya masih banyak responden yang kurang bahkan tidak mengetahui tentang pemeriksaan IVA dan kanker serviks. Dari yang
tidak periksa IVA terlihat bahwa kesadaran responden untuk periksa IVA masih rendah, hal ini diakibatkan oleh pengetahuan mereka mengenai pemeriksaan IVA
juga masih kurang, seperti hasil wawancara penulis dengan responden bahwa mereka malu dan takut untuk memeriksakan diri karena mereka tidak siap menerima jika
hasilnya mereka positif menderita penyakit kanker serviks. Dilihat dari jawaban pengetahuan pada responden yang periksa IVA maupun
yang tidak periksa hampir seluruhnya mengerti tentang kanker leher rahim, untuk lokasi kanker leher rahim yang periksa IVA lebih banyak mengetahui letaknya
dengan benar sedangkan yang tidak periksa IVA terlihat masih ada yang menjawab salah bahkan banyak diantara mereka yang tidak mengetahuinya. Pengetahuan
tentang faktor risiko kanker leher rahim seperti diketahui responden yang periksa IVA hampir seluruhnya menjawab dengan benar namun yang tidak periksa IVA
separuh diantaranya menjawab salah dan tidak mengetahui faktor risiko terjadinya
Universitas Sumatera Utara
60
kanker leher rahim padahal berganti-ganti pasangan seksual merupakan faktor pemicu terjadinya kanker leher rahim. Seperti yang dikemukakan Aulia 2012 wanita dengan
banyak pasangan seksual memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker leher rahim daripada wanita dengan satu pasangan tetap. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat,
sanitasi yang buruk, sosial ekonomi yang rendah dan melahirkan banyak anak dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim.
Pengetahuan responden tentang gejala awal kanker leher rahim lebih banyak diketahui oleh responden yang periksa IVA yakni sebanyak 25 orang 71,4,
sedangkan yang tidak periksa IVA lebih dari separuh responden yakni sebanyak 40 orang 61,6 menjawab salah dan tidak mengetahui hal tersebut. Menurut Adi D.
Tilong 2012 penting bagi wanita untuk mengetahui gejala-gejala kanker leher rahim, karena bagi sebagian orang, pada tahap awal penyakit kanker serviks tidak
menimbulkan gejala yang mudah diamati. Pada umumnya perubahan-perubahan yang terjadi pada sel sebelum menjadi kanker tidak menyebabkan rasa nyeri sehingga
diharapkan para wanita harus lebih tahu dan lebih teliti dalam mengenali hal tersebut. Pengetahuan responden berdasarkan jawaban tentang penyebab kanker leher
rahim di puskesmas Padang Bulan tahun 2014, responden yang periksa IVA menjawab benar sebanyak 28 orang 80,0 sedangkan yang tidak periksa IVA
kebanyakan responden menjawab salah dan tidak tahu yakni sebesar 50,8. Untuk pengetahuan mengenai cara pencegahan kanker leher rahim, responden yang periksa
IVA maupun yang tidak periksa IVA hampir seluruhnya tidak mengetahui tentang bagaimana cara pencegahan kanker leher rahim yakni sekitar 80 menjawab salah
dan tidak tahu. Hal ini berarti karena responden tidak mengetahui bagaimana cara
Universitas Sumatera Utara
61
pencegahan kanker leher rahim sehingga mereka tidak memiliki kesadaran, keinginan dan kemauan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Menurut Aulia 2012 untuk
melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap penyakit kanker leher rahim, seorang wanita yang aktif secara seksual sebaiknya melakukan pemeriksaan minimal
1 tahun sekali dan hal ini selalu dikaitkan dengan deteksi dini kanker leher rahim yang dapat dilakukan dengan metode IVA dan metode Pap Smear.
Pengetahuan responden tentang manfaat pemeriksaan IVA, responden yang periksa IVA lebih banyak menjawab benar sebanyak 27 orang 77,1, dan yang
tidak periksa IVA lebih banyak menjawab salah dan tidak tahu sebanyak 45 orang 69,3. Hal ini menunjukkan pengetahuan ibu PUS mengenai manfaat pemeriksaan
IVA masih rendah sehingga banyak dari mereka yang tidak mau melakukan pemeriksaan IVA, karena mereka beranggapan tidak perlu melakukan pemeriksaan
IVA jika tidak ada merasakan gejala dan keluhan. Pengetahuan responden yang periksa IVA maupun yang tidak periksa IVA
berdasarkan jawaban tentang siapa yang dapat melakukan pemeriksaan IVA, sebagian besar menjawab dengan benar namun sebagian lainnnya menjawab salah
dan tidak tahu. Kebanyakan dari mereka mengatakan dokter kandungandokter umum dan bidan. Dalam pelaksanaan program ini dibentuk team yang terdiri dari dokter,
bidan dan perawat yang terlatih bekerja sama dalam upaya menemukan secara dini lesi prakanker leher rahim.
Pengetahuan responden tentang efek samping pemeriksaan IVA, responden yang periksa IVA lebih banyak menjawab dengan benar sebesar 74,3 dan hanya
8,6 yang menjawab salah sedangkan yang tidak periksa IVA lebih banyak
Universitas Sumatera Utara
62
menjawab tidak tahu dan salah sebesar 80,0. Hal ini menunjukkan kurangnya informasi tentang kesehatan yang diterima oleh responden khususnya mengenai
pemeriksaan IVA baik itu dari petugas kesehatan maupun media cetak dan elektronik. Jika semakin banyak seseorang memperoleh informasi maka akan bertambah pula
pengetahuannya dan pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku. Hal ini sesuai dengan pendapat H.L Blum dikutip oleh Notoatmodjo 2003 bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku nyata tindakan seseorang.
Pengetahuan responden terhadap pemeriksaan IVA di puskesmas Padang Bulan berdasarkan berapa lama intervaljarak pemeriksaan IVA dan biaya
pemeriksaan IVA, responden yang periksa IVA lebih banyak menjawab benar dengan persentase 45 namun responden yang tidak periksa IVA lebih banyak menjawab
tidak tahu dengan persentase 50 . Hal tersebut diatas dapat dipahami bahwa dengan informasi yang diterima dengan baik akan menghasilkan pengetahuan yang
baik begitu sebaliknya akan terjadi ketidaktahuan dari responden. Jika responden tidak tahu maka tidak akan terbentuk keinginan dan kemauan responden untuk
melakukan pemeriksaan IVA. Pengetahuan responden terhadap pertanyaan tentang kapan harus menjalani
pemeriksaan IVA, responden yang periksa IVA maupun yang tidak periksa hampir sama mengatakan sebaiknya tidak dalam keadaan haid, sebagian kecil mengatakan
kapan saja dalam siklus menstruasi, pada masa kehamilan, nifas atau pasca keguguran dan mengatakan tidak tahu. Menurut responden yang memilih tes IVA dilakukan
tidak dalam keadaan haid, ini hanya untuk kenyamanan pada saat pemeriksaan saja,
Universitas Sumatera Utara
63
baik untuk responden maupun petugas. Dalam pemeriksaan IVA tidak ada keharusan dalam keadaan haid, tes IVA dapat dilakukan kapan saja dan dalam waktu apapun
FK UI, 2007. Pengetahuan responden atas pertanyaan jika ibu rutin periksa IVA akan
terhindar dari kanker leher rahim, responden yang periksa IVA dan yang tidak periksa IVA lebih banyak menjawab dengan benar namun hal tersebut tidak sesuai dengan
implementasinya tindakannya karena masih banyak diantara responden yang belum dan tidak mau melakukan pemeriksaan IVA.
Pengetahuan responden terhadap pemeriksaan IVA di puskesmas Padang Bulan berdasarkan jawaban tentang perlunya melakukan pemeriksaan IVA
berikutnya walaupun hasilnya negatif, responden yang periksa IVA lebih banyak menjawab benar yakni sebesar 71,4 sedangkan yang tidak periksa IVA lebih
banyak menjawab salah dan tidak tahu yaitu sebesar 59,5. Hal tersebut diatas dapat dimengerti bahwa dengan pengetahuan yang baik, maka responden menyatakan tetap
rutin melakukan pemeriksaan IVA walaupun hasilnya negatif, ini merupakan hal yang positif didalam upaya pencegahan dini penyakit kanker leher rahim. Banyaknya
responden yang menyatakan dengan benar bahwa pemeriksaan IVA tetap dilakukan walaupun hasilnya negatif, kemungkinan terjadi karena responden telah mendapatkan
informasi yang benar tentang deteksi dini penyakit kanker leher rahim. Pengetahuan responden tentang pertanyaan jika hasil pemeriksaan IVA positif
dan dapat segera diambil tindakan, responden yang periksa IVA kebanyakan menjawab dengan benar yakni dengan persentase 75, sedangkan yang tidak
periksa IVA lebih banyak menjawab salah dan tidak tahu yaitu dengan persentase
Universitas Sumatera Utara
64
60. Hal ini berarti menggambarkan sejauh mana pengetahuan responden tentang penyakit kanker leher rahim dan pemeriksaan IVA. Jika informasi belum tersalurkan
secara merata, maka pengetahuan responden juga akan rendah yang akhirnya berdampak pada ketidakikutsertaan responden dalam melakukan pemeriksaan IVA
sehingga cakupan tes IVA tidak terpenuhi sesuai target dan semakin tinggi pula angka kematian ibu PUS akibat penyakit kanker leher rahim yang tidak terdeteksi
sejak dini.
5.3 Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Tindakan Pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2014
Pengetahuan responden adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu pasangan usia subur PUS mengenai penyakit kanker leher rahim baik itu pengertian,
gejala, penyebab, faktor pemicu dan cara pencegahannya dan tentang pemeriksaan IVA yakni manfaat, waktu pemeriksaan, jarak dan biaya pemeriksaan serta hasil dari
pemeriksaan IVA. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa responden yang periksa IVA
mayoritas memiliki pengetahuan yang baik yakni sebanyak 20 orang 66,7, sedangkan yang tidak periksa IVA mayoritas memiliki pengetahuan kurang yakni
sebanyak 43 orang 82,7. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengetahuan yang baik maka seseorang akan melakukan suatu tindakan nyata. Pengetahuan yang baik
mengenai pemeriksaan IVA akan terlihat dari tindakan responden yang aktif untuk ikut serta dalam pemeriksaan IVA, sebaliknya dengan pengetahuan yang kurang
maka responden tidak akan mau melakukan pemeriksaan IVA. Karena perilaku
Universitas Sumatera Utara
65
seseorang dipengaruhi oleh banyak hal terutama kesadaran, kemauan dan pengetahuan.
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan uji chi square diketahui ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu pasangan usia subur PUS dengan
tindakan pemeriksaan IVA p=0,000 p0,05. Hal ini berarti meskipun banyak ibu PUS di wilayah kelurahan Padang Bulan yang sudah mengerti tentang penyakit
kanker leher rahim namun masih ada diantara mereka yang belum mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan IVA sebagai upaya deteksi dini penyakit kanker
leher rahim sehingga banyak responden 65 yang tidak mau melakukan pemeriksaan IVA.Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi, 2013 bahwa ibu yang
mempunyai pengetahuan baik cenderung melakukan pemeriksaan IVA daripada ibu yang mempunyai pengetahuan kurang.Penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Yuliwati, 2012 bahwa proporsi wanita WUS yang periksa IVA ditemukan lebih banyak pada WUS dengan pengetahuan baik sebanyak 37 66,7,
sedangkan proporsi WUS yang tidak periksa IVA lebih banyak ditemukan pada WUS yang berpengetahuan kurang sebanyak 105 67,3.
Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi ibu untuk tidak melekukan pemeriksaan IVA, yang mungkin karena kurang mendapat informasi. Pengetahuan
tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA dapat diperoleh dari petugas kesehatan termasuk kader kesehatan, media massa, media elektronik, juga dari keluarga
Rendahnya tingkat pengetahuan ibu PUS di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan banyak disebabkan karena kurangnya informasi. Hal ini karena kurangnya
sosialisasi dan promosi tentang pentingnya pemeriksaan IVA kepada masyarakat
Universitas Sumatera Utara
66
khususnya pada ibu PUS. Dalam pemahaman umum pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pamahaman yang dimiliki manusia tentang dunia
dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya Keraf, 2001. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Menurut Notoatmodjo
2003 Pengetahuan adalah merup akan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
5.4 Sikap Responden Terhadap Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2014.
Menurut Notoatmodjo 2013 sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa sikap responden terhadap pemeriksaan IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat di puskesmas Padang Bulan tahun 2014, responden yang
periksa IVA yang memiliki kategori sikap baik sebanyak 26 orang 74,3, yang memiliki sikap sedang sebanyak 7 orang 20,0 dan yang memiliki sikap kurang
sebanyak 2 orang 5,7. Sedangkan yang tidak periksa IVA dengan sikap kategori baik ada 26 orang 40,0, memiliki sikap sedang sebanyak 37 orang 56,9 dan
memiliki sikap kurang sebanyak 2 orang 3,1.
Universitas Sumatera Utara
67
Sikap responden tentang pentingnya pemeriksaan IVA secara dini sebagai upaya deteksi penyakit kanker leher rahim diperoleh hasil dari yang periksa IVA
hampir 90 menyetujui hal tersebut begitu juga dengan yang tidak periksa IVA 90 menyatakan kesetujuan terhadap pernyataan tersebut. Sikap responden yang
menyatakan setuju merupakan pernyataan yang baik, dikarenakan informasi yang diterima oleh responden berpengaruh terhadap sikap untuk melakukan pemeriksaan
IVA. Dengan sikap yang baik maka kemungkinan banyak responden yang akan bersedia melakukan pemeriksaan IVA
Sikap responden berdasarkan pernyataan jika ibu rutin melakukan pemeriksaan IVA, maka ibu akan terhindar dari kanker leher rahim diperoleh hasil
dari yang periksa IVA dan yang tidak periksa IVA lebih banyak menyatakan kesetujuan akan hal tersebut dengan persentase 85 dan hanya 5 yang menjawab
tidak setuju. Notoatmodjo 2007 mengemukakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek. Sikap responden tentang adanya gejala kanker leher rahim dan ibu akan
segera melakukan pemeriksaan IVA, responden yang periksa IVA dan yang tidak periksa IVA mengatakan bahwa mereka setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini
dapat terlihat dari jawaban responden yang hampir 80 menyatakan kesetujuan. Menurut Breckler 1984 dalam Azwar 2002, seseorang akan bersikap positif atau
negatif terhadap suatu objek tergantung penilaian individu, jika individu memiliki sikap yang positif maka sikap tersebut cenderung untuk memberikan suatu respon
terhadap suatu objek dalam bentuk perasaan memihak melalui suatu proses interaksi,
Universitas Sumatera Utara
68
dalam hal ini adalah sikap yang memihak terhadap pemeriksaan IVA. Dengan adanya rasa kesetujuan maka kemungkinan kedepannya responden akan mau turut serta
untuk melakukan pemeriksaan IVA. Sikap responden terhadap pemeriksaan IVA yakni tentang bahaya kanker
leher rahim dan pentingnya pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker leher rahim, ibu akan melakukan pemeriksaan secara rutin, 88,5 yang periksa IVA menyatakan
setuju dan hanya 8,5 yang tidak setuju sedangkan yang tidak periksa IVA sebesar 80,0 menyatakan setuju dan hanya 3 yang menjawab tidak setuju. Berdasarkan
hal diatas dapat kita lihat sikap responden yang periksa IVA lebih baik daripada yang tidak periksa IVA dan hal ini sejalan dengan tindakan responden yang mau
berkunjung ke puskesmas Padang Bulan untuk melakukan pemeriksaan IVA secara rutin.
Bila dilihat sikap responden tentang pemeriksaan IVA yang dilakukan pada bagian dalam kewanitaan dan ibu tidak merasa malu diperoleh hasil responden yang
periksa IVA mengatakan setuju dengan persentase sebesar 82,8 dan hanya 8,6 yang tidak setuju, sedangkan yang tidak periksa IVA 72,3 menyatakan
kesetujuannya dan sekitar 15,4 tidak setuju akan hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa banyak responden yang tidak malu untuk melakukan pemeriksaan IVA namun
hal tersebut tidak sesuai dengan tindakan responden itu sendiri karena lebih banyak responden yang tidak mau melakukan pemeriksaan IVA. Hal ini disebabkan oleh
berbagai alasan diantaranya sibuk bekerja, takut ketahuan penyakitnya dan informasi yang belum tersalurkan secara merata.
Universitas Sumatera Utara
69
Sikap responden tentang pemeriksaan IVA dilakukan setelah ada gejala-gejala kanker leher rahim, responden yang periksa IVA menyatakan tidak setuju sebesar
57,1 sedangkan yang tidak periksa IVA menyatakan tidak setuju sebesar 46,2. Hal ini berarti bahwa responden yang periksa IVA dan yang tidak periksa IVA sama-
sama menolak pernyataan tersebut karena pemeriksaan IVA harus rutin dilakukan meskipun wanita tersebut tidak mengalami adanya gejala ataupun keluhan apapun.
Setiap wanita yang sudah menikah harus mampu mengenali tanda dan gejala penyakit kanker leher rahim, pada umumnya perubahan-perubahan yang terjadi pada sel
sebelum menjadi kanker tidak menyebabkan rasa nyeri. Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya keputihan yang agak banyak dan terkadang terdapat
bercak perdarahan yang umumnya diabaikan oleh penderita. Tanda yang lebih klasik adalah adanya perdarahan yang berulang atau terjadinya perdarahan setelah
bersetubuh dengan pasangannya atau saat membersihkan vagina Rasjidi, 2010. Sikap responden terhadap pemeriksaan IVA, tidak setuju jika suami melarang
istri melakukan pemeriksaan IVA, pada responden yang periksa IVA sebanyak 54,3 dan yang tidak periksa IVA sebanyak 33,8. Hal ini terlihat dari pernyataan
responden bahwa ibu menyadari mempunyai hak untuk memutuskan secara bebas tanpa paksaan dalam memilih dan menentukan sebagai upaya menjaga dan
memelihara kesehatan dirinya terutama organ reproduksinya. Bila dilihat sikap responden tentang berganti-ganti pasangan seksual dan
wanita perokok tidak merupakan faktor pemicu terjadinya kanker leher rahim dan tidak perlu melakukan pemeriksaan IVA, responden yang periksa IVA dan yang tidak
periksa mayoritas menjawab tidak setuju dengan persentase hampir mencapai 50.
Universitas Sumatera Utara
70
Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik. Responden mengerti bahwa memiliki banyak pasangan seksual berisiko lebih tinggi
untuk menderita penyakit kanker leher rahim. Menurut Wahyu 2010 berganti-ganti pasangan seksual atau mitra seksual dan melakukan hubungan seksual sejak dini
dapat memicu terjadinya kanker leher rahim. Selain itu kebiasaan merokok juga merupakan pemicu terjadinya kanker leher rahim. Tembakau dapat merusak sistem
kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks. Zat nikotin yang dikandung tembakau mempunyai kecenderungan
mempengaruhi selaput lendir pada tubuh termasuk selaput lendir leher rahim sehingga membuatnya rentan terhadap sel-sel kanker Tilong, 2012.
Sikap responden tentang pemeriksaan IVA, yakni tentang ibu akan melakukan pemeriksaan IVA apabila ada program massal secara gratis, responden yang periksa
IVA menyatakan tidak setuju sebanyak 51,4 dan yang tidak periksa IVA menjawab tidak setuju sebanyak 52,3. Hal ini berarti responden telah mengerti bahwa untuk
melakukan pemeriksaan IVA tidak hanya pada saat ada program massal secara gratis namun apabila suatu saat diharuskan untuk membayar, mereka tetap mau untuk terus
melakukan pemeriksaan IVA secara rutin dan berkesinambungan. Dengan adanya pandangan yang demikian maka responden akan memiliki pengetahuan dan sikap
yang baik yang akan terwujud dalam suatu tindakan yang nyata yakni responden terus aktif untuk melakukan pemeriksaan IVA sebagai upaya deteksi penyakit kanker leher
rahim .
Universitas Sumatera Utara
71
5.5 Hubungan Sikap Responden dengan Tindakan Pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2014
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek tertentu. Campbell 1950 mendefinisikan bahwa sikap itu adalah
suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu Notoatmodjo, 2010. Berdasarkan penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti diperoleh
hasil responden yang periksa IVA mayoritas memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 26 orang 50,0, sedangkan yang tidak periksa IVA mayoritas memiliki sikap
sedang yakni sebanyak 37 orang 84,1. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden sudah baik namun hal tersebut tidak terwujud dalam tindakan nyata karena
dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 65 orang responden yang tidak mau melakukan pemeriksaan IVA dengan berbagai alasan diantaranya responden tidak
mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan IVA, sebagian yang lain mengatakan belum merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan IVA dan takut menerima bila
ternyata hasil pemeriksaan IVA positif. Sikap sangat berperan dalam suatu praktik. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman
masa lalu tetapi juga menentukan apakah seseorang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan
apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Sikap relatif lebih menetap,
Universitas Sumatera Utara
72
timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Dalam psikologi sikap merupakan
kecenderungan individu yang dapat ditentukan dari cara-cara berbuat Notoatmodjo, 2003.
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan uji chi square diketahui ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu pasangan usia subur PUS dengan
tindakan pemeriksaan IVA p=0,002 p0,05. Hal ini berarti walaupun ibu PUS di wilayah kelurahan Padang Bulan telah memiliki sikap baik tentang pemeriksaan IVA
namun masih banyak diantara mereka yang tidak dan belum pernah melakukan pemeriksaan IVA. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi, 2013 bahwa ibu yang
mempunyai sikap baik cenderung melakukan pemeriksaan IVA daripada ibu yang mempunyai sikap kurang. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ningsih,
2009 bahwa ibu yang mempunyai sikap baik lebih banyak melakukan pemeriksaan IVA 70,0, dibandingkan ibu yang tidak periksa IVA 54,5. Hal ini dikaitkan
dengan kesadaran dan kemauan responden yang masih rendah dan juga dikarenakan akses penyampaian informasi tentang pemeriksaan IVA belum merata pada
masyarakat khususnya ibu pasangan usia subur PUS di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan. Sikap yang baik belum tentu menghasilkan tindakan yang baik
pula. Mengacu dari hal tersebut bahwa sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau
menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Untuk terwujudnya sikap menjadi
Universitas Sumatera Utara
73
perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain sarana, prasarana dan fasilitas.
Sesuai dengan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan bahwa proporsi ibu PUS memiliki sikap baik dan sedang dengan pemeriksaan
IVA, maka dengan adanya peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan rutin maka diharapkan ibu PUS mau melakukan pemeriksaan IVA.
5.6 Tindakan Responden Tentang Pemeriksaan IVA.