Sistem Informasi Pengambilan Keputusan Pengajuan Kenaikan Pangkat Direktorat Metrologi Bandung

(1)

SISTEM INFORMASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENGAJUAN KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI PADA

DIREKTORAT METROLOGI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi ujian Tugas Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

NURWULAN

10103304

PROGRAM STUDI S1

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2009


(2)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatu

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang tiada lelah dan lalai untuk memberikan nikmat dan pengawasan kepada hambaNya.. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabatnya, dan para pengemban risalahNya yang berjuang untuk meninggikan panji Laillaahaillah Muhammad Rasullulah sampai hari pembalasan. Allahu Akbar, maha besar Allah yang telah memberikan potensi akal dan ilmu kepada hambaNya, sehingga kita dapat berpikir tentang segala sesuatu, nikmat, rahmat dan hidayahNya. Atas izinNya penyusunan Tugas Akhir pada jenjang S1 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul yang diambil yaitu ” SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGAJUAN KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI”.

Penulis selaku penyusun menyadari bahwa di dalam penyusunan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, baik ditinjau dari tata cara penulisan maupun dari materi yang dikaji, dan masih jauh untuk dikatakan sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan mutu tugas akhir ini, Insya Allah akan diterima dengan sangat terbuka.


(3)

iv

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Eddy Soegoto, Msc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ukun Sastraprawira, Msc. selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer (UNIKOM) Bandung

3. Ibu Mira Kania S, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika UNIKOM Bandung.

4. Bapak Muhammad Nasrun, S.Si., M.T. selaku Dosen pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Ibu Dian H, S.T. Selaku Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran terhadap penulis

6. Ibu Rifqi selaku pembimbing di Perusahaan Direktorat Metrologi kota Bandung, yang telah banyak membantu dengan dalam pemberian data sehingga penulis mendapatkan ide-ide dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Semua Staff dan Karyawan UNIKOM Bandung

8. Semua Staff dan Pegawai Direktorat Metrologi kota Bandung

9. Ibunda yang selalu memberikan doa yang terbaik serta segala kebutuhan yang sangat berarti bagi penulis


(4)

v

10. Kakak-kakaku tercinta Keluarga Rudi Hidayat dan Teh Susan, Keluarga Padli Caniago dan Teh Nia, Hendar dan Eneng yang selalu memberikan segala ilmu dan motivasi yang sangat berarti bagi penulis.

11. Keponakan2 Ku tercinta yang selalu menghiasi hari-hari penulis dalam penyusunan tugas akhir ini dengan penuh senyuman.

12. Buat Toni My LuV m-kasih pengertian dan dukungannya sory banget k-Lo dah nGerepotin thank Ya Lov U...

13. Yayan Taryani sebagai teman yang telah membantu saya dalam hal pemrograman, Thena yang slalu memberikan dukungan dan bantuannya. 14. Teman-teman seperjuangan Ibam, Bule, Iman, Arif dan semua

teman-teman IF yang lagi Skripsi juga, terima kasih atas bantuannya.

15. Semua teman-teman Jurusan Teknik Informatika-SI yang telah memberi saran dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.Amin….! Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Agustus 2007


(5)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR SIMBOL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... 151

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Maksud dan Tujuan ... 2

I.4 Batasan Masalah... 3

I.5 Metodologi Penelitian ... 3

I.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Perusahaan ... 8


(6)

vii

2.1.2 Visi, Misi dan Motto Perusahaan ... 12

2.1.3 Struktur Organisasi ... 13

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Pengertian Sistem ... 16

2.2.2 Pengertian Informasi ... 17

2.2.3 Pengertian Sistem Informasi ... 17

2.2.4 Pemodelan Sistem Pengambilan Keputusan ... 18

2.2.4.1 Metode Keputusan ... 18

2.2.4.2 Tahapan Pemodelan ... 19

2.2.4.3 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk 20 2.2.4.4 Penentuan Kriteria ... 21

2.2.5 Pengertian Kenaikan Pangkat ... 22

2.2.5.1 Pengertian Kenaikan Pangkat Secara Umum23 2.2.5.2 Pengertian Kenaikan Pangkat Fungsional .. 23

2.2.6 Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 24

2.2.6.1 Kelebihan dan kelemahan AHP ... 24

2.2.6.2 Langkah-langkah AHP ... 25

2.2.7 Perhitungan Matrik AHP ... 32

2.2.7.1 Contoh Perhitungan AHP ... 32

2.2.7.2 Perhitungan Konsistensi AHP ... 34

2.2.7.3 Perhitungan Multi Respondens ... 36

2.2.8 Konsep Basis Data ... 37

2.2.8.1 Definisi Basis Data. ... 37


(7)

viii

2.2.9 Metode Analisis Sistem Terstruktur ... 40

2.2.9.1 Flowmap ... 40

2.2.9.2Entity Relationship Diagram (ERD) ... 40

2.2.9.3 Diagram Konteks... 42

2.2.9.4 Data Flow Diagram (DFD) ... 42

2.2.9.5 Kamus Data ... 43

2.2.10 Teknik Pengujian Perangkat Lunak ... 43

2.2.10.1 Dasar pengujian Perangkat lunak ... 43

2.2.10.2 Sasaran Pengujian... 44

2.2.10.3 Prinsip Pengujian ... 44

2.2.10.4 Tetabilitas ... 45

2.2.10.5 Pengujian Black Bok ... 46

2.2.11 Sistem Client-Server ... 46

2.2.11.1 Cara Kerja Client-Server ... 47

2.2.12 Software Pendukung. ... 48

2.2.12.1 Borland Delphi 7.0 ... 48

2.2.12.2 PengenalanDatabase MY SQL ... 49

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem ... 51

3.1.1 Analisis Masalah ... 51

3.1.2 Analisis Fungsional ... 52

3.1.2.1 Flow-Map Pengajuan Kenaikan Pangkat 52 3.2 Analisis Non-Fungsional ... 55


(8)

ix

3.2.2 Analisis Perangkat Keras (Hardware) . ... 56

3.2.3 Analisis Perangkat Lunak (Software) ... 58

3.2.4 Analisis Jaringan. ... 58

3.2.5 Perhitungan Bobot dengan menggunakan Metode 59 AHP 3.2.6 Analisis Proses Sistem... 67

3.2.6.1 Diagram Konteks……….... 68

3.2.6.2 Data Flow Diagram(DFD)... 69

3.2.6.3 Spesifikasi Proses... 77

3.2.6.4 Kamus Data... 78

3.2.6.5 Entitiy Relationship Diagram (ERD)…… 86

3.3 Perancanga Data ... 87

3.3.1 Pengkodean... 87

3.3.2 Skema Relasi ... 88

3.3.3 Struktur Tabel ... 89

3.4 Perancangan Arsitektur ... 96

3.5 Perancangan Antar Muka... 97

3.5.1 Tampilan Login... 97

3.5.2 Tampilan Menu Setelah Login Untuk Administrator 97 3.5.3 Tampilan Menu Setelah Login Untuk Kepala... 98

3.5.4 Tampilan Data Golongan ………... 98

3.5.5 Tampilan Tambah dan Ubah Data Golongan... 98

3.5.6 Tampilan Cari Data Golongan... 99


(9)

x

3.5.8 Tampilan Tambah dan Ubah Data Jabatan... 99

3.5.9 Tampilan Cari Data Jabatan... 100

3.5.10 Tampilan Data Pegawai... 100

3.5.11 Tampilan Tambah dan Ubah Data Pegawai... 100

3.5.12 Tampilan Cari Data Pegawai... 101

3.5.13 Tampilan Data User... 101

3.5.14 Tampilan Tambah dan Ubah Data User... 101

3.5.15 Tampilan Cari Data User... 102

3.5.16 Tampilan Data Riwayat Jabatan... 102

3.5.17 Tampilan Tambah,Ubah Data Riwayat Jabatan... 102

3.5.18 Tampilan Cetak Data User Riwayat Jabatan... 103

3.5.19 Tampilan Data Riwayat Pangkat... 103

3.5.20 Tampilan Tambah, Ubah Data Riwayat Pangkat….. 103

3.5.21 Tampilan Cetak Data Riwayat Pangkat... 104

3.5.22 Tampilan Data Riwayat Hidup... 104

3.5.23 Tampilan Tambah, Ubah Data Riwayat Hidup…… 104

3.5.24 Tampilan Cetak Data Riwayat Hidup………. 105

3.5.25 Tampilan Data PAK... 105

3.5.26 Tampilan Tambah, Ubah Data PAK... 105

3.5.27 Tampilan Cetak Data PAK... 106

3.5.28 Tampilan Data DP3... 106

3.5.29 Tampilan Tambah, Ubah Data DP3... 106

3.5.30 Tampilan Cetak Data DP3……….. 107


(10)

xi

3.5.32 Tampilan Data Proses AHP……….. 107

3.5.33 Tampilan Data Tabel AHP... 108

3.5.34 Tampilan Laporan Data AHP... 108

3.5.35 Tampilan Pesan... 108

3.6 Jaringan Semantik ... 109

3.6.1 Jaringan Semantik Untuk Administrator... 109

3.6.2 Jaringan Semantik Untuk Kepala... 110

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi. ... 112

4.1.1 Perangkat Keras... 112

4.1.2 Perangkat Lunak. ... 113

4.1.2 Implementasi Data Base ... 113

4.1.3 Implementasi Aplikasi.. ... ... 117

4.2 Pengujian ... 120

4.2.1 Rencana Pengujian. ... 120

4.2.2 Kasus dan Hasil Pengujian Alpha.. ... 122

4.2.3 Pengujian Beta... 146

4.2.4 Kesimpulan Hasil Pengujian Betha.. ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan.. ... 149

5.2 Saran... 149


(11)

i

ABSTRAK

SISTEM INFORMASI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGAJUAN KENAIKAN PANGKAT

PADA DIREKTORAT METROLOGI BANDUNG

Oleh

Nurwulan

10103304

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu sitem terkomputerisasi

yang dirancang untuk meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan dalam

memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur dan tidak terstruktur . Metode SPK

yang digunakan Analitical Hierarchy Process (AHP). AHP adalah suatu metode untuk

menyelesaikan masalah yang komplek kedalam bagian-bagin dari komponennya.

Pengambilan keputusan untuk pengajuan kenaikan pangkat dalam suatu

perusahaan harus akurat, begitu juga di Direktorat Metrologi Bandung, untuk mengetahui

pengambilan keputusan akurat atau tidaknya harus dilakukan penilaian dengan kriteria

yang telah ditentukan. Sehingga dari hasil penilaian tersebut perusahaan dapat

mengambil keputusan sebagai bahan evaluasi untuk menentukan seorang pegawai layak

atau tidaknya untuk kenaikan pangkat.

Maka untuk membantu perusahaan dalam menghadapi masalah tersebut, dalam

tugas akhir ini penulis akan membangun “ Sistem Informasi Pengambilan Keputusan

Pengajuan Kenaikan Pangkat Pada Direktorat Metrologi Bandung “.


(12)

ii

ABSTRACT

INFORMATION TO TAKE A DECISION FOR ASKED

A PROMOTION IN DIREKTORAT METROLOGI BANDUNG

By

Nurwulan

10103304

Decision Supopot Sytem (DSS) is system base on computer capable to solve

the unstructured decision situations. This SPK use methon of AnaliyicalHierarchy

process (AHP). AHP is amethod which is solve the unstructured complex situation

that into parts of his component.

To take a decisison for asked promotion in a company must be accurate

and also in Direktorat Metrologi Bandung. To know the decision is accurate or

not, we must score it with some ctiteria we made. With that score, a company can

taked a decision as an evaluation for takes a good employer or not to get

kenaikan pangkat.

Hence to assist company in face of the problem, in this final duty the writer

will build Information To Take a Decision For Asked a Promotion in Direktorat

Metrologi .


(13)

ii

ABSTRACT

INFORMATION TO TAKE A DECISION FOR ASKED

A PROMOTION IN DIREKTORAT METROLOGI BANDUNG

By

Nurwulan

10103304

Decision Supopot Sytem (DSS) is system base on computer capable to solve

the unstructured decision situations. This SPK use methon of AnaliyicalHierarchy

process (AHP). AHP is amethod which is solve the unstructured complex situation

that into parts of his component.

To take a decisison for asked promotion in a company must be accurate

and also in Direktorat Metrologi Bandung. To know the decision is accurate or

not, we must score it with some ctiteria we made. With that score, a company can

taked a decision as an evaluation for takes a good employer or not to get

kenaikan pangkat.

Hence to assist company in face of the problem, in this final duty the writer

will build “ Information To Take a Decision For Asked a Promotion in Direktorat

Metrologi”.


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Direktorat Metrologi adalah intansi yang menangani kegiatan Metrologi legal di bawah Direktorat Jenderal Perdagangan dalam Negri Departemen Perindustrian dan Perdagangan, memiliki berbagai macam proses pengolahan data didalamnya. Salah satu proses pengolahan data di Direktorat metrologi yang akan dibahas adalah proses pengolahan data kenaikan pangkat. Proses pengolahan data yang sangat erat kaitannya dengan kenaikan pangkat yaitu proses pengajuan permohonan kenaikan pangkat.

Perusahaan telah menentukan persyaratan apa saja untuk proses pengajuan kenaikan pangkat, apabila pegawai tersebut sudah memenuhi semua persyaratan yang ada di surat permohonan kenaikan pangkat maka pegawai dapat diusulkan kenaikan pangkatnya. Untuk mendapatkan surat keputusan kenaikan pangkat pegawai tersebut maka dibutuhkan metode pengambilan keputusan untuk mencari proses terbaik dalam mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan dalam penerapan sistem informasi pengajuan kenaikan pangkat menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Hal ini didasarkan memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan akomodasi untuk atribut – atribut baik kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu, sistem pengambilan keputusan AHP mampu menghasilkan hasil yang lebih konsisten dibanding metode – metode lainnya serta sistem metode ini mudah dipahami dan digunakan.


(15)

2

Informasi dari output AHP dapat menjadi informasi dalam mengambil keputusan yang tidak hanya berlaku untuk jangka panjang, tapi berlaku juga untuk waktu saat ini. Salah satunya yaitu menentukan suatu sistem informasi dapat diterapkan atau tidak disuatu perusahaan atau instansi.

Dengan melihat uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa metode AHP sangat perlu dalam langkah pengambilan suatu keputusan guna menghasilkan suatu output atau keputusan yang terbaik.

Maka dari itu, penulis mengusulkan sutu metode AHP sebagai acuan untuk pengambilan suatu keputusan yang dapat menghasilkan keputusan yang lebih konsisten, maka hal ini diwujudkan dalam TA yang berjudul “ SISTEM INFORMASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGAJUAN KENAIKAN PANGKAT PADA DIREKTORAT METROLOGI BANDUNG”

1.2 Identifikasi Masalah

“ Bagaimana membangun Sistem Pengambilan Keputusan Pengajuan Kenaikan Pangkat pada Direktorat Metrologi ”

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk membangun sistem informasi pengambilan keputusan untuk pengajuan kenaikan pangkat dengan menggunakan metode AHP.

Tujuan dari tugas akhir ini adalah:

1. Untuk mempermudah SubBag TU dalam menangani pengolahan data kenaikan pangkat


(16)

3

2. Untuk mempermudah SubBag TU dalam mengambil suatu keputusan yang terbaik dalam proses pengajuan kenaikan pangkat.

1.4 Batasan Masalah

Karena luasnya masalah yang harus dibahas, maka penelitian ini membatasi materi yang akan dibahas, yaitu :

1. Sistem Informasi yang akan dibangun adalah sistem pengolahan data pengajuan kenaikan pangkat.

2. Sistem informasi pengambilan keputusan untuk pengajuan kenaikan pangkat dengan menggunakan metode AHP.

3. Penelitian tugas akhir ini bertempat di Direktorat metrologi Bandung.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah menggunakan metodologi deskriftif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data, membuat suatu pemecahan masalah dan kemudian disusun untuk ditarik kesimpulan mengenai masalah tersebut. Metodologi dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengumpulan data dan tahap pengembangan perangkat lunak, adapun uraiannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap pengumpulan data

Tahap pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(17)

4

a. Studi Pustaka

Pengumpulan data melalui sumber buku, artikel, dan majalah-majalah ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan tugas akhir mengenai sistem pendukung keputusan pengajuan kenaikan pangkat pegawai.

b. Studi Lapangan

Kegiatan pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian langsung dengan objek penelitian, adapun caranya sebagai berikut: 1. Wawancara (Interview)

Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan nara sumber yang berhubungan dengan tema yang sedang dibuat.

2. Oservasi

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan peninjauan langsung terhadap sistem kerja yang sedang berjalan di Direktorat Metrologi Bandung.

c. Terstuktur

Pemodelan sistem yang digunakan adalah pemodelan dengan aliran data menggunakan Diagram Konteks, Data Flow Diagram (DFD) dan Entity Relationship Diagram (ERD).


(18)

5

2. Pembangunan aplikasi dilakukan model proses dengan menggunakan metode Waterfall (Clasic Life Cycle) dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Rekayasa sistem (sistem engineering), merupakan bagian dari sistem yang terbesar dalam pengerjaan suatu proyek, dimulai dengan menetapkan berbagai kebutuhan dari semua elemen yang diperlukan sistem dan mengalokasikannya kedalam pembentukan perangkat lunak.

2. Analisis (analysis) yaitu tahapan untuk menganalisis dan memahami sistem yang mengidentisifikasi masalah dan mencari solusi.

3. Desain (design),yaitu tahap ini merupakan tahap pengembangan dari data yang telah dianalisis kedalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pemakai (user). Desain ini meliputi desain proses, input,output dan desain database.

4. Kode (coding), yaitu pemecahan masalah yang dirancang kedalam bahasa pemograman yang telah ditentukan (proses pembuatan program).

5. Pengetesan (testing), yaitu menguji sistem/program yang telah selesai dibuat.

6. Pemeliharaan (maintenance),yaitu penerapan secara keseluruhan disertai pemeliharaan jika terjadi perubahan stuktur baik segi software maupun hardware.


(19)

6

Metode incrimental pengembangan waterfall dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.1. Model incrimental pengembangan dariWaterfall

1.6 Sistematika Penulisan

Sistem penulisan penelitian ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan, sistematika penulisan tugas akhir ini sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan, indentifikasi masalah, menentukan maksud dan tujuan dibuatnya, yang kemudian diikuti dengan pembatasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang menunjang dalam kaitannya dengan topik pembuatan sistem informasi pengambilan keputusan pengajuanan kenaikan pangkat


(20)

7

BAB III. ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN

Bab ini menganalisis masalah dari yang dihadapi dalam membuat sistem informasi pengambilan keptusan pengajuan kenaikan pangkat.

BAB IV. PENGUJIAN DAN IMPLEMENTASI

Bab ini berisi tentang perancangan sistem dan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menerapkan sistem yang telah dirancang.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang di dapat selama penulisan laporan tugas akhir dari pembahasan masalah, selain itu juga berisi saran untuk perbaikan dan menindaklanjuti hasil penelitian.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menjelaskan mengenai tempat dilakukannya penelitian dan menjelaskan mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam membuat sistem yang dibuat.

2.1. Tinjauan Direktorat Metrologi

2.1.1 Sejarah Direktorat Metrologi di Indonesia

Direktorat Metrologi adalah intansi yang menangani kegiatan Metrologi legal di bawah Direktorat Jenderal Perdagangan dalam Negri Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Kegiatan Metrologi Legal secara resmi di mulai sejak tahun 1923 yaitu sejak diberlakukannya Ordonasi Terra 1923 yang kemudian setelah mengalami beberapa perubahan dan terakhir adalah Undang-Undang Republik Indonesia no.2 tahun11981 tentang Metrologi Legal.

Sejarah Metrologi di Indonesia, khususnya metrologi legal, tidak bisa lepas dari perkembangan undang undang yang mengaturnya dan intansi pelaksanaan dari Undang-Undang tersebut. Dimulai tanggal 24 pebruari 1923 yaitu saat diundangkannya Ordonasi Tera1923 Staatblaat no. 57 yang berisi pokok-pokok pengaturan dan pemikiran sebagai berikut:

1. Sistem metric mulai secara resmi dikenalkan dan diwajibkan kepada masyarakat serta mulai dihilangkannya secara bertahap sistem-sistem satuan lain tentang ukuran dan timbangan.


(22)

2. Diwajibkan tera dan tera ulang terhadap ukuran, takaran, anak timbangan, dan timbangan.

3. Jawatan khusus dibentuk untuk melaksanakan Ordonasi Tera.

4. Ditetapkan waktu peralihan 10 tahun untuk melaksanakan peraturan baru tersebut secara berangsur-angsur.

5. Tujuan akhir dari Ordonasi tera adalah menyeragamkan dan membingbing penggunaan alat-alat ukur dan timbangan dalam transaksi kwanta barang sehingga tercapai tertib ukurr dan tertib niaga.

Jawatan khusus yang dibentuk pada waktu itu adalah Diensi Van Helijkwejet yang merupakan cikal bakal dari Direktorat metrology sekarang ini. Jadi dapat dikatakan bahwa hari lahir Direktorat Metrologi adalah tanggal 24 Februari 1923.

Sampai saat sekarang intansi pelaksananan undang undang metrologi legal di Indonesia init telah berusia 83 tahun lebih. Selam kurun waktu tersebut baik undang undang maupun intansi pelaksanaan telah mengalami pasang surutnya keadaan dan perubahan perubahan baik nama maupun isinya.

Secara sekilas dapat kita tuliskan kronologis sejarah Undang-Undang Metrologi Legal di Indonesia beserta intansi pelaksanaannya sebagai berikut:. a. 24 Februari 1923

Odonasi Tera 1923 Staatblad no. 57, bersamaan dengan dibentuknya Diensi Van Helijkwejet (Jawatan Tera). Masa transisi pelaksanaan Undang-Undang selama 10 tahun. Berlakunya:

a. sistem metric


(23)

b. 1 Januari 1928

Berdasarkan Ordonasi Tera 1928 Staatblad no. 255 berlaku antara lain merubah masa transisi pelaksanaan Ordonasi Tera 1923 menjadi 15 tahun. c. 1 Januari 1938

Hari lenyapnya secara hukum sistem ukuran-ukuran lama (kuno) di Indonesia.

d. 1 Juli 1949

Ordonasi Tera 1949 Staatblad no. 175 berlaku sebagai pengganti Undang-Undang tera sebelumnya yang disempurnakan sesuai dengan perkembangan jaman.

e. 21 Desember 1954

Pada tanggal 21 Desember 1054 nama Jawatan Tera dirubah menjadi Jawatan Metrologi dengan pertimbangan antara lain bahwa tugas jawatan Tera tidak hanya pekerjaan menera dan menera ulang ukuran, anak timbangan, dan timbangan yang dipergunakan dunia perniagaan, tetapi pekerjaannya meluas sampai lapangan penyelidikan mengenai teknik mengukur atas dasar pengetahuan ilmu Metrologi, untuk kemudian hasil pekerjaan tersebut dikemukakan dan disiapkan untuk keperluan dunia pengetahuan dan perniagaan.

f. November 1962

Pada bulan November 1962 nama Jawatan Metrologi diubah menjadi Direktorat Metrologi Departemen Perdagangan.


(24)

g. 11 September 1968

Pada tanggal 11 September 1968 nama Direktorat Metrologi diubah menjadi Direktorat Metrologi, Standarisasi dan Normalisasi.

h. 29 Mei 1975

Pada tanggal 29 Mei 1975 nama Direktorat Metrologi , Standarisasi dan Normalisasi dipecah menjadi Direktorat Metrologi dan Direktorat Standarisasi di Departemen Perdagangan.

i. 1 Aplir 1981

Ordonasi Tera 1946 diganti dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal (UUML), Lembaran Negara no. 11 tahun 1981, dengan pertimbangan antara lain adanya perkembangan satuan sistem metric menjadi satuan sistem internasional (SI units).

j. Januari 1995

Sesudah melalui beberapa pembentukan unit-unit Metrologi Daerah yang baru berdasarkan keputusan-keputusan Menteri Perdagangan, akhirnya pada tanggal 3 Januari 1995 terbit Keputusan Mentri Perdagangan Nomor 09/KP/I/1995 tentang Pembentukan dan Wilayah Kerja Bidang dan Seksi Metrologi, jumlah Unit Metrologi Daerah menjadi 55 (lima puluh lima) unit.

Tujuan utama dari Undang-Undang Metrologi Legal ini adalah untuk melindungi konsumen dalam arti yang sangat luas, diantaranya perlindungan terhadap kebenaran-kebenaran dan transaksi serah terima barang. Disamping itu kegiatan uasaha antara produsen jasa saling mempengaruhi satu sama lain yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan utama dari perusahaan.


(25)

2.1.2 Visi, Misi dan Tugas Pokok Direktorat metrologi 2.1.2.1 Visi

Menjamin tertib ukur disegala bidang melalui transaksi kwanta barang, guna melindungi kepentingan umum (konsumen dan produsen) yang pada gilirannya akan memperkuat daya saing produk Indonesia dipasar global.

2.1.2.2 Misi

Melakukan pengembangan dan pembangunan sistem Metrologi Legal melalui penggunaan satuan ukuran, penggunaan dan pengelolaan standar ukuran, metode-metode pengukuran maupun ketentuan UTTP berdasarkan Undang-undang metrology Legal untuk menjamin kebenaran pengukuran yang sama baik didalm negri maupun Internasional.

2.1.2.3 Tugas Pokok Direktorat metrologi

Dalam Kepetusan Mentri Perrindustrian dan Perdagangan Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tentang Penyelenggaraan kemetrologian, menetapkan 4 (empat) kegiatan kemetrologian, yaitu:

a. menetapkan dan mengelola standar nasional untuk satuan ukuran atau laboratorium metrologi;

b. melaksanakan kegiatan peneraan dan pengawasan UTTP;

c. menetapkan, mengelola dan mengawasi barang dalam keadaan terbungkus (BDKT);


(26)

2.1.3 Struktur Organisasi Direktorat Metrologi

Pada setiap organisasi ditetapkan struktur organisasi yang bertugas mengatur dengan mengendalikan intansi sesuai dengan jabatan dan tanggung jawab. Sesuai dengan keputusan mentri perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 86/MPP/Kep/3/2001, Direktorat Metrologi Bandung terdiri dari 5 sub Direktorat yang membawahi beberapa seksi, untuk lebih jelas lihat gambar strutur organisasi.

2.1.4 Deskripsi Jabatan

Dari penjelasan mengenai struktur jabatan Direktorat Metrologi Bandung Direktorat jendral perdagangan Dalam Negri departemen perdagangan, masing-masing bagian mempunyai tugas dan fungsinya sendiri.

Adapun tugas direktorat Metrologi Bandung adalah sebagai berikut: 1 Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Melakukan urusan kepegawaian, keuangan, pelengkapan, surat menyurat, kearsipan, pelaporan serta rumah tangga Balai Standardisasi Metrologi Legal. Tugas Sub Bagian tata Usaha antara lain:

a. Menghimpun dan memahami peraturan perundang undangan dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas. b. Menyusun rencana dan program ketatausahaan Balai Standardisasi

Metrologi Lengal.

c. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data yang berkaitan dengan kepegawaian, keuangan, pelengkapan, surat-menyurat, kearsipan, pelaporan, rumah tangga serta sarana standardisasi.


(27)

d. Melaksanakan bahan-bahan dan pelaksanaan ketatausahaan Balai Standardisasi Metrologi Legal.

e. Memantau dan mengkoordinasikan pelaksanaan administrasi kepegawaian, keuangan, kearsipan dan rumah tangga.

f. Mengevaluasi hasil-hasil pelaksanaan ketatauasahaan.

g. Melaksanakan pembinaan dan peningkatan SDM kemetrologian. h. Melaporkan hasil pelaksanaan ketatausahaan kepada atasan.

i. Melaksanakan koordinasi dengan intansi yang terkait dalam pelaksanaan Balai Standardisasi Metrologi Legal.

j. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan. 2 Kepala Balai Standardisasi Metrologi Legal

Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan penusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, dan bimbingan teknis serta evaluasi dibidang verifikasi standar satuan ukuran laborratorium Metrologi Legal, fasilitas Tera atau Tera Ulang UTTP, Peningkatan kompetensi SDM Metrologi serta penyuluhan kemetrologian.

3 Kepala Sub Direktorat Setandar Ukuran dan Laboratorium Kemetrologian Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan penyusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur dan bimbingan teknis dan evaluasi serta pelaksanaan dibidang verifikasi standar satuan laboratorium Metrologi Legal.

4. Kepala Sub Direktorat Teknik Kemetrologian

Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan penyusunan pedoman, setandar, noma, criteria, prosedur dan bimbingan teknis dan evaluasi serta


(28)

pelaksanaan dibidang fasilitasi Tera atau Tera Ulang UTTP (alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan perlengkapannya).

5. Kepala Sub Direktorat Sumber Daya Manusia Kemetrologian

Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, bimbingan dan pelaksanaan teknis serta pengawasan dan evaluasi dibidang sumber daya manusia kemetrologian.

6. Kepala Sub Direktorat Pengawasan dan Penyuluhan Kemetrologian Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, bimbingan dan pelaksanaan teknis serta pengawasan dan evaluasi di bidang pengawasan dan penyuluhan kemetrologian.

7. Seksi Fasilitas Tenaga Non Fungsional Kemetrologian

Malakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, bimbingan dan pelaksanaan teknis serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaan dibidang fasilitas tenaga non fungsional kemetrologian.

8. Seksi Pengawasan Dan penyuluhan Alat Ukur, Takar, Timbang Dan Pelengkapan (UTTP)

Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, bimbingan dan pelaksanaan teknis serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaan dibidang pengawasan dan penyuluhan alat ukur, takar;timbang dan perlengkapannya (UTTP).


(29)

9. Seksi Pengawasan dan Penyuluhan Barang Dalam keadaan Terbungkus (BDKT)

Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, bimbingan dan pelaksanaan teknis serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaan dibidang pengawasan dan penyuluhan barang dalam keadaan terbungkus (BDKT).

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Sistem

Perancangan Suatu program aplikasi terdiri dari satu kesatuan sistem. Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut:

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu JOGIANTO.

Pengertian dari prosedur itu sendiri menurut Richard F. Neuschel adalah suatu urutan-urutan operasi tulis menulis biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi yang terjadi.

Lebih lanjut Ferry Fitz Gerald, Andra F. Fitz Gerald dan Warren D. Stalling, Jr mendefinisikan prosedur sebagai berikut:


(30)

Prosedur adalah urutan-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerapkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang mengerjakan, kapan (when) dikerjakan dan bagaimana (how) mengerjakan JOGIANTO.

Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponen mendefinisikan sistem sebagai berikut :

Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu JOGIANTO.

Suatu sistem yang baik harus mempunyai tujuan dan sasaran yang tepat karena hal ini akan sangat menentukan dalam mendefinisikan masukan yang dibutuhkan sistem dan juga keluaran yang dihasilkan.

2.2.2 Pengertian Informasi

Berkembangnya suatu sistem dipengaruhi informasi yang terdapat didalamnya, suatu sistem jika kekurangan informasi maka lambat laun akan berakhir dan tidak dapat dipergunakan lagi.

informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata atau berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan sekarang maupun di masa datang

Jadi informasi adalah sekumpulan data yang telah mengalami pengolahan, sedangkan data itu sendiri merupakan bentuk jamak dari tunggal data item yang menggambarkan suatu kejadian dak kesatuan nyata yang terjadi pada saat tertentu.


(31)

2.2.3 Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi.

Adapun pengenalan untuk sistem informasi biasanya terdiri dari :

1. Memahami sistem yang ada dengan cara menyampaikan informasi dan menganalisis sistem yang ada

2. Mendefinisikan kebutuhan sistem baru yaitu perimbangan, perencanaan, kebutuhan keluaran, masuskan, simpanan, pengolahan dan mendefinisikan criteria penilaian

3. proses desain sistem yaitu desain keluaran, desain mesukan, desain file, desain pengolahan sistem, pengendalian sistem dan dokumentasi

4. Pengembangan dan implementasi sistem, yaitu meniali perangkat lunak, dokumentasi sistem dan pelatihan, pengetesan sistem dan implementasi sistem

2.2.4 Pemodelan Sistem Pengambilan Keputusan

Seperti telah dijelaskan diatas system didefinisikan sebagai kumpulan objek yang memiliki keterkaitan fungsi dan prosedur untuk mencapai tujuan tertentu bersama – sama. Sistem pengambilan keputusan berkaitan dengan elemen – elemen keputusan seperti pengambilan keputusan, tool pengambilan keputusan, aturan dan ide atau prinsip dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan keputusan yang dihadapi.


(32)

2.2.4.1 Metode Keputusan

Model keputusan relevan dengan model secara umum. Model didefinisikan sebagai representasi sederhana dari suatu keadaan nyata (Ramdhani [3]).

2.2.4.2 Tahapan Pemodelan

Pemodelan pada dasarnya merupakan proses membangun atau membentuk sebuah model, dalam bahasa formal tertentu, dari suatu system nyata berdasarkan sudut pandang tertentu menurut Ramdhani [3]. Sistem nyata akan dilihat dan dibaca oleh pemodelan dan membentuk citra atau gambaran tertentu di dalam pikirannya.

Pemodelan dilakukan menurut beberapa tahapan seperti yang ditunjukan oleh gambar II.2. Tahapan ini menjadi arah bagi pemodel untuk membuat model yang memiliki karakter dengan tingkat generalisasi tinggi, mekanisme transparan, berpotensi untuk dikembangkan peneliti lain, dan peka terhadap perubahan asumsi.


(33)

Tahapan ini mengisyaratkan pemodelan untuk memasukkan komponen pada suatu system nyata yang benar – benar menentukan perilaku system untuk suatu persoalan yang sedang diamati dan mengisyaratkan bahwa pengguna model harus tetap mempertahankan validitasnya dan asumsinya.

2.2.4.3 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Pengambilan keputusan kriteria majemuk pada prinsipnya menurut Ramdhani [3] adalah sebagai berikut :

“Model pengambilan keputusan untuk penentuan prioritas alternatife dengan menggunakan dua atau lebih kriteria atau atribut, yang satu sama lain terkadang memiliki konflik dan kriteria yang tidak sepadan untuk beberapa kepentingan kelompok”.

Lebih lanjut lagi, menurut Ramdhani [3] menyatakan penggunaan model untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk untuk suatu keputusan tertentu tergantung pada saat pemilihan kriteria yang digunakan sebagai kriteria satuan analisis. Pada saat pembuatan kriteria, pengambilan keputusan harus mencoba untuk menggambarkan dalam bentuk kuantifikasi jika hal ini memungkinkan, karena akan selalu adsa factor yang tidak dapat dikuantifikasikan yang juga tidak dapat diabaikan. Bila diabaikan maka hal ini dapat mengakibatkan semakin sulitnya membuat perbandingan kenyataan bahwa kriteria yang baik tidak bisa dikuantifikasikan itu sukar untuk diperkirakan dan diperbandingkan hendaknya tidak dapat menyebabkan pengambilan keputusan untuk tidak menggunakan kriteria tersebut, karena kriteria ini dapat saja relevan dengan masalah utama di dalam setiap analisis. Beberapa kriteria yang kemungkinan sangat penting, tetapi sulit dikuantifikasikan adalah seperti faktor – faktor social ( seperti gangguan


(34)

lingkungan), estetika, keadilan, faktor – faktor politis, serta kelayakan pelaksanaan, akan tetapi jika suatu kriteria dapat dikuantifikasikan tanpa merubah pengertiannya, maka hal ini dapat dilakukan.

2.2.4.4 Penentuan Kriteria

Sifat – sifat yang harus diperhatikan dalam memilih criteria pada setiap persoalan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut menurut Ramdhani [3] : 1. Lengkap

Kriteria yang dipilih harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai.

2. Operasional

Kriteria yang baik harus dapat digunakan dalam analisis. Sifat operasional ini mencakup beberapa pengertian, antara lain bahwa set kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambilan keputusan, sehingga ia dapat benar – benar menghayati implikasinya terhadap alternatif yang ada. Selain itu, jika tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi. Operasional ini juga mencakup sifat dapat diukur, tujuannya adalah untuk memperolah distribusi kemungkinan dari tingkat pancapaian kriteria yang mungkin diperoleh (untuk keputusan dalam ketidakpastian ) dan mengungkapkan perferensi pengambilan keputusan atas pencapaian kriteria.


(35)

3. Tidak Berlebihan

Kriteria yang dipilih tidak berlebihan untuk menghindari perhitungan yang berulang. Proses menentukan set kriteria diusahakan menghindari kriteria yang mengandung pengertian yang sama.

4. Minimum

Jumlah kriteria harus minimum dengan tujuan agar lebih mengkonprehensifkan persoalan. Semakin banyak criteria yang dilibatkan maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati permasalahan dengan baik, lebih jauh lagi, jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan semakin banyak.

Adakalanya meskipun kita telah berusaha menjabarkan tujuan menjadi lebih spesifik, kita tetap dapat menemukan kriteria untuk sejumlah tujuan.

2.2.4.5 Jenis Metode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Menurut Saaty [4] ada beberapa metode standar yang umum digunakan untuk pengambilan keputusan Kriteria majemuk adalah Multi Attribute Utility Theory (MAUT) (Edward, W, 1997), Simple Multi Attribute Rating Tecnique (SMART) (Edward, W dan Barron, FH, 1994 ) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) (Saaty, TL, 1980). Perkembangan ilmu pengambilan keputusan kriteria majemuk juga telah meluas dengan diperkenalkan metode yang lebih kompleks seperti Analytic Network Process (ANP).

Penelitian ini mengambil basis metode AHP sebagai metode untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam mengajukan kenaikan pangkat.


(36)

2.2.5 Pengertian Kenaikan Pangkat

Kenaikan pangkat merupakan perubahan status seorang pegawai keaarah yang lebih tinggi atas dasar prestasi yang dicapainya yang telah diberikan kepada Negara.

2.2.5.1 Pengertian kenaikan pangkat secara umum

Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas dasar prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negri Sipil yang bersangkutan terhadap Negara. Selain itu, kenaikan pangkat juga dimaksudkan sebagai dorongan kepada Pegawai Negri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya”.

2.2.5.2 Pengertian Kenaikan Pangkat Fungsional

“ Kenaikan pangkat secara fungsional yaitu pangkatnya masih dalam batas ketentuan pangkat tertinggi berdasarkan pendidikan, pengumpulan angka kredit dan telah memenuhi syarat-syarat untuk naik pangkat”.

2.2.6 Analytic Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saaty [4] metode AHP atau Proses Hirarki Analitik merupakan salah satu metode pengambilan keputusan dimana factor – factor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dicoba untuk dioptimasikan dalam suatu proses yang sistematis. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika University Of Pittsburgh di Amerika Serikat, pada awal tahun 1970 – an.

AHP yang dikembangkan oleh Saaty ini memecahkan yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak kompleksitas ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedia data


(37)

statistic yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali. Adakalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak dapat dicatat secara numeric (kuantitatif), namun secara kualitatif, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model – model lainnya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendeketan AHP, khususnya dalam memahami para kepututsan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini.

2.2.6.1 Kelebihan dan Kelemahan AHP

Metode AHP telah banyak penggunaannya dalam berbagai skala bidang kehidupan. Kelebihan metode AHP ini dibandingkan dengan pengambilan keputusan criteria majemuk lainnya adalah :

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari criteria yang dipilih, sampai pada sub – sub criteria yang palling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai criteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan akomodasi untuk atribu – atribut baik kuantitatif maupun kualitatif.

5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil yang lebih konsisten dibandingkan dengan metode – metode lainnya.


(38)

6. Metode pengambilan keputusan AHP memiliki system yang mudah dipahami dan digunakan.

Kelemahan – kelemahan penggunaan metode AHP yaitu :

1. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam (expert) mengenai permasalahan dan tentang AHP itu sendiri.

2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam atau ekstrim dikalangan responden.

2.2.6.2 Langkah – langkah Metode AHP

Adapun langkah yang dipergunakan dalam metode AHP, yaitu : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan – tujuan, criteria dan kemungkinan alternatif – alternatif pada tingkatan criteria yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing – masing tujuan atau criteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pengambilan keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruh sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.


(39)

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Mengikuti vector eigen di setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mesintesis judgement dalam penentuan prioritas elemem – elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian data judgement harus diperbaiki.

Secara naluriah manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya. Proses paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan yang dapat dipertanggungjawabkan, untuk itu Saaty menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai secara perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lain ( Lihat table II.1 ).

Table 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan


(40)

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai perbandingan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.

Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.


(41)

Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan menggunakan matriks. MIsalkan, dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen – elemen operasi A1,A2, …, An, maka hasil

perbandingan secara berpasangan elemen – elemen operasi tersebut akan membentuk matriks perbandingan (Lihat gambar 2.3).

A1 A2 … An

A1 a11 a12 … a1n

A2 a21 a22 … a2n

: : : : :

An an1 an2 … ann

Gambar 2.3 Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks A (nxn) merupakan matriks resiprokal dan diasumsikan terdapat n elemen yaitu w1, w2, …, wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai

(judgement) perbandingan secara berpasangan antara (wi, wj) dapat

dipresentasikan seperti matriks tersebut (persamaan dibawah). wi = a(i, j); I, j = 1, 2, …, n

wj

Matriks A merupakan matris perbandingan dengan unsur – unsur adalah aij, dengan I, j = 1, 2, …, n. Unsur – unsur matriks tersebut diperoleh dengan

membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya tingkat hirarki yang sama. Matriks itu dikenal juga dengan sebutanPairwise Comparison Judgement Matrices (PCJM).


(42)

Vektor pembobotan elemen – elemen operasi dinyatakan sebagai vector w, dengan w (w1, w2, …, wn), sehingga nilai intensitas kepentingan elemen operasi

A1 terhadap A2 yakni w1/w2 sama dengan a12 (gambar 2.4).

A1 A2 … An

A1 w1/w1 w1/w2 … w1/wn

A2 w2/w1 w2/w2 … w2/wn

: : : : :

An wn/w1 wn/w2 … wn/wn

Gambar 2.4 Matriks Perbandingan Dengan Nilai Intensitas Nilai – nilai wi, wj, dengan I, j = 1, 2, …, n, diperoleh dari partisipan yang

dipilih, yaitu orang – orang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Bila matriks ini dikalikan dengan vector kolom w = w1, w2, …, wn,

maka A dengan nilai eigen n. Persamaan tersebut akan dilihat seperti gambar II.5 : w1 w1 … w1

w1 w2 wn w1 w1

w2 w2 … w2 x w2 = n x w2

w1 w2 wn … …

wn wn … wn wn wn

w1 w2 wn


(43)

Variabel n pada gambar dapat digantikan secara umum dengan sebuah vector dalam persamaan berikut :

Aw = w

Dimana = ( 1, 2, …, n)

Setiap nyang memenuhi persamaan diatas disebut sebagai eigen value,

sedangkan vector w yang memenuhi persamaan diatas tersebut dinamakan eigen vector.

Matriks A adalah suatu matriks resiprokal dengan nilai aii = 1 untuk semua

I, sehingga memenuhi persamaan berikut :

=

n i

i

1

λ

= n

Apabila matriks A adalah matriks yang konsisten maka semua eigen value bernilai 0 kecuali satu yang bernilai sama dengan n. Bila matriks A adalah matriks yang tak konsisten, variasi kecil atas aij akan membuat eigen value paling besar,

max tetap dekat dengan n, dan eigen value lainnya mendekati nol.

Nilai maxdapat dicari dengan persamaan berikut :

Aw = maxw atau [ A – max I ] = 0

Dimana I adalah matriks identitas.

Nilai vector bobot w dapat dicari dengan mensubtitusikan nilai max ke

dalam persamaan Aw = max w.

Pada prakteknya, kondisi yang konsisten akan sulit didapat . Nilai aij akan

menyimpang dari rasio wi / wj sehingga dengan demikian persamaan Aw = nw

tidak akan terpenuhi. Deviasi maxdari n merupakan suatu parameter Consistency


(44)

CI = max– n

n – 1

Nilai CI tidak akan berarti bila tidak terdapat acuan untuk menyatakan apakah CI menunjukkan suatu matriks yang konsisten. Saaty memberikan acuan dengan melakukan perbandingan acak terhadap 500 buah sample. Saaty berpendapat bahwa suatu matriks yang dihasilkan dari perbandingan yang dilakukan secara acak merupakan suatu matriks yang mutlak tak konsisten. Pada matriks acak tersebut diperoleh nilai CI, yang disebut dengan Random Index ( RI ), sehingga dengan membandingkan CI dengan RI akan didapatkan acuan untuk menentukan tingkat konsistensi suatu matriks, yang disebut dengan Consistency Ratio ( CR ), melalui persamaan berikut :

CR = CI RI

Thomas L. Saaty mendapatkan nilai rata – rata RI dari 500 buah sample matriks acak dengan skala perbandingan 1 – 9, untuk beberapa orde matriks sebagai pada table II.2 :

Table 2.1 Nilai Random Index

Orde Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45

Orde Matriks 10 11 12 13 14 15


(45)

Saaty menerapkan bahwa suatu matriks perbandingan adalah konsistensi bila nilai CR tidak lebih dari 0.1 ( 10% ).

2.2.7 Perhitungan Matematis AHP 2.2.7.1 Contoh Perhitungan AHP

Masalah pemilihan sekolah dilakukan oleh Prof.T.L Saaty untuk membantu anakanya dalam menentukan perguruan tinggi apa yang akan dimasukinya setelah lulus dari sekolah. Anaknya menemui kesukaran dalam memilih satu dari tiga perguruan tinggi yang menerimanya sebagai mahasiswa. Prof. Saaty memutuskan untuk membuat suatu hirarki yang dapat dilihat pada gambar II.6 berikut :

M e m i l i h S e k o l a h

P B M L P K S P K K U A K M

S e k o l a h A S e k o l a h B S e k o l a h C

Gambar 2.6 Struktur Hirarki Dalam Pemilihan Sekolah Keterangan :

PBM = Proses Belajar Mengajar LP = Lingkungan Pergaulan KS = Kehidupan Sekolah PK = Pendidikan Kejurusan

KUA = Kualifikasi yang diminta sekolah KM = Mutu Pendidikan musik


(46)

Setelah penyusunan hirarki selesai maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara elemen – elemen dengan memperhatikan pengaruh elemen pada level diatasnya. Perbandingan dilakukan dengan skala 1 sampai 9. Matriks perbandingan dari level dua dapat dilihat pada table II.3.

Table 2.3 Perbandingan Kepentingan Level 2

PBM LP KS PK KUA KM

PBM 1 4 3 1 3 4

LP 1/4 1 7 3 1 / 5 1

KS 1/3 1/7 1 1 / 5 1/ 5 1 / 6

PK 1 1/3 5 1 1 1/ 3

KUA 1/3 5 5 1 1 3

KM 1/4 1 6 3 1/3 1

Nilai pada table II.3 dapat disintesiskan dengan jalan menjumlahkan angka – angka yang terdapat pada setiap kolom, setelah itu angka dalam setiap sel dibagi dengan jumlah pada kolom yang bersangkutan. Proses ini akan menghasilkan matriks yang telah normal ( Lihat pada table II.4 ).

Table 2.4 Matriks yang dinormalkan

PBM LP KS PK KUA KM Rata – rata


(47)

BM

P

3 / 38 2 / 23 7 / 27 15 /46 3 / 86 2 /19 0.15

S

2 / 19 1 / 80 1 / 27 1 / 46 3 / 86 1 /57 0.04

K

6 / 19 2 / 69 5 / 27 5 / 46 15 / 86 2 /57 0.14

UA

2 / 19 17 /39 5 / 27 5 / 46 15 / 86 6 /19 0.22

M

3 / 38 2 / 23 2 / 9 15 /46 5 / 86 2 /19 0.15

Nilai rata – rata dari setiap baris menunjukkan bahwa tingkat kepentingan factor untuk masing – masing criteria adalah : 30%, 15%, 4%, 14%, 22%, dan 15%. Setelah matriks level 2 selesai diisi dan dihitung bobot prioritasnya, langkah selanjutnya adalah membuat matriks perbandingan antar elemen level 3 dengan memperhatikan keterkaitannya dengan level 2. Proses ini memiliki langkah yang sama seperti proses yang telah dijelaskan sebelumnya.

2.2.7.2 Perhitungan Konsistensi AHP

Langkah pertama untuk menghitung konsistensi adalah dengan melakukan perkalian matriks antara matriks perbandingan pada table II.3 dan vector prioritas yang didapat pada table II.4. Hasil perhitungan ini adalah sebagai berikut :


(48)

1 4 3 1 3 4 0.30 2.40

1/4 1 7 3 1/5 1 0.15 1.11

1/3 1/7 1 1/5 1/5 1/1 x 0.04 = 0.26

1 1/3 5 1 1 1/3 0.14 0.96

1/3 5 5 1 1 3 0.22 1.84

1/4 1 6 3 1/3 1 0.15 1.10

Selanjutnya nilai masing – masing sel pada vector hasil perkalian tersebut dibagi dengan nilai masing – masing sel pada vector prioritas sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

2.40 0.30 7.88

1.11 0.15 7.45

0.26 ÷ 0.04 = 6.75

0.96 0.14 6.76

1.84 0.22 8.31

1.10 0.15 7.50

Nilai maxdapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut : max= 7.88 + 7.45 + 6.75 + 6.76 + 8.31 + 7.50


(49)

6

Nilai Consistency Index ( CI ) didapat dengan perhitungan : CI = max – n = 7.44 – 6 = 0.29

n – 1 6 – 1

Berdasarkan table 2.2 nilai Random Index ( RI ) untuk jumlah elemen 6 adalah 1,24 maka nilai Consistency Ratio ( CR ) adalah

CR = CI = 0.29 = 0.23 RI 1.24

Nilai 0.23 ini menyatakan bahwa rasio konsistensi dari hasil penelitian perbandingan diatas mempunyai rasio sebesar 23%. Nilai ini menyebabkan penilaian tersebut tidak dapat diterima dan harus diulangi kembali karena lebih besar dari 10% seprti yang telah dikemukakan oleh Saaty.

2.2.7.3 Perhitungan Multi Responden

Penilaian yang dilakukan oleh banyak responden akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks perbandingan. Jadi semua jawaban dari responden harus dirata – ratakan. Untuk itu Saaty memberikan metode perataan denganGeometric Mean. Geometric Mean Theory menyatakan bahwa jika terdapat n responden melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numeric untuk setiap pasangan. Untuk mendapat suatu nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing – masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan berikut :


(50)

aij adalah nilai rata – rata perbandingan antar criteria Ai da Aj untuk n

responden. Zi adalah nilai perbandingan antara criteria Ai denagn Aj untuk

responden ke – i dengan i = 1, 2, …, n dan n adalah jumlah responden.

2.2.8 Konsep Basis Data 2.2.8.1 Definisi Basis Data

Istilah basis data banyak menimbulkan interpretasi yang berbeda. Anthoni J. Fabbri dan A. Robert Schwab, mendefinisikan basis data sebagai berikut :

Basis data adalah sistem berkas terpadu yang dirancang terutama untuk meminimalkan pengulangan data [6JOG].

Menurut George Tsu-der Chou, basis data dapat didefinisikan sebagai berikut :

Basis data sebagai kumpulan informasi bermanfaat yang diorganisasikan ke dalam tatacara yang khusus . [6JOG]

Basis data dimaksudkan untuk mengatasi problem pada sistem yang memakai pendekatan berbasis berkas. Sistem basis data adalah suatu sistem menyusun dan mengelola record-record menggunakan komputer untuk menyimpan atau merekam serta memelihara data opersional lengkap sebuah organisasi / perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi yang optimal yang diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan.

Untuk mengelola basis data diperlukan perangkat lunak yang disebut DBMS. DBMS adalah perangkat lunak sistem yang memungkinkan para pemakai membuat, memelihara, mengontrol, dan mengakses basis data dengan cara yang praktis dan efisien.


(51)

Mengapa diperlukandatabase :

1. Salah satu komponen penting dalam sistem informasi, karena merupakan dasar dalam menyediakan informasi.

2. Menentukan kualitas informasi : akurat, tepat pada waktunya dan relevan. 3. Informasi dapat dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan

dengan biaya mendapatkanya.

4. Mengurangi duplikasi data (dataredudancy). 5. Hubungan data dapat ditingkatkan.

6. Mengurangi pemborosan tempat simpanan luar.

Sampai dengan membentuk suatu database, data mempunyai jenjang mulai dari karakter-karakter, item data, record, file dan kemudian database. Jenjang data dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Jenjang Data

1. Character : merupakan bagian data yang terkecil, dapat berupa karakter numeric, huruf ataupun karakter-karakter khusus (special character) yang mrmbentuk suatufield.

2. Field : merepresentasikan suatu atribut dari record yang menunjukan suatu item dari data, seperti misalnya nama, alamat dan lain sebagainya. Kumpulan darifield membentukrecord.


(52)

3. Record : kumpulan dari field membentuk suatu record. Record menggambarkan suatu unit data individu yang tertentu. Kumpulan darirecord membentuk suatufile.

4. File :file terdiri darirecord-record yang menggambarkan satu kesatuan data yang sejenis.

5. Database : kumpulan darifile yang membentuk suatudatabase.

2.2.8.2 Tahap Perancangan Basis Data

Perancangan basis data merupakan langkah untuk menentukan basis data yang diharapkan dapat mewakili seluruh kebutuhan pengguna. Perancangan basis data terdiri atas perancangan basis data secara konseptual, perancangan basis data secara logis, dan perancangan basis data secara fisis.

Beberapa komponen yang terdapat pada perancangan basis data secara konseptual antara lain:

1. Entitas

Entitas terkadang disebut tipe entitas atau kelas entitas. Entitas adalah objek yang dapat dibedakan dari objek-objek lainnya.

2. Atribut

Atribut adalah item data yang menjadi bagian dari suatu entitas. Istilah lain dari attribut adalah properti.

3. Hubungan

Hubungan adalah asosiasi atau kaitan antara dua entitas. 4. Kekangan


(53)

Kekangan digunakan untuk melindungi integritas data (misalnya, melindungi kesalahan sewaktu pengisian data).

5. Domain

Domain adalah himpunan yang berlaku bagi suatu atribut. Kekangan domain mendefinisikan nama, tipe, format, panjang, dan nilai masing-masing item data.

6. Integritas Referensial

Integritas referensial adalah aturan-aturan yang mengatur hubungan antara kunci primer dengan kunci tamu milik tabel-tabel yang berbeda dalam suatu basis data relasional untuk menjaga konsistensi data.

2.2.9 Metode Analisis Sistem Terstruktur 2.2.9.1 Bagan alir dokumen (document flowmap)

Bagan alir dokumen menggambarkan aliran dokumen dan informasi antar area pertanggungjawaban didalam sebuah organisasi. Bagan alir ini menelusuri sebuah dokumen dari asalnya sampai tujuannya. Secara rinci bagan alir ini menunjukan dari mana dokumen berasal, didistribusikannya, tujuan digunakan dokumen tersebut. Bagan alir ini bermanfaat untuk menganalisis kecukupan prosedur pengawasan dalam sebuah sistem. Bagan alir dokumen disebut juga bagan alir formulir yang menunjukan arus dari laporan dan formulir termasuk tembusannya.


(54)

ERD merupakan notasi grafis dalam pemodelan data konseptual yang mendeskripsikan hubungan antara penyimpanan. ERD digunangan untuk memodelkan struktur data dan hubungan antar data, karena hal ini relatif kompleks. Dengan ERD kita dapat menguji model dengan mengabaikan proses yang dilakukan.

ERD menggunakan Sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar data, pada dasarnya ada 3 macam simbol yang digunakan:

1. Entity

Entityadalah suatu objek yang dapat di identifikasi dalam lingkaran pemakai, sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan dibuat. 2. Atribut

Entity mempunyai elemen yang disebut atribut dan berfungsi mendeskripsikan karakterentity.

3. Relasi

Relasi merupakan gugusan entitas yang berhubungan antar entitas atau beberapa entitas. Macam-macam relasi :

a. Relasi satu ke satu (one to one)

Setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas B, dan berlaku sebaliknya. b. Relasi satu ke banyak (one to many)

Setiap entitas pada himpunan A berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, dan B berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas A.


(55)

c. Relasi banyak ke satu (many to one)

Setiap entitas pada himpunan a berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas B, tapi tidak sebaliknya dimana setiap entitas di himpunan A berhubungan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas.

d. Relasi banyak ke banyak (many to many)

Setiap entitas pada himpunan A berhubungan paling banyak dengan banyak entitas pada himpunan entitas.

2.2.9.3 Diagram Konteks (contexts diagram)

Diagram konteks ini merupakan alat-alat untuk struktur analisis. Pendekatan struktur ini mencoba untuk menggambarkan sistem secara garis besar atau secara keseluruhan. Diagram konteks ialah kasus khusus dari DFD atau bagian dari DFD yang berfungsi memetakan modul lingkungan yang direpresentasikan dengan lingkaran yang mewakili keseluruhan sistem.

Diagram Kontek meliputi beberapa sistem antara lain: 1. Kelompok pemakai

2. Data yang diterima oleh sistem dari lingkaran 3. Data yang dihasilkan oleh sistem

4. Penyimpanan data

2.2.9.4 DFD(Data Flow Diagram )

DFD adalah penjelasan lebih rinci dari diagram konteks dan proses fungsional yang ada dalam sistem. DFD mejelaskan tentang aliran masuk, aliran keluar, proses serta penyuntinganfile yang digunakan.


(56)

DFD digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang dikembangkan secara logika tanpa memperhatikan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau disimpan.

DFD sangat berguna untuk mengetahui prosedur suatu program. Keuntungan yang lain adalah mempermudah pemakai atau user yang kurang menguasai komputer untuk mengerti sistem yang akan dibuat.

2.2.9.5 Kamus Data (data directory)

Menurut JOG[6] mendefinisikan kamus data adalah sebagai berikut : Kamus data atau data directory adalah catalog data tentang fakta dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi

Dengan menggunakan kamus data, analisis sistem dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan lengkap. Pada tahap perancangan sistem, kamus data dapat digunakan untuk merancanginput,output (laporan-laporan) dan merancangdatabase program.

2.2.10 Teknik Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian perangkat lunak adlah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan mempesentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan pengkodean.

2.2.10.1 Dasar Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian menyajilkan anomali yang menarik bagi perekayasa perangkat lunak. Pada proses perangkat lunak, perekayasa pertama-tama berusaha membangun perangkat lunak dari konsep abstrak ke implementasi yang dapat dilihat, baru dilakukan pengujian. Perekayasa menciptakan sederetan test case yang dimaksudkan untuk “membongkar” perangkat lunak yang sudah dibangun.


(57)

Pada dasarnya pengujian merupakan salah satu langkah dlam proses rekayasa perangkat lunak yang dianggap sebagai hal yang destruktif daripada konstruktif. 2.2.10.2 Sasaran-sasaran Pengujian

Dalam buku klasiknya mengenai pengujian perangkat lunak, Glen Myers [MYE79] menyatakan sejumlah aturan yang berfungsi sebagai sasaran pengujian: 1. Pengujian adalah proses eksekusi suatu program dengan meksud menemukan

kesalahan.

2. Test case yang baik adalahtest case yang memiliki probabilitas tinggi untuk menemukan kesalahan yang belum ditemukan sebelumnya.

3. Pengujian yang sukses adalah pengujian yang mengungkap semua kesalahan yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

2.2.10.3 Prinsip Pengujian

Sebelum mengaplikasikan metode untuk mendesaintest caseyang efektif, perekayasa harus memahami prinsip dasar yang menuntun pengujian perangkat lunak. Davis [DAV95] mengusulkan serangkaian prinsip-prinsip pengujian diantaranya:

1. Semua pengujian harus dapat ditelusuri sampai kepesyaraan pelanggan. 2. Pengujian harus direncanakan lama sebelum pengujian itu mulai. 3. Prinsip pareto berlaku untuk pengujian perangkat lunak.

4. Pengujian harus mulai dari yang kecil dan yang berkembang kepengujian yanglebih besar.

5. Pengujian yang mendalam tidak mungkin.

6. Untuk menjadi paling efektif pengujian harus dilakukan oleh pihak ketiga yangindependen.


(58)

2.2.10.4 Testabilitas

Testibilitas perangkat lunak adalah seberapa mudah program komputer dapat diuji. Karena pengujian sulitk, maka perlu diketahui apa yang harus dilakukan agar manjadi lebih mudah.Cheklistberikut ini memberikan serangkaian karakteristik yag membawa peragkat lunak yang dapat diuji.

1. Operabilitas,“semakin baik dia bekerja, semakin efisien dia diuji”. 2. Observabilitas,“apa yanganda lihat adalah apa yang anda uji”.

3. Kontrabilitas, semakin baik kita dapat mengontrol perangkat lunak semakin banyak pengujian yang diotomatisasi dan dioptimalkan”.

4. Dekomposabilitas, “dengan mengontrol ruang lingkup pengujian, kita dapat lebih cepat mengisolasi masalah dan melakukan pengujian kembali secara lebih halus”.

5. Kesederhanaan, “semakin cepat yang diuji, semakin sedikit kita dapat mengujinya”.

6. Stabilitas, “semakin sedikit perubahan, semakin gagguan dalam pengujian”. 7. Verifikasi, mengacu kepada rangkaian aktivitas yang memastikan bahwa

perangkat lunak secara tepatmengimplementasikan suatu fungsi terentu. 8. Validasi, mengacu pada rangkaian aktivitas berbeda yang memastikan bahwa

prangkat lunak yang dibangun dapat ditelusuri kepersyaratan pelanggan. “Apakah kita membangun produk yang benar”.

2.2.10.5 PengujianBlack Box

Pengujian Black-box berfokus padapersyaratan fungsional perangkat lunak. Dengan demikian, pengujian black-box memungkinkan perekayasa


(59)

peangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya semua persyaratan fungsional untuk suatu program.

Penguian black-box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut:

1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang. 2. KesalahanInterface.

3. Kesalahan dalam struktur data atau aksesdatabase eksternal. 4. Kesalahan kinerja.

5. Inisialisasi dan kesalahan terminasi. 2.2.11 SistemClient Server

Sistem client-server mempunyai dua komponen utama yaitu komputer client dan komputer server. Server merupakan komputer induk yang melakukan pemprosesan terbanyak untuk memenuhi permintaan-permintaan dari komputer client dan bertindak sebagai server database yang menyimpan data. Client yaitu suatu komputer atau workstation yang melakukan pengiriman permintaan-permintaan data padaserver kemudian menampilkan data tersebut padainterface aplikasi yang dimilikinya. Selain itu client juga mempunyai kemampuan untuk mengubah atau menghapus data.

Sistem client-server merupakan suatu sistem client komputer yang melibatkan proses-proses client yang meminta suatu pelayanan data kepada komputer server yang menyediakan layanan tersebut, sehingga client maupun server sama-sama melakukan pekerjaan. Dengan adanya kombinasi client dan server ini maka kumpulan dari modul-modul program tidak dieksekusi dalam memori yang sama namun terbagi dalam komputerclient-server.


(60)

Hal ini menjadikan konfigurasi bagi komputer client dan komputer server bisa berbeda seperti kapasitas memori, kecepatan prosesor atau alat masukan dan keluaran yang disesuaikan dengan fungsi kerja dari elemen-elemen tersebut. Bagi server yang menjalankan tugas pengelolaan suatu database digunakan suatu konfigurasi yang khusus menangani tugasnya tersebut dengan sistem operasi yang dikhususkan bagi server seperti windows NT server, windows 2000 server, sedangkan komputer client menggunakan konfigurasi yang umum bagi sebuah komputer dekstop yang terhubung ke jaringan dengan sistem operasi seperti windows 98, windows me, windows xpdan lain-lain.

2.2.11.1 Cara KerjaClient-Server

Sistem client-server berjalan seutuhnya pada dua sistem yang berbeda. Biasanya sebuah server melayani satu client saja. Apabila pemakainnya mengakses informasi bagian aplikasi, client mengeluarkan permintaan yang dikirimkan melalui jaringan kepada server. Server kemudian menjalankan permintaan dan mengirimkan kembali kepadaclient.

Prosesserver berperan sebagai aplikasi yang mengelola sumber daya nilai bersama (shared resource) seperti database, printer atau jalur komunikasi menjalankan tugasnya.

Sebagai back-end, sistem client-server yaitu pusat pemprosesan data, sedangkan proses client meliputi program-program untuk mengirimkan permintaan pada server serta melakukan pengaksesan pada data seperti mengubah, menghapus atau menambah data.

Karena itu program pada client adalah aplikasifront-end yang digunakan sebagai antarmuka bagi pemakai untuk berinteraksi dengan server selain ituclient


(61)

menangani pemakaian sumber daya lokal seperti monitor,keyboard dan perangkat lokal lainya.

2.2.12 Software Pendukung

Untuk perangkat lunak pendukung cara mengembangkannya melalui dua macam aplikasi, karena komputer server dan client memerlukan aplikasi yang berbeda. My SQL digunakan untuk pengelolaan database server dan Borland Delphi sebagai aplikasi pemograman untuk mengembangkan aplikasi sistem client-server pada komputer client. Kedua perangkat lunak ini dinilai merupakan perangkat lunak yang lebih baik dibanding dengan yang lainya sebagai alat yang mengembangkan aplikasi bagi sistemclient-server.

2.2.12.1 Borland Delphi 7.0

Delphi adalah komplier atau penerjemah bahasa Delphi ( awalnya dari bahasa pascal) yang merupakan bahasa tingkat tinggi. Bahasa pemograman di Delphi disebut bahasaprocedural artinya bahasa atau sintaknya mengikuti urutan tertentu atau prosedur. Ada jenis pemograman non-prosedural seperti pemograman untuk kecerdasan buatan seperti bahasa prolog. Delphi termasuk keluarga visual basic, visual C, artinya perintah-perintah untuk membuat objek dapat dilakukan secara visual. Pemogram hanya memilih objek apa yang ingin dimasukan kedalam form, kemudian tingkah laku objek tersebut akan menerima aksi tinggal dibuat programnya. Delphi merupakan bahasa berorientasi objek, artinya nama objek, property dan prosedur dikemas menjadi satu kemasan (encapsulate).

Delphi adalah sebuah perangkat lunak untuk membuat aplikasi komputer berbasis windows. Delphi merupakan bahasa pemograman berbasis objek, artinya


(62)

semua komponen yang ada merupakan objek-objek.ciri-ciri sebuah objek adalah memlki nama, property dan prosedur. Delphi disebut juga visual programming artinya komponen-komponen yang ada tidak hanya berupa teks tetapi muncul berupa gambar-gambar.

2.2.12.2 Microsoft SQL Server

Database adalah tempat penyimpanan data. Database tidak langsung menampilkan data ke user, tetapi user harus menjalankan aplikasi yang mengakses data dari database dan menampilkannya dalam bentuk yang mudah dimengerti. Untuk bekerja dengan database, kita harus memakai sebuah bahasa. Bahasa database yang paling banyak digunakan adalah SQL (Strukture Query Language). Microsoft SQL Server adalah sistem manajemen basis data yang memakai perintah-perintahTransact-SQL untuk mengirimkan perintah dari computerclient ke server.Transact-SQL adalah bahasa SQL yang dikembangkan oleh Microsoft dengan menambah dialek- dialek tertentu. Microsoft SQL Server berisidatabase, mesin database, dan aplikasi yang diperlukan untuk mengolah data dan komponen- komponennya.

Tool -tool yang sering dipakai dan terdapat dalam Microsoaft SQL Server adalah: 1. SQL Server Service Manager, berguna untuk mengaktifkan atau

menonaktifkan layanan (service)server SQL.Client hanya dapat melakukan transaksi database kalau server SQL telah diaktifkan .

2. Query Analizer , merupakan sebuah program berbasis grafis yang dapat digunakan untuk mendesain, mengetes dan menjalankan perintah - perintah


(63)

SQL . Dalam Query Analizer terdapat dua bagian window yang penting yaitu bagian SQL yaitu tempat untuk menuliskan perintah SQL yang akan dijalankan dan window hasil eksekusi SQL yang menampilkan hasil eksekusi perintah SQL.

3. Enterprise Manajer, adalah program berbasis grafis yang berguna untuk adminisrasi database. Hal-hal yang dapat dilakukan dengan Enterprise Manajer adalah:

a. Membuatdatabase, tabel,login dan hak user terhadap server b. Pengisian data

c. Restruktur database, tabel dan objek- objek lain.

4. Book Online, adalah sumber referensi utama yang memberikan informasi segala sesuatu mengenai SQL Server meliputi perintah SQL, fungsi-fungsi manipulsi data, dan lain-lain.

5. Impor dan Ekspor Data, berguna untuk mengkonversi data dari SQL Server kedatabase lain atau sebaliknya.


(64)

51

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan suatu perbaikan[1].

Tahap analisis sistem ini sangat penting, karena apabila terjadi kesalahan dalam tahap ini, akan mengakibatkan kesalahan pada tahap selanjutnya, untuk itu pada tahap ini diperlukan tingkat ketelitian dan kecermatan yang tinggi untuk mendapatkan kualitas kerja sistem yang baik.

3.1.1. Analisis Masalah

Berdasarkan hasil penelitian, selama ini pengolahan data pegawai yang mengajukan kenaikan pangkat di Direktorat Metrologi Bandung masih dilakukan secara manual sehingga menyebabkan beberapa kendala dalam efektifitas dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan pengolahan pada data itu sendiri, yang akan dilaporkan ke kepala bagian.

Dikarenakan belum tersedianya suatu aplikasi yang dapat membantu mempermudah pegawai mendapatkan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, maka dari itulah dilakukan suatu pembangunan sistem pengambilan keputusan kenaikan pangkat pegawai yang diharapkan dapat membantu staf kepegawaiaan dalam mengolah data kenikan pangkat.


(65)

52

3.1.2. Analisis Fungsional

Berdasarkan hasil penelitian dari sistem yang sedang berjalan ternyata perusahaan tersebut tidak mempunyai dokumentasi dari sistem yang sedang berjalan. Sehingga, tahap analisis dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen dari sistem manual yang sedang berjalan, yaitu sebagai berikut :

Berikut dapat dilihat penjelasan mengenai prosedur yang terjadi pada Sistem Pendukung Keputusan Pengajuan Kenaikan Pangkat dalam gambar flow mapsebagai berikut:

3.1.2.1. Flow Map Prosedur Pengajuan Kenaikan Pangkat yang sedang berjalan

Berikut dapat dilihat penjelasan mengenai prosedur Pengusulan Kenaikan Pangkat yang sedang berjalan sistem lama yaitu:

a. Pegawai yang akan mengusulkan naik pangkat mengambil formulir kenaikan pangkat ke subbag TU Bag Kepegawaian dinas/ instansi/lembaga/kantor.

b. Pegawai mengisi formulir kenaikan pangkat dan melengkapi kelengkapan administrasi berupa Foto copy SKKPT, SKJF, IJSAH, KARPEG, DP3, PAK dan Daftar Riwayat Hidup (DRH).

c. Formulir kenaikan pangkat dan kelengkapan administrasi yang sudah diisi dan dilengkapi diberikan kepada subbag TU dinas/instansi/lembaga/kantor untuk diperiksa, apabila ada kekurangan maka formulir kenaikan pangkat dan kelengkapan administrasi dikembalikan ke pegawai untuk diperbaiki atau dilengkapi kekurangannya, sedangkan apabila formulir kenaikan pangkat dan kelengkapan administrasi sudah lengkap, subbag TU


(66)

53

memasukan data yang sudah lengkap kedalam file kenaikan pangkat.doc setelah itu sub bag tu membuat surat usulan kenaikan pangkat dan mencetak nya.

d. Printout surat usulan kenaikan pangkat berjumlah 2 rangkap yang diberikan kepada Kepala Bag untuk ditandatangani.

e. Surat usulan kenaikan pangkat pegawai yang telah ditandatangani Kepala Bag diberikan kepada sub bag tu untuk dijadikan arsip.


(67)

54

Untuk lebih jelasnya terlihat pada gambar 3.1 di bawah ini:


(68)

55

3.2 Analisis Non- Fungsional 3.2.1 Analisis User

Analisis user dimaksudkan untuk mengetahui siapa sajauser yang terlibat dalam pengolahan data pengajuan kenaikan pangkat beserta karakteristiknya sehingga dapat diketahui tingkat pengalaman dan pemahaman user terhadap komputer. Dalam sistem yang sedang berjalan. User yang mengolah data pengajuan kenaikan pangkat Direktorat Metrologi Badung saat ini yaitu:

1. Nama : IGK. Astawa, S.Sos

Jabatan : Kepala Bagian

Perangkat kerja yang sering digunakan: Microsoft Word danExcel

2. Nama : Nona Martin, SH

Jabatan : Subbag TU bag Kepegawaian Perangkat kerja yang sering digunakan: Microsoft Word danExcel

Berdasarkan hasil wawancara setiap user yang ada di Direktorat Metrologi Bandung pada umumnya sudah bisa mengoperasikan komputer dari wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap user dapat mengoperasikan program aplikasi office seperti Microsoft Word dan Microsoft Excel.

User yang di usulkan untuk menggunakan perangkat lunak tersebut adalah Administrator yaitu SubBag TU Bag Kepegawaian dan Kepala Bagian dengan karakteristik sebagai berikut :

a. Administrator SubBag TU

1. Memahami pengoperasian komputer secara aktif.


(69)

56

3. Bertugas mengelola semua data pegawai, data user dan data golongan & pangkat, Jabatan serta laporan..

b. Kepala Bagian

1. Memahami Pengoperasian Komputer

2. Mengerti dan memahami perangkat lunak yang digunakan 3. Bertugas mengecek laporan data AHP.

3.2.2 Analisis Perangkat Keras (Hardware)

Analisis kebutuhan perangkat keras (Hardware) yang digunakan di Direktorat Metrologi Bandung antara lain :

Komputer 1 buah yang diletakkan di ruang TU yang digunakan subbag TU sebagai admin, dengan spesifikasi sebagai

berikut : 1) Server

a. Processor : Minimal Pentium IV b. RAM : 448 MB

c. KapasitasHardisk : 1.60 GHz d. DVD ROM

e. Mouse danKeyboard 2) Client

a. Processor : Pentium III b. HardDisk : 2.68 GHz. c. Memory : 504 Mb. d. Monitor : 15”


(70)

57

e. Mouse dankeybord f. CD ROM

Kebutuhan Perangkat keras (Hardware) yang diperlukan untuk mengimplementasikan Sistem Pendukung Keputusan Pengajuan Kenaikan Pangkat ini adalah 3 buah komputer, 2 buah printer dan 1 Hub. Komputer 1 sebagai server diletakkan di ruang server Direktorat Metrologi, dan 2 buah komputer lainnya serta 2 buah printer sebagai Client yang diletakkan di ruang Kepala Bag, dan SubBag TU dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Komputer server diletakkan di ruang Ruang Server Diraktorat Metrologi Bandung dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Processor : Minimal Pentium IV b. HardDisk : Minimal 80 Gb. c. Memory : Minimal 512 Mb. d. Monitor : Minimal 15” e. Mouse dan Keyboard, dan printer

2. Komputerclient ada 2 buah diletakkan di meja Kepala Bag, dan di bagian SubBag TU dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Processor : Minimal Pentium III b. HardDisk : Minimal 20 Gb. c. Memory : Minimal 128 Mb. d. Monitor : Minimal 15” e. Mouse, keybord, dan printer

Kebutuhan jaringan yang diperlukan untuk mengimplementasikan Sistem Pendukung Keputusn Pengjun Kenaikan Pangkat ini adalah sebagai berikut :


(71)

58

1. Switch : 4 Port 1 buah. 2. LAN Card : 10/100 3 buah 3. Kabel UTP

4. RJ – 45

3.2.3 Analisis Perangkat Lunak (Software)

Analisis perangkat lunak (Software) yang digunakan di Direktorat Metrologi saat ini antara lain :

1. Windows XP Profesional sebagai Sistem Operasinya, dan 2. Microsoft Word dan Microsoft Excel.

Faktanya perangkat lunak yang digunakan ini tidak dapat membantu untuk mengolah data kenaikan pangkat secara maksimal, karena hanya digunakan untuk pengetikan dalam pembuatan laporan saja.

Oleh karena itu dibutuhkan perangkat lunak (software) pendukung aplikasi yang dapat membantu dalam segala kegiatan di Direktorat Metrologi. Adapun perangkat lunak (software) yang akan digunakan dalam membangun sistem informasi ini yaitu SQLServer sebagai media penyimpanandatabase danDelphi (7.0) sebagai implementasi rancangan sistem.

3.2.4 Analisis Jaringan

Analisis denah ruangan dan letak komputer dimaksudkan untuk memudahkan dalam menggambarkan jaringan yang akan dibangun. Jaringan ini berfungsi sebagai penghubung antara komputer yang satu dengan komputer lainnya yang ada di setiap ruangan.


(1)

2. Perangkat Lunak (Software) yang telah dibuat tampilannya menarik :

o

Sangat Menarik

o

Cukup Menarik

o

Tidak Menarik

3. Perangkat Lunak (Software) sudah dapat mempercepat pencarian data yang dibutuhkan:

o

Sangat Cepat

o

Cukup Cepat

o

Tidak Cepat

4. Perangkat Lunak (Software) yang telah dibuat perintah atau instruksi yang disediakan tersebut :

o

Mudah digunakan

o

Cukup mudah digunakan

o

Sulit digunakan

5. Perangkat Lunak (Software) yang telah dibuat dapat membantu pengolahan data pengajuan kenaikan pangkat:

o

Membantu

o

Cukup Membantu

o

Tidak Membantu


(2)

148

4.2.4 Kesimpulan Hasil Pengujian Beta

Dari pengujian beta yang telah dilakukan yaitu dengan pengujian perhitungan pilihan kategori jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan di staff SubBag TU Direktorat Mtrologi. Kesimpulan hasil uji beta menyatakan bahwa sistem memiliki kemudahan untuk dipelajari, tampilan menarik, mudah digunakan, data diolah dengan cepat, membantu dalam pengolahan data pengajuan kenaikan pangkat.


(3)

149

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Tujuan pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Pengajuan Kenaikan Pangkat di Direktorat Metrologi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem Pengambilan Keputusan ini dapat membantu SubBag TU dalam menangani pengolahan data pengajuan kenaikan pangkat.

2. Dapat mempermudah SubBag TU dalam mengambil suatu keputusan yang terbaik dalam proses pengajuan kenaikan pangkat.

5.2 Saran

Berdasarkan semua proses dalam membangun aplikasi ini saran - sarannya adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pengambilan Keputusan pengajuan Kenaikan Pangkat ini dapat lebih dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan user.

2. Sistem Pengambilan Keputusan pengajuan Kenaikan Pangkat ini dapat dikembangkan dengan metode yang berbeda.


(4)

(5)

150

[1] Pressman, Roger S., Ph. D, (2002) , Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktis (Buku Satu), Andi, Yogyakarta.

[2] Jogianto, HM, (1989), Analisis dan Desain sistem Informasi, Yogyakarta : Andi Offset

[3] Ramdhani,M.A,(2001), Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Kriteria Majemuk Pada Pengambilan Keputusan Kelompok. Disertasi Doktor Departemen Teknik Industri ITB.Bandung.

[4] Saaty,TL,(1980),Analytic Hierarchy Process. Mc Graw hill : New York. (2001), Decision Making with Dependence and Feedback : The Analytic Network Process. RWS Publications :Pittsburgh,PA.

[5] Wahana Komputer, (2003), Panduan Praktis Pemrograman Borland Delphi 7.0,Andi,Yogyakarta.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

1. Nama Lengkap : Nurwulan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 26 Pebruari 1985 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Kebangsaan : Indonesia

6. Alamat : Jl. Haji Gopur No. 68 RT.2 RW. 3 Cimahi 40523

7. Telp : 022- 085220052774

8. Nama Orang Tua

a. Nama Ayah : Oom.Sutina b. Nama Ibu : Suhendah

II. Pendidikan Umum

1. SD Negeri Ciledug 2 : 1997 2. SLTP Negeri 2 Ngamprah : 2000 3. MAN 1 Bandung : 2003

4. Perguruan Tinggi : Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Jurusan Teknik Informatika UNIKOM tahun 2003 hingga sekarang

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini Penulis buat dengan sebenar-benarnya sebagai pelengkap dari pada Skripsi ini.