Persepsi guru dan siswa terhadap implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Sejarah : studi kasus di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta.

(1)

viii ABSTRAK

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH ( STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA )

Ignatius Leonokto Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan persepsi guru sejarah terhadap implementasi Kurikulum 2013, (2) mendeskripsikan persepsi siswa terhadap implementasi Kurikulum 2013, (3) mendeskripsikan kendala dan solusi dari guru dalam implementasi Kurikulum 2013, (4) mendeskripsikan kendala dan solusi yang dialami siswa dalam implementasi kurikulum 2013.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan siswa kelas XI dan XII IPS SMA Negeri 1 Depok yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif interaktif

Hasil penelitian ini adalah (1) persepsi guru sejarah negatif hal ini ditunjukkan dengan sosialisasi yang kurang terhadap para guru sejarah, miskonsepsi guru terhadap kurikulum 2013, guru tidak menggunakan Scientific Approach. (2) Persepsi siswa negatif hal ini ditunjukkan dengan siswa lambat menyesuaikan diri, bersifat pasif, tugas yang banyak membuat siswa jenuh , (3) kendala guru adalah kendala teknis dan non teknis. Solusi kendala teknis adalah melaporkan kepada pimpinan sekolah, sedangkan solusi untuk non teknis adalah meminta siswa untuk mencari sumber lain (4) kendala siswa adalah kendala teknis yaitu penyalahgunaan sarana dan prasarana oleh siswa, komputer masih mengalami gangguan, kendala non teknis yaitu buku acuan yang kurang. Solusi untuk kendala teknis adalah melaporkan pada guru, solusi non teknis adalah membentuk kelompok belajar dan mencari sumber di internet


(2)

ix ABSTRACT

TEACHER AND STUDENTS PERCEPTION ABOUT CURRICULUM 2013 IMPLEMENTATION IN HISTORY LEARNING

( CASE STUDY AT SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA) Ignatius Leonokto

Sanata Dharma University 2016

This study aims to: (1) to describe the perception of history teachers on the implementation of Curriculum 2013, (2) describe the students' perception of the implementation of Curriculum 2013, (3) describe the challenges and solutions of teachers in the implementation of Curriculum 2013, (4) describe the constraints and solutions experienced by students in the implementation of the curriculum in 2013.

This research is a case study. The sample in this were study were history teacher and the students of class XI and XII IPS SMA Negeri 1 Depok who selected using purposive sampling technique. Data collected were through interviews and questionnaires. Technique data analysis was done descriptively interactive

The results of this study are: (1) the perception of negative history teacher as shown by: lack of socialization for teachers of history, misconceptions of teachers to the curriculum in 2013, teachers do not use Scientific Approach. (2) the negative perception of students as indicated by: students slowly adjust, passive to, (3) the constraints of teachers are also technical and non-technical. Solutions technical problems are reported to the leadership of the school, while a solution for non-technical are asking students to look for other sources (4) constraints of students are: technical problem that the misuse of facilities and infrastructure by the students, the computer is still experiencing interference, obstacles non technical ie reference books that less. Solutions to technical problems are reported on teachers, non-technical solution is to form a study group and look for resources on the internet


(3)

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

( STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: Ignatius Leonokto

101314013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

( STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: Ignatius Leonokto

101314013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Bapak & Ibu tercinta

Bapak Pujiono dan Ibu Plesia Anita,

Mereka adalah orang tua hebat yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang. Terima kasih atas pengorbanan, nasehat dan doa yang tiada

hentinya kalian berikan kepadaku selama ini.

Adik- adik tersayang

Marchelus Lenno dan Yosef Onnel Septian.

Terima kasih atas dukungan serta doa kalian, semoga Tuhan Yesus Kristus membalas kebaikan kalian serta keluarga besar yang telah mengenalkanku arti


(8)

v MOTTO

Kebanggaan Yang Terbesar Bukanlah Tidak Pernah Gagal, Tetapi Bangkit Kembali Setiap Kali Kita Jatuh

-Confusius-

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil tetapi kita baru yakin jika kita telah berhasil melakukannya dengan baik.


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH ( STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA )

Ignatius Leonokto Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan persepsi guru sejarah terhadap implementasi Kurikulum 2013, (2) mendeskripsikan persepsi siswa terhadap implementasi Kurikulum 2013, (3) mendeskripsikan kendala dan solusi dari guru dalam implementasi Kurikulum 2013, (4) mendeskripsikan kendala dan solusi yang dialami siswa dalam implementasi kurikulum 2013.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan siswa kelas XI dan XII IPS SMA Negeri 1 Depok yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif interaktif

Hasil penelitian ini adalah (1) persepsi guru sejarah negatif hal ini ditunjukkan dengan sosialisasi yang kurang terhadap para guru sejarah, miskonsepsi guru terhadap kurikulum 2013, guru tidak menggunakan Scientific Approach. (2) Persepsi siswa negatif hal ini ditunjukkan dengan siswa lambat menyesuaikan diri, bersifat pasif, tugas yang banyak membuat siswa jenuh , (3) kendala guru adalah kendala teknis dan non teknis. Solusi kendala teknis adalah melaporkan kepada pimpinan sekolah, sedangkan solusi untuk non teknis adalah meminta siswa untuk mencari sumber lain (4) kendala siswa adalah kendala teknis yaitu penyalahgunaan sarana dan prasarana oleh siswa, komputer masih mengalami gangguan, kendala non teknis yaitu buku acuan yang kurang. Solusi untuk kendala teknis adalah melaporkan pada guru, solusi non teknis adalah membentuk kelompok belajar dan mencari sumber di internet


(12)

ix ABSTRACT

TEACHER AND STUDENTS PERCEPTION ABOUT CURRICULUM 2013 IMPLEMENTATION IN HISTORY LEARNING

( CASE STUDY AT SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA) Ignatius Leonokto

Sanata Dharma University 2016

This study aims to: (1) to describe the perception of history teachers on the implementation of Curriculum 2013, (2) describe the students' perception of the implementation of Curriculum 2013, (3) describe the challenges and solutions of teachers in the implementation of Curriculum 2013, (4) describe the constraints and solutions experienced by students in the implementation of the curriculum in 2013.

This research is a case study. The sample in this were study were history teacher and the students of class XI and XII IPS SMA Negeri 1 Depok who selected using purposive sampling technique. Data collected were through interviews and questionnaires. Technique data analysis was done descriptively interactive

The results of this study are: (1) the perception of negative history teacher as shown by: lack of socialization for teachers of history, misconceptions of teachers to the curriculum in 2013, teachers do not use Scientific Approach. (2) the negative perception of students as indicated by: students slowly adjust, passive to, (3) the constraints of teachers are also technical and non-technical. Solutions technical problems are reported to the leadership of the school, while a solution for non-technical are asking students to look for other sources (4) constraints of students are: technical problem that the misuse of facilities and infrastructure by the students, the computer is still experiencing interference, obstacles non technical ie reference books that less. Solutions to technical problems are reported on teachers, non-technical solution is to form a study group and look for resources on the internet


(13)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada TuhanYesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat, rahmat, perlindungan, dan bimbingan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul "Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Sejarah Di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta". Adapun penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, di program studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma.

Dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari keterlibatan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, PhD, selaku Dekan FKIP dan Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua jurusan JPIPS Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan baik selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.

3. Bapak Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk nemberikan motivasi, bimbingan, dan arahan dengan sabar dan teliti kepada penulis selama penyusunan skripsi.


(14)

xi

4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Pujiono dan Ibu Plesia Anita yang telah mendoakan, memberi nasehat, memberikan dukungan baik secara finansial maupun moral kepada penulis selama menempuh perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi

5. Kedua adik tercinta, Marchelus Lenno dan Yosef Onnel Septian yang selalu mendoakan dan memberikan semangat pada penulis

6. Saudari Alvita Kartika Astari Pariadi yang selalu mendoakan, membantu, memberikan motivasi, kritik, saran, kebersamaaan serta mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2010 yang telah membantu memberikan motivasi dan dukungan selama penulis menempuh studi di Pendidikan Sejarah.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas doa dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun skripsi ini. Penulis berharap semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini dapat berguna bagi pembaca

Yogyakarta, 23 Februari 2016 Penulis


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... . ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR ... ..xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori... 9

1. Persepsi ... 9

2. Kurikulum 2013 ... 12

3. Pembelajaran Sejarah ... 27


(16)

xiii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 32

D. Metode Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Cuplikan ... 35

F. Validitas Data ... 36

G. Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Latar ... 41

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

1. Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 ... 45

2. Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 ... 53

3. Kendala dan Solusi Guru Dalam Implementasi Kurikulum ... 60

4. Kendala dan Solusi Siswa Dalam Implementasi Kurikulum ... 61

C. Pembahasan ... 64

1. Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 ... 64

2. Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 ... 76

3. Kendala dan Solusi Guru Dalam Implementasi Kurikulum ... 85

4. Kendala dan Solusi Siswa Dalam Implementasi Kurikulum ... 89

D. Kendala Penelitian ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian... 31

Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara Guru ... 34

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Siswa ... 35

Tabel 4. Tabel Persiapan Siswa dalam mengahadapi Kurikulum 2013 ... 53

Tabel 5. Tabel Pendapat Siswa Tentang Pembelajaran Sejarah Dengan Kurikulum 2013 ... 55

Tabel 6. Tabel Metode Mengajar Guru Sejarah ... 56

Tabel 7. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Dengan Kurikulum 2013 ... 58

Tabel 8. Kendala Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan Kurikulum 2013 ... 61


(18)

xv

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

Bagan 1. Kerangka Pikir ... 30 Bagan 2. Analisis Data ... 39


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara... 100

Lampiran 2 Pertanyaan Angket ... 102

Lampiran 3 Catatan Lapangan 1 ... 105

Lampiran 4 Catatan Lapangan II... 110

Lampiran 5 Dokumentasi Wawancara ... 116

Lampiran 6 RPP ... 118


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bila dikaji secara seksama pengertian kurikulum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu yang pertama sebagai suatu rencana atau bahan tertulis yang dapat dijadikan pedoman bagi para guru di sekolah dan yang kedua sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan dalam situasi yang nyata di dalam kelas.1 Jika pada zaman dahulu, pengertian tradisional cenderung membatasi aktivitas kurikulum terbatas pada kegiatan di ruangan kelas dapat dimaklumi, karena kegiatan yang dilaksanakan di ruangan kelas masih sejalan dengan setting kebutuhan masyarakat tradisional yang masih sederhana.

Program pembelajaran masih dinilai memadai untuk memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan individu atau masyarakat yang ada pada masa itu. Lain halnya untuk masa sekarang. Pemaknaan kurikulum tradisional sudah dinilai sangat sempit, sehingga tidak memadai lagi untuk diperhatikan.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pengertian kurikulum tradisional, maka muncul pengertian kurikulum modern bahwa makna kurikulum tersebut tidak lagi hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan formal seperti yang dilakukan di ruangan kelas, tetapi makna kurikulum sudah meluas mencakup kegiatan-kegiatan belajar yang terjadi di halaman dan di luar sekolah. Artinya, makna kurikulum mencakup keseluruhan kegiatan belajar peserta didik

1H. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,


(21)

2

yang direncanakan oleh sekolah sepanjang anak didik tersebut masih terikat dengan lembaga pendidikan yang diikutinya. Hal ini berarti bahwa apa saja kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh seorang anak apakah itu di sekolah, di halaman atau di luar sekolah semuanya disebut kurikulum, sepanjang kegiatan itu masih mempunyai hubungan dengan kegiatan pendidikan yang dikembangkan di sekolah.2

Dalam sejarah kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia ada 9 macam termasuk Kurikulum 2013. Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah Leer Plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, dan lebih popular ketimbang curriculum yang merupakan istilah bahasa Inggris . Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.

Kurikulum 1964 yang fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

Pada masa Orde Baru dibuatlah Kurikulum 1968. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis karena mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran

2Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2010, hlm


(22)

3

kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

Kurikulum 1975 yang menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Kurikulum ini adalah kelajutan dari Kurikulum 1968. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Pada zaman telah ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.

Kurikulum 1984, kurikulum ini mengusung pendekatan proses. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999. Kurikulum ini lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya terutama kurikulum 1975 dan 1984. Namun, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat., Dari muatan lokal hinga nasional. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan


(23)

lain-4

lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum setelah itu kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

Kurikulum 2004 atau biasa disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Di dalam kurikulum ini Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa tetapi, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.

Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan Kerangka Dasar (KD), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) di bawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.


(24)

5

Kurikulum 2013 mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satu dari segi persiapan, Kurikulum 2013 membutuhkan anggaran mencapai 2,5 triliun. Kurang optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana di lapangan membuat para guru masih banyak yang kebingungan terhadap Kurikulum 2013.3 Selain itu ada dua hal yang krusial, yaitu masalah guru dan buku. Persoalan guru dirasakan krusial karena apabila guru tidak siap mengimplementasikan kurikulum baru, maka kurikulum sebaik apa pun tidak akan membawa perubahan apa pun pada dunia pendidikan nasional. Sedangkan buku itu vital karena menjadi pegangan murid untuk belajar.

Pemerintah menganggap kurikulum ini lebih berat dari pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Guru sebagai ujung tombak implementasi Kurikulum 2013 sedangkan guru yang tidak profesional hanya dilatih beberapa bulan saja untuk mengubah pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.4 Selain penguatan dan pendampingan dalam mengembangkan sikap dan karakter siswa yang ditekankan dalam Kurikulum 2013.5

Perubahan yang terdapat pada Kurikulum 2013 salah satunya adalah penggabungan mata pelajaran. Selain itu pemerintah juga berencana menambah jam pelajaran. Selain itu pemerintah juga berencana menambah jam pelajaran agar pembelajaran lebih mengedepankan karakter siswa.6 Adanya model pendekatan

3 Ibid., hlm 37

4 Ester Lince Napitupulu, Ujung Tombak Kurikulum Guru yang Selalu Kesepian, dalam A. Ferry T. Indriatno (eds), Menyambut Kurikulum 2013, Jakarta: PT KompasMedia Nusantara, 2013, hlm. 206-207.

5 Ibid., hlm.190.

6 Loeloek Endah Poerwanti dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, Jakarta:


(25)

6

dan penilaian baru yaitu pendekatan saintifik dan penilaian autentik menuntut persiapan guru untuk menerapkan secara konsisten dalam pembelajaran.

Muhammad Nuh sebagai Menteri Pendidikan menegaskan bahwa kurikulum 2013 dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045 yaitu tepatnya 100 tahun Indonesia, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi.7

SMA Negeri 1 Depok merupakan salah satu sekolah yang sudah pernah mengimplementasikan Kurikulum 2013 selama 1 semester khususnya pada kelas XI dan kelas XII namun setelah itu sesuai kebijakan Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru bahwa sekolah yang belum 3 semester melaksanakan kurikulum 2013 akan kembali ke kurikulum 2006 atau KTSP. Dalam penelitian ini peneliti fokus pada sejarah wajib di SMA Negeri 1 Depok.

Peneliti ingin menggali tentang persepsi guru dan siswa terhadap implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran sejarah yang di SMA Negeri 1 Depok dan kendala yang dialami para guru dan siswa, serta solusi yang diambil untuk mengatasi kendala yang dialami dalam implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini memiliki relevansi di masa mendatang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan berencana memberlakukan kembali Kurikulum 2013.

7 Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013, Kata Pena,2013, hlm. 111-112.


(26)

7 B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penelitian akan mengacu pada rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi guru sejarah terhadap implementasi Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Depok?

2. Bagaimana persepsi siswa terhadap implementasi pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran sejarah SMA Negeri 1 Depok?

3. Apa saja kendala yang dirasakan oleh guru dalam pengimplementasikan Kurikulum 2013 serta solusi untuk mengatasi kendala tersebut ?

4. Apa saja kendala yang dirasakan oleh guru dalam pengimplementasikan Kurikulum 2013 serta solusi untuk mengatasi kendala tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :

1. Persepsi guru sejarah terhadap implementasi kurikulum 2013 dalam mata pelajaran sejarah

2. Persepsi siswa terhadap implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran sejarah

3. Kendala yang dirasakan oleh guru sejarah serta solusi untuk mengatasi kendala yang dialami tersebut

4. Kendala yang dirasakan oleh siswa serta solusi untuk mengatasi kendala yang dialami tersebut


(27)

8 D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu dari aspek teoretis dan aspek praktis, yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Aspek Teoretis

Pada tataran teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:

a. Memperluas pengetahuan dan wawasan tentang Kurikulum 2013, baik yang berkaitan dengan aspek kesiapan manajemen, pelaksanaan, keunggulan dan kekurangannya.

b. Memberikan informasi berkaitan dengan adanya hambatan atau faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 khususnya bagi guru Sejarah dan siswa.

2. Aspek Praktis

Pada tataran praktis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi :

a. Kepala Sekolah atau bidang kesiswaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam melakukan pembenahan sehingga tercipta suasana baru yang lebih kondusif

b. Guru khususnya dalam pembelajaran Sejarah mengetahui usaha yang perlu dapat dilakukan dalam penerapan konsep Kurikulum 2013.

c. Universitas Sanata Dharma, sebagai bahan kajian keilmuan dan pengembangan kajian khususnya bidang kebijakan pendidikan


(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Persepsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera pengelihatan, pendengar, peraba, dan pencium.

Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip prinsip yang bersangkutan dengan persepsi sangat penting karena :

1. Makin baik suatu objek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat di ingat

2. Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang kelitu atau yang tidak relevan 3. Jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang


(29)

10

harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak menjadi persepsi yang keliru.8

Dalam persepsi ada faktor faktor yang mempengaruhinya yaitu : 1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek,


(30)

11

stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.9

Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya terhadap sesuatu. persepi adalah kecakapan untuk melihat, memahami kemudian menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menghasilkan penafsiran. Selain itu persepsi merupakan pengalaman terdahulu yang sering muncul dan menjadi suatu kebiasaan. Persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.

setelah individu melakukan interaksi dengan obyek-obyek yang dipersepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Persepsi Positif : penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada


(31)

12

2. Persepsi Negatif : penilaian individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi positif seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan. Sedangkan , penyebab munculnya persepsi negatif seseorang dapat muncul karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tidak adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan dan sebaliknya. 10

1. Kurikulum 2013

Maurice Dulton mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan sekolah”.11 Sekolah bertanggung jawab dalam memberikan pengalaman pembelajaran kepada peserta didik. Menurut George A. Beauchamp teori kurikulum secara konseptual berhubungan erat dengan pengembangan teori dan ilmu-ilmu lain. Hal-hal yang penting dalam pengembangan teori kurikulum adalah penggunaan istilah-istilah teknis yang tepat dan konsisten, analisis dan klasifikasi pengetahuan, penggunaan penelitian-penelitian prediktif untuk

10 Irwanto. Psikologi umum (buku panduan mahasiswa), Jakarta : PT. Prehallindo,2002, hlm. 71.

11 Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar


(32)

13

menambah konsep, generalisasi atau kaidah-kaidah, sebagai prinsip-prinsip yang menjadi pegangan dalam menjelaskan fenomena kurikulum.

Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960 sampai dengan 1965. Ia mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai bidang studi yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori. Dari semua uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori kurikulum, Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum, yaitu:

1. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya

2. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber pangkal tolaknya

3. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik dari desain kurikulumnya

4. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulumnya serta interaksi di antara proses tersebut

5. Setiap teori kurikulum hendaknya menyiapkan diri bagi proses penyempurnaannya.

Kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan


(33)

14

bagian dari sistem persekolahan. 12 Dari pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian kurikulum, selanjutnya dikenal 3 konsep kurikulum:

Kurikulum sebagai suatu substansi. Suatu kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat berarti suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi.

Kurikulum sebagai sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, serta upaya dalam menyempurnakannya.

Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli hukum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.13

Wiliam B. Ragan dalam M. Yamin menjelaskan arti kurikulum yaitu : all the experience of children for which the school accepts responsibility. It denotes the result of efforts on the part of the adult of the community and the nation to bring to the children finest, most whole some influences thatexist in the culture.

12Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung. : PT

Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 4.

13Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis, Bandung : Interes


(34)

15

( Kurikulum mencakup semua program dan kehidupan dalam sekolah termasuk hubungan antara guru dan murid, metode mengajar, dan cara mengevaluasi ). 14

Menurut David Praff kurikulum adalah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan. Definisi dari kurikulum bisa berupa rencana kegiatan yang berbentuk tulisan dan berisikan tentang beberapa poin seperti : pengembangan siswa, bahan atau materi apa yang di ajarkan, alat yang digunakan dalam membantu proses belajar mengajar, evaluasi terkait pembelajaran dan juga kualitas guru yang diperlukan dan juga kurikulum dilaksanakan dalam pendidikan yang formal. Penyusunan kurikulum dibuat secara sistematis dan terstruktur dan juga praktek mendapat fokus perhatian demi menunjang keberhasilan penerapan kurikulum oleh lembaga atau sekolah yang merupakan institusi formal tempat diberlakukan nya kurikulum.15

Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta tata cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai

14 M.Yamin, Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Yogyakarta : Diva Ress,

2012, hlm. 22-23.


(35)

16

tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran 16

Rumusan yang terdapat di dalam sistem Pendidikan Nasional lebih spesifik mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut :

1. Kurikulum merupakan suatu rencana atau perencanaan

2. Kurikulum merupakan pengaturan, yang berarti mempunyai sistematika dan struktur tertentu

3. Kurikulum memuat isi dan bahan pelajaran, menunjuk pada perangkat mata pelajaran atau bidang pelajaran tertentu

4. Kurikulum mengandung cara, metode, atau strategi penyampaian pengajaran

5. Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar

6. Kendatipun tidak tertulis namun telah tersirat didalam kurikulum, yakni kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan 7. Berdasarkan butir 6 maka kurikulum sebenarnya adalah suatu alat

pendidikan

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dijelaskan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dibawah tanggung jawab lembaga pendidikan.

16 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka


(36)

17

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang digunakan pada tahun ajaran 2013-2014. Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum yang sudah ada yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ).Kurikulum ini menekankan pada pendidikan karakter dan pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Pembelajaran kurikulum ini lebih bersifat tematik disetiap mata pelajaran nya. Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum ini menekankan pada keseimbangan kompetensi dan karakter atau dengan kata lain Hard Skill dan Soft Skill.17

Karena kurikulum 2013 ini berbeda dari kurikulum sebelum nya maka perlu diadakannya sosialisasi. Sosialisasi kurikulum dilakukan terhadap pihak yang terkait dalam implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini penting terutama agar warga sekolah mengerti tentang kurikulum yang akan diimplementasikan. Bukan hanya sosialisasi saja tetapi perlu didukung oleh fasilitas untuk menunjang keberhasilan kurikulum 2013 yaitu laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan. Fasilitas dan sumber belajar tersebut perlu digunakan, dipelihara, dan dioptimalkan sebaik mungkin

.

18

17 E.Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hlm. 13.


(37)

18

Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didikdan menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan tenaga ahli dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan. Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.19

Pada kurikulum 2006 atau KTSP ditemukan beberapa kekurangan dan perlu digunakannya kurikulum 2013. Berikut adalah kekurangan KTSP : 1. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan

fungsi dan tujuan pendidikan nasional

2. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangann kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills and hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum


(38)

19

3. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remidiasi secara berkala20

Selain itu juga dalam hal penilaian kurikulum 2006 atau KTSP belum dilakukan secara menyeluruh yang hanya menekankan pada aspek kognitif yang didapat melalui tes tertulis yang diberikan pada siswa, sementara dalam penilaian kurikulum 2013 dilakukan penilaian menyeluruh mulai persiapan siswa, proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa. Penilaian ini membantu guru untuk mengetahui pencapaian siswa yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan.21 Selain itu standar penilaian yang terlampir dalam Lampiran Permendikbud 104 Tahun 2014 mengisyaratkan bahwa penilaian yang bisa digunakan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah dengan tes tertulis, observasi terhadap diskusi, tanya jawab, percakapan, dan penugasan.22 a. Tujuan Kurikulum 2013

Mengacu pada penjelasan UU No 20 Tahun 2003 pasal 35 bahwa “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati “ maka salah satu tujuan kurikulum 2013 adalah untuk meningkatkan daya saing dan kemampuan hidup manusia

20M. Fadillah Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, &

SMA/MA, Yogyakarta : Ar-Ruz Media 2014, hlm 24

21Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor :

Ghalia Indonesia, 2014, hlm 279-280

22 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah, hlm. 3.


(39)

20

Indonesia sehingga berkontribusi pada bangsa. 23 Mengingat kurikulum ini menitikberatkan pada keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, yang nantinya akan membentuk manusia Indonesia yang mampu menghadapi tantangan ke depan.

Kurikulum 2013 dirancang untuk menghasilkan peserta didik yang mempunyai produktifitas dan penuh inovasi melalui penguatan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum difokuskan untuk pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik. Kurikulum 2013 memungkinkan guru untuk menilai hasil belajar siswa sehingga mereka mampu untuk mempersiapkan diri untuk menuju penguasaan kompetensi dan karakter tingkat selanjutnya.24

b. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Ada tiga macam landasan pengembangan kurikulum 2013 yaitu secara filosofis, yuridis dan konseptual

1) Landasan Filosofis

a. Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prisip dasar dalam pembangunan pendidikan

b. Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik , dan masyarakat.25

2) Landasan Yuridis

a. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

23 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka

Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. hlm. 4-5.

24E. Mulyasa, op.cit., hlm 65-66.


(40)

21

b. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

c. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005

d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.26

3) Landasan Konseptual

a. Relevansi pendidikan ( link and match ) b. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Karakter

c. Pembelajaran Kontekstual ( contextual teaching and learning) d. Pembelajaran aktif ( student active learning)

e. Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh

Ketiga landasan pokok tersebut yang menjadi landasan pokok dalam pelaksanaan kurikulum 2013. 27

c. Karakteristik Kurikulum 2013

1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik

2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa

26Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum 2013; Rasional, Kerangka Dasar,

Struktur, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum, hlm. 30. 27 E.Mulyasa, op.cit., hlm. 64.


(41)

22

yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar

3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat 4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan

5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran

6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti

7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).28

d. Model Pembelajaran Kurikulum 2013 1. Discovery Learning

penemuan atau discovery merupakan model pembelajaran untuk mengembangkan siswa aktif dengan menemukan dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan bermakna dan tersimpan dalam memori jangka panjang siswa. Model pembelajaran ini

28Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka


(42)

23

membuat para siswa mencari pengetahuan baru sendiri sehingga dapat berguna bagi siswa.29

2. Inquiry

Model pembelajaran yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif, Guru wajib menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Strategi pelaksanaan inquiry adalah:

1. Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan

2. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.

3. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik

4. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai


(43)

24

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan30 3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merancang peserta didik untuk belajar.31 Model pembelajaran ini sering juga disebut ProblemBased Learning. Adapun langkah -langkah Problem-Based Learning meliputi :

1. orientasi siswa pada masalah

2. mengorganisasikan siswa untuk belajar

3. membimbing penyelidikan yang dilakukan siswa baik individu maupun kelompok

4. mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. menganalisis dan mengevaluasi proyek pemecahan masalah.32 Salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 adalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah, mengkontruksi dan menggunakan pengetahuan.33 Selain itu juga dalam pembelajaran menggunankan kurikulum 2013 para siswa diminta untuk mengumpulkan informasi yaitu salah satunya dengan diskusi.

Beberapa manfaat diskusi adalah : peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir, peserta didik dapat berlatih mengeluarkan

30E.Mulyasa, op.cit., hlm. 234.

31Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 ,Yogyakarta : Gava Media,

2014, hlm. 29.

32 Hosnan, op.cit., hlm. 301. 33 Hosnan, op.cit ., hlm. 191.


(44)

25

pendapat, diskusi dapat menumbuhkan parsitipasi aktif peserta didik, peserta didik belajar bersikap toleran sementara kelemahan diskusi antara lain: diskusi terlampau menyerap waktu, peserta didik tidak berlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan baik dan terkadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan diskusi, sehingga diskusi cenderung menjadi tanya jawab.34

Metode karyawisata dapat dilakukan untuk menunjang pembelajaran. Metode karya wisata ialah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada objek yang dipelajari, dan objek itu terdapat diluar kelas. Didalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata ialah bahwa murid-murid akan mempelajari suatu objek ditempat mana objek itu berada.35

e. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memang diharapkan menjadi sebuah kurikulum yang membawa perubahan pendidikan di Indonesia. Namun tetap saja ada kelebihan dan kelemahan dari kurikulum 2013 yaitu :

Kelebihan :

a. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah

b. Adanya penilaian dari semua aspek meliputi nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain

c. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah

34 Sagala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran ,Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 208 – 209.


(45)

26

diintegrasikan kedalam semua program studi.

d. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan pendidikan nasional

e. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan

f. Kurikulum ini sangat tanggap dengan fenomena dan perubahan social g. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi

seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional h. Sifat pembelajaran sangat kontekstual

i. Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap oleh pemerintah. Kelemahan nya :

a. Guru banyak salah paham, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

b. guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini. c. Kurangnya keterampilan guru merancang RPP

d. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik e. Terlalu banyak materi yang dikuasai siswa.

f. Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.36

36 Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan Surabaya : Kata Pena, 2014, hlm .33.


(46)

27 3. Pembelajaran Sejarah

a. Belajar

Muhibbinsyah dalam Sugihartono mengatakan bahwa Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Belajar juga dipegaruhi beberapa faktor yaitu :

1. faktor internal: meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa 2. faktor eksternal : kondisi lingkungan di sekitar siswa

3. faktor pendekatan belajar : merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.37

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.38

Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan seorang individu baik perubahan di bidang pengetahuan, sikap, kepribadian dan banyak aspek lain yang mengalami peningkatan akibat belajar.

37 Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press, 2007, hlm. 78. 38 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya , Jakarta: PT. Rineka Cipta,2010, hlm. 2.


(47)

28 b. Pembelajaran

Nasution berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar yang efektif.39 Warsita dalam Trianto mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Sedangkan Corey berpendapat, pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan sehingga sangatlah penting bagaimana pembelajaran menjadi sesuatu yang penting dalam menunjang pendidikan.40

c. Sejarah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sejarah adalah riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi. Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masalampau yang di dalam nya juga termasuk tentang fakta-fakta masa lalu dan

39Sugihartono dkk, op. cit., hlm. 80.

40Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif , Jakarta: Kencana,2009,


(48)

29

mempunyai arti bila dihubungkan dan diberi penjelasan yang menekankan antara proses dan struktur.41

Depdiknas memberikan pengertian sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini.42

Dari pengertian diatas pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini. Sejarah merupakan bidang studi yang terkait dengan fakta-fakta dalam ilmu sejarah namun tetap memperhatikan tujuan pendidikan pada umumnya.43

B. Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan peradaban dunia. Berdasarkan tujuan ini maka Kurikulum 2013 di implementasikan di sekolah, salah satunya di implementasikan dalam pembelajaran sejarah. Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran

41 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Pergerakan Nasional, dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, Jakarta : Gramedia, 1990, hlm. 4.

42Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah untuk

Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Depdiknas, hlm. 1.

43 I Gde Widja, Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah,


(49)

30

sejarah tentunya ada permasalahan yang terjadi dan menyebabkan terhambatnya implementasi itu sendiri.

Dalam impelementasi Kurikulum 2013 terutama pembelajaran sejarah melibatkan guru dan siswa, tentunya mereka memiliki persepsi tentang implementasi kurikulum 2013. Persepsi guru dan siswa terhadap implementasi Kurikulum 2013 merupakan hasil pengamatan melalui pengindraan oleh guru maupun siswa sehingga dapat memberikan pemahaman terhadap implementasi kurikulum 2013. Dari penjelasan di atas dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan 1. Kerangka Pikir Persepsi

Kurikulum 2013

Pembelajaran Sejarah Implementasi

Guru dan siswa


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Depok merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Sekolah ini berlokasi di Jl. Babarsari, yang terletak di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dijadwalkan dimulai pada 1 Oktober 2015 hingga 31 Desember 2015, karena penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, maka penelitian dapat melebihi batas waktu yang ditentukan. Meskipun demikian, jadwal penelitian yang telah ditentukan berkaitan erat dengan keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Pengumpulan data tidak dilakukan lagi apabila dipandang telah mencukupi.

Tabel 1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Agust Sep Okt Nov Des Jan

1 Penyusunan Proposal √ √

2 Perizinan √

3 Pengumpulan Data √

4 Analisis Data √


(51)

32 B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini, menggunakan jenis penelitian studi kasus (case study) yaitu sebuah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan makna dari peristiwa kehidupan nyata seperti kehidupan seseorang, organisasi, perubahan lingkungan sosial, hubungan internasional, dan kematangan industri.44

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskripsi adalah karena dengan penelitian ini mampu memberikan gambaran yang mendalam untuk situasi tertentu dalam hal ini adalah tentang persepsi guru dan siswa terhadap Kurikulum 2013.

C. Sumber Data

Data penelitian kualitatif diperoleh dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu metode yang bersifat interaktif dan noninteraktif. Teknik interaktif ini terdiri dari wawancara dan juga pengamatan berperan serta, sedangkan non interaktif meliputi pengamatan tak berperan serta, analisis isi dokumen dan arsip 45Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

44 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm. 2. 45 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remadja Karya, 1989, hlm. 122.


(52)

33

1. Hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran sejarah tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran sejarah

2. Hasil angket atau kuesioner terhadap siswa tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran sejarah

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan yang diajukan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan jawaban atau informasi penelitian untuk keperluan sang peneliti.46 Dalam hal ini peneliti menggunakan angket atau kuesioner semi terbuka yaitu dimana desain kuesioner atau angket ini memiliki pilihan dan juga diharapkan para responden mengungkapkan alasan ketika mereka memilih pilihan yang disediakan.

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Siswa

No Butir-butir pertanyaan

1 Persiapan dalam menghadapi kurikulum 2013

2 Proses belajar mengajar dengan kurikulum 2013 menyenangkan atau tidak

3 Metode Pengajaran guru menggunakan kurikulum 2013 4 Persepsi tentang pembelajaran dengan kurikulum 2013

5 Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran dengan kurikulum 2013

6 Solusi untuk mengatasi kendala

46 Mardalis, Metode penelitian suatu pendekatan proposal,Jakarta : Bumi Aksara, 2008, hlm. 66.


(53)

34 2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang yang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain dengan mengajukan pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.47 Pada tehnik ini peneliti datang berhadapan muka secara langsung dengan responden atau subjek yang diteliti. Mereka menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada responden. Hasilnya dicatat sebagai informasi yang penting dalam penelitian.48 Berikut kisi kisi wawancara yang akan peneliti gunakan :

Tabel 3 Kisi-kisi wawancara guru

No Kisi KisiPertayaan Indikator

Pertanyaan 1 Perencanaan implementasi kurikulum 2013 dalam

mata pelajaran sejarah

Pelatihan SDM Silabusdan RPP Modul dan Sumber Evaluasi

2 Langkah langkah yang dilaksanakan dalam implementasi kurikulum 2013

3 Perbedaan mendasar dari kurikulum 2013 dan kurikulum yang sebelumnya

Landasan Orientasi Metode Pengelolaan 4 Efektivitas Kurikulum 2013 dalam pembelajaran

sejarah

5 kendala yang terjadi ketika kurikulum 2013 diimplementasikan dalam mata pelajaran sejarah 6 Solusi dari kendala yang telah ditemukan

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh

47Dedi Mulyana, Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Rosda, 2006 , hlm. 120.


(54)

35

seorang psikolog dalam meneliti perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya.49 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.50 Sumber dokumen umumnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu dokumentasi resmi yaitu surat keputusan, surat instruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh kantor atau organisasi. serta sumber dokementasi yang tidak resmi seperti surat nota, surat pribadi.51 Dalam hal ini peneliti mempelajari tentang RPP dan modul serta contoh soal kurikulum 2013.

E. Teknik Cuplikan

Dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai fokus penelitian, maka peneliti menggunakan teknik cuplikan (sampling) yaitu purposive sample atau sampel bertujuan. Teknik purposive sample adalah sampel yang dipilih bergantung pada tujuan penelitian tanpa memperhatikan kemampuan generalisasinya.52 Selain itu Teknik Purposive Sample merupakan pemilihan sampel yang didasarkan pada fokus penelitian dengan maksud untuk menjaring informasi sebanyak mungkin.53

Dalam hal ini narasumber wawancara adalah guru sejarah di SMA N 1 Depok yaitu Bapak Akhmad Johan dan Bapak Sigit Eko Susanto karena mereka

49 Abdurrahman Fatoni. Metodologi Penelitian dan tehnik Penyusunan Skripsi,Jakarta: PT. Rinekha cipta, 2006, hlm. 112.

50 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung : Alfabeta, 2009, cet. IX, hlm. 329.

51Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta : Bumi

Aksara,2003, hlm. 81.

52Afifudin, Metodologi Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2009, hlm. 130.


(55)

36

merupakan pelaksana dan mengetahui tentang kurikulum 2013 di SMA N 1 Depok terutama dalam pembelajaran sejarah dan responden kuesioner adalah siswa kelas XI dan XII yang pernah melaksanakan kurikulum 2013.

F. Validitas Data

Penelitian kualitatif adalah salah satu penelitian yang berfokus pada pemahaman subyek sekitarnya. Wawancara dan observasi adalah salah satu tehnik yang digunakan untuk melakukan penelitian kualitatif. Metode ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu salah satunya adalah sumber data yang terkadang kurang kredibel. Untuk menilai keabsahan data maka salah satu cara yang digunakan adalah triangulasi.

Patton mengatakan bahwa triangulasi adalah salah satu cara pengecekan kredibilitas dengan membandingkan data terhadap sesuatu yang diluar dari cakupan data tersebut dan juga mengkonfirmasi data yang telah didapatkan kepada sumber sehingga data yang ada bisa mendukung untuk keperluan penelitian.54 Menurut Patton ada 4 macam tehnik triangulasi yang bisa digunakan untuk memeriksa keabsahan data yaitu:

1. Triangulasi data, yaitu dengan cara mengkonfirmasi data yang telah didapatkan dengan sumber data dan ahli untuk memastikan tingkat kredibilitasnya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi data dengan mengambil data yang beragam yaitu dari guru dan juga dari siswa.

54H.B. Sutopo, Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian,


(56)

37

2. Triangulasi Metode, yaitu cara peneliti menguji keabsahan data dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi metode dengan membagikan kuesioner pada siswa dan guru serta mewawancarai siswa dan guru.

3. Triangulasi Peneliti, yaitu hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi peneliti dengan membandingkan penelitian dengan sesama rekan peneliti karena penelitian ini merupakan penelitian payung.

4. Triangulasi teori, yaitu dalam menguji keabsahan data menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan-permasalahan yang dikaji, sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi teori dengan menghubungkan temuan penelitian dengan teori-teori yang berkaitan dengan hasil temuan penelitian.55

Selain itu bisa juga ditambah dengan Expert Opinion, yaitu dengan meminta orang yang lebih ahli untuk memberikan bimbingan kepada peneliti agar tetap mendapat arahan dalam melakukan penelitian, peneliti bisa berkonsultasi dengan dosennya untuk menyempurnakan hasil penelitiannya. Peneliti menggunakan

55Denzin K. Denzin dkk, Handbook of Qualitative Research , terj oleh Dariyanto dkk,


(57)

38

triangulasi data dalam penelitian ini dimana peneliti membandingkan hasil wawancara guru dengan hasil kuesioner siswa.

G. Analisis Data

Analisis data disebut juga pengolahan dan penafsiran data. Analisis data dimaksudkan untuk merangkai kembali data-data hasil dari observasi, wawancara, dokumentasi sehingga menjadi sesuatu yang utuh dan menjadi sesuatu yang baru untuk orang lain.56 Langkah langkah yang perlu dilakukan adalah peneliti melihat kembali data yang sudah didapatkan agar rencana semula bisa dilanjutkan dan juga dapat mengembangkan data tersebut sesuai tujuan awal.57

Dalam penelitian kualitatif ada 2 jenis analisis yaitu deskriptif dan interpretatif. Deskriptif adalah penjelasan apa adanya yang sesuai dengan temuan peneliti sedangkan interpretatif sendiri lebih mencari sesuatu dibalik yang tampak atau berusaha mencari sesuatu yang tersembunyi dari sederetan fakta yang terkuak.58 Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis secara deskriptif untuk memaparkan temuan yang sudah didapatkan sesuai dengan data yang ada.

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara kontinyu hingga tuntas.59 Berikut bagan analisis data yang digunakan :

56Noeng Muhajir, Metodologi penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996, hlm.104.

57 Donald Ary dkk, Introduction to Research in Education, terj. Arief Furchan, Surabaya : Usaha Nasional, 1992 , hlm. 475.

58 Andi Mappiare AT, Dasar-dasar Metodologi Riset Kualitatif Untuk Ilmu Sosial dan Profesi, Malang: Jenggala Pustaka Utama, 2009, hlm. 80


(58)

39

Bagan 2 analisis data

Sumber : Miles dan Huberman, 1992

1. Reduksi Data

Adalah proses penilaian dan juga penyederhanaan atau juga bisa dikatakan sebagai tahap memilah data yang sudah didapatkan sehingga apabila ada data yang tidak diperlukan dapat segera di eliminasi.

2. Penyajian Data

Setelah melalui tahap reduksi data tadi maka data yang diperlukan akan diolah dan sebaiknya peneliti membuat tabel atau semacam skema sehingga akan terlihat gambaran secara umum tentang apa yang harus dilakukan oleh peneliti

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Kesimpulan : Penarikan dan Verifikasi


(59)

40 3. Menarik Kesimpulan (Verifikasi)

Dengan data yang telah dikumpulkan maka peneliti dapat menarik kesimpulan selama penelitian dilaksanakan dan akan menjadi temuan baru bagi peneliti berikutnya.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Depok Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah yang didirikan pada tahun 1977 dengan nama Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sleman beradasarkan SK Mendikbud RI No. 0478/O/1977. Dengan adanya SK tersebut Kakanwil Depdikbud Provinsi DI Yogyakarta menunjuk Kepala SMA 6 Yogyakarta untuk perintis SMA baru tersebut. Pimpinan SMA 6 Yogyakarta pada waktu itu dijabat oleh Drs Boedihardjo.

Pada bulan Januari 1977, permulaan tahun ajaran 1977, SMA 2 Sleman mulai menerima pendaftaran siswa baru. Jumlah yang diterima pada saat itu 81 siswa. Jumlah ini cukup untuk memenuhi 2 kelas sesuai dengan jumlah ruang kelas yang tersedia pada waktu itu, yaitu di ruang selatan gedung induk SMA 6 Yogyakarta. Demi kelancaran pengelolaan pendidikan dan pengajaran, tahun ajaran 1977 SMA 2 Sleman masih bergabung dengan SMA 6 Yogyakarta, Ini berarti secara administratif dan edukatif masih di bawah satu pimpinan dengan SMA 6 Yogyakarta.

Sesuai dengan penerapan kurikulum 1975, kurikulum yang berlaku saat itu, pada akhir Semester I tahun ajaran 1977 diadakan penjurusan dan terbentuk satu kelas IPS dan satu kelas IPA. Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 1977, yaitu Senin 17 Januari 1977 olah Kepala Sekolah ditetapkan sebagai Hari Jadi SMA 2 Sleman.


(61)

42

Pada awal berdirinya SMA 2 Sleman mempunyai 7 orang Guru tetap dan 11 orang guru tiduk tetap yang juga merupakan guru pada SMA 6 Yogyakarta, Sedangkan karyawan (tenaga) Tata Usaha sebanyak 3 orang. Pada tahun 1997 terjadi perubahan nama dari Sekolah Menengah Atas 2 Sleman menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Depok.Berkat kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan orangtua/wali murid berhasil dibentuk susunan pengurus BP3 SMA 2 Sleman periods 1977/1978 yang diketuai oleh bapak Masri Al Rasyid. Untuk pertama kalinya BP3 telah menyurnbang sarana berupa meja kursi siswa.

Pada bulan Desember 1977 unit gedung baru SMA 1 Depok telah selesai dibangun. Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1978 unit gedung baru beserta tanah seluas 6773 m2, diserahkan dari Pimpinan Proyek (Drs.Sunardjo) kepada Drs. GBPH Poeger selaku Kakanwil Depdikbud Prop. DI Yogyakarta. Dengan demikian secara resmi SMA 1 Depok telah mulai menempati unit gedung barunya di Babarsari, Yogyakarta. Saat ini yang menjabat sebagai Kepala Sekolah SMA N 1 Depok adalah Drs.H.Maskur.

SMA N 1 Depok menempati tanah seluas 7939 m2. Terdiri dari 8 unit bangunan. Kondisi fisik bangunan di SMA N 1 Depok cukup memadai untuk kegiatan belajar mengajar dan mempunyai tata letak gedung yang efisien. Terdapat juga fasilitas olahraga seperti lapangan basket dan volley. Adapun Lapangan Upacara yang cukup luas. Beberapa ruangan yang ada sudah cukup bagus namun juga masih terdapat ruangan yang kurang pencahayaan sehingga kurang menunjang kegiatan KBM. Ruang workshop yang biasa digunakan untuk acara maupun kegiatan KBM, namun harus memesan terlebih dahulu.


(62)

43

Gedung yang dimiliki SMA N 1 Depok terdiri dari 26 ruang kelas, 2 ruang kantor guru, 1 ruang UKS, 1 ruang Perpustakan, 1 ruang lab. Komputer, 1 ruang musik, langan olahraga dan aula Jumlah siswa SMA N 1 Depok pada tahun ajaran 2014/2015 khususnya kelas XI dan XII adalah 192 siswa.

SMA N 1 Depok memilik Kepala Sekolah bernama Drs. H. Maskur. Sekolah memiliki 54 tenaga pengajar yang terdiri dari 44 guru tetap, 1 DPK, dan 9 guru tidak tetap. Hampir 90% tenaga pengajar adalah lulusan kependidikan dengan jenjang S1 serta terdapat 2 tenaga kependidikan dengan pendidikan jenjang S2. Masing-masing guru mengajar satu Mata Pelajaran. Guru pengajar disediakan oleh dinas pendidikan kabupaten sesuai kebutuhan sekolah.

Mayoritas guru-guru di SMA N 1 Depok berada di umur 40 tahun sampai 50 tahun dan dalam keadaan yang mapan sehingga agak sulit untuk menerima perubahan – perubahan kebijakan terutama tentang kurikulum.

Penerimaan siswa baru tahun ajaran 2014/2015, SMA Negeri 1 Depok menerima siswa SMP dengan jumlah nilai ujian terendah 34,85. Sementara yang paling tertinggi adalah 38.35. Apalagi dengan kegiatan ekstrakurikuler yang akademis maupun non akademis. Adapun kegiatan non akademis meliputi : pramuka, Cheerleading, bola basket, bola voli, sepak bola, baca tulis Al Quran, KIR, paduan suara, karate, bahasa Jepang dan jurnalistik. Sementara ekstrakulikuler yang akademik adalah: Kegiatan pengayaan Bahasa Inggris bagi kelas X, XI, dan XII, Kegiatan Lab. Komputer, Pembinaan kegiatan Olimpiade Sains, Kegiatan Lab. Bahasa, Kegiatan Lab. IPA meliputi Fisika, Kimia dan Biologi.


(63)

44

Beberapa prestasi yang pernah didapatkan SMA N 1 Depok adalah Juara 1 Putra lomba lari tingkat Provinsi DIY pada tahun 2008, Juara 3 olimpiade ekonomi tingkat nasional tahun 2009, juara 1 lomba lari cepat 100 meter tingkat Kabupaten Sleman tahun 2008, juara 1 lomba akademik tingkat Provinsi DIY tahun 2009, juara 3 lomba cipta lagu dan pembuatan jingle tingkat Provinsi DIY tahun 2009, dan juga juara 1 lomba Adzan tingkat Kabupaten Sleman tahun 2010.

Visi dan misi Sekolah SMA N 1 Depok menjadi fokus orientasi terhadap seluruh sistem dan program pendidikan SMA N 1 Depok di adalah sebagai berikut:

1. Visi

Berprestasi Tinggi, Berkepribadian dan Kreatif 2. Misi

a. Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien b. Melaksanakan pembinaan iman dan taqwa warga sekolah

c. Mengembangkan manajemen kelembagaan berdasarkan MPMBS d. Membina minat dan kreatifitas siswa

SMA N 1 Depok adalah salah satu sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 pada awal tahun 2014, namun pada akhirnya ketika kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru yaitu Anies Baswedan bahwa sekolah yang baru menerapkan kurikulum selama 1 semester harus kembali menggunakan kurikulum KTSP, maka SMA N 1 Depok menggunakan kembali kurikulum KTSP yang sebelumnya pernah mereka gunakan.


(64)

45 B. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan data - data yang di dapatkan oleh peneliti , maka hasil akan dijabarkan dalam 4 bagian yaitu : persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013, persepsi siswa terhadap implementasi kurikulum 2013, dan kendala yang dialami oleh guru serta solusinya, dan dan kendala yang dialami oleh siswaserta solusinya,yang mana bagian hasil angket akan disertai dengan tabel dan alasan nya. berikut penjelasan dari hasil penelitian :

1. Persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013

a. Perencanaan implementasi kurikulum 2013 dalam mata pelajaran sejarah Tentang perubahan kurikulum dari kurikulum KTSP ke kurikulum 2013, Pak Johan mengatakan tidak masalah namun banyak hal yang harus dipersiapkan ketika sebuah kurikulum berubah. (CL 1) Berkaitan dengan perubahan kurikulum Pak Sigit mengungkapkan hal yang senada bahwa tidak menjadi masalah jikalau ada perubahan kurikulumhal itu bukanlah masalah.(CL 2)

Berkaitan dengan mengapa kurikulum sebelumnya harus diganti Pak Johan mengatakan bahwa itu adalah kewenangan dari pembuat kebijakan dalam hal ini adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan karena idealnya kurikulum itu direvisi setiap 10 tahun sekali. Hal senada diungkapkan oleh Pak Sigit tetapi sebaiknya pembuatan kurikulum seharusnya melibatkan para guru di sekolah sehingga bisa diterapkan di sekolah dan namun pada kenyataan nya Kurikulum 2013 menjadi sesuatu yang bagus namun tidak mampu untuk dilaksanakan..


(65)

46

Tentang harapan pemerintah dengan perubahan kurikulum, Pak Sigit dan mengatakan bahwa keinginan pemerintah adalah supaya terjadi peningkatan dalam kualitas pendidikan dan hal itu cukup bagus terutama dalam hal prinsip yang membuat para peserta didik menjadi berpikir analitis.(CL2)Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pak Johan. Pak Johan mengatakan bahwa pemerintah mempunyai harapan yang baik dengan perubahan kurikulum karena untuk peningkatan kualitas peserta didik.(CL 1)

Tentang persiapan terutama diklat (pendidikan dan pelatihan) Pak Johan mengatakan bahwa diklat yang didapatkan belum cukup karena pelaksanaan diklat dilakukan bersamaan dengan berjalannya kurikulum 2013 sehingga membuat para guru kebingungan dalam menerapkannya. Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Sigit bahwa diklat hanya 2 sampai 3 kali dan tutor atau pembimbing diklat mereka belum memiliki kesamaan persepsi tentang kurikulum 2013.

Berkaitan dengan langkah penyusunan rpp dalam kurikulum 2013, Pak Johan mengatakan bahwa dalam penyusunan rpp kurikulum 2013 ada yang berbeda dari KTSP yaitu adanya kompetensi inti, karena kompetensi inti tidak terdapat dalam rpp KTSP dan ada contoh dari pemerintah yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk membuat rpp.(CL 1) Sementara itu Pak Sigit lebih menyoroti tentang format penilaian karena format penilaian di rpp Kurikulum 2013 lebih rinci


(1)

1891 di Trinil. Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Jetis dekat Mojokerto Jawa Timur oleh Von Koenigswald. Pithecanthropus Soloensis sementara itu ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth.

Beberapa ciri manusia Pithecanthropus, antara lain sebagai berikut. 1) Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.

2) Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol. 3) Tinggi sekitar 165–180 cm.

4) Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).

Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang Eropa, juga oleh para ahli dari Indonesia, seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. Teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono.

Homo

Ada dua jenis fosil homo yang ditemukan di Indonesia, yaitu Homo Wajakensis dan Homo Soloensis. Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak. Eugene Dubois menemukan fosil ini pada tahun 1889 di dekat Wajak, Tulungagung Jawa Timur. Homo Wajakensis diperkirakan menjadi nenek moyang dari ras Australoid yang merupakan penduduk asli Australia. Homo Soloensis artinya manusia dari Solo ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo antara tahun 1931–1934. Penemunya adalah Ter Haar dan Oppenorth. Kehidupan Homo Soloensis sudah lebih maju dengan berbagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup dari berbagai ancaman.


(2)

134

Ciri-ciri homo, antara lain

1) muka lebar dengan hidung yang lebar; 2) mulutnya menonjol;

3) Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus; 4) bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang;

5) Tingginya 130–210 cm; 6) Berat badan 30–150 kg;

7) Hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lalu.

Homo Soloensis dan Homo Wajakensis kemudian mengalami perkembangan. Jenis homo ini diberi nama Homo Sapiens. Homo Sapiens lebih sempurna dilihat dari cara berpikir walaupun masih sangat sederhana. Homo Sapiens berarti manusia cerdas, diperkirakan hidup 40.000 tahun yang lalu setelah penelitian. Jenis inilah yang nantinya menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.

Lampiran 2 :Lembar Pengamatan Penilaian Sikap dan Pedoman Penskoran

No Nama Siswa

Aspek Pengamatan

Jumlah

Skor Nilai Ket Kerjasama Toleransi Keaktifan

Menghargai Pendapat


(3)

1 Alfiansyah 3 2 3 2 10 62,5

Cukup

2 Dewi

Kusuma 2 3 3 3 11 68,7

Cukup

3 Siti Hajar 3 3 3 3 12 75

Baik

4 Fachrul

Anwar 3 2 2 3 10 62,5

Cukup

5 Elisabeth

W.N 3 2 2 3 10 62,5

Cukup

Keterangan Skor :

Masing-masing kolom diisi dengan kriteria: 4 = Baik Sekali

3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

� �� =∑ � � � � 6 � �� �ℎ� Keterangan nilai :

A = 80-100 : Baik Sekali B = 70-79 : Baik C = 60-69 : Cukup


(4)

136

D = ˂60 : Kurang

Lampiran 3 :Rubrik Penilaian Presentasi

Keterangan Skor :

Masing-masing kolom diisi dengan kriteria: 4 = Baik Sekali

3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Keterangan nilai :

A = 80-100 : Baik Sekali B = 70-79 : Baik C = 60-69 : Cukup

D = ˂60 : Kurang

No.

Nama Siswa

Aspek Pengamatan Jumlah

Skor Nilai Ket. Komunikasi Wawasan Keberanian Penampilan

1 Alfiansyah 3 3 3 3 12 75 Baik

2 Dewi

Kusuma 3 2 2 3 10 62,5 Cukup

3 Siti Hajar 2 3 2 3 10 62,5 Cukup

4 Fachrul

Anwar 3 3 3 3 12 75 Baik

5 Elisabeth


(5)

(6)

138