i. Phenol Phenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat
organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena zat ini terikat ke protein sehingga menghalangi
aktivitas enzim.
j. Acetol Acetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.
k. Asam sulfida Asam sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan
bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim.
l. Piridin Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat
digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
m. Metil klorida Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dengan hidrokarbon
sebagai unsure utama. Zat ini adalah senyawa organik yang beracun Gondodiputro, 2007.
2.2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi sistem pernapasan bagian atas dan sistem pernapasan bagian atas dan bagian bawah. Sistem pernapasan bagian atas
meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring. Sistem pernapasan bawah terdiri dari laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus paru. Paru itu
sendiri terdiri dari paru kanan dan paru kiri, dan dibungkus oleh selaput tipis yang disebut pleura. Pleura terbagi menjadi pleura viseralis, yang langsung
membungkus paru,dan pleura parietal yang menempel pada rongga dada Guyton Hall 2007.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Komponen sistem pernapasan Martini et al, 2012.
Secara fungsional, saluran pernapasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu zona konduksi dan zona respiratorik. Zona konduksi berperan sebagai saluran
tempat lewatnya udara pernapasan, serta membersihkan, melembabkan, dan menyamakan suhu udara pernapasan dengan suhu tubuh. Zona konduksi terdiri
dari hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan bronkiolus terminalis Costanzo, 2010. Trakea, yang merupakan saluran konduksi utama, akan
bercabang menjadi dua bronkus yang masuk dalam paru. Bronkus bercabang lagi menjadi saluran napas yang semakin sempit, pendek, dan banyak, yang dikenal
sebagai bronkiolus Sherwood, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Zona konduksi dan zona respirasi Costanzo, 2010
Saluran napas yang termasuk zona konduksi dilapisi oleh silia-silia dan ada sekresi mukus yang berfungsi untuk menghalangi partikel asing masuk ke dalam
paru. Dinding dari zona konduksi juga memiliki otot polos yang diinervasi oleh saraf simpatis dan parasimpatis Costanzo, 2010. Bila saraf parasimpatis
diaktivasi, maka saraf ini akan menyekresikan asetilkolin yang mempunyai efek kontriksi ringan sampai sedang pada bronkiolus. Sebagian besar aktivasi dari saraf
parasimpatis diawali oleh iritasi pada membran epitel dari jalan napas itu sendiri, yang dicetuskan oleh gas-gas beracun, debu, asap rokok, atau infeksi bronkial
Guyton Hall 2007. Pernapasan atau respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara
organisme dengan lingkungan, yaitu pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida Contanzo, 2010. Pernapasan terdiri dari dua proses, yaitu
pernapasan eksternal dan pernapasan internal. Pernapasan eksternal mencakup seluruh rangkaian pertukaran O
2
dan CO
2
antara lingkungan eksternal dan sel
Universitas Sumatera Utara
tubuh. Pernapasan internal yaitu proses penggunaan O
2
dan pembentukan CO
2
di intrasel serta pertukaran gas di antara sel tubuh dan media cair di sekitarnya
Ganong, 2008. Terdapat tiga langkah terintegrasi dalam respirasi eksternal, yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara atmosfir dan alveoli paru.
2. Difusi gas, melewati membran respirasi antara celah udara alveolus dan kapiler alveolus, dan melewati dinding kapiler antara darah dan jaringan lain.
3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh Guyton Hall 2007.
Kontinum saluran napas penghantar mulai dari hidung sampai bronkiolus terminal hingga alveolus harus tetap terbuka agar aliran udara dapat masuk dan
keluar. Trakea dan bronkus merupakan tabung yang cukup kaku dan dikelilingi oleh serangkaian cincin tulang rawan yang mencegah saluran ini menyempit.
Berbeda halnya dengan bronkiolus, saluran ini berukuran lebih kecil dan tidak mempunyai tulang rawan untuk menjaganya tetap terbuka. Dinding saluran ini
mengandung otot polos yang disarafi oleh sistem saraf otonom dan peka terhadap hormon dan bahan kimiawi lokal tertentu. Faktor-faktor ini mengatur jumlah
udara yang mengalir dari atmosfer ke setiap alveolus, dengan mengubah derajat kontraksi otot polos bronkiolus sehingga mengubah kaliber saluran napas terminal
Sherwood, 2011. Jika kita membicarakan domain sifat sistem pernapasan, kita akan
menjumpai istilah respiratory mechanics atau pulmonary mechanics. Respiratory mechanics adalah bidang yang mempelajari mengapa udara dapat mengalir ke
dalam paru dan apa saja yang menghalangi pengalirannya. Secara umum, udara mengalir karena ada perbedaan tekanan. Udara mengalir dari tekanan yang lebih
tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah. Perbedaan tekanan udara di paru terjadi akibat adanya daya kekuatan yang bekerja pada sistem pernapasan,
sehingga dapat mengatasi ketiga kekuatan yang melawan gerak udara ketika masuk ke paru. Kekuatan yang menahan atau melawan gerak udara ketika masuk
Universitas Sumatera Utara
paru adalah: 1 kelentingan paru dan dinding dada, 2 tahanan akibat gesekan dengan jalan napas, 3 sifat kelembaman keseluruhan sistem Djojodibroto,
2009.
2.3. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Faal Paru