BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital di RSUP H.
Adam Malik. Penelitian ini dilaksanakan pada 24 Mei – 20 Juli 2013 di ruangan perinatologi RSUP H. Adam Malik dengan jumlah responden sebanyak 18 orang.
1. Hasil Penelitian
1.1 Data demografi responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Demografi Responden n=18
No Karakteristik Responden
f 1.
Usia 20 tahun
20-35 tahun 35 tahun
17 1
94,4 5,6
2. Suku
Batak Jawa
Melayu Aceh
6 9
1 2
33,3 50,0
5,6 11,1
3. Agama
Islam Kristen Protestan
15 3
83,3 16,7
4. Pendidikan
Tidak tamat SD SD
SMP SMA
AkademiPT 2
2 3
9 2
11,1 11,1
16,7 50,0
11,1
5. Jenis kelamin bayi
Laki-laki Perempuan
13 5
72,2 27,8
6. Jenis kelainan kongenital bayi
Universitas Sumatera Utara
Hirschprung disease Penyakit jantung bawaan
Hidrosefalus Atresia ani
Omfalokel Hiatal hernia
7 6
2 1
1 1
38,9 33,3
11,1 5,6
5,6 5,6
7. Nifas hari keusia bayi
4-14 hari 15-40 hari
14 4
77,8 22,2
8. Paritas
Primipara Multipara
Grandemultipara 7
10 1
38,9 55,6
5,6
9. Keluaga yang menunggu bayi
selain ibu suami
suami dan nenek suami dan anak
suami, nenek, anak dll 9
4 2
3 50,0
22,2 16,7
11,1
10. Daerah asal
Kota Medan Luar Kota Medan
8 10
44,4 55,6
Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas ibu berusia 20-35 tahun yaitu 17 orang 94,4, dengan suku terbanyak adalah suku Jawa 50,0 dan suku yang
paling sedikit adalah Melayu 5,6. Mayoritas ibu beragama Islam 83,3 dengan pendidikan terakhir mayoritas SMA yaitu 9 orang 50,0. Jenis kelamin
bayi yang mengalami kelainan kongenital terbanyak adalah laki-laki 72,2 dengan jenis kelainan kongenital tersering adalah Hirschprung’s disease 38,9
disusul penyakit jantung bawaan 33,3. Mayoritas ibu berada pada hari nifas ke 4-14 hari 77,8, dan merupakan ibu
multipara 50,0. Keluarga yang menunggu bayi selain ibu terbanyak adalah suami 50,0 dengan daerah asal terbanyak dari luar kota Medan 55,6.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Analisa Univariat Analisa univariat dimaksudkan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi
dan persentasi adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital.
1.2.1 Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital
Analisa univariat adaptasi psikologis ibu nifas ditinjau dari 5 aspek yakni pemberian makanan, istirahattidur, stimulasi dan perawatan bayi, persepsi diri
dan keadaan emosional orang tua serta hasil obsevasi perilaku ibu sebagai berikut: 1.2.1.1 Pemberian makanan
Pemberian makanan dibagi ke dalam kategori adaptif dan maladaptif. Untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi masing-masing kategori pemberian
makanan dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini:
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi pemberian makanan n=18
No Pemberian
Makanan f
1 Adaptif
14 77,8
2 Maladaptif
4 22,2
Pada tabel 5.2 dapat dilihat data yang terbanyak adalah responden dengan pemberian makanan termasuk dalam kategori adaptif sebanyak 14 orang 77,8 .
Universitas Sumatera Utara
1.2.1.2 Istirahattidur Istirahat tidur dibagi ke dalam kategori adaptif dan maladaptif. Untuk melihat
distribusi frekuensi dan persentasi masing-masing kategori istirahattidur dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini:
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi istirahattidur n=18
No Istirahat
tidur f
1 Adaptif
13 72,2
2 Maladaptif
5 27,8
Pada tabel 5.3 dapat dilihat data yang terbanyak adalah responden dengan istirahattidur termasuk dalam kategori adaptif sebanyak 13 orang 72,2.
1.2.1.3 Stimulasi dan perawatan bayi Stimulasi dan perawatan bayi dibagi ke dalam kategori adaptif dan maladaptif.
Untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi masing-masing kategori stimulasi dan perawatan diri dapt dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini:
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentasi stimulasi dan perawatan diri n=18
No Stimulasi
Perawatan bayi f
1 Adaptif
15 83,3
2 Maladaptif
3 16,7
Pada tabel 5.4 dapat dilihat data terbanyak adalah responden dengan stimulasi dan perawatan diri termasuk dalam kategori adaptif sebanyak 15 orang 83,3.
Universitas Sumatera Utara
1.2.1.4 Persepsi diri dan keadaan emosional ibu Persepsi diri dan perawatan bayi dibagi ke dalam kategori adaptif dan maladaptif.
Untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi masing-masing kategori persepsi dan keadaan emosional ibu dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini:
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi diri dan keadaan emosional ibu n=18
No Persepsi
keadaan emosional ibu
f
1 Adaptif
18 100,0
2 Maladaptif
Pada tabel 5.5 dapat dilihat data bahwa semua responden dengan persepsi dan keadaan emosional ibu merupakan adaptif 100,0.
1.2.1.5 Observasi Perilaku Ibu
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentasi hasil observasi perilaku ibu n=18
No Perilaku ibu
f 1
Adaptif 18
100,0 2
Maladaptif Pada tabel 5.6 dapat dilihat data bahwa semua responden dari hasil observasi
perilaku ibu merupakan adaptif 100,0. Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa semua ibu memiliki adaptasi psikologis yang adaptif.
Tabel 5.7 Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUP H. Adam Malik n=18
No Adaptasi
psikologis ibu f
1 Adaptif
18 100,0
2 Maladaptif
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 18 ibu dengan menggunakan 2 kategori yaitu adaptif dan maladaptif, didapat hasil semua ibu memiliki adaptasi
psikologis yang adaptif 100,0,
meskipun terdapat beberapa penilaian yang
menunjukkan kriteria maladaptif. 2.
Pembahasan
2.1 Demografi Pada penelitian ini didapat mayoritas ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan
kongenital berada pada kelompok usia reproduksi sehat 20-35 tahun yaitu sebanyak 17 orang ibu atau 94,4. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Siahaan 2012 yang menyatakan bahwa mayoritas umur ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital adalah 20-35 tahun 84,3.
Peneliti berasumsi bahwa ada faktor lain selain usia yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital. Asumsi ini diperkuat dengan pernyataan Manuaba 1998
bahwa kejadian kongenital dapat disebabkan oleh faktor usia, genetik, mekanis, infeksi, obat, gizi dan kelainan hormon.
Berdasarkan suku, mayoritas ibu dengan suku Jawa 50,0, hal ini berkaitan dengan jumlah suku pendatang terbanyak di Sumatera Utara pada umumnya
33,4 bersuku Jawa Bappeda Sumatera Utara, 2009. Mayoritas ibu beragama Islam 83,3, hal ini dapat terjadi karena jumlah penduduk di Sumatera Utara
mayoritas beragama Islam 65,45 Bappeda Sumatera Utara, 2009. Mayoritas pendidikan ibu adalah SMA 50,0, tidak tamat SD 11,1 dan ada
juga akademikperguruan tinggi 11,1. Berdasarkan teori, pengetahuan keluarga tentang kesehatan juga dipengaruhi oleh pendidikan dimana semakin
terdidik keluarga maka semakin baik pengetahuan keluarga tentang kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Friedman, 1998. Peneliti berasumsi bahwa hal ini berkaitan dengan tingkat
pendidikan ibu yang sebagian besar berada pada tingkat pendidikan SMA atau dapat dikatakan cukup baik, yang mungkin akan mempengaruhi pengetahuan
dalam perawatan bayinya. Sehingga secara tidak langsung mempengaruhi adaptasi psikologis ibu yang adaptif.
Dari 17 bayi yang mengalami kelainan kongenital, sebanyak 13 orang 72,2 adalah laki-laki dan selebihnya adalah perempuan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Siahaan 2012 di RSUD Pirngadi Medan menyatakan jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki 54,9. Hal serupa juga dikemukakan oleh penelitian
Nugraha 2010 di RSIA Sri Ratu Medan menyatakan jenis kelamin tertinggi yaitu laki-laki 60,0. Demikian juga penelitian Prabawa 1998 di RSUP Dr.
Kariadi Semarang menyatakan bahwa jenis kelamin tertinggi yaitu laki-laki 65,2.
Jenis kelainan kongenital mayoritas merupakan Hirschprung’s disease 38,9 dan penyakit jantung bawaan 33,3. Hal ini sejalan penelitian Siahaan, 2012
di RSUD Pirngadi Medan menyatakan jenis kelainan kongenital tertinggi adalah sistem gastrointestinal 66,7. Hal ini berbeda dengan penelitian Indrasanto di
RSAB Harapan Kita tahun 2001-2005 jenis kelainan kongenital tertinggi adalah pada sistem cardio-torax 36,86. Kelainan yang termasuk dalam sistem cardo-
torax yaitu penyakit jantung bawaan. Usia bayi dengan kelainan kongenital pada saat di rumah sakit sebagian besar
pada hari ke 4-14 hari sebanyak 14 orang 77,8. Berdasarkan penelitian Siahaan 2012 menyatakan bahwa lama rawatan rata-rata bayi dengan kelainan
kongenital adalah 7,57 hari atau 8 hari. Bayi dengan kelainan kongenital paling
Universitas Sumatera Utara
lama dirawat 26 hari berjumlah 1 bayi adalah penyakit jantung bawaan dengan jenis kelamin perempuan.
Angka kejadian bayi dengan kelainan kongenital tertinggi pada multipara sebanyak 10 orang 55,6. Berdasarkan teori, pada umumnya ibu dengan paritas
tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya Admin, 2009 dalam Mukharomah, 2011.
Keluarga yang menunggu bayi selain ibu sebagian besar adalah suami 50,0. Suami dan keluarga yang menunggu bayi di rumah sakit ketika ibu ada maupun
tidak ada di rumah sakit merupakan bentuk dukungan sosial bagi ibu. Dukungan sosial dari suami dan keluarga membuat ibu mampu mempunyai adaptasi
psikologis yang adaptif. Hal ini sejalan dengan penelitian Ratnawati, dkk 2013 menyatakan bahwa dukungan sosial suami dapat menurunkan kejadian
Postpartum blues di wilayah kerja Puskesmas Gribig Kecamatan Kedungkandang Malang.
Responden kebanyakan berasal dari luar kota Medan 55,6. Ibu yang berasal dari kota Medan sebanyak 8 orang dan luar kota Medan sebanyak 10 orang. Ibu
yang berasal dari luar kota Medan yaitu 3 orang dari Aceh, 2 orang dari Rantau Parapat, 1 orang dari Riau, 1 orang dari Binjai, 2 orang dari Kisaran, dan 1 orang
dari Berastagi. Dapat diasumsikan karena RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A dan rumah sakit rujukan untuk wilayah Provinsi Sumatera
Utara, Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Barat, dan provinsi Riau yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital
Adaptasi psikologis ibu nifas ditinjau dari beberapa aspek yaitu pemberian makanan, istirahattidur, stimulasi dan perawatan bayi, persepsi diri dan keadaan
emosional ibu, dan observasi perilaku ibu. 2.2.1 Pemberian makanan
Adaptasi psikologis mengenai pemberian makanan ASI sebagian besar adaptif yaitu sebanyak 14 ibu 77,8. Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar ibu
memberikan ASI pada bayi agar bayi mendapatkan makanan terbaik. Hal ini diperkuat dengan penelitian Pradnyana, dkk 2010 menyatakan bahwa menyusui
tidak hanya untuk mengurangi stres untuk ibu, namun juga mengurangi tingkat stres pada bayi ketika ibunya mengalami depresi.
Sebanyak 4 ibu 22,2 memiliki pemberian makanan yang maladaptif, hal ini dapat diasumsikan karena kondisi penyakit bayi yang belum dapat diberikan ASI
untuk sementara waktu. Hal ini sesuai dengan penatalaksanaan penyakit hirschsprung adalah tindakan dekompresi medik, atau dekompresi bedah dengan
pembuatan sigmoidostomi Gerson, 2009 dalam Trisnawan, 2011. Adanya tindakan bedah maka bayi perlu dipuasakan sehingga ibu tidak dapat memberikan
ASI untuk sementara. 2.2.2 Istirahattidur
Adaptasi psikologis mengenai istirahattidur sebagian besar adaptif yaitu sebanyak 13 ibu 72,2. Sebanyak 5 27,8 ibu maladaptif dapat diasumsikan peneliti
karena pada pernyataan mempersiapkan tempat tidur bayi ada 3 orang ibu yang menjawab tidak pernah karena ibu sama sekali belum membeli peralatan tidur
Universitas Sumatera Utara
bayi. Begitu juga dengan pernyataan mengenai menjaga atau memperhatikan ruangan tidur bayi ada 1 orang ibu menjawab tidak pernah karena sejak hari
pertama bayi sudah dibawa ke rumah sakit sementara ibu datang beberapa hari kemudian, wawancara dilakukan ketika ibu baru datang pada hari pertama, serta
ibu merasa hal itu adalah tanggung jawab perawat. 2.2.3 Stimulasi dan perawatan bayi
Adaptasi psikologis mengenai stimulasi dan perawatan bayi sebagian besar adaptif yaitu sebanyak 15 ibu 83,3 . Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan ibu
pada fase taking-hold yaitu ibu mulai melakukan perawatan pada bayi sesuai dengan yang dianjurkan tenaga kesehatan McKinney, 2000. Sebanyak 3 16,7
ibu maladaptif, peneliti berasumsi karena pada pernyataan mengenai menggendongmemangku bayi dengan posisi nyaman ada 2 orang ibu yang
menjawab tidak pernah disebabkan kondisi penyakit bayi. 2.2.4 Persepsi diri dan keadaan emosional ibu
Adaptasi psikologis mengenai keadaan emosional ibu semuanya 100,0 adaptif. Namun ada 3 pernyataaan yang menurut asumsi peneliti dapat menjadi gejala
gangguan psikologis yaitu kehilangan nafsu makan, menangis dan merasa bersalah, mengalami tidur terganggu. Pernyataan kehilangan nafsu makan
memiliki jawaban terbanyak jarang sebanyak 14 orang ibu dan yang menjawab sering sebanyak 4 orang ibu.
Peneliti berasumsi ibu terganggu tidurnya karena memikirkan kondisi bayi dan dalam keadaan terpisah dengan bayi terkait masa pemulihan ibu. Hal ini diperkuat
bahwa kondisi kelemahan fisik pada ibu serta kondisi fisik bayi akan menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran pada ibu yang dapat mengganggu
Universitas Sumatera Utara
kondisi psikologis, mengganggu proses bonding dan attachment yang pada akhirnya menstimulus postpartum blues Bobak, 2005 dalam Macmudah, 2012
2.2.5 Observasi perilaku ibu Pada penelitian ini didapat hasil observasi perilaku ibu semuanya adaptif
100,0 yang mendukung adaptasi psikologis secara keseluruhan. 2.2.6 Adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan
kongenital Pada penelitian ini didapat bahwa secara keseluruhan semua ibu 100,0
mempunyai adaptasi psikologis yang adaptif. Hal ini sejalan dengan penelitian Dale, dkk 2011 menyatakan bahwa ibu yang memiliki anak penyakit jantung
bawaan menunjukkan tingkat kepuasan kehidupan dan perasaan sukacita yang sama dengan ibu yang memiliki anak tanpa penyakit jantung bawaan baik selama
kehamilan dan saat bayi berusia 6 bulan. Hal serupa juga dikemukakan oleh O’Hanlon, dkk 2012 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam hal perasaan dan persepsi pada saat kelahiran bayi pada orang tua yang memiliki anak dengan bibir sumbingpalatum dengan orang tua yang memiliki
anak tanpa bibir sumbingpalatum.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN