PENGARUH CAHAYA MERAH TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN LEVEL TRIPTOPHAN BUAH PISANG MULI SELAMA PROSES PEMATANGAN
(2)
DAN LEVEL TRIPTOPHAN BUAH PISANG MULI SELAMA PROSES PEMATANGAN
Oleh Lestari Apriliana
ABSTRAK
Pengaruh cahaya merah terhadap kandungan protein dan level triptophan buah pisang muli selama proses pematangan telah diteliti. Penelitian dilaksanakan pada agustus 2012. Tujuan nya adalah untuk menentukan apakah cahaya merah mempengaruhi kandungan protein dan level triptophan selama proses pematangan. Penelitian dilaksanakan dalam percobaan faktorial 2 x 2, factor A adalah kualitas cahaya dengan 2 taraf control dan cahaya merah. Factor B adalah waktu pengukuran dengan 2 taraf 4 hari setelah perlakuan dan 8 hari setelah perlakuan. Protein diukur dengan prosedur Biuret, dan absorbansi diukur dengan spektofotometer pada 540 nm. Jumlah ditentukan menurut kurva standar albumin ( Witham at all. 1986 ). Level triptophan diduga dengan direct photometry pada 280 nm. Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 5 %. Hubungan antara level triptophan dan kandungan protein ditentukan dengan regresi linier. Hasil menunjukan bahwa cahaya merah meningkatkan kandungan protein 8 hari setelah perlakuan, dan meningkatkan level triptophan 4 hari setelah perlakuan. Cahaya merah mengubah hubungan antara level triptophan dengan kandungan protein dari positif menjadi negatif 4 hari setelah perlakuan, tetapi tidak mengubah hubungan antara kedua parameter 8 hari setelah perlakuan. Kami menyimpulkan bahwa cahaya merah mempengaruhi proses pematangan buah pisang muli dengan mengubah kandungan protein pada akhir klimaterik dan level triptophan pada awal klimakterik.
(3)
(4)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SANWACANA ... iii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A.LatarBelakangdanMasalah ... 1
B.TujuanPenelitian ... 2
C.ManfaatPenelitian ... 3
D.KerangkaPikir ... 3
E. Hipotesis ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A.KlasifikasiTanamanPisangMuli ( Musa acuminata) ... 7
B. MorfologiTanamanPisangMuli( Musaacuminata) ... 8
C. Habitat TanamanPisangMuli( Musaacuminata ) ... 9
D. KandunganGiziBuahPisangMuli( Musaacuminata) ... 10
E. ManfaatTanamanPisangMuli( Musaacuminata) ... 12
F. Struktur Kimia Fitokrom ... 14
G.Skema Dark Reversion ... 15
H. EfekFisiologisCahayaMerah ... 16
I. DeskripsiPematanganBuah ... 17
J. BiosintesisEtilendanInteraksinyaDengan IAA ... 18
III. METODE PENELITIAN ... 20
(5)
D. Variabeldan Parameter ... 21
E. Cara Kerja ... 22
F. Analisis Data ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
A. HasilPenelitian ... 26
1. Kandungan Protein ... 26
2. Level Triptofan ... 28
B. Pembahasan ... 31
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 34
A. Simpulan ... 34
B. Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 46
(6)
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Indonesia kaya akan berbagai jenis buah yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Salah satu buah yang memiliki potensi besar itu adalah buah pisang. Buah pisang merupakan salah satu hasil buah-buahan yang penting di Indonesia karena banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Karena banyak dimanfaatkan untuk keperluan hidup masyarakat maka buah pisang
memiliki nilai ekonomi yang baik. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi serta sebagai sumber energi karena mengandung karbohidrat, vitamin A dan B ( AAK, 1999).
Buah pisang merupakan jenis buah klimakterik karena selama proses pematangan mengalami laju respirasi yang tinggi sehingga proses pematangannya berjalan dengan cepat. Seperti halnya buah-buahan
klimakterik lainnya, proses pematangan buah pisang tidak dapat di hentikan tetapi dapat di perlambat sehingga daya simpan buah dapat di perpanjang ( Daryanto, 2006).
(7)
Mengingat nilai ekonomi dan gizi yang tinggi serta sifat buah pisang muli yang cepat matang maka diperlukan upaya pengembangan teknologi pasca panen. Pengembangan teknologi pasca panen seperti tehnik penyimpanan buah memerlukan pengetahuan tentang berbagai aspek fisiologi dan pengaruh faktor eksternal terhadap proses pematangan buah pisang muli. Salah satu faktor eksternal yang perlu dipelajari pengaruhnya terhadap proses pematangan adalah cahaya merah. Proses pematangan buah pisang muli berkaitan erat dengan biosintesis protein dan kandungan triptofan . Biosintesis protein berkaitan dengan pembentukan enzim-enzim yang baru sedangkan triptofan berkaitan dengan biosintesis auksin. Kedua proses ini yaitu peningkatan biosintesis protein dan penurunan biosintesis auksin merupakan karakteristik dari buah yang sedang mengalami proses pematangan.
Penelitian ini diarahkan pada upaya untuk memahami peran cahaya merah dalam proses biosintesis protein dan biosintesis auksin selama proses pematangan buah pisang
B.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui apakah cahaya merah mempengaruhi kandungan protein dan level triptofan buah pisang muli.
(8)
B. Manfaat Penelitian
Dari segi fisiologi tumbuhan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pemahaman proses pematangan buah pisang muli terutama yang berkenaan dengan pengaruh faktor eksternal seperti cahaya merah terhadap proses pematangan buah pisang muli. Dari segi teknologi pasca panen hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan sistem pengemasan buah pisang muli.
D. Kerangka pikir
Buah pisang muli merupakan buah klimakterik dimana proses pematangan buah disertai dengan peningkatan laju respirasi. Peningkatan laju respirasi berfungsi untuk mensuplai ATP dan NADH bagi keperluan proses
metabolisme seperti degradasi klorofil, biosintesis etilen, biosintesis enzim, dan protein yang baru. Oleh sebab itu, proses pematangan buah pisang muli relatif cepat.
Cahaya merah mengubah fitokrom merah (Pr) manjadi fitokrom merah jauh (Pfr) yang merupakan bentuk aktif dari fitokrom.Pfr mengaktifkan protein pengatur yang mendorong transkirpsi gen-gen yang di stimulasi cahaya seperti gen-gen yang mengkodekan ribulosabispospat RUBP (gen rbcs) dan klorofil (cab), serta menekan transkripsi gen-gen yang di hambat
cahaya.Cahaya merah telah diketahui menyebabkan penurunan yang tajam jumlah etilen yang di sintesis. Juga telah di laporkan bahwa kontrol cahaya (
(9)
photocontrol) ini merupakan suatu sistem yang diantarai oleh fitokrom, karena penekanan produksi etilen yang disebabkan cahaya merah dapat dibalikkan oleh cahaya merah jauh.
Berdasarkan fakta di atas jika buah klimakterik pisang muli diberi perlakuan cahaya merah maka produksi etilennya akan menurun dan proses
pematangan akan berlangsung lebih lambat. Namun belum di ketahui apakah perlakuan cahaya merah pada buah klimakterik pisang muli akan mempengaruhi kandungan protein dan triptophan.
Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui ini adalah dengan
membandingkan kandungan protein dan level triptofan buah pisang muli yang diberi perlakuan cahaya merah dengan yang tidak diberi perlakuan cahaya merah. Pembandingan dilakukan pada 2 waktu yang berbeda yaitu 4 hari setelah perlakuan atau awal klimakterik dan 8 hari setelah perlakuan atau akhir klimaterik. Skema prediksi pengaruh pemberian cahaya merah terhadap kandungan protein dan level triptofan buah pisang muli dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
(10)
Cahaya Merah
Pr
Pfr
Gambar 1 . Skema prediksi pengaruh cahaya merah terhadap kandungan protein dan kandungan triptophan buah pisang muli selama proses pematanga
Mengaktifkan Protein Pengatur ( Regulatory protein )
Mendorong biosintesis klorofil dan aktifitas enzim α amilase
Menekan produksi etilen
Menurunkan kandungan protein dan meningkatkan dan
(11)
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kandungan protein buah pisang muli yang diberi perlakuan cahaya
merah lebih rendah dari kandungan protein buah pisang muli yang tidak diberi cahaya merah.
2 .Level triptofan buah pisang muli yang diberi cahaya merah lebih tinggi dari level triptofan buah pisang muli yang tidak diberi cahaya merah.
3. Hubungan antara level triptofan buah pisang muli dan kandungan protein buah pisang muli adalah linier.
(12)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Pisang Muli
Menurut Tjitrosoepomo (1985), klasifikasi pisang muli adalah sebagai berikut
Kerajaan : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Musales
Famili : Musaceae Genus : Musa
Spesies : Musa acuminata Linn
(13)
B. Morfologi Tanaman Pisang Muli ( Musa acuminata) 1. Akar
Pohon pisang tidak mempunyai akar tunggang.Akar ini berpangkal pada umbi batang.Akar terbanyak berada pada bagian bawah tanah.Akar ini menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm sedang akar yang ada di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar.Dalam perkembanganya akar samping bisa mencapai 4-5 meter.
2. Batang
Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi batang. Dibagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Sedang yang berdiri tegak di atas tanah yang biasanya di anggap batang itu adalah batang semu. Tinggi batang semu ini berkisar 3,5 – 7,5 meter tergantung jenisnya.
3. Daun
Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset memanjang.Pada bagian bawahnya berlilin.Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30 – 40 cm, daun pisang mudah sekali robek atau terkoyak.
(14)
4. Bunga
Bunga berkelamin satu, berumah satu dalam tandan, bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral.Daun pelindung berwarna merah tua, berlilin, dan mudah rontok dengan panjang 1-25 cm. Bunga tersusun dalam 2 baris melintang. Bunga betina berada di bawah bunga jantan ( jika ada), tenda bunga melekat sampai tinggi, panjangnya 6-7 cm.
5. Buah
Sesudah bunga keluar, akan terbentuk buah dari sisir pertama, kemudian memanjang lagi dan terbentuk sisir kedua, ketiga dan seterusnya.
C. Habitat Tanaman Pisang Muli ( Musa acuminata)
Pisang dapat tumbuh di tempat yang terbuka dengan mendapatkan sinar matahari yang cukup.Daerah yang cocok untuk tanaman pisang adalah daerah yang memiliki ketinggian 1000 meter di atas permukaan air laut. Dengan tanah yang gembur serta tidak tergenang air. Tanaman pisang tidak tahan terhadap kekeringan maupun air yang berlebihan ( Daryanto, 2006).
Di Indonesia, tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik karena kondisi tanah dan iklim di Indonesia cocok bagi pertumbuhan tanaman pisang. Iklim yang dikehendaki adalah iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Suhu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang. Agar
(15)
tumbuh dengan baik, tanaman pisang menghendaki suhu sekitar 240C atau lebih. Dengan suhu tersebut tanaman pisang akan dapat tumbuh dengan subur( Kartasapoetra, 2000).
Kedalaman air tanah yang sesuai untuk pisang yang di tanam pada daerah beriklim basah adalah 50- 200 cm di bawah permukaan tanah. Sementara jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5-7,5 ( Sastrahidayat dan Soemarno, 1991).
D. Kandungan Gizi Buah Pisang Muli
Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik serta mineral- mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor, dan kalsium.Disamping mineral – mineral tersebut buah pisang juga mengandung vitamin B, B6, dan vitamin C. Buah pisang mengandung zat serotonin yang berfungsi sebagai
neurotransmitter untuk kelancaran fungsi otak. Buah pisang memiliki kandungan energi yang lebih tinggi dibanding buah – buahan yang lain. Karbohidrat pada buah pisang mampu menyuplai energi lebih cepat dibanding nasi dan biskuit. Gula pisang merupakan gula buah yang terdiri dari gula fruktosa yang berindeks glikemik lebih rendah dari glukosa. Oleh sebab itu fruktosa cukup baik sebagai penyimpan energi karena di
(16)
Dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang khususnya besi hampir 100% dapat di serap tubuh. Kandungan besi buah pisangdapat mencapai 2 mg per 100 gram berat kering buah pisang, dan seng 0,8 mg per 100 gram berat kering buah pisang. Kandungan vitamin buah pisang pun sangat tinggi terutama provitamin A berupa betakaroten ( 45 mg per 100 gram berat kering ). Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin dan vitamin B6 ( piridoksin ).
Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam proses sintesis dan metabolisme protein, khususnya serotinin. Serotinin di yakini berperan aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak ( Suyanti dan Supriyadi, 2007 ).
Sementara itu, kandungan mineral lain yang menonjol pada pisang adalah kalium.Kalium berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh, kesehatan jantung, tekanan darah dan membantu pengiriman oksigen ke otak. Oleh karena kaya akan vitamin dan kalori, buah pisang kerap
digunakan sebagai makanan pemula yang diberikan pada bayi ( Suyanti dan Supriyadi, 2007 ).
Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, buah pisang yang masih hijau dapat digunakan untuk gurah yaitu menghilangkan dahak dan menyaringkan suara. Buah pisang juga berkhasiat untuk menyembuhkan penderita anemia karena dengan mengkonsumsi buah pisang, kadar haemoglobin dalam darah
(17)
dapat meningkat. Kandungan kalium pada buah pisang dapat mengurangi tekanan stres, menurunkan tekanan darah, menghindari peyumbatan pada pembuluh darah, mencegah stroke, memberikan tenaga untuk berpikir dan menghindari kepikunan atau mudah lupa. Sementara serat pisang
bermanfaat dalam membantu orang yang sedang diet, perokok yang ingin menghilangkan pengaruh nikotin, menngontrol suhu badan (khususnya pada ibu hamil) dan menetralkan asam lambung (Suyanti dan Supriyadi, 2007).
E. Manfaat Tanaman Pisang Muli ( musa acuminata )
Menurut Suyanti dan Supriyadi (2007 ), tanaman pisang memang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia dan dikenal sebagai tanaman yang multiguna karena selain buahnya, bagian yang lain pun dapat dimanfaatkan, mulai dari bonggol hingga daunnya. Berbagai manfaat dari bagian – bagian tanaman pisang adalah sebagai berikut
1. Bunga
Bunga pisang biasanya dijadikan sebagai sayur karena memiliki kandungan protein, vitamin, lemak dan karbohidrat yang tinggi.Selain di buat sayur, bunga pisang juga dapat digunakan sebagai manisan, acar dan lalapan.
(18)
2. Daun
Masyarakat pedesaan di pulau Jawa, kerap menggunakan daun pisang yang masih bagus atau tidak robek untuk pembungkus makanan. Sementara daun – daun yang sudah tua atau sudah robek digunakan untuk pakan kambing, kerbau atau sapi karena banyak mengandung unsur yang diperlukan oleh hewan atau bisa juga dijadikan sebagai bahan kompos.
3. Batang
Batang pisang banyak dimanfaatkan oleh manusia.Misalnya untuk membuat lubang pada bangunan, alas untuk memandikan mayat, untuk menutup saluran air, sebagai tancapan wayang, membungkus bibit dan bahan untuk membuat kompos.
4. Kulit buah pisang
Selain untuk pakan ternak, kulit buah pisang juga dapat dijadikan sebagai bahan campuran crem anti nyamuk.Kulit buah pisang juga dapat diekstrak untuk dibuat pectin.Manfaat lainnya dapat dijadikan sebagai pembunuh larva serangga, yakni dengan sedikit
menambahkan urea dan pemberian bakteri. Berdasarkan hasil temuan dari Taiwan, diketahui bahwa kulit pisang yang mengandung vitamin B6 dan serotonin dapat diekstraksi dan dimanfaatkan untuk kesehatan mata ( menjaga retina mata dari kerusakan akibat cahaya yang lebih ).
(19)
5. Bonggol
Bonggol pisang muda dapat dimanfaatkan untuk sayur dan diolah menjadi keripik yang kaya akan serat. Secara tradisional, air dari bonggol pisang dipercaya dapat dijadikan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar.
F. Struktur Kimia Fitokrom
Pigmen yang menyerap cahaya biru dan pigmen yang menyerap cahaya merah merupakan pigmen yang penting pada tumbuhan yang mendorong respon fotomorfogenik. Cahaya biru berperan penting
dalam pembukaan stomata dan fototropisme, sedangkan cahaya merah dalam biosintesis klorofil, perkecambahan, aktifitas enzim α amilase, dan produksi etilen selam proses pematangan buah. Fotoreseptor cahaya merah di sebut fitokrom.
Jaringan hijau( greentissue )memiliki kandungan fitokrom yang lebih sedikit dari pada jaringan teretiolasi ( etiolated.tisuue)Namun , kandungan fitokrom jaringan tumbuhan relatif rendah yaitu 0,2% dari protein total yang dapat diekstraksi. Struktur kimia dari fitokrom dapat di lihat pada gambar berikut
(20)
Leu-Arg-Ala-Pro-His-Ser-Cys-His-Leu-Gin-Tyr
S
N H
H H
H
CO2H
N
H N NH O
HO2C
H3C
H3C
O
Open-chain tetrapyrrole chromatophore
Gambar 3. Struktur kimia dari fitokrom( Taiz and Taiger 1991)
Ada dua tipe fitokrom dengan rangkaian asam amino yang berbeda yaitu tipe 1 dan tipe II. Pada jaringan teretiolasi ( dark grown ) tipe I adalah dominan sedangkan jaringan non teretiolasi ( light grown ) memiliki jumlah tipe I dan tipe II yang relatif sama.\
G. Dark Reversion
Cahaya merupakan faktor penting yang meregulasi keberadaan atau kelenyapan Pf r.Keduanya secara invivo dan invitro Pfr secara spontan
berubah menjadi Pr dalam gelap oleh suatu reaksi yang disebut Dark reversionLaju reaksi ini bergantung pada temperature dan pH dan dapat sangat dipercepat oleh bahan-bahan kimia tertentu terutama bahan-bahan pereduksi. Skema Dark reversion dapat dilihat dibawah ini:
(21)
Pr
Pfr
Gambar 4. Skema Dark Reversion (Leopold 1993)
H. Efek Fisiologis Cahaya Merah
Berbagai penelitian terhadap efek cahaya khususnya cahaya merah dan merah jauh terhadap proses fisiologi tanaman telah dilakukan.
Semua hasil penelitian ini menunjukkan peran cahaya merah dalam regulasi berbagai proses fisiologi tanaman.
Studi regulasi pergerakan anak daun (leaflet) pada tanaman putri malu(Mimosa pudica L).telah dipelajari oleh Fondeville at al., 1966. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pfr dibutuhkan untuk penutupan daun dalam gelap.
Kendrick dan Frankland pada tahun 1996 juga telah mempelajari efek cahaya merah dan cahaya merah jauh terhadap perkecambahan biji lectus.
CH3
HC C
C C C C C C C C
C C C
O
O NH H NH H N H NH
C C C C HC C
CH3
CH3 CH3 CH3 CH
CH3
CH CH2 CH2
CH2 CH2
COOH COOH
CH3
C C
C C C C C C C C
C C C
O
O NH NH H N H NH
C C C C C C
CH3
CH3 CH3 CH3 CH2
CH3
CH2 CH2 CH2
CH2 CH2
COOH COOH
(22)
Kedua peneliti Kendrick dan Frankland telah membuktikan bahwa efek cahaya merah terhadap perkecambahan biji lectus dapat dibalikkan ( reversed)
oleh cahaya merah jauh.
Selanjutnya, studi yang dilakukan Datta et al ,1991 menunjukkan bahwa cahaya merah mendorong aktifitas enzim α amilase. Kecambah jagung yang teretiolasi (berumur 5 ½ hari) yang ditransfer ke cahaya merah selama 12 jam mengalami peningkatan aktifitas amilase dalam sitosol daun.
Studi yang dilakukan Lechowski dan Bialczyk 1991 menunjukkan bahwa fotorientasi dari kloroplas Mougeotia dikontrol oleh intraksi antara cahaya merah jauh (FR) dan cahaya orange (OL)
I. Deskripsi Pematangan Buah
Proses fisiologi yang terjadi selama proses pematangan buah yang di jelaskan Leopold dan Kriedemann, 1991 adalah sebagai berikut : Proses perkembangan buah dibagi menjadi dua tahap yaitu maturation (penuaan) dan ripening (pematangan). Maturation adalah proses
perkembangan buah menuju ukuran maksimal (full size) sedangkan ripening adalah proses perubahan kualitatif yang terjadi setelah buah mencapai ukuran maksimal atau setelah berakhirnya tahap maturation.
(23)
Perubahan kualitatif yang terjadi selama proses pematangan buah
diantaranya adalah degradasi klorofil, hidrolisis pati, sintesis protein, dan sebagainya. Degradasi klorofil menyebabkan buah berubah warna dari hijau pada awal pematangan menjadi kuning, merah, dan orange pada akhir pematangan. Hidrolisis pati menyebabkan buah berubah tekstur dari keras pada awal pematangan, menjadi lunak pada akhir pematangan, berubah rasa dan aroma dari asam pada awal pematangan menjadi manis pada akhir pematangan, dari tidak beraroma pada awal pematangan menjadi beraroma pada akhir pematangan.
Selama proses pematangan pada sebagian buah terjadi peningkatan respirasi yang tinggi. Buah yang seperti ini disebut buah klimakterik.Pada buah lainnya, proses pematangn tidak diikuti dengan peningkatan laju respirasi.Buah seperti ini disebut buah non klimakterik.Oleh sebab itu proses pematangan buah klimakterik relative cepat sedangkan proses pematangan buah non klimakterik relatife lambat. Buah pisang muli ini tergolong buah klimakterik.
J. Biosintesis Etilen dan Interaksinya dengan IAA
Pada sebagian tumbuhan, IAA disintesis dari asam amino
triptophan.Beberapa lintasan triptophan ke IAA telah diketahui.Lintasan melibatkan asam indol 3 piruvat dan asam indol 3 asetaldehid. Hormon auksin berinteraksi dengan etilen dalam mempengaruhi proses pematangan buah. Auksin mendorong biosintesis etilen.Jika konsentrasi auksin dalam
(24)
buah relative tinggi maka proses pematangan buah akan diperlambat. Jika konsentrasi auksin dalam jaringan buah relative rendah maka proses pematangan buah akan berlangsung lebih lambat.
(25)
III. METODA PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun2012 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah beaker gelas, erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, corong, mortar dan penggerus, pipet volume, pipet tetes, cawan petri, kertas saring Whatman No 1, pisau, tisu, kertas label, plastik berwarna merah, karet gelang, neraca analitik, spektrofotometer.
Bahan yang digunakan adalah buah pisang muli yang masih hijau (stage 1 = all green), aquades, albumin, reagen biuret.
C. Rancangan Percobaan
Penelitian dilaksanakan dalam percobaan faktorial 2x2. Faktor A adalah perlakuan dengan 2 taraf yaitukontrol dan cahaya merah. Faktor B adalah
(26)
waktu pengukuran dengan 2 taraf yaitu 4 dan 8 hari setelah perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang 8 x. Notasi percobaan factorial 2 x 2 dapat dilihat pada tabel 2 ( Steel and Torrie , 1980 )
Tabel 1. Notasi faktor, taraf, dan kombinasi perlakuan
Faktor A = Perlakuan
B = Waktu pengukuran
Taraf a1 a2
b1 a1b1 a2b1
b2 a1b2 a2b2
Keterangan a1 = kontrol a2= cahaya merah
b1 = 4 hari setelah perlakuan b2 = 8 hari setelah perlakaun
a1b1 = kontrol, 4 hari setelah perlakuan a2b1 = cahaya merah, 4 hari setelah perlakuan a1b2 = kontrol, 8 hari setelah perlakuan a2b2 = cahaya merah, 8 hari setelah perlakuan
D. Variabel dan Parameter
Parameter dalam penelitian ini adalah kandungan protein dan level triptofan buah pisang muli 4 dan 8 hari setelah perlakuan. Parameter dalam penelitian
(27)
ini adalah nilai tengah kandungan protein dan level triptofan buah pisang muli 4 dan 8 hari setelah perlakuan.
E. Cara Kerja
1. Penyiapan Cawan Petri
Cawan petri dilabel dengan notasi yang telah ditentukan.Cawan petri digunakan sebagai wadah buah pisang muli yang diberi cahaya merah dan kontrol. Tata letak satuan percobaan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel2. Skema tata letak percobaan 2.
a1b1 U5
a2b1 U2 a1b2
U4 a1b2
U3
a2b2 U2
a2b1 U4 a1b1
U2 a2b2
U3
a2b1 U8
a2b1 U6
a2b1 U3 a2b2 U4
a2b2 U7
a1b1 U4
a2b2 U8
a1b1 U3
a1b2 U5
a1b1 U8 a1b2
U8
a2b1 U5
a1b2 U6 a1b2
U7
a1b2 U2 a1b1
(28)
3. Perlakuan Cahaya Merah
Buah pisang muli sebanyak 16 buah dipilih yang seragam ukuran dan warnanya.Perlakuan cahaya merah dilakukan dengan memasukkan buah pisang muli kedalam kantung plastik yang sudah dibuat sebelumnya. Kantung plastik dibuat dari 2 plastik berwarna merah ( Withamat all1986). Satu buah pisang muli dimasukkan ke dalam satu kantung plastik.Kantung-kantung plastik ini ditaruh atau disimpan di tempat terang.Sebagai kontrol adalah buah pisang muli yang tidak dimasukkan ke dalam kantung plastik.Buah piasang muli sebanyak 16 buah lagi dipilih yang seragam ukuran dan warnanya.Masing-masing buah pisang muli ditaruh diatas cawan petri dan disimpan di tempat terang.
4. Penentuan Kandungan Protein
Kandungan protein ditentukan berdasarkan metoda biuret.1 gr daging buah pisang muli ditumbuk dalam mortar sampai halus kemudian ditambahkan 10ml aquades dan disaring kedalam erlenmeyer.1ml ekstrak buah pisang muli tersebut dipipet kedalam tabung reaksi. Selanjutnya, 4ml Reagen Biuret ditambahakan ketabung reaksi dan di inkubasi selama 30 menit pada temperatur kamar sampai terbentuk warna merah jambu (pink). Absorbansi diukur dengan
(29)
5. Pendugaan Level Triptofan
Level triptofan buah pisang muli diduga dengan metoda direct photometry. 1 gr daging buah pisang muli ditumbuk dalam mortar sampai halus kemudian ditambahkan 10 ml aquades dan disaring kedalam erlenmeyer.4 ml ekstrak buah pisang muli tersebut dipipet kedalam tabung reaksi. Selanjutnya, absorbansi diukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang 280 nm. Absorbansi mencerminkan level triptofan daging buah pisang muli.
6. Pembuatan Kurva Standar
100ml albumin dilarutkan dalam 10ml aquades. Selanjutnya 0,1; 0,2; 0,3; 0.6; dan 1ml dipipet kedalam 6 tabung reaksi yang sudah dilabel konsentrasi albumin. Volume disesuaikan menjadi 1ml dengan menambahkan aquades.4ml Reagen biuret ditambahkan ke setiap tabung reaksi, di aduk rata dan di inkubasi selama 30 menit pada temperatur kamar sampai terbentuk warna merah jambu
(pink).Absorbansi di ukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang 540nm.Kurva standar di plot dengan sumbu x sebagai konsentrasi dan sumbu y sebagai absorbansi.
F. Analisis Data
Data kandungan protein dan level triptofan di analisis ragam pada taraf nyata 5%. Jika perlakuan dan waktu pengukuran berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan penentuan simple effect berdasarkan uji F pada taraf
(30)
nyata 5 %.. Hubungan antara level triptofan dan kandungan protein di tentukan melalui regresi linier.
(31)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :
1. Cahaya merah meningkatkan kandungan protein buah pisang muli pada akhir klimakterik dan meningkatkan level triptofan pada awal klimakterik.
2. Kandungan protein buah pisang muli yang diberi perlakuan cahaya merah lebih rendah dari kandungan protein buah pisang muli yang tidak diberi cahaya merah.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh cahaya merah terhadap laju respirasi dan kandungan karbohidrat terlarut buah pisang muli.
(32)
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1999. Bertanam Pohon Buah-Buahan. Kanisius. Jakarta.
Brady CJ, McGlasson WB, Speirs J . 1987. The biochemistry of fruit ripening. In D Nevins, R Jones, eds, Tomato Biotechnology. Alan R Liss, New York , pp 279 – 288
Daryanto. 2006. Bercocok Tanam Buah-Buahan. Aneka Ilmu. Semarang Datta, et, al. 1996. Pengetahuan Embriologi Tumbuhan. Penebar Swadaya.
Jakarta
Fondeville, J. C.,Bortwick, H.A., and Hendricks, S.B.(1996) Leaflet movement of Mimosa pudica L. Identification of phytochrome in oat coleoptile cells. Plant Physiol. 65 : 658- 662
Kartasapoetra, A.G. 2000. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Di Daerah Tropik. Bima Aksara. Jakarta.
Kendrick, R. E., anf Frankland, B. (1976) Phytochrome and Plant Growth. Edward Arnold, London. Also Second edition (1983).
Lechowski Z.,Jan Bialczyk.,(1991) Dept Plant Physol & Develop.,Jagiellonian University, Al. Mickiewicza 3, 31-120 krakow, Poland.
Leopold, A.C.,and P.E. Kriedemann. 1993. Fruit Ripening. In : Plant Growth and Devellopment., pp 328-334 Mc Graw Hill Book Company, New
Sastrahidayat, I.R dan Soemarno. 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional. Surabaya.
Steel R. G. D. and Torrie J. H. 1991. Principles and Procedurs of Stastistics. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Suyanti dan Supriyadi. 2007. Pisang budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Taiz and Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings. Publishing Company, Inc. Hal, 67-69.
(33)
Witham H.F., D.F.Blaydes dan R.M. Devlin. 1986. Exercises in Plant Physiology. PWS Publishers. Hal.150.
(1)
23
3. Perlakuan Cahaya Merah
Buah pisang muli sebanyak 16 buah dipilih yang seragam ukuran dan warnanya.Perlakuan cahaya merah dilakukan dengan memasukkan buah pisang muli kedalam kantung plastik yang sudah dibuat sebelumnya. Kantung plastik dibuat dari 2 plastik berwarna merah ( Withamat all1986). Satu buah pisang muli dimasukkan ke dalam satu kantung plastik.Kantung-kantung plastik ini ditaruh atau disimpan di tempat terang.Sebagai kontrol adalah buah pisang muli yang tidak dimasukkan ke dalam kantung plastik.Buah piasang muli sebanyak 16 buah lagi dipilih yang seragam ukuran dan warnanya.Masing-masing buah pisang muli ditaruh diatas cawan petri dan disimpan di tempat terang.
4. Penentuan Kandungan Protein
Kandungan protein ditentukan berdasarkan metoda biuret.1 gr daging buah pisang muli ditumbuk dalam mortar sampai halus kemudian ditambahkan 10ml aquades dan disaring kedalam erlenmeyer.1ml ekstrak buah pisang muli tersebut dipipet kedalam tabung reaksi. Selanjutnya, 4ml Reagen Biuret ditambahakan ketabung reaksi dan di inkubasi selama 30 menit pada temperatur kamar sampai terbentuk warna merah jambu (pink). Absorbansi diukur dengan
(2)
24
5. Pendugaan Level Triptofan
Level triptofan buah pisang muli diduga dengan metoda direct
photometry. 1 gr daging buah pisang muli ditumbuk dalam mortar
sampai halus kemudian ditambahkan 10 ml aquades dan disaring kedalam erlenmeyer.4 ml ekstrak buah pisang muli tersebut dipipet kedalam tabung reaksi. Selanjutnya, absorbansi diukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang 280 nm. Absorbansi mencerminkan level triptofan daging buah pisang muli.
6. Pembuatan Kurva Standar
100ml albumin dilarutkan dalam 10ml aquades. Selanjutnya 0,1; 0,2; 0,3; 0.6; dan 1ml dipipet kedalam 6 tabung reaksi yang sudah dilabel konsentrasi albumin. Volume disesuaikan menjadi 1ml dengan menambahkan aquades.4ml Reagen biuret ditambahkan ke setiap tabung reaksi, di aduk rata dan di inkubasi selama 30 menit pada temperatur kamar sampai terbentuk warna merah jambu
(pink).Absorbansi di ukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang 540nm.Kurva standar di plot dengan sumbu x sebagai konsentrasi dan sumbu y sebagai absorbansi.
F. Analisis Data
Data kandungan protein dan level triptofan di analisis ragam pada taraf nyata 5%. Jika perlakuan dan waktu pengukuran berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan penentuan simple effect berdasarkan uji F pada taraf
(3)
25
nyata 5 %.. Hubungan antara level triptofan dan kandungan protein di tentukan melalui regresi linier.
(4)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :
1. Cahaya merah meningkatkan kandungan protein buah pisang muli pada akhir klimakterik dan meningkatkan level triptofan pada awal klimakterik.
2. Kandungan protein buah pisang muli yang diberi perlakuan cahaya merah lebih rendah dari kandungan protein buah pisang muli yang tidak diberi cahaya merah.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh cahaya merah terhadap laju respirasi dan kandungan karbohidrat terlarut buah pisang muli.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1999. Bertanam Pohon Buah-Buahan. Kanisius. Jakarta.
Brady CJ, McGlasson WB, Speirs J . 1987. The biochemistry of fruit ripening. In
D Nevins, R Jones, eds, Tomato Biotechnology. Alan R Liss, New York ,
pp 279 – 288
Daryanto. 2006. Bercocok Tanam Buah-Buahan. Aneka Ilmu. Semarang Datta, et, al. 1996. Pengetahuan Embriologi Tumbuhan. Penebar Swadaya.
Jakarta
Fondeville, J. C.,Bortwick, H.A., and Hendricks, S.B.(1996) Leaflet movement of
Mimosa pudica L. Identification of phytochrome in oat coleoptile cells.
Plant Physiol. 65 : 658- 662
Kartasapoetra, A.G. 2000. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Di Daerah
Tropik. Bima Aksara. Jakarta.
Kendrick, R. E., anf Frankland, B. (1976) Phytochrome and Plant Growth. Edward Arnold, London. Also Second edition (1983).
Lechowski Z.,Jan Bialczyk.,(1991) Dept Plant Physol & Develop.,Jagiellonian University, Al. Mickiewicza 3, 31-120 krakow, Poland.
Leopold, A.C.,and P.E. Kriedemann. 1993. Fruit Ripening. In : Plant Growth and Devellopment., pp 328-334 Mc Graw Hill Book Company, New
Sastrahidayat, I.R dan Soemarno. 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional. Surabaya.
Steel R. G. D. and Torrie J. H. 1991. Principles and Procedurs of Stastistics. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Suyanti dan Supriyadi. 2007. Pisang budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Taiz and Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings. Publishing Company, Inc. Hal, 67-69.
(6)
Tjitrosoepomo,Gembong,1985, Morfologi Tumbuhan, 81-82, 126, 236-237, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Witham H.F., D.F.Blaydes dan R.M. Devlin. 1986. Exercises in Plant Physiology. PWS Publishers. Hal.150.