Menurut Boediono 1985 dalam Darwanto dan Yustikasari 2007 menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per
kapita. Secara tradisional, pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk peningkatan yang berkelanjutan Produk Domestik Regional BrutoPDRB.
Berdasarkan hasil penelitian ini PDRB tidak mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap belanja modal. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Darwanto dan Yustikasari, 2007 dan mendukung penelitian Putro 2010 dan Priyo Hadi Adi 2006. Kemampuan daerah untuk menyediakan
sumber-sumber pendapatan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan potensi ekonomi daerah setempat menjadi bentuk-
bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan penerimaan daerah untuk membiayai pembangunan daerah tersebut.
2. Hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal.
Hasil pengujian hipotesis terhadap PAD memperoleh nilai t
hitung
= 6,489 lebih besar daripada t
tabel
2,539 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000
= 0,05. Oleh karena itu, H
2
diterima, artinya variabel PAD mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap belanja
modal. PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang harus terus menerus
dipacu pertumbuhannya. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi
daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. PAD dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat kemandirian suatu
daerah dalam mengelola keuangan daerahnya, makin tinggi rasio PAD
dibandingkan dengan total pendapatan makin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah. PAD selalu dihubungkan dengan kewenangan daerah untuk memungut
pajak daerah atau pungutan lainnya seperti retribusi, padahal pendapatan asli daerah juga dapat berasal dari sumber lain seperti, hasil pengelolaan
perusahaan daerah walaupun hasilnya yang relative kecil. Kusnandar dan Siswantoro, 2012
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa variabel PAD mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap belanja modal. Hal ini sejalan
dengan penelitian Darwanto dan Yustikasari, 2007, Harianto dan Adi, 2007 dan mendukung penelitian Putro, 2010.
3. Hubungan antara Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal.
Hasil pengujian hipotesis terhadap DAU memperoleh nilai t
hitung
= 7,434 lebih besar daripada t
tabel
2,539 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000
= 0,05. Oleh karena itu, H
3
diterima, artinya variabel DAU mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap belanja
modal. Pemerintah pusat mengharapkan dengan adanya desentralisasi fiskus
pemerintah daerah lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga tidak hanya mengandalkan DAU. Dengan
adanya transfer DAU dari pemerintah pusat maka daerah bisa lebih fokus untuk menggunakan PAD yang dimilikinya untuk membiaya belanja modal yang
menunjang tujuan pemerintah yaitu meningkatkan pelayanan publik. Putro, 2010.