Pola komunikasi organisasi forum komunikasi pemuda Indonesia

(1)

Skripsi

DiajukanUntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Abdillah Kamal NIM: 107051003562

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh : Abdillah Kamal NIM : 107051003562

Dibawah Bimbingan

Ade Rina Farida, M.Si NIP. 19770513 200701 2 018

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoloeh gelar strata 1 (S1) di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Agustus 2014


(5)

i

POLA KOMUNIKASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi juga dalam tataran komunikasi organisasi. Dimana dalam komunikasi organisasi itu terdapat komunikasi vertikal, horisontal serta komunikasi lintas saluran. Dengan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah Organisasi Kepemudaan yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan telah berdiri sejak 28 Oktober 2010 di Jakarta. Sebagai organisasi kepemudaan, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia merangkul para pemuda Indonesia dengan berbagai latar belakang mulai dari suku, tingkat pendidikan sampai kepada agama demi mencapai tujuan organisasi yaitu turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun sumberdaya kepemudaan Indonesia. Berdasarkan pemaparan, maka penelitian ini merumuskan pertanyaan bagaimana peran dan pola komuniskasi organisasi serta hambatannya?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran komunikasi organisasi dalam membentuk semangat kerja di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Metodologi penelitian yang digunakan adalah explanasi kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan kedudukan variable-variabel yang diteliti serta hubungan antar satu variable dengan variable yang lain. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, studi dokumen, observasi dan studi pustaka.

Teori yang digunakan adalah teori komunikasi organisasi Horrison dan Doerfel “Komunikasi adalah variable kunci yang memungkinkan untuk membangun hubungan dalam satu organisasi serta berinteraksi dan berbagi informasi”, dan hambatan komunikasi organisasi yang dirumuskan oleh Gibson Ivansevich, Donnelly.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan semangat kerja Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Adapun peran komunikasi organisasi terhadap semangat kerja Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah adanya rasa solidaritas dan kekeluargaan sehingga menghasilkan kenyamanan dalam bekerja. Timbulnya antusiasme dalam berorganisasi sehinga meningkatkan kinerja organisasi, adanya sikap disiplin yang sangat berpengaruh terhadap prestasi organisasi serta timbulnya sikap loyal sehingga antara organisasi dan anggotanya timbul rasa saling memiliki.


(6)

ii

Bismillahirrahmanirrahim…

Alhamdulillahirabbil’alamin, Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Meskipun banyak kendala-kendala di tengah perjalanan yang terkadang menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Dengan usaha dan kerja keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Komunikasi Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Dr. Suparto M.Ed, Ph.D selaku Pembantu Dekan I, Drs. Jumroni, M.Si selaku Pembantu Dekan II, Dr. H. Sunandar selaku Pembantu Dekan III, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Rahmat Baihaky, MA Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Ade Rina Farida, M.Si selaku Pembimbing Skripsi ini, yang telah sangat bijaksana, serta memberikan semangat dan masukan-masukan di


(7)

tengah-iii

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya yang tidak akan habis dimakan waktu. Jasa mereka tak terbayarkan.

6. Seluruh pengelola dan karyawan Perpustakaan Utama,Perpustakaan Dakwah dan karyawan fakultas dakwah dan komunikasi yang telah melayani dan meyiapkan fasilitas literatur, selama penulis belajar sampai bisa menyelesaikan studi di UIN Jakarta.

7. Kedua Orang Tua Saya tercinta, Drs. H. Nurcholis M.pd dan Almarhumah Dra. Hj. Asriati M.Hum, yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan ikhlas mengasuh mendidik serta senantiasa mendo’akan penulis, sehingga penulis bisa mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi, hingga selesai. Semoga selalu sehat dan tidak lelah menasihati serta mendo’akan anak-anaknya. Terkhusus kepada Almarhumah Mama tercinta, semoga kasih sayangmu yang luar biasa Allah tempatkan di tempat Terbaik-Nya.

8. Untuk kakak perempuan tersayang Nurul Kamilia yang telah mengisi hari-hari penulis.

9. Teman-teman terdekat yang selalu mendukung saya dalam keadaan apapun. 10.Kawan-kawan KPI A seperjuangan angkatan 2007 yang selalu memberi

motivasi dan semangat yang kuat kepada penulis, serta kawan-kawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(8)

iv

Pada kesempatan ini, Penulis mendo’akan semoga bantuan, dukungan, bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Akhirnya besar harapan penulis bahwa apa yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, 26 Agustus 2014


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... vii

BAB IPENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. PerumusanMasalah ... 3

C. TujuanPenelitian ... 3

D. MetodologiPenelitian ... 4

E. InstrumenPenelitian ... 9

F. Analisis Data... 10

G. AlurBerfikirAnalisisPenelitianKualitatif ... 10

H. SistematikaPenelitian ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komunikasi ... 15

B. Proses Komunikasi ... 17

C. HierarkiKomunikasi ... 18

D. Jenis-jenisKomunikasi ... 19

E. PengertianOrganisasi ... 24

F. PengertianKomunikasiOrganisasi ... 25

G. Hambatan-hambatanKomunikasiDalamOrganisasi ... 26

H. IndikatorKomunikasiOrganisasi ... 28

I. Media KomunikasiOrganisasi ... 29


(10)

vi

A. Latarbelakangdansejarahsingkatberdirinya Forum KomunikasiPemuda Indonesia ... 34 B. Kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ... 39

BAB IVPOLA KOMUNIKASI ORGANISASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA

A. Pelaksanaankomunikasiorganisasidanperankomunikasiorganisasipe ngurus Forum KomunikasiPemuda Indonesia ... 44 B. Faktorpendukungterjadinyakomunikasiorganisasi di Forum

KomunikasiPemuda Indonesia ... 55 C. Faktor Yang MenghambatTerjadinyaKomunikasiOrganisasi Di

Organisasi Forum KomunikasiPemuda Indonesia ... 59 D. Usaha-Usaha DalamMengatasiHambatanDalamBerkomunikasi Di

Organisasi Forum KomunikasiPemuda Indonesia ... 63

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran-saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN


(11)

vii

1. Bagan 1.1. (Daftar Nama Informan) ... 6

2. Bagan 1.2. (Model Analisa Interaktif) ... 8

3. Bagan 2.1 (Proses Komunikasi) ... 17

4. Bagan 3.1 (Stuktur DPP Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ... 40


(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, dipasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.

Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi juga dalam tataran komunikasi organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet dan berantakan.

Dengan demikian komunikasi dalam setiap organisasi mempunyai peranan sentral. Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai Organisasi Kepemudaan (OKP) yang terdaftar di Dirjend Kesatuan Bangsa dan Politik yang sudah berdiri sejak 28 Oktober 2010, mencoba menerapkan visi dan misinya bahwa membangun bangsa serta mngembangkan sumberdaya kepemudaan adalah segalanya1.

Sehingga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai organisasi yang bekerja secara baik, bersikap berjiwa nasionalisme dan yang mampu bekerja dengan benar dalam sebuah kerja tim. Karena itulah, sebagai organisasi Forum

1


(13)

Komunikasi Pemuda Indonesia memandang komunikasi organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam mencapai tujuan bersama.

Permasalahan-permasalahan yang lazim dihadapi organisasi pada umumnya adalah ketidakharmonisan hubungan antara atasan dan pengurus disebabkan antara lain karena kurangnya kepercayaan atasan terhadap pengurus atau sebaliknya, tidak adanya transparansi dalam pengambilan kebijakan, kurangnya ruang komunikasi yang tersedia dan lain sebagainya.

Forum Komunikasi Pemuda Indonesia menyadari arti pentingnya keberadaan komunikasi organisasi, karena komunikasi organisasi berperan dalam meningkatkan semangat kerja pengurus. Oleh karena itu, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia selalu berupaya agar komunikasi organisasi di organisasi ini selalu terjalin dengan baik. Karena pembentukan komunikasi organisasi yang baik dipandang oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai upaya untuk memberikan kepuasan kerja pengurusnya yang pada gilirannya dapat meningkatkan semangat kerja anggota organisasi. Terutama dalam melaksanakan tugas pokok yaitu memberikan yang terbaik untuk pemuda Indonesia di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.

Menurut pengamatan penulis, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia memiliki komunikasi organisasi yang cukup kondusif bagi kehidupan organisasi yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari hubungan komunikasi yang harmonis antara pimpinan dan pengurus begitu juga sebaliknya, dan komunikasi dengan sesama pengurus serta tersediannya forum komunikasi informasi bagi setiap anggota organisasi. Suasana kerja yang mementingkan komunikasi terbuka, penuh


(14)

kepercayaan dan tanggung jawab desentralisasi pengambilan keputusan antara pimpinan dan pengurus dan anggota, memperlancar arus komunikasi terutama berkenaan dengan tugas-tugas organisasi.

Berdasar dari pengamatan keadaan lingkungan di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah komunikasi organisasi yang ada di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia memberikan peranan yang penting bagi pengurus sehingga semangat kinerja yang timbul pada organisasi tersebut dapat terus meningkat, serta sejauh mana peranan komunikasi organisasi dalam meningkatkan semangat kinerja pengurus.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas peneliti merumuskan permasalahan yang dikaji yaitu :

1. “Bagaimana pola komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berperan penting bagi para pengurus sehingga meningkatkan semangat kerja pengurusnya”?

2. “Apa Faktor yang menghambat komunikasi organisasi dalam Forum Komunikasi Pemuda Indonesia”?

C. Tujuan Penelitian

Dari uraian yang dipaparkan diatas yang menjadi tujuan dari penelitian adalah: “ Untuk mengetahui peranan komunikasi organisasi terhadap semangat kerja pengurus di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia”.


(15)

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, Dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.2

Penelitian dengan pendekatan kualitatif berusaha untuk mempelajari suatu masalah dengan kerangka berfikir induktif, yaitu berusaha mendapatkan kesimpulan tentang suatu masalah yang sedang dipelajari berdasarkan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut. Informasi yang dikumpulkan lebih banyak berkaitan dengan realitas internal yang terletak dalam diri manusia (pendapat, keyakinan, nilai) dan dirumuskan secara interpretatif subyektif. Fenomena yang timbul dalam kehidupan masyarakat yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti merupakan data paling penting yang harus difahami dalam konteks interaksi antar manusia yang telah

2

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 213. Page 2


(16)

menimbulkan fenomena tersebut. Untuk memahami fenomena secara utuh dalam kaitan dengan konteksnya (holistic), maka peneliti kualitatif harus terjun sendiri sebagai instrumen dan sekaligus pengumpul data. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hubungan antara dua variabel. Yaitu sejauh mana variable satu mempengaruhi atau berpengaruh terhadap variabel lainnya.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia dengan pertimbangan alasan ekonomis dan fisik dimana lokasi tersebut mudah dijangkau, dan peneliti sudah mengetahui seluk beluk Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.

3. Subjek dan objek penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri yang akan melakukan observasi lapangan serta wawancara informan. Seangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.

4. Populasi dan sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisa penelitian yang ciri-cirinya dapat diduga, dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah Pengurusat Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dimana dalam hal ini peneliti akan memilih informan di dalam populasi yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang memiliki


(17)

kebenaran dan pengetahuan. Namun demikian informan yang dipilih dapat menunjukan informasi lain yang dipandang lebih tahu, maka pilihan akan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.

Berikut adalah daftar informan yang dimaksud :

No Nama Jabatan/Posisi

1 Ahmad Hafis, MM Ketua Umum 2 Danny Mamelas Sekertaris Jendral

3 Ismawati Anggota Bidang Pengabdian Masyarakat

4 Azhari Ketua Bidang Ekonomi dan Wirausaha

Bagan 1.1 Daftar nama informan 5. Sumber Data

Data yang diperoleh adalah dari studi kepustakaan dan wawancara pada pihak-pihak yang terkait. Studi kepustakaan meliputi artikel, makalah dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan dan memberi masukan data. 6. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah in-depth interview, dimana wawancara dilakukan dengan mengadakan pertemuan dan


(18)

perbincangan secara mendalam dengan informan dalam hal ini pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sesuai dengan kebutuhan peneliti tentang akan berkembang dari konsep semula. kejelasan yang diteliti. Wawancara dilakukan secara formal dan informal, dalam wawancara formal peneliti menggadakan interview guide yaitu teknik penggumpulan data dengan menyusun panduan wawancara yang disiapkan sebelumnya secara sistematis. Sedangkan wawancara informal sesuai dengan spontanitas pertanyaan yang mungkin perlu diajukan dalam suasana percakapan yang biasa dan wajar, baik melalui tatap muka langsung (face to face) ataupun dengan menggunakan pesawat telepon, sehingga dimungkinkan pertanyaan.

b. Studi Pustaka

Adalah data-data penunjang dan teori yang dapat diperoleh dari buku-buku, artikel, makalah yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.

c. Observasi

Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan. Fungsi pengamatan dalam penelitian ini adalah menjelaskan serta merinci gejala yang terjadi.

7. Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan adalah teknik analisa data model interaktif, dengan teknik ini setelah data terkumpul akan dilakukan analisa melalui tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan


(19)

kesimpulan. Masing-masing komponen dapat melihat kembali komponen yang lain sehingga data yang terkumpul akan benar-benar mewakili sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

Menurut Miles dan Hubberman model analisis interaktif dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1.2 Model analisa interaktif3 Sumber: Miles&Hubberman, 1992:20

Ketiga komponen tesebut diatas, yaitu reduksi data ; penyajian data dan penarikan kesimpulan / verifikai sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Untuk lebih jelas, masing-masing tahap dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut :

 Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan dan tentang cara

3

Hamid Patilima,Metode Penelitian Kualitatif,Alfabeta, Bandung, 2005; hal 100

Pengumpulan data

Reduksi data

Penarikan kesimpulan


(20)

pengumpulan data yang dipakai. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung dan merupakan bagian dari analisis.

 Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi disini termasuk didalamnya adalah matrik, skema, tabel dan jaringan kerja yang terkait dengan kegiatan penelitian. Dengan penyajian data peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan dapat mengerjakan sesuatu pada analisis data ataupun langkah-langkah lain berdasarkan pengertian tersebut.

 Penarikan kesimpulan/verifikasi, yaitu mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memakai konsep human instrument (manusia sebagai intrumen). Konsep ini dipahami sebagai alat yang mengungkap fakta-fakta lapangan karena tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkapkan data kualitatif kecuali peneliti sendiri. Locoln dan Guba menjelaskan bahwa manusia sebagai instrument pengumpul data memberikan


(21)

keuntungan, karena ia dapat bersikap fleksibel dan adatif, serta dapat menggunakan seluruh alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu.4

Oleh karena itu alat atau instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian.

F. Analisis Data

Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka analisis data dalam penelitian sudah dapat dilakukan semenjak data diperoleh dari lapangan. Agar data yang didapat tidak terkena bermacam-macam pengaruh, antara lain pikiran peneliti sehingga menjadi terpengaruh, karena apabila terlalu lama baru dianalisis dikhawatirkan data menjadi kadaluwarsa.

Dari analisis data dapat diperoleh tema dan rumusan hipotesis. Dan untuk menuju pada tema dan mendapatkan rumusan hipotesis, tentu saja peneliti harus berpatokan pada tujuan penelitian dan rumusan masalahnya.

G. Alur Berpikir Analisis Data Kualitatif

Sesuai dengan alur berpikir dan pola konstruksi berpikir kualitatif di atas dapat dijelaskan proses penelitian analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Peneliti

4


(22)

Penelitian analisis ini selalu dimulai dari peneliti, maksudnya sangat sarat dengan subjektivitas dan asumsi yang dibawa peneliti ke dalam penelitian.5 Semua berangkat dan bersumber dari peneliti. Berbeda dengan kuantitatif di mana semua penelitian sangat tergantung dari si obyek penelitian, biasanya diwakili dari responden dalam penelitian. b. Memahami Fenomena/Gejala

Perlu diketahui analisis data kualitatif semua berangkat dari intepretasi dan tanggapan peneliti terhadap fenomena atau gejala alam yang ada. Di sinilah akar penyebab mengapa analisis data kualitatif disebut subjektif. Hal ini disebabkan analisis sangat tergantung pada intepretasi dan lingkup pemahamanan peneliti terhadap sebuah fenomena atau gejala alam.

c. Intepretasi dan Analisis

Intepretasi dan analisis ini dikaitkan dengan upaya peneliti memahami tentang fenomena yang ada. Biasanya peneliti harus melihat pola kerja dan sistem yang berlaku dalam fenomena yang dikaji. Pada intepretasi ini tentu saja tidak dibatasi pada segala hal, semua fenomena yang ada dikaji dalam keperluan pemenuhan temuan-temuan yang ada. d. Temuan dan Uji Teoritik

Dalam memahami sebuah fenomena yang ada tentu saja peneliti diminta untuk memaparkan hasil temuan-temuan yang telah peneliti

5

Ilham Prisgunanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3: Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar – Universitas Mercu Buana), h. 5.


(23)

dapatkan di medan penelitian. Temuan-temuan ini dipaparkan dalam berbagai bentuk mulai dari hanya bernarasi tentang suatu fenomena, membuat model bahkan ada yang menguji teori. Oleh sebab itu gambaran yang menyebutkan bahwa analisis data kualitatif tidak bisa menguji sebuah teori adalah salah.6

e. Pencocokan Teori

Pada tahap ini adalah proses pencocokan dengan teori yang ada. Pada banyak literatur menyebutkan konteks ini sama dengan intepretasi data saja, namun tarikan-tarikan teoritik yang digunakan menjadi permasalahan. Pencocokan teori dilakukan untuk mengetahui apakah pendapat peneliti sama dengan orang lain terdahulu melihat keberadaan model dari temuan-temuan yang ada di lapangan.

f. Temuan-Temuan Baru

Pada tahap ini sebenarnya ingin dijelaskan adanya temuan-temuan baru yang tidak disebutkan dalam kajian-kajian literatur yang ada dalam penelitian. Adanya temuan menunjukkan keautentikan data dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Temuan-temuan yang ada bisa dalam bentuk berbagai macam, mulai dari model, pola atau kerja suatu fenomena yang ada.7

6

Ilham Prisgunanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3: Analisis Data Kualitatif, h. 6-7.

7


(24)

H. Sistematika Penelitian

Dalam laporan penelitian ini, peneliti akan menyusun laporan dengan kerangka penyusunan meliputi :

1. Bab pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, instrumen penelitian, teknik penentuan subjek, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data, analisis data, serta sistematika penelitian.

2. Kemudian pada bab ke dua, peneliti akan membahas tentang pengertian Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia, Komunikasi Organisasi, Peran Komunikasi, serta Organisasi. 3. Pada bab ke tiga, peneliti akan membahas tentang latar belakang

berdirinya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia serta profile dan peranannya.

4. Adapun dalam bab ke empat, setelah peneliti mengelaborasikan teori dan gambaran umum objek penelitian maka peneliti akan membahas tentang analisis terhadap peran Komunikasi Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.

5. Akhirnya peneliti merangkum penelitian skripsi ini pada bab penutup sebagai rangkaian akhir dari penelitian skripsi, tulisan ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Sebagai referensi


(25)

skripsi, peneliti menyajikan daftar pustaka yang menjadi rujukan dalam penelitian skripsi ini berikut lampiran-lampiran yang terkait.


(26)

15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Teori merupaan landasan yang mendasar sebagai acuan keilmuan dalam sebuah penelitian. Dari penelusuran pustaka diturunkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian yang merupakan kerangka atau konsep yang digunakan dalam penelitian.8 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pengertian sebagai kerangka teoritis meliputi:

A. Komunikasi

Komunikasi pengurus merupakan langkah yang menentukan bagi kesuksesan organisasi. Pimpinan yang baik didukung oleh anggota dan ditentukan oleh orang–orang yang kinerja dibawahnya serta ditentukan oleh keahlian dalam menciptakan suasana kerja yang dibutuhkan oleh pengurus. Koordinasi dan mediasi untuk melakukan semua itu adalah komunikasi. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Pengertian mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another”9

8

Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2007-2008, h. 428.

9

Stewaed L. Tubbs Silvia Moss, Teoris Of Human Comminications, Konteks-konteks komunikasi, PT. Remaja Rosadakarya, Bandung, 2001, hal; 164


(27)

(Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individuindividu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain).

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?10

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:

1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi.

2. Says What ? ( pesan ). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi.

10

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001; hal. 10


(28)

3. In Which Channel ? (saluran/media). Wahana / alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima).

4. To Whom ? ( untuk siapa/penerima ). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber.

5. With What Effect? ( dampak/efek ). Dampak/efek yang terjadi pada komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan dan lain-lain.

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

B. Proses komunikasi

Secara sederhana proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1. Proses komunikasi11

11

Ibid hal 5

Gangguan

Pengirim Pengunaan saluran untuk Penerima

penyampaian pesan


(29)

Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dimulai dengan pengiriman yang memiliki pikiran atau ide. Pikiran atau ide ini kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh pengirim atau penerima (encoding). Penyampaian ide ini dilakukan melalui saluran yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan. Dan penerima pesan harus siap menerima pesan agar pesan itu dapat diubah menjadi pikiran (decoding). Tapi tidak jarang komunikasi dipengaruhi oleh gangguan yaitu segala sesuatu yang menghambat komunikasi, sehingga untuk mengetahui effektifitas komunikasi, maka penting artinya umpan balik. Umpan balik ini menunjukan apakah telah terjadi perubahan individual atau organisasi sebagai hasil dari komunikasi.

C. Hierarki Komunikasi

Menurut Stephen W. Littlejohn dalam bukunya ”Teoris of Human Communication”12 , hierarki komunikasi dibagi atas:

1. Komunikasi Interpersonal (Komunikasi individu yang terjadi antar manusia dengan media tatap muka).

2. Komunikasi Kelompok (Proses komunikasi antar manusia dalam sebuah group atau kelompok kecil).

3. Komunikasi Organisasi (Proses komunikasi antara manusia yang terjadi dalam sebuah organissasi atau kelompok kerja).

12


(30)

4. Komunikasi Massa (Proses komunikasi yang melibatkan kelompok manusia yang melibatkan komunikasi iterpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi

D. Jenis-Jenis Komunikasi

Apabila dalam organisasi dikenal susunan dalam organisasi formal dan organisasi informal, maka dalam komunikasi juga dikenal komunikasi formal dan komunikasi informal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mitfah thoha, sebagai berikut :

”Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan fomal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi organisasi informal arus informasinya sesuai dengan kepentingan dankehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut”13.

Sedangkan Soekadi Ds memberikan pengertian komunikasi formal dan informal sebagai berikut :

1. Komunikasi formal adalah koomunikasi yang terjadi antara anggota orgainisasi yang secara tegas telah direncanakan dan tercantum didalam stuktur organisasi.

2. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diantara atas dasar kehendak dan hasrat pribadi.14

13

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 163

14

Soekadi Darso Wiyono, Peranan Komunikasi di Dalam Organisasi, Bumi Kentingan, Surakarta, 1996, hal 28


(31)

Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi formal ialah komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi secara formal dalam struktur organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diantara angggota diluar struktur organisasi. Proses hubungan komunikasi informal tidak mengikuti jalur struktural, sehingga bisa saja terjadi seseorang yang memilki struktur fomal berada dibawah berkomunikasi dengan seseorang ditingkat pimpinan. Struktur formal seperti yang dikemukakan diatas merupakan karakteristik dari komunikasi organisasi. Oleh karena itu membicarakan komunikasi organisasi secara implisit adalah membicarakan proses komunikasi dalam tataran struktur formal tersebut.

Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Komunikasi vertikal. Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah keatas. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Komunikasi vertikal dari atas ke bawah

Menurut Soehardiman Yuwono komunikasi vertikal ke bawah adalah

”Komuikasi yang diberikan oleh pimpinan kepada angggota organisasi dengan maksud untuk memberikan pengertian kepada anggota organisasi mengenai apa yang harus mereka kerjakan di dalam kedudukan mereka sebagai anggota organisasi”.15

15


(32)

Dari pendapat tersebut diketahui bahwa komunikasi vertikal ke bawah dimulai dari manajemen puncak sampai ke pengurus dan posisi terendah. Komunikasi dari atas kebawah dapat berupa komunikasi lisan dan tertulis. Komunikasi lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal, konferensi atau rapat dan kontak telepon. Sedangkan komunikasi tertulis antara lain dalam bentuk memo, surat kabar, majalah, kotak informasi, papan pengumuman, buku petunjuk pengurus dan buletin. b. Komunikasi vertikal dari bawah ke atas

Pengertian komunikasi ke atas menurut Soekardi Ds ialah “Kegiatan anggota untuk menyampaikan keterangan, ide, pendapat, dan pernyataan lain kepada pimpinan dengan maksud mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan pimpinan”.16

Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa komunikasi dari bawah ke atas diberikan oleh anggota kepada pimpinan dengan maksud memberikan keterangan maupun informasi yang dibutuhkan pimpinan agar dapat mempengaruhi tingkah laku dan perbuatannya.

2. Komunikasi horizontal. Dalam komunikasi horisontal berlangsung antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama yang berada dalam hierarki organisasi, akan tetapi melakukan kegiatan yang

16


(33)

berbeda-beda. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Djoko Purwanto, yaitu :

”Komunikasi horizontal atau yang biasa disebut komunikasi lateral adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang mempunyai posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi”.17

Sedangkan menurut Muh. Arni pengertian komunikasi horizontal atau mendatar ialah :

”Pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi”.18

Dari kedua penjabaran tersebut maka dapat tersebut maka dapat disimpulkan komunikasi horizontal adalah bahwa komunikasi yang dilakukan antar pejabat-pejabat atau anggota organisasi yang mempunyai kedudukan sederajat Komunikasi horizontal digunakan sebagai wahana untuk menyampaikan berbagai hal seperti informasi, nasehat dan saran sehingga berbagai satuan kerja dalam organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat, mempunyai persepsi yang sama tentang arah yang akan ditempuh serta langkah yang seirama dalam menghadapi berbagai masalah yang rumit. Bebeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya tidak formal.

3. Komunikasi eksternal atau komunikasi luar organisasi. Onong Uchjana Effendi mengemukakan bahwa

17

Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, Jakarta, 1997, hal 53

18


(34)

“Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak diluar organisasi”.19

Dengan kata lain komunikasi eksternal adalah komunikasi yang berlangsung antara organisasi dengan pihak masyarakat yang ada diluar organisasi. Komunikasi eksternal bertujuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat diluar organisasi, pelanggan dan pemerintah. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen, direktorat, jawatan dan pada organisasi-organisasi besar, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat (publik relation officer) daripada oleh pimpinan sendiri. Komunikasi yang dilakukan pimpinan hanya terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, misalnya perundingan ( negotiation ) yang menyangkut kebijakan organisasi. Hal lainnya dilakukan oleh kepala humas yang dalam kegiatan komunikasi eksternal merupakan tangan kanan pimpinan. Sedangkan menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan ada tiga model dalam komunikasi:

a. Model komunikasi linier (one-way traffic communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.

19


(35)

b. Model komunikasi interaksional (two-way traffic communication) Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.

c. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.20

E. Pengertian Organisasi

Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Pengertian lain dari organisasi adalah organisasi memiliki karakteristik tertentu yaaitu mempunyai struktur, tujuan saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.21

20

Stewaed L. Tubbs Silvia Moss, Op.Cit, hal 25

21


(36)

Dari definisi sederhana ini dapat ditemukan adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri, melainkan saling kait dan merupakan suatu kebulatan. Maka dalam pengertian organisasi digunakan sebutan sistem yang berarti kebulatan dari berbagai factor yang terikat oleh berbagai asas tertentu. Setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisai bekerja dengan semestinya dan tidak menganggu bagian lainya. Tanpa koordinasi akan menyulitkan organisasi itu untuk berfungsi dengan baik.

F. Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan proses yang penting dalam organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh Harrison & Doerfel, dikutip dalam jurnal internasional

“Communication is the key variable that allows interorganizational partners to facilitate mutual interaction, and information sharing and gathering”22

(Komunikasi adalah variable kunci yang memungkinkan seseorang untuk membangun hubungan dalam satu organisasi, serta berinteraksi dan berbagi informasi ).

Dengan kata lain komunikasi komunikasi merupakan jalan bagi organisasi untuk saling memahami satu sama lain dan mengkoordinasikan kegiatan mereka untuk mempertahankan hubungan yang lebih baik. Untuk itulah komunikasi sangat diperlukan dalam sebuah organisasi. Untuk memahami komunikasi

22

Harrison & Doerfel (2006) The Antecendent Consequences of Utilization in International Srtategic alliance. Journal of International Business Disciplines, 3( 1)


(37)

organisasi dan membedakan dengan jenis komunikasi yang lain, Arni Muhammad mengutip definisi komunikasi organisasi menurut Goldharber :

“Komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah”.23

Oleh karena itu, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, sebaliknya komunikasi yang tidak sehat dapat menyebabkan suatu organisasi macet dan tujuan yang ingin dicapai tidak optimal.

G. Hambatan-hambatan Komunikasi Dalam Organisasi

Gibson, ivansevich, donnelly dalam bukunya Organisasi dan Manajemen mengemukakan bahwa hambatan komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut24 :

1. Kerangka acuan

Seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda, maka dalam memahami proses komunikasinya pun akan berbeda, hal ini akan menghambat proses komunikasi.

2. Bahasa

Perbadaan bahasa berhubungan dengan adanya perbedaan persepsi karena seseorang akan membuat persepsi tentang sesuatu hal suatu informasi atau pesan dari orang ain yang menggunakan bahasa.

23

Ibid, hal 67

24


(38)

3. Menyimak selektif

Merupakan bentuk persepsi yang selektif dimana kita cenderung menghambat informasi baru, terutama jika informasi baru itu bertentangan dengan apa yang kita yakini.

4. Masalah semantik

Komuniksasi telah didefinisikan sebagai penyampaian informasi dan pengertian dengan mengunakan tanda yang sama. Seringkali komunikasi terhambat karena ungkapan abstrak atau teknis yang dipahami setiap orang berbeda.

5. Kredibilitas sumber

Perbedaan status yang dimaksudkan adalah perbedaan komunikasi dalam tingkat hierarki di suatu organisasi, antara lain oleh jabatan, kedudukan dan gelar seseorang.

6. Adanya perbedaan status

Perbedaan status yang dimaksudkan adalah perbedaan komunikasi dalam tingkat hierarki di satu organisasi, antara lain oleh jabatan, kedudukan dan gelar seseorang

7. Tekanan waktu

Dengan tekanan waktu ini menyababkan komunikasi yang dilakukan menjadi serampangan dan tergesa-gesa.


(39)

Beban komunikasi yang terlalu berat adalah keadaan yang sering dialami ketika seseorang terlalu banyak menerima informasi sehingga seolah-olah tertimbun informasi.

9. Penyaringan

Penyaringan ini biasanya terjadi dalam arus komunikasi disuatu organisasi. Anggota atau seseorang akan menutupi informasi yang kurang menyenangkan dalam menyampaikan informasi kepada atasannya.

H. Indikator Komunikasi Organisasi

Menurut Rosady Roslan, komunikasi dalam organisasi dikatakan efektif apabila :

1. Adanya keterbukaan manajemen organisasi terhadap para pengurus. 2. Saling menghormati atau saling menghargai satu sama lain, yaitu

antara pimpinan dan anggota demi tercapainya tujuan utama organisasi.

3. Adanya kesadaran dan pengakuan dari pihak perusashaan akan arti pentingnya suatu komunikasi timbal balik dengan para pengurusnya. 4. Adanya media komunikasi yang baik dalam organisasi.25

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa untuk mencapai komunikasi organisasi yang efektif manusia-manusia yang mempunyai kemapuan untuk berkomunikasi. Karena komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi ditentukan oleh

25


(40)

manusia yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Dalam hal ini dibutuhkan rasa keterbukaan dari pihak organisasi kepada pengurus, adanya rasa saling menghormati antar pengurus, adanya kesadaran akan pentingnya komunikasi dan ketersediannya media untuk berkomunikasi.

I. Media Komunikasi Organisasi

Menurut Drs.Ig Wursanto media komunikasi organisasi adalah:

“Media yang digunakan dalam komunikasi organisasi yang jangkauannya terbatas dalam kantor atau organisasi saja. Jenis yang dipergunakan tergantung pada bentuk atau jenis komunikasi, apakah secara langsung atau tidak. Media yang dipergunakan dalam komunikasi organisasi pada umumnya yaitu surat, telepon, pertemuan, wawancara dan kunjungan”.26

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa media atau sarana dalam komunikasi internal dapat melalui surat, pertemuan para pengurus, jaringan telepon, kegiatan wawancara dan mengadakan kunjungan. Semua media tersebut dipergunakan hanya dalam ruang lingkup organisasi dan organisasi.

J. Peranan Komunikasi Organisasi

Apabila komunikasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan organisasi diatur dan diselenggarakan secara baik, maka akan terwujud dampak–dampak positif seperti tersebut di bawah ini :

1. Timbulnya kemahiran dalam pelaksanaan pekerjaan karena keterangan-keterangan yang diperlukan untuk melaksanaan pekerjaan menjadi tersedia dan menjadi jelas pula hal-hal diharapkan dari suatu tanggung jawab. Efek kemahiran kerja itu juga diperoleh karena

26


(41)

komunikasi merupakan input yang mendorong cara berfikir yang kreatif

2. Timbulnya dorongan semangat kerja (kinerja) melalui komunikasi maka rasa ingin tahu yang kalau tidak tersalukan dapat mengurangi semanggat kerja tidak dapat dipenuhi. Dengan komunikasi dapat dipenuhi kebutuhan-kebutuhan personil dalam melaksanakan tugas-tugasnya, juga dapat dipahami mengapa mereka bekerja dan selanjutnya dapat didorong antusiasmenya.

3. Komunikasi merupaka alat yang utama bagi para personil untuk bekerja sama. Komunikasi membantu menyatukan organisasi dengan memungkinkan para personil mempengaruhi serta meniru satu dengan yang lainya.27

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Zohorul dalam jurnalnya :

The role of Organizational communication are mainly to inform employees about their task, policy and other organizational issues, and secondly to create community within organizazion. Communication reduce urcertainly, increase job security within organization.”28

(Peran komunikasi organisasi terutama untuk menginformasikan pengurus tentang tugas mereka, kebijakan,dan isu-isu organisasi lain, dan kedua untuk membuat komunitas di dalam organisasi . komunikasi mengurangi ketidakpastian, meningkatkan keamanan, kerja dalam organisasi)

27

Suhardiman Yuwono, op. Cit, hal 4

28

Zohurul (2009). Does Ob Matter On Organizational Change? Evidence From Depz, Bangladesh. Journal of South asian.


(42)

Dengan adanya dampak komunikasi yang positif seperti dampak di atas, maka jelaslah bahwa tidak terselenggaranya secara baik komunikasi akan berakibat memperlemah keseluruhan organissasi dalam menjalankan operasinya. Dari uraian diatas dapat pula diketahui bahwa komunikasi berperan dalam meningkatkan semangat kerja suatu organisasi. Maka dari itu dalam suatu organisaasi harus terjamin dengan baik penyelenggaraan komunikasi, baik di dalam lingkungan organisasi itu sendiri (intern) maupun dengan publik/masyarakiat (ekstern).


(43)

34

GAMBARAN UMUM FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA A. Latar belakang dan sejarah singkat berdirinya Forum Komunikasi

Pemuda Indonesia

Diawali dari sebuah diskusi kecil tentang problematika masyarakat terutama yang menyangkut usia muda dimana pemuda dan pemudi menjadi fokus pembicaraan karena permasalahan yang menyangkut mereka tidak ada habisnya, dari persoalan putus sekolah, kawin muda, kenakalan remaja, kesulitan ekonomi, degradasi moral, narkoba, kesempatan berusaha, tenaga kerja dan lain-lain.

Pada acara syukuran pindahan rumah, dirumah saudara Ahmad Hafiz, Jl Raya Pondok Ranggon Rt. 003/003 Kecamatan Cipayung Jakarta Timur, yang hadir dan ikut diskusi pada waktu itu adalah, saudara Muhammad Fatihul Umam, Ahmad Hafiz (tuan rumah), Fajar Sidiq Al Afghani, La Ode Karsid dan Danni Mamelas.

”Pada acara syukuran itu terjadi diskusi ringan sambil menunggu acara dimulai, dari lontaran permasalahan dan berkembang menjadi semakin serius serta banyak memunculkan ide dan gagasan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi anak muda saat ini, karena kami melihat diantara kawan-kawan kami yang lain juga terlibat pada masalah-masalah yang dibicarakan itu. Selanjutnya muncul ide dan gagasan dari saudara La Ode Karsid dengan melihat latar belakang potensi yang ada pada anak muda-anak


(44)

muda yang tak lain adalah kawan-kawan kita juga itu bisa dengan leluasa mengaktulisasikan kreatifitasnya.”29

Tanpa harus dihadang oleh persoalan-persoalan klasik terutama menyangkut keberanian untuk berusahan secara mandiri. Kemudian munculah gagasan untuk mendirikan sebuah lembaga yang independent untuk menampung kreatifitas pemuda, setelah mendengarkan usulan itu, diputuskan untuk mendirikan sebuah lembaga kepemudaan.

Maka pada tanggal 28 Oktober 2010 terbentuklah sebuah organisasi yang bernama Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Tanggal 28 Oktober menjadi pilihan sebagai hari lahir organisasi ini sebagai momentum pergerakan pemuda Indonesia dengan semangat Sumpah Pemuda.

Organisasi kepemudaan ini menganmbil nama Forum Komunikasi Pemuda Indonesia dengan maksud membentuk wadah atau ruang bagi pemuda Indonesia untuk sama-sama bergerak membangun semangat kebangsaan sebagai warga negara Indonesia serta membangun semangat pemuda Indonesia untuk meningkatkan sumberdaya pemuda Indonesia.

Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Sebagai organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia didirikan dengan berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

29

Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 Di Cipayung Jakarta Timur


(45)

1945. Adapun status Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah sebagai organisasi sosial dan kemasyarakatan yang bergerak di bidang Sumber Daya Kepemudaan. Organisasi ini bersifat independen, terbuka, sektarian, non-primordial, dan non-diskriminatif. Sedangkan yang menjadi tujuan dasar dari organisasi ini terbagi menjadi dua nilai :

1. Turut serta mencerdaskan kehidupan Bangsa 2. Mengembangkan Sumber Daya Kepemudaan.30

Turut mencerdaskan kehidupan bangsa di ambil dari bait kalimat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai pokok tujuan serta dasar perjuangan dari organisasi ini.

Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berfungsi sebagai wadah pemuda kreatif, inovatif dan mandiri.31

Sebagai Wadah pemuda kreatif Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berfungsi sebagai wadah berhimpun pemuda Indonesia yang kreatif mengembangkan secara maksimal seluruh potensi pemuda Indonesia.

30

Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 7 Bab III tentang tujuan organisasi.

31

Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 8 Bab IV tentang fungsi organisasi.


(46)

Sebagai Wadah pemuda inovatif Forum Komunikasi Pemuda Indonesia senantiasa menciptakan inovasi-inovasi baru untuk pengembangan sumber daya Kepemudaan di Indonesia.

Sebagai Wadah Pemuda Mandiri Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai wadah mengembangkan kreatifitas dan senantiasa menciptakan inovasi baru untuk kemandirian pemuda Indonesia.

Dalam perkembangannya dasawarsa ini tantangan bagi pemuda sangatlah besar, mulai dari sisi sosial budaya yang sudah mulai diwarnai nilai-nilai yang lebih mengarahkan kepada nilai-nilai kapitalisme, liberalisme dan westernisasi. Kemudian Forum Komunikasi Pemuda Indonesia hadir dan mengambil peran sebagai laboratorium pengembangan sumber daya pemuda Indonesia. Artinya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah wadah yang akan mencoba memfasilitasi pemuda Indonesia untuk menjadi potensi penerus bangsa di segala bidang sesusai dengan bidang yang digelutinya.

Adapun untuk mencapai cita-cita dari semua yang telah dirumuskan oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia meliputi32 :

1. Mengembangkan karakter pemuda, dan mencetak pemuda yang berakhlak mulia.

2. Menciptakan pemuda Indonesia yang kreatif, inovatif dan mandiri.

32

Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 10 Bab IV tentang usaha organisasi.


(47)

3. Berperan aktif dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Dalam usaha mengembangkan karakter pemuda yang berakhlaq mulia, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia mencoba menyelenggarakan kegiatan-kegiatan motifasi baik dalam skala internal pengurus seperti kegiatan-kegiatan up gradingdan sebagainya, atau kegiatan yang melibatkan unsur-unsur organisasi pemuda (ekternal) yang berkerjasama dengan beberapa instansi baik pemerintah maupun swasta. Usaha ini dianggap penting oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia karena karakter serta akhlaq adalah modal awal untuk membangun bangsa. Dengan karakter yang kuat serta nilai moral dan akhlaq yang luhur pemuda Indonesia akan mampu memberikan gagasan-gagasan cerdas dan inovatif untuk kemajuan bangsa.

Kemudian dalam usaha menciptakan pemuda Indonesia yang kratif, inovatif dan mandiri, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia juga melakukan program pelatihan wirausahan serta seminar-seminar enterpreneurship untuk meningkatkan kualitas pemuda Indonesia di dunia wirausaha agar menjadi pemuda yang kreatif, inovatif dan mandiri.

Adapun usaha untuk menjadi bagian dari pembangunan bangsa dengan menciptakan masyarakat yang sejahtera adalah menanamkan misi sosial kemasyarakatan dengan seluruh program yang sedang dan akan dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.


(48)

B. Kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia

Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah ruang yang mewadahi seluruh pemuda-pemudi Indonesia. Akan tetapi sebagai organisasi yang memiliki legitimasi, maka dalah tubuh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ada struktur kepengurusan yang bertanggung jawab menjalankan roda organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan, peran dan fungsinya.

Dalam penetapan kepengurusan organisasi Forum Pemuda Indonesia ada beberapa kriteria yang menjadi syarat seseorang untuk menjadi pengurs dan anggota agar tertib dan sistematis. Adapun kriteria yang diatur dalam anggaran dasar organisasi sebagai berikut :

1. Pemuda Warga Negara Indonesia

2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

3. Telah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.

4. Mematuhi Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.33

Adapun hal yang diatur dalam anggaran rumah tangga dalam kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah :

1. Pemuda kreatif, inovatif dan berusaha untuk mandiri yang telah mengikuti pelatihan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.

33

Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 11 Bab V tentang kriteria kepengurusan organisasi.


(49)

2. Bersedia dan mampu melaksanakan tugas-tugas kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia dengan segala konsekuensinya.

3. Mampu mengembangkan dan memobilisasi potensi-potensi yang tersedia untuk memberdayakan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.34

Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Periode 2010 – 2015 adalah sebagai berikut35 :

Nama Pengurus Jabatan Organisasi

Ahmad Hafiz, MM Ketua Umum

Danni Mamelas Sekertaris Jendral

Kurnisah Bendahara Umum

Asyim Ketua Bidang Pengembangan

Anggota dan Organisasi

Roso Pangayubagyo Widiyoraharjo Anggota Bidang Pengembangan Anggota dan Organisasi

Abdul Hamid Anggota Bidang Pengembangan

Anggota dan Organisasi

Agung Mulyono Ketua Bidang Pendidikan dan

34

Anggarn Rumah Tangga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 1 Bab I tentang kepengurusan organisasi

35

Surat Keputusan nomor 01/DPP-FKPI/A/10/2010 tentang susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Pemuda Indonesia periode 2010-2015


(50)

Penelitian

Farihan Aziz Anggota Bidang Pendidikan dan

Penelitian

Subagyo S. Anggota Bidang Pendidikan dan

Penelitian

Farid Afif Sudrajat Ketua Bidang Pendidikan Pemuda

Eduardus Wirawan Anggota Bidang Pendidikan

Pemuda

Marlon Novie Akay Anggota Bidang Pendidikan

Pemuda

Mustofa Ketua Bidang Komunikasi Lintas

Agama

Muhammad Abdul Syukur Anggota Bidang Komunikasi Lintas Agama

Wahyu Himawan Anggota Bidang Komunikasi Lintas

Agama

Azhari Ketua Bidang Ekonomi dan

Kewirausahaan

M. Fadly Sangadji Anggota Bidang Ekonomi dan

Kewirausahaan

Fadlurrahman Mujahid Anggota Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan


(51)

Rahmat Soleh Ketua Bidang Teknologi dan Kajian Ilmu Pengetahuan

La Ode Karsid Anggota Bidang Teknologi dan

Kajian Ilmu Pengetahuan Muhammad Brian Al Rasyid Anggota Bidang Teknologi dan

Kajian Ilmu Pengetahuan

Imam Faizin Ketua Bidang Hukum dan HAM

Nur Dafiq Anggota Bidang Hukum dan HAM

Fajar Sidiq Al Afghani N. Anggota Bidang Hukum dan HAM

Mukti Widodo Ketua Bidang Pengabdian

Masyarakat

Ismawati Anggota Bidang Pengabdian

Masyarakat

Ikmaludin Anggota Bidang Pengabdian

Masyarakat

Ali Mahfud Ketua Bidang Kerjasama Antar

Lembaga

Syamsul Arief Anggota Bidang Kerjasama Antar

Lembaga

Hasto Prasetyo Anggota Bidang Kerjasama Antar

Lembaga


(52)

Informasi

Sustiyo Wandi Anggota Bidang Komunikasi dan

Informasi

Dalu Nuzlul Kirom Anggota Bidang Komunikasi dan

Informasi

Bagan 3.1 Struktur DPP Forum Komunikasi Pemuda Indonesia

Adapun Koordinator di tingkat Dewan Pimpinan Daerah adalah :

Nama Pengurus Jabatan Organisasi

Abdul Hamid DPD Aceh Darussalam

Indra Kamil Hutagalung DPD Sumatera Utara

Yanuar Aziz DPD Jawa Barat

Yuliarti DPD Jawa Tengah

Ayu Rahayu DPD Yogyakarta

Ilham Hamidi DPD Jawa Timur

Ahmad Ridho Budiman DPD Kalimantan Barat

Putu Wahyu Wijaya DPD Bali

Ihsan Andi Gunawan DPD Sulawesi


(53)

44

INDONESIA

A. Pola dan peran komunikasi organisasi pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.

Komunikasi organisasi dibagi menjadi dua dimensi yaitu komunikasi vertikal dan horizontal, komunikasi internal vertikal adalah komunikasi dari atas kebawah dari bawah ke atas atau komunikasi dari ketua kepada anggota dan dari anggota kepada ketua secara timbal balik (two way traffic communication).

Dalam komunikasi vertikal, ketua memberikan instruksi, petunjuk, informasi, dan penjelasan kepada anggotanya. Kemudian anggotanya memberikan laporan, saran, pengaduan, dan sebagainya kepada ketua. Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut sangat penting dalam organisasi karena jika satu arah saja, misalnya dari ketua kepada anggotaya saja, maka roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik.

Komunikasi vertikal yang lancar, terbuka dan saling mengisi merupakan sikap ketua yang demokratis. Ketua perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran para pengurus sehingga satu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut :

“Dengan menempatkan pengurus sesuai dengan keterampilan masing-masing, membagi tugas mereka dengan tepat, memberikan informasi


(54)

sejelelas–jelasnya tentang tugas dan kewajiban mereka, membangun komunikasi timbal-balik serta kerjasama yang baik antar bidang sehinggga segala sesuatunya dapat berjalan dengan seimbang tanpa adanya permasalahan yang berarti”36

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut : “Saya selalu mencoba meluangkan waktu untuk melihat hasil kerja anggota saya, hal ini saya lakukan selain untuk menjaga komunikasi yang aktif dan berkesinambungan juga untuk mengurangi dan meminimalkan kesalahan. Jika hasil kerjanya baik akan saya berikan pujian agar mereka merasa dihargai, tapi jika salah atau kurang baik ya akan saya beri masukan agar kelak hasil kerjanya menjadi lebih baik.”37

Apa yang dikemukakan informan tersebut di atas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Katz & Kahn dalam bukunya Djoko Purwanto yang diberi judul Komunikasi Bisnis. Bahwa tujuan komunikasi kebawah dibagi menjadi 5, yaitu:

1. Memberikan pengarahan atau instruksi kerja,

2. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilakukan, 3. Memberikan proseur dan praktek organisaaional,

4. Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada pengurus, 5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideology yang dapat

membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.38

36

Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur

37

ibid

38


(55)

Selain itu komunikasi vertikal dari atas kebawah juga harus dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati, dilandasi rasa saling keterbukaan diantara keduanya dan adanya kesadaran pentingnya berkomunikasi antara ketua dan anggota. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh informan 2 sebagai berikut :

“Setiap saran, kritik dan pendapat yang masuk dari pengurus ya.. kami tanggapi secara baik-baik kan kita harus saling menghormati dan menghargai. Saya sebagai sekjend (Sekertaris Jendral) menghargai mereka dengan memberikan tanggapan terhadap keluh kesah mereka. Agar tercipta saling keterbukaan, antara BPH (Badan Pengurus Harian) organisasi dan pengurus yang lain.”39

Hal yang serupa juga disampaikan oleh informan 3 sebagai berikut : “Selama saya bisa menyelesaikan masalah itu sendiri ya saya selesaikan sendiri tapi kalo udah mentok saya ngomong sama ketua …. Tanggapan ketua bidang saya pun bagus, ditanya masalahnya apa, mengapa sampai terjadi begitu, kenapa saya sampai melakukan kesalahan. Itu kan tandanya ketua saya menghormati saya, jika tidak apa mau nanya-nanya begitu yang ada malah saya langsung diomeli.”40

Komunikasi organisasi vertikal dari atas ke bawah harus diimbangi dengan komunikasi organisasi vertikal dari bawah ke atas., karena dalam memecahkan masalah yang terjadi di dalam suatu organisasi, dan dalam mengambil suatu keputusan sudah sepantasnya bila ketua memperhatikan aspirasi dari anggota. Dengan kata lain partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi.

39

Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas

40

Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur


(56)

Untuk mencapai keberhasilan komunikasi organisasi vertikal dari bawah ke atas, ketua harus memiliki rasa percaya kepada anggotanya. Kalau tidak informasi sebagus apapun yang muncul dari pengurus tidak akan bermanfaat bagi ketua, karena pada dasarnya ketua sudah tidak percaya pada anggota. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 2 sebagai berikut:

“Misalnya saja jika organisasi merencanakan sesuatu apapun itu biasanya pengurus diajak berunding. Misalnya saja organisasi akan mengadakan kegiatan/program. Maka setiap pengurus yang bertugas dibidang yang sesuai dengan rogram tersebut, akan diajak berunding diminta pendapat dan masukan dari anggotaya meski tidak semua pendapat akan kami pakai, setidaknya pendapat tersebut menjadi masukan bagi kami”41

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan 10 sebagai berikut : “Wah perlu sekali, karena tugas yang saya lakukan memerlukan pengarahan dari ketua. Itulah sebabnya tiap pengukuhan kepanitiaan diadakan briefing pengurus. Saat akhir acara briefing biasanya ketua selalu memberikan waktu untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. Meski kadang pendapat kami tidak langsung dipakai minimal kami sudah menyampaikan sehinggga itu bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan baginya.”42

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan komunikasi secara vertikal di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berjalan dengan baik. Namun pelaksanaan komunikasi organisasi tidak hanya dilakukan antara ketua dan anggota atau secara vertikal saja, komunikasi organisasi secara horizontal juga harus dilakukan.

41

Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas

42

Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur


(57)

Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar antara pengurus dengan sesama pengurus, ketua dengan sesama ketua dan sebagainya. Menurut Soekadi Ds, maksud dari pelaksaan komunikasi horizontal adalah melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bidang lain atau kepada bagian yang memiliki kedudukan yang sejajar. Komunikasi horizontal sifatnya koordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam suatu bidang maupun diantara beberapa department.

Berbeda dengan komunikasi vertikal yang suasananya cenderung lebih formal, komunikasi horizontal yang dilakukan sesama anggota sering kali lebih bersifat tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain lebih santai entah saat kerja maupun diwaktu luang mereka, di dalam organisasi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 1 sebagai berikut :

“Yo enggak.. masak organisasi ini mau saya jalani sendiri ya pasti saya butuh teman untuk diajak kerjasama. Disini kan kita berorganisasi jadi semua kita jalani bersama. Tinggal kita menjaga komunikasi dengan teman yang lain biar kerjasama kita lebih tok cer. Dan komunikasi itu tidak hanya dari satu bidang aja, tapi juga regu yang lain bahkan dari pengurus dan department yang lain juga.”43

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh informan 2 sebagai berikut : “Kapan saja mas, namanya juga teman seperjuangan jadi kalo lagi kumpul-kumpul kayak gini pasti berkomunikasi. Kadang ya saat lagi dikampus, pas ketemu janjian makan siang, habis istirahat kerja kita juga ngobrol sama pengurus dari department lain, tak jarang juga sosialisasi ini saya lakukan diluar organisasi seperti saat pulang-pergi sekretariat, ato kayak

43

Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur


(58)

kemaren pas menghadiri undangan pengurus laen yang punya gawe saya juga bertemu banyak pengurus FKPI di sana.”44

Selain komunikasi internal secara horizontal antara anggota dengan anggota, komunikasi horizontal antara ketua dan ketua pun harus dilaksanakan. Apabila pelaksanaan komunikasi organisasi secara horizontal yang dilaksanakan oleh anggota lebih banyak bersifat tidak formal, pelaksanaan komunikasi organisasi secara horizontal antara ketua dengan ketua lebih banyak bersifat formal, terutama apabila ada masalah-masalah dan kegiatan-kegiatan yang perlu penanganan khusus dalam organisasi yang membutuhkan koordinasi para ketua seperti rapat harian, rapat presidium, perubahan kebijaksanaan pemerintah dan sebagainya, para ketua melakukan koordinasi melalui rapat ketua.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 4 sebagai berikut:

“Biasanya saya bekerjasama dengan bidang DIKLAT untuk mengadakan diklat atau pelatihan bagi pengurus saya agar mereka selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini. Kadang saya menyampaikanya melalui surat edaran atau kalo tidak ya langsung saya sampaikan saat rapat harian pengurus yang diadakan tiap minggu kedua itu.”45

Hal serupa juga diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut :

“Tentu karena setiap bidang disini saling terkait, jadi bagian PAO juga tidak luput dari kerjasama dengan department lain namanya juga organisasi,

44

Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas

45

Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur


(59)

tapi yang paling sering ya.. department PAO dan BPH jadi saya sering mengadakan rapat sendiri dengan para anggota dari bidang tersebut.”46

Apa yang dikemukakan di atas sesuai dengan pendapat Soekadi Ds, bahwa komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi formal dan informal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mitfah Thoha sebagai berikut ;

“Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau sruktur organosasi. Adapun komunikasi informal arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut”47

Dan berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berupa pelaksanaan komunikasi organisasi secara horizontal yang dilakukan para anggota cenderung bersifat informal, tetapi komunikasi organisasi secara horizontal yang dilakukan para ketua lebih bersifat formal.

Berdasarkan jawaban - jawaban tersebut, maka dapat diketahui antara ketua dan anggota memiliki hubungan yang dekat, masing-masing mempunyai rasa saling hormat menghormati dan selalu terbuka dalam menghadapi masalah., serta adanya kesadaran akan arti pentingnya suatu komunikasi organisasi timbal balik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rosady Roslan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Hubungan

46

Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas

47


(60)

Masyarakat dan Manajemen Komunikasi bahwa komunikasi organisasi dikatakan efektif apabila :

“Adanya keterbukaan komunikasi antar manajemen organisasi dengan pengurus, adanya rasa saling menghormati serta menyadari akan arti pentingnya komunikasi timbal balik, saling menghormati atau saling menghargai satu sama lain yaitu antara ketua dan anggota demi tercapainya tujuan utama organisasi.”48

Dari pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berjalan dengan baik. Komunikasi organisasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan semangat kerja anggota organisasi. Dalam usaha pencapaian tujuan organisasi, masalah semangat kerja akan berpengaruh pada produktifitasnya. Agar produktifitas pengurus tetap terjaga ataupun meningkat, organisasi harus selalu berusaha menanamkan semangat dan gairah kerja dalam diri pengurus.

Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut : “Ibarat kereta maka pengurus adalah rodanya, tanpa adanya mereka maka FKPI tidak akan bisa berjalan. Mereka yang membuat Organisasi ini hidup. Bagaimanapun juga pengurus adalah aset organisasi, tanpa adanya pengurus yang memiliki etos kerja atau semangat kerja yang baik, organisasi ini pasti tidak akan maju, atau tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Sebaliknya tidak ada organisasi yang merugi jika memperlakukan pengurus dengan baik dan menghargai prestasi mereka.”49

Dengan kata lain semangat kerja merupakan faktor penting untuk membuat organisasi menjadi lebih maju dan berkembang. Semangat kerja

48

Drs. Ig Wursanto, op.Cit, hal 85

49

Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas


(61)

yang baik sendiri dapat dilihat dari berbagai hal seperti tingkat kedisiplinan pengurus, antusiasme kerja, hubungan yang harmonis dalam organisasi serta loyalitas. Tingkat kedisiplinan sendiri bisa diapresiasikan dengan berbagai cara.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut : “Ya.. kan ada waktu dan klasifikasinya, klo ditanya mana yang lebih sering ya nggak mesti kadang di sekretariat lebih banyak ngomong, kadang seharian di depan komputer, kadang juga keluar untuk menghadiri acara. Yang penting saya tahu ketuanya gak mungkin saya akan bergosip berjam-jam disekretariat, saya hanya akan berbicara mengenai masalah organisasi saja bila disekretariat kadang sesekali bercanda tapi itu hanya selingan untuk menghilangkan mencairkan suasana.”50

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengurus Organisasi FKPI selalu mencoba mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Selain disiplin anggota, indikator yang lain dari semangat kerja adalah antusiasme kerja atau kegairahan kerja yang tinggi. Kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap tugas yang dilakukan dan ketekunan dalam menjalankan tugas-tugasnya serta pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan.

Dengan kegairahan kerja maka pengurus tidak merasa terpaksa melakukan pekerjaannya. Seperti yang diugkapkan oleh informan 3 sebagai berikut :

“Tidak banyak sih…, kadang persaingan terlalu ketat sehingga menimbulkan konflik. Atau kurangnya koordinasi dengan bagian lain

50

Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur


(62)

sehinnga menimbulkan kesalahpahaman. Tapi selama ini semua masih bisa di atasi dengan baik. Tak jarang juga, hambatan ini bisa menimbulkan hal yang positif seperti saat ketatnya persaingan antar anggota itu bisa membuat mereka semakin antusisas dalam berkarya”51

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh informan sebagai 4 berikut : “….Saya agak takut sih…, tapi untungnya ketua saya seorang yang sabar. Saya ditanya mengapa bisa begitu kemudian saya menjelaskan duduk persoalanya. Hal itulah yang membuat saya semakin semangat menjalani tugas saya. Saya juga semakin antusias agar saya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dalam menjalani tugas saya.”52

Selain antusiasme kerja, kerjasama antar pengurus juga diperlukan. Kerjasama merupakan tindakan bersama-sama antara seseorang dengan orang lain, dimana setiap orang bekerja dengan menggerakkan tenaganya secara sukarela dan sadar untuk saling membantu guna mencapai tujuan bersama. Usaha kerjasama dari para pengurus di samping dapat dilihat dari kesukarelaan dalam membantu pengurus lain yang memerlukan bantuan, juga dapat dilihat dari kekompakan pengurus dalam menyelesaikan pekerjaan yang memerlukan penanganan beberapa pengurus. Seperti yang dikemukkakan oleh informan 4 sebagai berikut :

“Ya.. itu mas bekerjasama dengan anggota. Kan tugas bidang saya ini membutuhkan ketelitian yang amat sangat jadi saat saya tidak konsen atau banyak masalah sering kali berdampak pada hasil kerja saya.”53

51

Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur

52

Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur

53


(63)

Selain kerjasama semangat kerja yang baik juga dapat ditinjau dari loyalitas. Loyalitas adalah perasaran yang berwujud kesetiaan terhadap organisasi dan pekerjaannya sehingga ia merasa memiliki, menjaga nama baik organisasi dan bilamana perlu membela organisasinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh informan 3 sebagai berikut :

“Saya dah banyak mendapat aktifitas yang menyenangkan. aktifitas yang menyenangkan disini jangan diartikan secara sempit karena yang saya maksud adalah kebersamaan, kegiatan, teman, pengalaman dan masih banyak lagi yang lainya.”54

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut : “Saya manfaatkan fasilitas organisasi kayak komputer ya saya pake, relasi, semuanyalah mas. Selain itu saya juga memiliki kewajiban untuk menjaga semua fasilitas tersebut. Lawaong nanti kalo rusak saya sendiri yang repot. Masak kalo computer rusak mo nulis pake tangan kan gak mungkin.”55

Hal ini menunjukanan bahwa loyalitas di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia tidak hanya berupa loyalitas antar pengurus, tapi juga loyalitas antara organisasi dengan pengurus dan loyalitas antar pengurus dengan organisasi.

Dari hasil wawancara di atas menunjukan bahwa pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia bersikap disiplin terhadap tugas dan kewajibanya, berantusias dalam bekerja, mau bekerjasama dalam organisasi serta mempunyai sikap loyal entah itu loyal terhadap rekan sesama anggota,

54

Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur

55

Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas


(1)

dengan memungkinkan para personil mempengaruhi serta meniru satu dengan yang lainya.75

Sehingga dapat diketahui bahwa komunikasi organisasi yang berjalan baik dan efektif di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia mampu menimbulkan dorongan semangat kerja pengurus. Maka dari itu Forum Komunikasi Pemuda Indonesia merasa perlu menjamin dengan baik penyelenggaraan komunikasi, baik di dalam lingkungan organisasi itu sendiri (intern) maupun dengan para pemakai jasanya/publik (ekstern).

75


(2)

70

A. Kesimpulan

Pelaksanaan komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sendiri dibagi menjadi dua dimensi yaitu komunikasi vertikal dan horizontal, komunikasi internal vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dari bawah ke atas atau komunikasi dari ketua umum kepada anggota dan dari anggota kepada ketua umum secara timbal balik (two way traffic communication). Dalam komunikasi vertikal, ketua umum memberikan instruksi, petunjuk, informasi, dan penjelasan kepada anggotanya. Kemudian anggotanya memberikan laporan, saran, pengaduan, dan sebagainya kepada ketua umum.

Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut sangat penting dalam organisasi karena jika satu arah saja, misalnya dari ketua umum kepada anggotaya saja, maka roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Komunikasi vertikal yang lancar, terbuka dan saling mengisi merupakan sikap ketua umum yang demokratis. Ketua umum perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran para pengurus sehingga satu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Agar komunikasi berjalan baik dan lancar maka diperlukan adanya media atau sarana sedangakan media komunikasi yang terdapat di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah jaringan komunikasi yang


(3)

menghubungkan antar pengurus seperti email, memo, madding, kotak saran yang disediakan organisasi untuk menampung keluh-kesah mereka, serta adanya forum–forum khusus seperti rapat dan pertemuan. Pertemuan adalah media komunikasi secara langsung dan dapat dilakukan secara formal maupun informal.

Pelaksanaan komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia tak luput dari hambatan. Hambatan-hambatan tersebut adalah adanya perbedaan dalam memahami suatu informasi atau tugas yang diberikan, adanya masalah pada jaringan komunikasi atau media komunikasi yang lain, kondisi kesehatan dari si pengirim dan penerima pesan kurang baik dan adanya perasaan sungkan serta kurang percaya diri anggota. Dan usaha-usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengganti semua peralatan sekretariat yang rusak, berusaha untuk mendapatkan kejelasan perintah dan instruksi yang diberikan ketua umum, melakukan pengobatan apabila kondisi kesehatan menurun, dan memupuk rasa percaya diri, serta mencoba memahami kondisi lingkungan dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Semua usaha tersebut dilakukan guna memperlancar kembali komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia guna Mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi pengurus di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia kurang optimal. Hal ini khususnya di sebabkan kurang optimalnya komunikasi ke atas yaitu komunikasi dari anggota ke ketua. Kurang optimalnya komunikasi ke atas ini disebabkan karena anggota merasa segan


(4)

untuk memberikan kritik dan pendapatnya kepada ketua dan juga merasa segan untuk bertanya apabila mengalami kesulitan, karena anggota merasa takut berkomunikasi kepada ketua menyebabkan komunikasi ke atas kurang maksimal. Sedangkan komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh ketua di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia telah baik, hal ini ditunjukkan dengan ketua telah memberikan perintah secara jelas kepada pengurus.

Selain itu komunikasi horizontal juga telah baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya komunikasi antar rekan sekerja dalam hal menyelesaikan tugas dan kewajiban. Kinerja merupakan sikap atau kemampuan individu-individu atau sekelompok orang terhadap kesukarelaan dan kesediaannya untuk mencapai tujuan organisasi atau instansi dimana mereka bekerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berperan besar terhadap kinerja pengurus. Hal ini ditunjukkan baiknya informasi yang diberikan oleh ketua kepada anggota, baiknya informasi yang diberikan oleh anggota kepada ketua serta baiknya pertukaran informasi diantara pengurus akan mempengaruhi baiknya kedisiplinan pengurus dalam melakukan pekerjaannya, baiknya tanggung jawab pengurus terhadap pekerjaannya dan baiknya kerjasama diantara pengurus berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan maupun kepentingan lain diantara pengurus. Serta baiknya sikap loyalitas anggota terhadap anggota yang lain atau sikap loyalitas pengurus terhadap organisasi berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi ini sendiri.


(5)

B. Saran

Saran yang dapat disimpulkan berdasarka simpulan diatas adalah :

1. Untuk pihak ketua agar anggota tidak merasa segan dalam memberikan kritik kepada ketua, maka ketua hendaknya selalu menciptakan suasana harmonis dengan anggota dengan cara selalu berkomunikasi dengan anggota mengenai organisasi.

2. Untuk anggota sendiri diharapkan untuk meningkatkan komunikasi dengan ketuanya. Anggota harus berani bertanya bila mengalami kesulitan kepada ketua, sehinnga terjadi komunikasi timbal-balik antara ketua dengan para anggota. Selain itu komunikasi antara pengurus yang sudah baik juga perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar terjadi pertukaran informasi yang baik berkaitan dengan pekerjaan diantara anggota, sehingga apabila terjadi kesulitan kerja organisasi diatasi bersama-sama.


(6)

74

Djoko Purwanto, 1997, Komunikasi Bisnis, Erlangga, Jakarta.

Drs. Ig Wursanto, 1989, Dasar-Dasar Manajemen Personali, Dian Pustaka, Jakarta. Hamid Patilima, 2005, Metode Penelitian Kualitatif,Alfabeta, Bandung,

Harrison & Doerfel in Islam & Shiangtai (2006) The Antecendent Consequences of Utilization in International Srtategic alliance. Journal of International Business Disciplines, 3 (1), diakses 5 Agustus 2014. www.jibd.org

HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret Universiti Prees, Surakarta Ivansenvich Gibon & Donelly, 1993, Organisasi dan Manajemen, Erlangga,Jakarta. Jalaludin Rakmat, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Jakarta Miftah Thoha, 2002, Perilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Muhhamad Arni, 2001, Komunikasi Organisasi, PT. bumi Aksara, Jakarta.

Onong Uchjana Effendi, 2001, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2007-2008

Soekadi Darso Wiyono, Peranan Komunikasi di Dalam Organisasi, Bumi Kentingan,Surakarta. Stewart Silvia Moss, 2001, Human Comminications, Konteks-konteks Komunikasi, PT.Remaja

Rosadakarya, Bandung.

Suhaediman Yuwono, 1985, Ikhtiar komunikasi Administrasi, Liberty, Yogyakarta.

Tubbs, Rosady Roslan, 2001, Manajemen Hubungan Masyarakat dan ManajemenKomunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Team Depdikbud, 1989, Tata Laksana Sekretariat, Gramedia, Jakarta.

Zohurul (2009). Does Ob Matter On Organizational Change? Evidence From Depz,Bangladesh. Journal of South asian. Diakses 5 Agustus 2014, dari wbiconpro.com/408-pdf