PERSEPSI SISWA TERHADAP EFEKTIVITAS MENGAJAR GURU BIDANG STUDI SEJARAH DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013

(1)

PERSEPSI SISWA TERHADAP EFEKTIVITAS MENGAJAR GURU BIDANG STUDI SEJARAH DI SMA NEGERI

SE-KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013

(S k r i p s i)

Oleh

SISCA DEVITA APRILIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP EFEKTIVITAS MENGAJAR GURU BIDANG STUDI SEJARAH DI SMA NEGERI

SE-KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013 Oleh

Sisca Devita Aprilia

Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Untuk mewujudkan tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah, banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah efektifitas pembelajaran yang berlangsung di sekolah itu sendiri. Beragamnya tingkat efektifitas mengajar guru dalam pengajaran sejarah berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Pengajaran yang efektif akan terjadi apabila pengajar melakukan tiga tahapan pokok dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dengan melakukan persiapan atau perencanaan, melakukan pelaksanaan pembelajaran dengan baik, melakukan penilaian (evaluasi) yang baik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah persepsi siswa terhadap efektifitas mengajar guru bidang studi sejarah di SMA Negeri Kabupaten Pringsewu dilihat dari pelaksanaan pembelajaran?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah di SMA Negeri Se-Kabupaten Pringsewu dilihat dari aspek pelaksanaan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 responden. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket dan untuk menganalisis data menggunakan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) 91,67% tingkat efektivitas mengajar guru pada faktor apersepsi tergolong sangat baik menurut persepsi siswa, (2) 95,83% menurut persepsi siswa guru sejarah memiliki tingkat efektivitas mengajar yang sangat baik dan sangat efektif pada faktor eksplorasi, (3) menurut persepsi siswa


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

SURAT PERNYATAAN... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

MOTTO ... xi

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Batasan Masalah... 6

1.4Rumusan Masalah ... 6

1.5Tujuan Penelitian ... 6

1.6Kegunaan Penelitian... 7

1.7Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.7.1 Ruang Lingkup Obyek Penelitian ... 7

1.7.2 Ruang Lingkup Subyek Penelitian ... 7

1.7.3 Ruang Lingkup Tempat Penelitian... 7

1.7.4 Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 7

1.7.5 Ruang Lingkup Ilmu ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKADAN KERANGKA BERPIKIR 2.1Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Konsep Persepsi ... 9

2.1.1.1Pengerian Persepsi ... 9

2.1.1.2Proses Terjadinya Persepsi ... 10

2.1.1.3Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 11

2.1.2 Konsep Efektivitas ... 12


(8)

2.3 Paradigma ... 21

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 22

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 22

3.2.1 Variabel Penelitian ... 22

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 23

3.3 Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1 Populasi ... 24

3.3.2 Sampel... 25

3.4Teknik pengumpulan Data ... 27

3.4.1 Teknik Pokok ... 27

3.4.1.1Angket atau Kuesioner ... 27

3.4.2 Teknik Penunjang ... 28

3.4.2.1Observasi ... 27

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

3.5.1 Uji Validitas ... 29

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 29

3.6 Teknik Analisis Data ... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Tinjauan Umum Daerah Penelitian... 33

4.1.1 Bidang Pendidikan di Kabupaten Pringsewu ... 33

4.2Deskripsi Hasil Uji Coba Angket ... 34

4.2.1 Analisis Validitas Angket ... 34

4.2.2 Analisis Reliabilitas Angket ... 34

4.3 Hasil Penelitian Efektivitas Mengajar Guru Bidang Studi Sejarah ... 39

4.4 Hasil Penelitian Efektivitas Pembelajaran ... 43

4.4.1 Faktor Apersepsi ... 43

4.4.2 Faktor Eksplorasi ... 52

4.4.3 Faktor Elaborasi ... 55

4.4.4 Faktor Konfirmasi ... 63

4.5Pembahasan ... 66

4.5.1 Faktor Apersepsi ... 67

4.5.2 Faktor Eksplorasi ... 71

4.5.3 Faktor Elaborasi ... 74

4.5.4 Faktor Konfirmasi ... 78

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 82


(9)

(10)

Tabel Halaman

1. Populasi Penelitian Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Kabupaten

Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 25 2. Sampel Penelitian Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Kabupaten

Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 26 3. Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di Kabupaten Pringsewu ... 33 4. Distribusi Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang di Luar Responden

untuk Item Ganjil (X) ... 35 5. Distribusi Hasil Uji Coba Kuesioner Dari 10 Responden di Luar

Populasi Tahun Ajaran 2012/2013 untuk item genap (Y) ... 35 6. Distribusi Antara Item Ganjil (X) Dengan Item Genap (Y) Persepsi

Siswa Terhadap Efektivitas Mengajar Guru Sejarah di SMA Negeri

Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 ... 36 7. Hasil Penelitian Efektivitas Mengajar Guru Bidang Studi Sejarah

di SMA Negeri 1 Gadingrejo ... 40 8. Hasil Penelitian Efektivitas Mengajar Guru Bidang Studi Sejarah

di SMA Negeri 1 Pringsewu ... 41 9. Distribusi Skor Hasil Angket Efektivitas Mengajar Guru Indikator

Apersepsi ... 43 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Apersepsi ... 45 11. Distribusi Skor Hasil Angket Persepsi Siswa Terhadap Efektivitas

Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah ... 46 12. Distribusi Frekuensi Efektivitas Waktu Pelaksanaan Pembelajaran

Sejarah ... 48 13. Distribusi Skor Hasil Angket Persepsi Siswa Terhadap Efektivitas

Interaksi Guru dan Siswa Sebelum pelajaran Dimulai ... 49 14. Distribusi FrekuensiEfektivitas Interaksi Guru dan Siswa Sebelum


(11)

Penyampaian Tujuan Pembelajaran ... 52 16. Distribusi Frekuensi Efektivitas Penyampaian Tujuan Pembelajaran .... 54 17. DistribusiSkor Hasil Angket Elaborasi Pembelajaran ... 55 18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Elaborasi Pembelajaran ... 57 19. Distribusi Skor Hasil Angket Persepsi Siswa Terhadap Efektivitas

Cara Mengelola Kelas... 58 20. Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Siswa Terhadap

Efektivitas Cara Mengelola Kelas ... 60 21. DistribusiSkor Hasil Angket Persepsi Siswa Terhadap Efektivitas

Pendekatan Guru Kepada Siswa ... 61 22. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Angket Persepsi

Siswa Terhadap Efektivitas Pendekatan Guru Kepada Siswa ... 63 23. Distribusi Skor Hasil Angket Persepsi Siswa Terhadap Efektivitas

Interaksi Guru dengan Siswa ... 64 24. Distribusi Frekuensi dan Persentase Interaksi Guru dengan Siswa ... 66


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya. Melalui pendidikan siswa dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, dikembangkan nilai-nilai moralnya dan keterampilannya. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 disebutkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003). Sedangkan menurut Hamalik:

“...Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan”. (Hamalik, 2004:79).


(13)

Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Untuk mewujudkan tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah, banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah efektivitas pembelajaran yang berlangsung di sekolah itu sendiri. Beragamnya tingkat efektivitas mengajar guru dalam pengajaran sejarah berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Pada kenyataannya kondisi guru bidang studi sejarah pada SMA-SMA Negeri di kabupaten Pringsewu kurang efektif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Bahkan dari seluruh guru sejarah yang ada di SMA Negeri se-kabupaten Pringsewu, hanya beberapa yang benar-benar melaksanakan proses pelaksanaan pembelajarn dengan efektif menurut aturan Permendiknas.

Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat yang kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar. Seperti yang dikemukakan Suryosubroto bahwa “Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang dimilikinya” (Suryosubroto, 2002:3). Pendapat lain mengenai tugas dan peranan guru antara lain “Menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa” (A.M Sardiman, 1990:142).


(14)

Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya seperti yang dikemukakan Hamalik bahwa:

“...Guru harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum dengan baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan nasihat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, serta mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar”. (Hamalik, 2002:40).

Dari beberapa pemahaman dan kutipan diatas dapat diartikan bahwa peran guru akan mempengaruhi hasil pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pembelajaran. Keberadaan guru merupakan pelaku utama, yaitu sebagai fasilitator penyelenggraan proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang memadai, karena guru merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan.

Proses belajar akan berjalan baik jika peserta didik bisa melihat hasil yang positif untuk dirinya dan memperoleh kemajuan-kemajuan jika ia menguasai dan menyelesaikan proses belajarnya. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan sebagai hasil dari proses belajar. “Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor” (Daradjat, 1995). Namun apabila disesuaikan dengan materi yang terdapat pada pembelajaran


(15)

sejarah mungkin hanya aspek kognitif dan aspek afektif saja yang terlihat lebih menonjol. Dalam pengajaran sejarah dominasinya terletak pada aspek kognitif dan aspek afektif. Sehingga guru diharapkan dapat lebih meningkatkan ketiga aspek tersebut. Seperti yang dikemukakan Moedjianto:

“...Peserta didik merupakan obyek yang mengalami suatu proses belajar, serta suatu memiliki respon terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses belajar tersebut, guru sebaiknya dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang terdapat dalam diri siswa” (Moedjianto, 2000:97).

Metode pembelajaran dalam pengajaran sejarah dapat dikatakan efektif sekaligus produktif apabila mengarah pada pesan-pesan moral yang diberikan pada peserta didik, agar dapat membawa peserta didik untuk lebih memahami dan memiliki kemampuan dalam menganalisa peristiwa masa lampau yang terjadi di dunia melalui sudut pandang historis. Sehingga tidak hanya metode atau pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan.

Pengajaran dalam bidang ilmu sejarah diharapkan dapat mengevaluasi kembali mengenai tingkat ketuntasan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti agar pengajaran sejarah yang telah berlangsung tidak terlintas begitu saja melainkan ada hasil atau pencapaian dalam diri peserta didik, karena selama proses pembalajaran ada beberapa indikator yang harus tercapai dalam usaha pencapaian standar ketuntasan belajar bagi diri peserta didik.

Menurut Pasaribu di dalam pendidikan “Efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: 1). Mengajar guru, dimana menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang direncanakan terlaksana, 2). Belajar murid, yang


(16)

menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar (KBM)” (Pasaribu, 1993:25). Seperti yang dikemukakn Soekartawi bhawa “Pengajaran yang efektif akan terjadi apabila pengajar melakukan tiga tahapan pokok dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dengan melakukan persiapan atau perencanaan, melakukan pelaksanaan pembelajaran dengan baik, melakukan penilaian (evaluasi) yang baik” (Soekartawi, 1995:68). Ketiga tahapan pokok tersebut merupakan serangkaian proses yang menuntut pengajar untuk melaksanakannya dalam kegiatan pembelajaran guna menciptakan pembelajaran yang terbilang efektif.

Dari uraian diatas, maka penulis berusaha melakukan pengkajian dan tinjauan lebih lanjut mengenai efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah. Efektivitas disini yakni mengenai pelaksanaan pengajaran sejarah menurut persepsi siswa, yang di dalamnya terdapat empat proses yang harus dilaksanakan guna tercapainya efektivitas mengajar guru, yang diantaranya apersepsi, ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dengan obyek penelitian, yaitu efektivitas mengajar guru, melalui data yang diperoleh dari siswa, sedangkan tempat penelitian dilakukan di SMA-SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat di atas, maka penulis melakukan pengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:


(17)

1. Persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru dilihat dari perencanaan pembelajaran.

2. Persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru dilihat dari pelaksanaan pembelajaran.

3. Persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru dilihat dari evaluasi pembelajaran.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini tidak akan meluas maka dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu mengenai persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah dilihat dari pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri Se-Kabupaten Pringsewu.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Persepsi Siswa Terhadap Efektivitas Mengajar Guru Bidang Studi Sejarah di SMA Negeri Se-Kabupaten Pringsewu Dilihat dari Pelaksanaan pembelajaran?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah di SMA Negeri Se-Kabupaten Pringsewu dilihat dari aspek pelaksanaan pembelajaran


(18)

1.6 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian merupakan manfaat yang terkandung dalam penelitian yang nantinya diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat maupun lembaga pendidikan. Adapun kegunaan dri penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memperluas kemampuan penulis dalam menyampaikan ilmu kepada peserta didik secara baik dan efektif.

2. Dapat memperluas wawasan penulis mengenai kompetensi seorang guru dalam pengelolaan pengajaran.

3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru atau calon guru sejarah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4. Sebagai suplemen mata pelajaran sejarah pada materi hakikat dan ruang lingkup ilmu sejarah.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Ruang Lingkup Obyek Penelitian

Terdiri dari persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah.

1.7.2 Ruang Lingkup Subyek Penelitian

Seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu. 1.7.3 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu. 1.7.4 Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah tahun pelajaran 2013/2014.


(19)

1.7.5 Ruang Lingkup Ilmu


(20)

REFERENSI

Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Abadi.

Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: CV. Mandar Maju. Halaman 79.

Suryobroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halaman 3.

Sardiman, 1990. Interaksi Dan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 142.

Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 40.

Darajat, 2013. Hakikat Pembelajaran Efektif.

http://dansite.wordpress.com/hakikat-pembelajaran-efektif-html. diakses

pada 8 Maret 2013 pukul 23.00 WIB

Moedjianto, 2000. Transformasi Pendidikan Memasuki Millenium Ketiga. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 97.

Pasaribu, LL. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Halaman 25.

Soekartawi, DR. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya. Halaman 68.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Konsep Persepsi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi

Menurut Rakhmad, persepsi adalah “Pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan dan menafsir pesan” (Rakhmad, 1994:51).

Sedangkan menurut Mar’at, persepsi “Merupakan suatu pengamatan yang berasal dari komponen kognitifnya, persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor: pengalaman, proses belajar, faktor cakrawala, dan faktor pengetahuan” (Mar’at, 1981:22).

Pendapat lain dikemukakan Basri bahwa “Persepsi adalah kemampuan individu untuk mengamati atau mengenal perangsang sehingga berkesan menjadi suatu pemahaman, pengetahuan, sikap dan anggapan. Penilaian, pengenalan, dan pengamatan ini dapat dijadikan sebagai pemahaman, pengetahuan, sikap, dan anggapan seseorang terhadap suatu objek”(Basri, 2003: 227).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu kesan atau tanggapan yang timbul sebagai akibat dari adanya proses


(22)

diproyeksikan ke bagian-bagian tertentu dalam otak sehingga kini dapat mengamati dan menafsirkan objek tersebut.

Terdapat tiga tahapan persepsi menurut Dakir yang dirangkum oleh Noorhardiyanti yaitu: “(1) Seleksi tahap stimulasi yang datang dari luar melalui indra, (2) Interprestasi yaitu proses pengorganisasian informasi, sehingga mempunyai arti bagi seseorang, 3) Reaksi yaitu tingkah laku akibat interprestasi” (Dakir dalam Noorhardiyanti, 2005:5).

2.1.1.2 Proses Terjadinya Persepsi

Setiap individu dalam melakukan suatu persepsi akan melalui suatu proses atau tahapan tertentu. Menurut Rakhmad proses terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:

“...Objek yang menyentuh alat indera sehingga menimbuklkan stimuli, oleh alat penerima atau alat indera stimul ini akan diubah menjadi energi syaraf untuk disampaikan ke otak stimuli akan diproses, sehingga individu dapat memahami dan menafsirkan pesan atau objek yang telah diterimanya maka pada tahap ini terjadi persepsi”(Rakhmad, 1994:50).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya persepsi didahului oleh adanya objek yang diterima oleh alat indera, kemudian diproyeksikan ke otak sehingga individu dapat menyadari dan memahami apa yang telah diterimanya. Dengan kata lain proses terjadinya persepsi mencakup penerimaan stimulus (input) oleh alat indera merupakan unsur yang paling penting, karena melalui alat indera inilah objek atau informasi akan diterima dan kemudian akan diubah menjadi impuls-impuls saraf untuk disampaikan ke otak dengan bahasa yang


(23)

pengalaman atau pengetahuan baru.

2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Irwanto, dkk yang dikutip oleh Noorhardiyanti persepsi dipengaruhi oleh:

a) Perhatian yang selektif, artinya rangsangan (stimulus) yang harus ditanggapi tentang individu cukup memusatkan perhatian pada rangsangan tertentu saja, b) Ciri-ciri rangsang, artinya intensitas rangsang paling kuatm rangsang yang

bergerak atau dinamis lebih menarik perhatian untuk diamati,

c) Nilai-nilai kebutuhan, artinya antara individu yang satu dengan individu yang lainnya tidak sama tergantung pada nilai hidup dan kbutuhannya, d) Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsi dunia sekitarnya (Irwanto dalam Noorhardiyanti, 2005:6).

Dari pengertian persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pandangan atau tanggapan seseorang terhadap segala sesuatu obyek yang diterimanya dan memberikan arti atau gambaran terhadap obyek tersebut dengan cara berbeda-beda. Dengan demikian persepsi mempunyai sifat subyektif karena tergantung pada kemampuan dan keadaan diri masing-masing, sehingga akan mungkin sekali suatu peristiwa yang sama akan ditafsirkan berbeda oleh orang yang satu dengan orang yang lainnya.

Maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah dilihat dari aspek pelaksanaan pembelajaran, yang diperoleh melalui pengalaman panca inderanya.

2.1.2 Konsep Efektivitas

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia efektif berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam


(24)

dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembalajaran. Sutikno menyatakan bahwa “Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai”(Sutikno dalam Leonardo, 2010:10).

Pembelajaran akan aktif jika pembelajaran yang berlangsung tersebut mudah dan menyenangkan bagi siswa. Siswa akan tertarik mengikuti pembelajaran jika pembelajaran yang berlangsung dirasa menyenangkan bagi siswa. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung dapat diketahui dengan memberikan angket mengenai respon siswa selama mengikuti pembelajaran.

Selain mudah dan menyenangkan, suatu pembelajaran dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan. Tujuan pembelajaran secara umum mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hamalik mengemukakan bahwa:

“...Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut memberikan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Pembelajaran sebaiknya tidak didominasi oleh guru. Sebaliknya seroang guru harus mampu membuat siswanya ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik. Dengan demikian pembelajaran efektif jika siswa terlibat aktif selama kegiatan pembelajaran”(Hamalik, 2001:171).

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika tujuan dari pembelajaran bisa dicapai secara tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.


(25)

Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran/ pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum. Seperti yang tertera dalam Permendiknas bahwa:

“...Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang di dalamnya terdapat beberapa proses yang memiliki indikator kegiatan yaitu: (1) Apersepsi (penyamaan gambaran konsep//materi yang akan disampaikan), dalam kegiatan apersepsi, yang harus dilakukan guru adalah mengulang materi yang lalu (reviuw), memberikan pertanyaan-pertanyaan materi yang sudah dipelajari , merenungkan kejadian kejadian yang sudah dialami (refleksi), memberi motivasi pada siswa; (2) Eksplorasi diantaranya melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik; (3) Elaborasi: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas. memberi kesempatan untuk berpikir, memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; (4) Konfirmasi: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi pesertadidik melalui berbagai sumber, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan” (Permendiknas No.47/2007 Pasal 1 Ayat 1).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran dari suatu proses interaksi antara siswa dengan siswa maupun antara guru dengan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektif atau tidaknya pembelajaran dapat dilihat dari terpenuhi atau tidaknya kriteria-kriteria mengajar guru yang meliputi persiapan atau perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evalusi pembelajaran yang baik yang harus dilakukan guru.


(26)

keterampilan, pemahaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didik. Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan dari seorang guru kepada para peserta didik. Hal itu sebenarnya menyangkut persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Seperti yang dikemukakan A.M Sardiman bahwa:

“...Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem ligkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar guna menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Dengan demikian mengajar diartikan sebagai usaha aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan baik, sehingga terjadi proses belajar atau dikatakan mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa (A.M. Sardiman, 2011:48). Jadi perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Mengajar menuntut keterampilan tingkat tinggi karena dapat mengatur berbagai komponen yang menyelenggarakannya untuk terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

Pengajaran merupakan suatu pola yang didalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan dan terarah serta bertujuan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam prosesnya agar berjalan secara efektif dan efisien, maka diperlukan perencanaan yang tersusun secara sistematis. Proses belajar mengajar agar bisa memberikan pengajaran yang lebih bermakna dan mangaktifkan siswa, maka harus dirancang dalam suatu skenario yang jelas, yaitu meliputi persiapan pengajaran atau perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran, dan evaluasi pengajaran.


(27)

ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (A.M. Sardiman, 2011: 125).

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Bahri, 2005:32).

Selama waktu pengajaran seharusnya tidak terbuang sia-sia. Guru jangan terlalu banyak bergurau di dalam kelas pengajaran. Guru jangan banyak memberi kesempatan pada peserta didik untuk menyia-nyiakan waktu dalam kelas pengajaran. Disiplin kelas dan disiplin waktu perlu dihargai oleh setiap obyek pengajaran. Semua komponen pengajaran hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendukung efisiensi dan efektivitas (Rohani, 1995:28).

S. Nasution mengemukakan pendapat tentang ciri-ciri pengajaran yang efektif, yaitu:

“...Pengajaran yang efektif merupakan proses sirkuler yang terdiri atas empat komponen: (1) Mengadakan asesment, mendiagnosis; (2) Perencanaan pengajaran; (3) Mengajar dengan efektif, efektivitas guru mengajar, nyata dari keberhasilan siswa menguasai apa yang diajarkan guru itu; (4) Latihan dan reinforcement, yaitu membantu sisiwa melatih dan memantapkan pelajaran”. (B. Suryosubroto, 2002:10).

Upaya untuk menjadikan efektif dan efisien dengan kegiatan mendidik atau mengajar hakikatnya adalah menyediakan kondisi bagi terjadinya proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, terdapat beberapa aspek kemampuan yang harus dilakukan dan dikuasai oleh guru dalam mengajar, agar kegiatan belajar mengajar dapat efektif (Hamalik, 2001: 14). Proses belajar dan mengajar yang dapat dikatakan efektif apabila dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa.


(28)

Pengertian sejarah menurut W.J.S Poerwadarminta mengutarakan 3 pengertian sejarah, yaitu:

i. Sejarah adalah kesustraan lama, silsilah, dan asal-usul.

ii. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

iii. Sejarah adalah ilmu pengetahuan tentang masa lampau (W.J.S Poerwadarminta dalam Hugiono Poerwantana, 1986:1).

Menurut Nugroho Notosusanto sejarah adalah “Peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia sebagai makhluk bermasyrakat yang terjadi pada masa lampau” (Nugroho Notosusanto, 2013).

Sedangkan menurut Moedjanto “Sejarah dapat bermakna sebagai peristiwa yang pernah berlangsung, kisah yang pernah terjadi, dan ilmu yang mempelajari peristiwa sehingga dihasilkan kisah.”(Moedjanto dalam Atmadi, 2000:93).

Kuntowijoyo pun mengutarakan bahwa:

“...Sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Bersifat diakronis karena berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan, menceritakan sesuatu. Bersifat unik karena berisi hasil penelitian hal unik. Selain itu bersifat empiris artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh” (Kuntowijoyo,2013).

Dari berbagai pengertian itu dapat disimpulkan bahwa sejarah itu ilmu yang mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang berakibat terjadinya perubahan pada peradaban umat manusia.


(29)

Hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah aktivitas yang dilakukan siswa didalam kelas maupun diluar kelas dalam sekolah. Aktivitas yang dilakukan didalam kelas dapat berupa prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah proses belajar mengajar. Sedangkan aktivitas yang dilakukan diluar kelas dapat berupa kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

Hasil belajar yang dicapai siswa berbeda-beda, karena setiap siswa mempunyai beberapa perbedaan dalam belajar, kecerdasan, minat terhadap suatu pelajaran dan lingkungan belajar. Bila melihat prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah tampak bervariasi.

Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan banyak faktor, diantaranya persepsi siswa tentang efektivitas mengajar guru. Persepsi siswa tentang efektivitas mengajar guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar atau prestasi siswa. Jika persepsi siswa tentang efektivitas mengajar guru positif maka reaksi yang timbul akan berbentuk posistif pula. Efektivitas mengajar guru sangat mempengaruhi bahkan menentukan keberhasilan dalam belajar siswa. Efektivitas mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “Guru dapat dikatakan efektif dalam mengajar apabila guru membuat persiapan atau perencanaan pembelajaran, melakukan pelaksanaan pembelajaran, dan melakukan evaluasi pembelajaran dengan baik”.(Soekartawi, 1995:68).

Dalam meneliti persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah, penulis melihat persepsi siswa melalui pelaksanaan pengajaran yang dilakukan guru


(30)

pelaksanaan sejarah, yaitu:

a) Apersepsi : kegiatan tanya jawab mengenai pengetahuan awal siswa

pada materi sebelumnya dan pengalaman siswamengenai materi pembelajaran yang sedang berlangsung.

b) Ekplorasi : kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa mencari

informasi seluasnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dan mengaitkan dengan pengetahuannya.

c) Elaborasi : kegiatan pembelajaran dimana guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk beripikir, menganalisis. Menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

d) Konfirmasi : kegiatan guru memberi umpan balik positif dan penguatan

dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila proses belajar yang telah berlangsung dapat terbilang kondusif artinya dapat berhasil dan berdaya guna sesuai dengan tujuan pembelajaran baik itu bagi guru amupun bagi peserta didik, proses belajar mengajar sejarah memiliki hubungan pada efektivitas mengajar guru, yang dilihat dari persepsi siswa akan efektif jika guru dapat melaksanakan apersepsi, ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran.


(31)

Proses Belajar Mengajar Sejarah

Efektifitas Mengajar Guru Bidang Studi

Sejarah Menurut Persepsi Siswa

Apersepsi, Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi

Keterangan :

: Garis Hubungan


(32)

REFERENSI

Rakhmat, Jalaludin. 1994.Psikologis Komunikasi.Bandung: Remaja Rosda Karya. Halaman 51

Basri, Djapri. 2003.Persepsi Mahasiswa Terhadap Fasilitas dan Pelayanan Perpustakaan. : Malang: IKIP Malang. Halaman 227

Noorhardiyanti. 2005.Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Institut Press-IKIP. Halaman 5

Rakhmad, Jalaludin.Psikologi... Op. Cit. Halaman 50

Noorhardiyanti.Pengantar.... Op. Cit. Halaman 6

Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 171

Sardiman, AM. 2011.Interaksi Dan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 48

Permendiknas. 2007.No. 47 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1

Sardiman, AM.Interaksi... Op. Cit. Halaman 125

Bahri, Syaiful. 2005.Guru dan Anak Didik.Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halaman 32

Rohani, Ahmad. 1995.Pengelolaan Pengajaran.Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halaman 28

Suryobroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halaman 10


(33)

Hamalik.Proses.... Op. Cit. Halaman 14WJS Poerwadarminta. 1986.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka. Halaman 1.

Notosusanto,Nugroho. 2013.Materi IPS untuk SMA.

http://materi-ips-sma.blogspot.com/kumpulan-pengertian-sejarah.html. diakses pada

12 Maret 2013 pukul 20:12 WIB).

Moedjianto, 2000.Transformasi Pendidikan Memasuki Millenium Ketiga. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 93


(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, melalui metode deskriptif penulis berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.“Metode desktiptif ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan; dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskripsi situasi” (Mohammad Ali, 1985:120).

Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini akan menggambarkan dan memaparkan data-data yang ada mengenai berbagai gejala yang dapat mendukung persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah dilihat dari aspek pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Pringsewu.

1.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasioanal Variabel 1.2.1 Variabel penelitian


(35)

Menurut Surya Sumardi “Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti”(Surya Sumardi, 1991:72).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal, “Variabel tunggal berarti variabel yang dimanipulasikan hanya sebuah variabel bebas” ( Ruseffendi, 1994:43). Variabel tunggal dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah.

1.2.2 Definisi Operasional Variabel

Menurut Young definisi operasional adalah “Mengubah konsep-konsep yang berupa contruct dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati, dan yang dapat diuji atau ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young dalam Husin Sayuti, 1989:39). Adanya penjabaran mengenai data-data yang terbilang pasti ke dalam kriteria atau kategori-kategori tertentu, seperti tinggi, sedang, atau rendah. Sedangkan menurut Singarimbum definisi operasional variabel adalah “Unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur” (Singarimbum dalam Riduwan, 2004:222).

Kemampuan dan strategi guru merupakan salah satu komponen utama dalam rangka pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, sehingga tujuan atau indikator-indikator dalam standar kompetensi dapat tercapai secara efektif


(36)

dan efisien. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah efektivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran bidang studi sejarah. Adapun faktor-faktor yang digunakan untuk mengukur efektiftas pelaksanaan pembelajaran bidang studi sejarah antara lain:

1) Apersepsi : kegiatan tanya jawab mengenai pengetahuan awal siswa pada materi sebelumnya dan pengalaman siswa mengenai materi pembelajaran yang sedang berlangsung.

2) Ekplorasi : kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa mencari informasi seluasnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dan mengaitkan dengan pengetahuannya.

3) Elaborasi : kegiatan pembelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk beripikir, menganalisis. Menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

4) Konfirmasi : kegiatan guru memberi umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.


(37)

1.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi menurut Singarimbum adalah “Jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga” (Singarimbum, 1989:152). Sedangkan menurut Mardalis populasi merupakan “Sekumpulan kasus yang perlu memenuhhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa. Sekiranya populasi itu terlalu banyak jumlahnya, maka biasanya diadakan sampling”(Mardalis, 2009:53).

Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS sebanyak 927 siswa yang terdiri dari 9 SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu.

Tabel 1. Jumlah Populasi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Nama Sekolah

Siswa Kelas XI

IPS

Jumlah

L P

1. SMA Negeri 1 Sukoharjo 58 58 116

2. SMA Negeri 1 Pringsewu 45 81 126

3. SMA Negeri 1 Gadingrejo 26 89 115

4. SMA Negeri 2 Pringsewu 42 51 93

5. SMA Negeri 1 Adiluwih 45 26 71

6. SMA Negeri 1 Pagelaran 46 56 102

7. SMA Negeri 1 Ambarawa 45 95 140


(38)

JUMLAH 742 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu

Tahun 2013/2014 3.3.2 Sampel

Sampel berarti contoh, yaitu “sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian” (Mardalis, 2009:55). Sedangkan menurut Mohammad Ali “Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Mohammad Ali, 1985:54).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menurut pendapat Arikunto, yaitu “Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subyeknya besar atau lebih dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%” (Arikunto, 2002:107). Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut: sekolah yang pernah ditunjuk sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, juga mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga peneliti. Maka hanya 2 sekolah yang dijadikan sampel penelitian. Kedua sekolah tersebut adalah SMA Negeri 1 Pringsewu dan SMA Negeri 1 Gadingrejo.

Berdasarkan pernyataan di atas, makan peneliti mengambil sampel 25% dari jumlah populasi dari kedua SMA tersebut, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2. Sampel Penelitian Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Kabupaten Pringsewu


(39)

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas XI IPS Jumlah Guru 20% dari Jumlah Sampel yang Ditetapkan 1.

SMA Negeri 1

Pringsewu 126 1 25,2 25

2.

SMA Negeri 1

Gadingrejo 115

1

23 23

Jumlah 241 2 48,2 48

Sumber: Data primer 2013

Setelah sampel ditetapkan yaitu 48 orang siswa, maka dilakukan teknik pengambilan sampel. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel yang dilakukan menurut Arikunto adalah sebagai berikut:

“...(1) Mendata siswa dari masing-masing kelas berdasarkan daftar hadir kelas; (2) Membuat nomor undian berdasarkan nomor absen siswa yang hadir di kelas dengan gulungan kecil yang dimasukan ke dalam gelas; (3) Menentukan sampel 25% dari jumlah siswa setiap kelas dengan mengundi nomor undian tersebut; (4) Setiap nama yang keluar diambil dan dicatat sebagai sampel penelitian”(Arikunto, 2002:124).

1.4 Teknik Pengumpulan Data 1.4.1 Teknik Pokok

3.4.1.1 Angket atau Kuesioner

Menurut Sukardi “Angket atau kuesioner adalah beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk


(40)

memperoleh informasi di lapangan” (Sukardi, 2010:76). Kuesioner atau angket merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian dengan bentuk berbagai pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.

Angket atau kuesioner dalam penelitian ini memiliki sifat berstruktur, seperti yang dikemukakan oleh Margono “Kuesioner berstruktur bersisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang telah tersedia”(Margono, 1996:168). Dalam penelitian ini angket yang diberikan kepada responden berupa pertanyaan-pertanyaan dengan menyediakan tiga alternatif jawaban. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket adalah pertanyaan yang mengungkap data-data tentang persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah. Angket akan diisi oleh siswa SMA Negeri di Kabupaten Pringsewu

1.4.2 Teknik Penunjang 1.4.2.1 Observasi

Teknik observasi adalah “Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan mengamati kemungkinan gejala-gejala penelitian yang diamati dari dekat” (Mohammad Ali, 1985:91).


(41)

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat sistematik, karena telah dibatasi sesuai dengan ruang lingkup masalah dan tujuan penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Margono bahwa “Observasi sistematik adalah observasi yang diselenggarakan dengan menentukan secara sistematik, faktor-faktor yang akan diobservasi lengkap dengan kategorinya” (Margono, 1996:162).

1.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 1.5.1 Uji Validitas

Untuk uji validitas dari logika validity dengan carajudgement” yaitu dengan cara mengkonsultasikan kepada beberapa orang ahli penelitian dan tenaga pengajar. Dalam penelitian ini penulis mengkonsultasikan kepada pembimbing skripsi yang dianggap penulis sebagai ahli penelitian dan menyatakan angket valid.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Menyebarkan angket untuk uji reliabilitas kepada 10 orang diluar

responden.

2. Untuk menguji reliabilitas soal angket digunakan teknik belah dua atau genap ganjil

3. Kemudian mengkorelasikan kelompok genap dan ganjil dengan korelasiProduct Moment, yaitu:


(42)

rxy=

XY 

x



y



N 

x2 

x

2





y2 

y

2

 

N N

Keterangan:

rxy : Koofisien Korelasi XY

X : Variabel Bebas

Y : Variabel Terikat

N : Jumlah sampel yang diteliti (Suharsini Arikunto, 2002:146).

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item dalam item ganjil dan item genap dengan menggunakan rumus spearman brown, sebagai berikut:

rxy 2

rgg



1rgg Dimana:

rxy : Koefisien Reliabilitas seluruh tes

rgg : Koefisien korelasi item ganjil genap


(43)

Untuk mengetahui kriteria reliabilitas alat ukur tersebut maka indeks reliabilitas, sebagai berikut:

Antara 0,800–1,00 : Sangat tinggi

Antara 0,600 0,800 : Tinggi

Antara 0,4000,600 : Sedang

Antara 0,2000,400 : Rendah

Antara 0,0000,200 : Sangat Rendah

(Suharsimi Arikunto, 2002:75).

1.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yaitu dengan cara mengungkapkan secara objektif temuan-temuan di lapangan yang dibantu dengan mempergunakan tabel distribusi frekuensi untuk kemudian diinterpretasikan dengan kalimat- kalimat atau pertanyaan- pertanyaan yang mudah dipahami.

Informasi yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk penguraian, selain itu disajikan dalam bentuk presentasi pada setiap tabel untuk menarik kesimpulan. Adapun penggolongan data ini adalah menggunakan rumus interval yaitu :

I=NTNR K


(44)

Keterangan : I = Interval

NT

NR

K

= Nilai Tertinggi

= Nilai Terendah

= Jumlah kategori

(Sutrisno Hadi, 1981:12)

Kemudian untuk melihat berapa banyaknya jumlah yang sering muncul dalam interval atau mengelompokkan semua skor yang diperoleh, digunakan distribusi frekuensi (Winarno Surakhmad, 1982:285). Analisis data yang digunakan untuk mengetahui jumlah prosentase angket menggunakan rumus:

P= F N

X100%

Keterangan: P = Besarnya Persentase

F = Jumlah Alternatif Jawaban

N = Jumlah Antar Item dan Responden


(45)

REFERENSI

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa. Halaman 120

Surya, Sumardi. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali. Halaman: 72.

Ruseffendi. 1994.Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksata

Lainnya.Semarang: Press. Semarang. Halaman 43.

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Halaman: 39

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Halaman 222

Singarimbum, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Halaman 152

Mardalis. 2009. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 53

Ibid. Halaman55

Ali, Mohammad.Penelitian... Op. Cit. Halaman 54

Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman: 107.

Ibid. Halaman124

Sukardi, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Halaman 76

Margono. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 162

Sukardi.Metodologi... Op. Cit. Halaman 81 Arikunto.Prosedur... Op. Cit. Halaman 146


(46)

Sutrisno, Hadi. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman: 12

Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmian. Bandung: Tarsito. Halaman 285


(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah di SMA Negeri se-kabupaten Pringsewu, yang dilihat dari faktor apersepsi, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi adalah:

1. Faktor Apersepsi, berdasarkan persepsi siswa sebesar 91,67% faktor ini dinyatakan sangat efektif dengan memperhatikan interaksi sebelum pelajaran dimulai, yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan dan pengetahuan awal siswa mengenai materi pelajaran yang pernah diberikan dan yang akan diberikan oleh guru. Lalu pentingnya tanya jawab dan mengulas pelajaran yang telah dipelajari serta motivasi guru terhadap siswa yang nantinya akan sangat mempengaruhi tingkat berfikir dan daya tangkap siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Faktor ini juga memperhatikan ketepatan waktu pelaksanaan pembelajaran.

2. Faktor Eksplorasi, berdasarkan persepsi siswa sebesar 95,83% faktor ini dinyatakan sangat efektif sangat memperhatikan beberapa hal yakni, kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, artinya adanya kesesuaian


(48)

materi pelajaran akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dari suatu tujuan pembelajaran. Lalu penyajian materi secara sistematis, maksudnya materi yang diberikan kepada siswa disajikan secara berurutan sesuai dengan sub pokok bahasan secara sistematis. Selanjutnya pentingnya penguasaan materi pelajaran yang dimiliki guru dan pemilihan metode mengajar serta pemanfaatan alat bantu mengajar yang dapat menunjang proses pembelajaran.

3. Faktor Elaborasi, berdasarkan persepsi siswa sebesar 87,5% faktor ini dinyatakan sangat efektif, dengan memperlihatkan kemampuan guru dalam menciptakan kelas yang aktif dan tertib melalui pendekatan antara guru kepada siswa yang akan menciptakan keadaan kelas yang kondusif dalam proses pelaksanaan pembelajaran, serta menunjukkan kemampuan guru dalam menggali kemampuan dan kreativitas siswa melalui pendekatan kepada siswa.

4. Faktor Konfirmasi, berdasarkan persepsi siswa sebesar 89,5% faktor ini dinyatakan sangat efektif, dengan memperhatikan kemampuan guru dalam memberi umpan balik dan penguatan pada siswa serta kemampuan guru dalam memfasilitasi siswa dalam melakukan refleksi.

Dari pemaparan seluruh hasil analisis faktor-faktor yang dijadikan penilaian dapat disimpulkan, bahwa efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah dalam aspek pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Pringsewu dikatakan sangat efektif, hal tersebut dapat terlihat dari perolehan prosentase dari masing-masing faktor yang selisih nilainya tidak terlalu jauh.


(49)

1.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan berikut ini penulis ingin mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi kemajuan pendidikan, antara lain:

1. Penerapan faktor apersepsi dalam pengajaran yang dilakukan oleh guru dapat mempengaruhi kemampuan dan daya tangkap siswa dalam menerima materi pelajaran, karena di dalam apersepsi terdapat motivasi yang berpengaruh terhadap diri siswa.

2. Penerapan faktor eksplorasi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang terbilang sudah sangat efektif hendaknya dipertahankan seperti dalam menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran, penyajian materi secara sistematis serta penguasaan materi pelajaran.

3. Pentingnya melakukan pendekatan antara guru kepada siswanya atau penerapan faktor elaborasi hendaknya lebih ditingkatkan karena akan menjadi salah satu penunjang keberhasilan suatu pembelajarn karena dapat mencipatakan kelas yang aktif, tertib, dan kondusif.

4. Kepada guru sebagai tenaga pengajar agar lebih bervariatif dalam penggunaan metode mengajar dan lebih memanfaatkan alat bantu mengajar, karena pemilihan metode mengajar dan penggunaan alat bantu dapat mengarahkan kepada tujuan pembelajaran.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa.

A.M.Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali. . 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bahri, Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Basri, Djapri. 2003. Persepsi Mahasiswa Terhadap Fasilitas dan Pelayanan Perpustakaan. : Malang: IKIP Malang.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Yogyakarta. Media Abadi.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2004. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: CV. Mandar Maju.

Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Bina Aksara.

Mardalis. 2009. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Margono. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Moedjianto, 2000. Transformasi Pendidikan Memasuki Millenium Ketiga. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Kanisius.


(51)

Pasaribu, LL. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Rakhmat, Jalaludin. 1088. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosda Karya. Bandung. Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rohani, Ahmad. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksata

Lainnya. Semarang: Press. Semarang Permendiknas. 2007. Nomor 47 pasal 1 ayat 1

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Singarimbum, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Soekartawi, DR. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sukardi, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Halaman 78.

Surya, Sumardi. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali. Halaman: 72.

Suryobroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Halaman 3.

Sutrisno, Hadi. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman: 12

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Nomor 20

Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Sumber Lain :

Hidayat, 2013. Pengertian Efektifitas Menurut Para Ahli.

hhtp://dansite.wordpress.com/pengertian-efektifitas-html. diakses pada 8 Maret 2013 pukul 22:52 WIB


(52)

Darajat, 2013. Hakikat Pembelajaran Efektif.

http://dansite.wordpress.com/hakikat-pembelajaran-efektif-html. diakses


(1)

77

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi siswa terhadap efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah di SMA Negeri se-kabupaten Pringsewu, yang dilihat dari faktor apersepsi, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi adalah:

1. Faktor Apersepsi, berdasarkan persepsi siswa sebesar 91,67% faktor ini dinyatakan sangat efektif dengan memperhatikan interaksi sebelum pelajaran dimulai, yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan dan pengetahuan awal siswa mengenai materi pelajaran yang pernah diberikan dan yang akan diberikan oleh guru. Lalu pentingnya tanya jawab dan mengulas pelajaran yang telah dipelajari serta motivasi guru terhadap siswa yang nantinya akan sangat mempengaruhi tingkat berfikir dan daya tangkap siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Faktor ini juga memperhatikan ketepatan waktu pelaksanaan pembelajaran.

2. Faktor Eksplorasi, berdasarkan persepsi siswa sebesar 95,83% faktor ini dinyatakan sangat efektif sangat memperhatikan beberapa hal yakni, kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, artinya adanya kesesuaian


(2)

78

materi pelajaran akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dari suatu tujuan pembelajaran. Lalu penyajian materi secara sistematis, maksudnya materi yang diberikan kepada siswa disajikan secara berurutan sesuai dengan sub pokok bahasan secara sistematis. Selanjutnya pentingnya penguasaan materi pelajaran yang dimiliki guru dan pemilihan metode mengajar serta pemanfaatan alat bantu mengajar yang dapat menunjang proses pembelajaran.

3. Faktor Elaborasi, berdasarkan persepsi siswa sebesar 87,5% faktor ini dinyatakan sangat efektif, dengan memperlihatkan kemampuan guru dalam menciptakan kelas yang aktif dan tertib melalui pendekatan antara guru kepada siswa yang akan menciptakan keadaan kelas yang kondusif dalam proses pelaksanaan pembelajaran, serta menunjukkan kemampuan guru dalam menggali kemampuan dan kreativitas siswa melalui pendekatan kepada siswa.

4. Faktor Konfirmasi, berdasarkan persepsi siswa sebesar 89,5% faktor ini dinyatakan sangat efektif, dengan memperhatikan kemampuan guru dalam memberi umpan balik dan penguatan pada siswa serta kemampuan guru dalam memfasilitasi siswa dalam melakukan refleksi.

Dari pemaparan seluruh hasil analisis faktor-faktor yang dijadikan penilaian dapat disimpulkan, bahwa efektivitas mengajar guru bidang studi sejarah dalam aspek pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Pringsewu dikatakan sangat efektif, hal tersebut dapat terlihat dari perolehan prosentase dari masing-masing faktor yang selisih nilainya tidak terlalu jauh.


(3)

79

1.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan berikut ini penulis ingin mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi kemajuan pendidikan, antara lain:

1. Penerapan faktor apersepsi dalam pengajaran yang dilakukan oleh guru dapat mempengaruhi kemampuan dan daya tangkap siswa dalam menerima materi pelajaran, karena di dalam apersepsi terdapat motivasi yang berpengaruh terhadap diri siswa.

2. Penerapan faktor eksplorasi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang terbilang sudah sangat efektif hendaknya dipertahankan seperti dalam menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran, penyajian materi secara sistematis serta penguasaan materi pelajaran.

3. Pentingnya melakukan pendekatan antara guru kepada siswanya atau penerapan faktor elaborasi hendaknya lebih ditingkatkan karena akan menjadi salah satu penunjang keberhasilan suatu pembelajarn karena dapat mencipatakan kelas yang aktif, tertib, dan kondusif.

4. Kepada guru sebagai tenaga pengajar agar lebih bervariatif dalam penggunaan metode mengajar dan lebih memanfaatkan alat bantu mengajar, karena pemilihan metode mengajar dan penggunaan alat bantu dapat mengarahkan kepada tujuan pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa.

A.M.Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali. . 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bahri, Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Basri, Djapri. 2003. Persepsi Mahasiswa Terhadap Fasilitas dan Pelayanan Perpustakaan. : Malang: IKIP Malang.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Yogyakarta. Media Abadi.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2004. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: CV. Mandar Maju.

Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Bina Aksara.

Mardalis. 2009. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Margono. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Moedjianto, 2000. Transformasi Pendidikan Memasuki Millenium Ketiga. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Kanisius.


(5)

Noorhardiyanti. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Institut Press-IKIP.

Pasaribu, LL. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Rakhmat, Jalaludin. 1088. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosda Karya. Bandung. Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rohani, Ahmad. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksata

Lainnya. Semarang: Press. Semarang Permendiknas. 2007. Nomor 47 pasal 1 ayat 1

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Singarimbum, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Soekartawi, DR. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sukardi, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Halaman 78.

Surya, Sumardi. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali. Halaman: 72.

Suryobroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Halaman 3.

Sutrisno, Hadi. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman: 12

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Nomor 20

Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Sumber Lain :

Hidayat, 2013. Pengertian Efektifitas Menurut Para Ahli.

hhtp://dansite.wordpress.com/pengertian-efektifitas-html. diakses pada 8 Maret 2013 pukul 22:52 WIB


(6)

http://materi-ips-sma.blogspot.com/kumpulan-pengertian-sejarah.html. diakses pada 12 Maret 2013 pukul 20:12 WIB).

Darajat, 2013. Hakikat Pembelajaran Efektif.

http://dansite.wordpress.com/hakikat-pembelajaran-efektif-html. diakses