EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

EFEKTIVITAS METODEMIND MAPPINGDITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung

Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

ANASTASIA NERRI MEIRINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

Anastasia Nerri Meirina

ABSTRAK

EFEKTIVITAS METODEMIND MAPPINGDITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung

Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh

ANASTASIA NERRI MEIRINA

Konsep matematika yang abstrak menjadi penyebab sulitnya siswa dalam mema-hami pelajaran matematika. Pembelajaran matematika menggunakan metode

Mind Mapping merupakan salah satu upaya untuk membantu siswa dalam meng-organisir informasi dengan baik sehingga pemahaman konsep dapat diperoleh secara optimal.

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode

Mind Mappingyang ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lam-pung tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian diambil dua kelas dari tiga kelas secara acak, kelas VII B sebagai kelas kontrol dan kelas VII C sebagai kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran mate-matika yang menggunakan metodeMind Mappingefektif baik dari aspek rata-rata nilai pemahaman konsep matematika maupun ketuntasan belajar siswa. Hal ini


(3)

Anastasia Nerri Meirina

ditunjukkan dengan: (1) rata-rata nilai pemahaman konsep matematika yang pembelajarannya menggunakan metodeMind Mapping lebih tinggi daripada rata-rata nilai pemahaman konsep matematika yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional dan (2) persentase siswa tuntas belajar pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih dari 60% dari jumlah siswa


(4)

EFEKTIVITAS METODEMIND MAPPINGDITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung

Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh

ANASTASIA NERRI MEIRINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING

DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (STUDI PADA SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS 4 BANDAR LAMPUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Anastasia Nerri Meirina

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813021017

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. Dra. Rini Asnawati, M.Pd. NIP 19690914 199403 1 002 NIP 19620210 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si. NIP 19671004 199303 1 004


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd.

Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Gimin Suyadi, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Gisting pada tanggal 1 Mei 1990, sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara, putri dari pasangan Bapak Markus Suyono dan Ibu Cicilia Suwarti.

Penulis mengenyam pendidikan di TK Xaverius Gisting pada tahun 1994, selanjutnya bersekolah di SD Fransiskus Gisting diselesaikan pada tahun 2002 melanjutkan pendidikan di SMP Xaverius Gisting, dan pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SMA Xaverius Pringsewu dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan meng-ambil program studi Pendidikan Matematika.

Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Adi Luwih Pringsewu dan Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMP N 1 Adi Luwih Pringsewu. Kegiatan kemahasiswaan yang pernah diikuti diantaranya Koperasi Mahasiswa Unila (Kopma Unila) dan UKM Penelitian. Selama menjalani pendidikan di Universitas Lampung, Penulis pernah menjadi sekretaris pada kepanitiaan kegiatan Rekoleksi Mahasiswa Katolik Universitas Lampung pada tahun 2009, mewakili mahasiswa Katolik Lampung pada pertemuan mahasiswa dalam kegiatanCharacter Building Training pada tahun 2010 di Jakarta, ketua panitia pada Student Gathering2010, dan sebagai mentor mata kuliah agama Katolik pada tahun 2010.


(8)

Motto

Hidup adalah perjuangan yang harus dimenangkan

Hidup adalah tantangan yang harus dihadapi

Hidup adalah perjalanan yang harus ditempuh

Hidup adalah kebahagiaan yang harus disebarkan


(9)

Persembahan

Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kasih

Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada:

Mamek dan Bapak terkasih yang telah memberi cinta, restu,

dan pengorbanan yang begitu besar bagi keberhasilan putrimu

Mbah Putriku, Mbak Titin sekeluarga, Mbak Neni Sekeluarga,

Mas Bayu sekeluarga, Dek Ages, Dek Yobig, Dek Reggi, dan

Dek Redit yang selalu memberi kasih, semangat, dan doa

Para pendidik yang telah memberi ilmu dan teladan bagiku


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Efektivitas Metode Mind Mapping Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematika Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012).

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Univer-sitas Lampung.

3. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, sekaligus Pembahas atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, ilmu, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, ilmu, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.


(11)

5. Ibu Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, ilmu, saran, dan kritik baik selama per-kuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

6. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendi-dikan Matematika Jurusan PendiPendi-dikan MIPA Universitas Lampung.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan teladan kepada penulis.

8. Bapak Drs. Y. Kuadiono selaku Kepala SMP Xaverius 4 Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Bapak Drs. Ag. Sarman selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra dalam penelitian di SMP Xaverius 4 Bandar Lampung.

10. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan semangat, kasih dan doa.

11. Para Suster di Komunitas Fransiskus Pasir Gintung yang selalu memberikan kasih dan doa.

12. Semua saudara di Asrama Santa Elisabeth atas kasih dan kebersamaannya. 13. Keluarga di Komunitas Beasiswa Petra atas kebersamaan dan pengalaman

dalam belajar bersama.

14. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2008 Reguler dan teman-teman 2008 Mandiri atas kebersamaan yang telah terjalin.

15. Kakak tingkat angkatan 2005, 2006, dan 2007 dan adik tingkat angkatan 2009, 2010, dan 2011 atas kebersamaannya.

16. Keluarga KKN dan PPL Desa Adi Luwih Pringsewu atas kebersamaannya. 17. Siswa-siswi SMP N 1 Adi Luwih Pringsewu dan SMP Xaverius 4 Bandar


(12)

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... 8

2. Mind Map... 9

3. MetodeMind Mapping ... 12

4. Pembelajaran Konvensional ... 15

5. Pemahaman Konsep Matematika ... 16

B. Kerangka Pikir ... 21

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis... 24

1. Anggapan Dasar ... 24

2. Hipotesis ... 24 Halaman


(14)

vi III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 25

B. Desain Penelitian ... 25

C. Data Penelitian ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangan ... 28

1. Validitas ... 30

2. Reliabilitas Tes ... 31

3. Daya Pembeda ... 32

4. Tingkat Kesukaran ... 33

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 35

1. Uji Normalitas ... 35

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) ... 36

3. Uji Hipotesis ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa... 39

2. Uji Hipotesis ... 40

3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematika ... 42

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Posstest Only Control Design ... 25

3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 28

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 31

3.4 Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 33

3.5 Hasil Uji Normalitas untuk Distribusi Data Skor Posstest... 35

3.6 Hasil Uji Homogenitas untuk Distribusi Data Skor Posstest... 36

4.1 HasilPosstestPemahaman Konsep Matematika ... 39


(16)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Anastasia Nerri Meirina

NPM : 0813021017

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Juni 2012 Yang Menyatakan

Anastasia Nerri Meirina NPM 0813021017


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah pilar menuju bangsa yang makmur dan sejahtera, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, maupun keamanan. Penye-lenggaraan pendidikan di Indonesia berdasar pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 tentang hak setiap warga negara memperoleh pendidikan dan usaha pemerintah dalam menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus mengupayakan pendidikan untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Pendidikan di Indonesia terus diper-juangkan dan diperbaharui sesuai dengan tuntutan zaman sebagai upaya mening-katkan kualitas pendidikan.

Seiring perkembangan di dunia pendidikan, pergeseran paradigma kegiatan belajar mengajar juga terjadi di Indonesia. Semula kegiatan belajar mengajar identik dengan pengajaran, kini kegiatan belajar mengajar diimplikasikan dengan suatu proses pembelajaran. Artinya kegiatan belajar mengajar yang semula meng-anut teori belajar behavior; guru sebagai satu-satunya sumber belajar, adanya transfer ilmu pengetahuan, telah bergeser menjadi kegiatan belajar mengajar yang berlandaskan pada teori belajar konstruktif; peserta didik sebagai pusat


(18)

pembe-2

lajaran, adanya transformasi ilmu pengetahuan, adanya interaksi dengan guru dan sumber belajar lainnya, pemberdayaan peserta didik, dan pengembangan potensi serta kreativitas peserta didik. Untuk menjawab tantangan dari perubahan para-digma pembelajaran tersebut, kegiatan pembelajaran musti dikelola agar pem-belajaran menjadi efektif, efisien, dan menarik.

Widyantini (2006: 1) menyatakan pada pembelajaran matematika, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama artinya komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran, pembelajaran cenderung monoton, maka dapat mengakibatkan siswa merasa jenuh dan tersiksa. Selain itu, konsep matematika yang abstrak menjadi penyebab sulitnya siswa dalam memahami pel-ajaran matematika. Seharusnya pembelpel-ajaran matematika dirancang sesuai de-ngan paradigma pembelajaran yang berkembang saat ini sehingga dapat men-ciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan agar tujuan dari pembelajaran matematika dapat terwujud yakni membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Karakteristik matematika yang diungkapkan Marsigit (2011) adalah matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan, kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, kegiatan pemecahan masalah, dan alat berko-munikasi menyebabkan sulitnya siswa dalam memahami konsep matematika. Hambatan lain dalam proses pembelajaran matematika yang sering terjadi antara lain guru masih berpegang pada teori belajar behavior, guru sebagai pusat belajar dan satu-satunya sumber belajar, dan adanya transfer ilmu pengetahuan. Hal tersebut secara tidak langsung dapat menumpulkan kemampuan otak manusia,


(19)

3

seperti diungkapkan Gunawan (2003: 185) bahwa otak dapat bekerja menangkap pikiran secara divergen atau menyebar dan kreatif. Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, maka metode Mind Mapping dapat dijadikan solusi dalam proses pembelajaran.

Mind Mapping diperkenalkan oleh Tony Buzan, Kepala Brain Foundation dari Inggris pada tahun 1975. Mind Mapping adalah metode untuk membuat catatan berpikir. Buzan (2007: 17) menyatakan bahwa menyajikan informasi atau konsep dari suatu materi denganMind Mapping akan mempermudah siswa dalam belajar terutama untuk merangsang kreativitas, meningkatkan daya ingat, dan daya konsentrasi. Aplikasi Mind Mappingdalam pembelajaran dapat diterapkan dalam suatu metode belajar yang disebut dengan metodeMind Mapping.

Penerapan metode Mind Mapping dalam pembelajaran tujuannya ialah meng-arahkan siswa untuk memenuhi kriteria berpikir kreatif dan kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Yoga (2007: 11) menyatakan Mind Mapping ada-lah metode pembelajaran yang menggunakan otak kiri dan otak kanan secara simultan dan sinergis. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Tapantoko (2011: 33) menjelaskan bahwa metodeMind Mapping lebih menekankan pada keaktifan dan kegiatan kreatif siswa, sehingga akan meningkatkan daya hafal dan pemahaman konsep siswa yang kuat. Pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping adalah pembelajaran yang dirancang agar siswa memiliki keterampilan berpikir kreatif serta suatu metode yang dapat membantu siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang penting dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga dapat memahami suatu konsep dengan baik.


(20)

4

Hingga saat ini sebagian besar pembelajaran yang dilakukan oleh kebanyakan guru masih bersifat klasikal dimana pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan, metode yang digunakan berupa ceramah, contoh, dan latihan soal. Kenyataan di lapangan pun menunjukkan bahwa guru matematika secara umum masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru yang mengakibatkan siswa tidak tertarik untuk kreatif dalam berpikir, berlogika, dan berkonsentrasi. Keadaan tersebut dapat meng-akibatkan karakteristik matematika sebagai ilmu yang berkaitan dengan penelusuran pola dan hubungan, kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, kegiatan pemecahan masalah, dan alat berkomunikasi menjadi rendah atau tidak tampak.

Pembelajaran konvensional terjadi pada sebagian besar guru matematika SMP yang berada di Bandar Lampung hal ini diketahui dari metode pembelajaran yang digunakan masih berupa ceramah, contoh, dan latihan soal. Berdasarkan obser-vasi di SMP Xaverius 4 Bandar Lampung diketahui bahwa guru masih mene-rapkan pembelajaran konvensional. Diketahui pula dari hasil ujian semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 ketuntasan belajar masih rendah. Dari pemaparan di atas peneliti tertarik untuk melaksanakan sebuah penelitian di sekolah berkenaan dengan metodeMind Mapping yang ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pembelajaran dengan metode Mind Mapping


(21)

5

efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung?

Dari rumusan masalah di atas dapat dijabarkan pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Apakah rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa pada kelas yang

menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih tinggi dari-pada rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa dari-pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional?

2. Apakah persentase siswa tuntas belajar pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan metodeMind Mappinglebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran metode Mind Mapping ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Bagi guru dan sekolah, yakni memberi masukan tentang efektivitas metode

Mind Mappingditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa.

2. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian


(22)

6

1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif jika terpenuhi indikator berikut:

a. Rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pem-belajaran dengan metode Mind Mappinglebih baik daripada rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran de-ngan metode konvensional.

b. Persentase ketuntasan belajar siswa yakni siswa yang mendapat nilai minimal 62 (Kriteria Ketuntasan Minimal - KKM pada pelajaran matemati-ka kelas VII di SMP Xaverius 4 Bandar Lampung) pada kelas eksperimen minimal 60%.

2. Metode Mind Mapping merupakan metode pembelajaran yang membantu siswa dalam menggali inti-inti penting dari materi pelajaran dengan membuat ringkasan materi menjadi bentuk yang sederhana dan menarik. Metode Mind Mappingterdiri dari 4 langkah yaitu:

a. Overview (tinjauan menyeluruh): guru mengarahkan siswa untuk siap bel-ajar.

b. Preview (tinjauan awal): siswa siap belajar bersama teman dalam satu ke-lompok.

c. Inview (tinjauan mendalam): dalam kelompok, siswa aktif mengelaborasi dan mengeksplorasi materi yang dipelajari dengan memanfaatkan ling-kungan belajar (LKS, buku pelajaran, dan sumber belajar lainnya).

d. Review (tinjauan ulang): siswa secara mandiri dalam kelompok membuat ringkasan materi berupaMind Mapping.


(23)

7

3. Pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang bersifat klasikal dimana pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan, metode yang diguna-kan berupa ceramah, contoh, dan latihan soal.

4. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami isi materi pelajaran matematika berupa ide abstrak yang dapat dilihat melalui hasil tes. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representatif matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.


(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Secara harfiah efektivitas berasal dari kata efektif. Berdasarkan kamus besar ba-hasa Indonesia (Depdiknas, 2008) efektif memiliki arti ada efeknya (pengaruh-nya, akibatnya), dapat membawa hasil, berhasil guna atau kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. Efektif juga dapat diberi makna berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat, dan membawa hasil. Efektivitas mengacu pada kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan efektivitas adalah kemampuan suatu usaha atau tindakan untuk mencapai suatu hasil atau tujuan yang telah ditetapkan

Definisi pembelajaran menurut Uno (2006: 2) adalah perencanaan atau peran-cangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Perihal pembelajaran diungkapkan pula oleh Depdiknas (dalam Tapantoko 2011: 12) sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung (sesuai dengan tujuan pembelajaran). Efektivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses membelajarkan


(25)

9

peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan belajar, baik dengan guru, buku pelajaran, atau media belajar lainnya dalam suasana edukatif sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana.

Sehingga dapat disimpulkan efektivitas pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar pada peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan belajar, baik dengan guru, buku pelajaran, atau media belajar lainnya dalam suasana edukatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dalam penelitian ini efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan dimana indikator efektivitas dalam penelitian ini dipenuhi, antara lain rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih baik daripada rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional dan persentase ketuntasan belajar siswa yakni siswa yang tuntas belajar pada kelas eksperimen minimal 60%.

2. Mind Map

Definisi dari Mind Map yang dikutip dari buku The Mind Map Book, Buzan (1993) adalah:

A Mind Map is powerful graphic technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skills word, image, number, logic, rhythm, colour, and special awareness in a single, uniquely powerfull manner. In so doing, it give you a freedom to

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwaMind Map merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat


(26)

10

pada bagian neo-korteks dari otak atau yang disebut otak kiri dan otak kanan. Menurut Gunawan (2003: 185) Born to be Genius mengungkapkan teknik Mind Map didasari hasil riset bahwa cara otak mengolah informasi dan menyimpan informasi tidaklah secara linier, setahap demi setahap, tetapi otak menyimpan informasi secara acak dan menyimpannya dalam bentuk gambar, dan bukan dalam bentuk huruf atau tulisan. DePorter (2000: 225) menyatakan bahwa Mind Map menirukan proses berpikir, yakni memungkinkan proses belajar berpindah-pindah topik dan rekaman informasi yang berupa simbol, gambar, arti emosional, dan dengan warna, persis seperti cara otak memprosesnya.

Hal tersebut ditegaskan pula oleh MacGregor (2006: 47) yang menyatakan bahwa: ikiran itu pada mulanya tidak berpikir secara kronologis maupun secara analitis, kitalah yang melatihnya untuk berpikir seperti itu. Pikiran sebenar-nya datang dari segala arah. Tidak ada sesuatu yang beraturan, kitalah yang membuatnya teratur. Mind Map membantu kita melakukan hal ini dengan mencatat pikiran-pikiran ini dalam susunan yang tidak beraturan. Mind Map

adalah metode untuk membuat catatan untuk bepikir. Digunakan pula untuk memecahkan masalah, untuk mengingat dan melakukan sesuatu pada saat kita sedang berpikir, sewaktu pikiran memasuki otak kita.

KarakteristikMind Mapdiungkapkan oleh Buzan (2007: 6) sebagai berikut.

Mind Map membuat kita tetap fokus pada ide utama dan semua ide tambahan lainnya. Mind Map membantu dalam menggunakan kedua belah otak sehingga kita ingin terus-terusan belajar. Mind Map adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak, cara untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosan-kan, cara terbaik untuk mendapatkan ide baru, dan merencanakan proyek.

Berdasarkan pemaparan Waruwu (2010) mengenai kegunaan Mind Map sebagai berikut:

Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas. 2. Memungkinkan dalam perencanaan rute atau membuat pilihan-pilihan


(27)

11

3. Mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat.

4. Mendorong pemecahan masalah dengan jalan-jalan terobosan kreatif yang baru.

5. Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.

Sedangkan cara membuat Mind Map dalam Buzan (2007: 10) adalah sebagai berikut:

Pergunakan selembar kertas kosong tanpa garis dan beberapa pena warna. Pastikan kertas tersebut miring (landscape).

2. Buatlah sebuah gambar yang merangkum subjek utamamu di tengah-tengah kertas. Gambar itu melambangkan topik utamamu.

3. Buatlah beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas, masing-masing untuk setiap ide utama yang ada mengenai subjekmu. Cabang-cabang utama tersebut melambang-kan sub-topik utamamu.

4. Berilah nama pada setiap ide di atas dan, bila kamu mau, buatlah gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut hal ini menggunakan kedua sisi otak. Setiap kata dalam Mind Map akan digarisbawahi. Hal ini karena kata-kata merupakan kata-kata kunci, dan pemberian garis bawah, seperti pada catatan biasa, menunjukkan tingkat kepentingannya.

5. Dari setiap ide yang ada, kamu bisa menarik garis penghubung lainnya, yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Tambahkan buah pikiran-mu ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-detail yang ada.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Mind Map adalah metode belajar yang efektif dan bermanfaat untuk melatih sisi kreatif dan sisi analitis dari otak, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa aktif menggali ilmu dari materi yang dipelajari. Untuk membuat Mind Map sangatlah sederhana, karena yang diperlukan adalah kertas, beberapa pena berwarna, dan otak (kemampuan menganalisis dan kreativitas).

3. MetodeMind Mapping

Pengertian metode dalam pembelajaran diungkapkan Asril (2010: 4) sebagai beri-kut.

alam proses interaksi edukatif kedudukan metode mengajar sangat penting, karena pengertian metode tidaklah hanya sekedar suatu cara, akan tetapi


(28)

12

merupakan teknik di dalam proses penyampaian materi pengajaran. Di dalam istilah metode mengajar, terkandung dua pengertian yang bila disatukan akan menjadi suatu pengertian kegiatan yang menunjang pencapaian tujuan-tujuan pengajaran. Bila dirinci antara metode dan mengajar, terdapat suatu hubung-an kuat yhubung-ang tidak dapat dipisahkhubung-an. Metode berarti cara atau teknik-teknik tertentu yang dianggap baik (efisien dan efektif), sedangkan mengajar berarti merangkaikan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau pengajar untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan pada peserta didik (transfer of knowledge). Metode mengajar berfungsi pula sebagai alat yang tetap untuk menambah partisipasi peserta didik dan menanamkan kepemimpinan dengan usaha menciptakan situasi mengajar dan belajar yang tepat dan berguna. Pemaparan mengenai metode juga diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (1995: 46). Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kedudukan metode dalam belajar mengajar antara lain metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, metode sebagai strategi pengajaran, dan metode sebagai alat untuk mencapai tujuan. Menurut pendapat Roestiyah (dalam Dja-marah dan Zain, 1995: 74) metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Hal serupa dinya-takan oleh Simanjuntak (1992: 80) bahwa metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai, bila makin tinggi ke-kuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif metode tersebut.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dengan memanfaatkan teknik-teknik belajar untuk menyam-paikan materi yang diberikan pada siswa. Hendaknya dalam memilih suatu meto-de guru mempertimbangkan apakah metometo-de tersebut efektif digunakan atau tidak. Keefektivitasan suatu metode dapat dilihat dari pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.


(29)

13

AplikasiMind Mappingdalam pembelajaran dapat diterapkan dalam suatu metode belajar yang disebut dengan metode Mind Mapping. Metode ini dapat dijadikan alternatif untuk membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Ausubel dalam Hudojo (2002:10) menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode Mind Mapping adalah pembelajaran yang membantu siswa dalam proses pembelajaran dalam menyerap ilmu baru karena siswa diajak meringkas materi pelajaran secara kreatif dan menarik sehingga lebih mudah dipahami siswa.

Menurut Tapantoko (2011: 32) pembelajaran dengan metode Mind Mapping

adalah metode yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa proses belajar, menyimpan informasi berupa materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat pembelajaran, dan membantu siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran ke dalam bentuk peta atau grafik sehingga siswa lebih mudah memahaminya.

Berdasarkan Buzan (dalam Yoga, 2007) proses pembelajaran metode Mind Mappingterdiri dari beberapa langkah sebagai berikut:

a. Overview: Tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari.

b. Preview: tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripadaoverview

dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian diharapkan siswa telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke tahapinview.

c. Inview: tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci, dan mendalam. Selama inview ini siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep, atau rumus penting, beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.


(30)

14

d. Review: tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang diajarkan. Review dapat juga dilakukan pada saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

Menurut Pandley (dalam Tapantoko 2011: 30) pengembangan metode Mind Mappingdalam pembelajaran terangkum sebagai berikut.

Guru menyampaikan materi dan tujuan pelajaran.

2. Siswa mempelajari konsep tentang materi yang dipelajari dengan bimbingan guru.

3. Setelah siswa memahami konsep yang diajarkan, siswa dikelompokkan dan siswa dihimbau untuk membuat Mind Mapping

mengenai materi yang dipelajari.

4. Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil Mind Mapping yang dibuat, hal ini untuk mengevaluasi pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari.

5. Dari hasil presentasi siswa, guru membimbing siswa menuju pada suatu kesimpulan.

6. Guru memberi soal latihan tentang materi yang dipelajari secara individu.

7. Pada akhir pembelajaran, guru memberi tes untuk mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan siswa.

Berdarkan hasil penelitian dari beberapa sekolah yang menggunakan metodeMind Mapping, Yoga (2007) menambahkan beberapa catatan sebagai berikut:

MetodeMind Mappingdapat menjadi suatu alternatif di samping metode konvensional yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran karena membantu mengorganisir informasi dengan baik serta hanya menyajikan informasi dan konsep yang penting/inti saja.

b. Metode Mind Mapping dapat meningkatkan tingkat partisipasi siswa dalam belajar karena suasana belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena bahan pelajaran dapat diringkas ke dalam bentuk yang menarik serta mudah untuk dipahami dan diingat.

c. Metode Mind Mapping dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran secara lebih efektif dan efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil akademis siswa.

d. Metode Mind Mapping dapat meringankan tugas siswa dan guru dalam menyelesaikan seluruh materi pelajaran dalam waktu yang lebih singkat namun tidak mempengaruhi kualitasnya.


(31)

15

Dari beberapa tinjauan pustaka yang berkaitan dengan metode Mind Mapping

dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya, metode Mind Mapping adalah metode pembelajaran yang membantu siswa dalam menggali inti-inti yang penting dari materi pelajaran dengan membuat ringkasan materi menjadi bentuk yang sederhana dan menarik. Metode Mind Mapping dapat digunakan dalam proses pembelajaran karena teknik belajar dengan Mind Mapping merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam metode Mind Mapping terdiri dari overview (tinjauan menyeluruh) dimana guru mempersiapkan siswa untuk siap belajar, preview (tinjauan awal) siswa siap belajar bersama teman dalam kelompok, inview (tinjauan mendalam) siswa mengelaborasi dan mengeksplorasi materi yang dipelajari dengan memanfaatkan lingkungan belajar, dan review (tinjauan ulang) siswa menkonfirmasi ilmu yang diperoleh melalui Mind Mapping yang mereka buat sehingga membantu siswa dalam memahami materi dalam proses pembelajaran.

4. Pembelajaran Konvensional

Menurut Sukarman (2008: 5) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan metode ceramah atau ekspositori, dimana guru mendominasi kelas dan sebagai pusat belajar. Pembelajaran konvensional lebih sering diper-gunakan dalam pembelajaran dikarenakan pembelajaran ini dinilai lebih praktis, mudah dilaksanakan dengan peralatan yang sederhana, dan dapat dilakukan untuk mengajar siswa yang jumlahnya relatif besar.


(32)

16

Menurut Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran, metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang bersifat klasikal dimana pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan, metode yang digunakan berupa ceramah, contoh, dan latihan soal.

5. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman berasal dari kata paham, dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) paham berarti mengerti benar, tahu benar. Sehingga pema-haman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara atau perbuatan memahami. Pemahaman akan suatu konsep terutama dalam matematika sangatlah penting. Menurut Soedjadi (2000: 13) konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konep. Hamalik (2002: 164) menjelaskan peranan konsep dalam suatu pembelajaran terangkum sebagai berikut.

1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka.


(33)

17

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru. 4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental.

5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.

Ditinjau dari segi fungsi, Sutton dan Hayso (dalam Wanhar, 2008) mengungkapkan bahwa konsep matematika terbagi menjadi tiga golongan, yaitu konsep yang memungkinkan siswa dapat mengklasifikasikan obyek-obyek, konsep yang memungkinkan siswa untuk dapat menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, dan konsep yang memungkinkan siswa untuk menjelaskan fakta. Menurut Gagne (dalam Wanhar, 2008) penggolongkan konsep matematika ditinjau dari segi bentuknya menjadi dua golongan, yaitu konsep berdasarkan pengamatan dan berdasarkan definisi. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu konsep matematika sangat berguna bagi ketercapaian suatu tujuan pembelajaran. Hal ini serupa dengan Hamalik (2002: 164) yang menjelaskan bahwa konsep dapat berguna dalam suatu pembelajaran, yaitu untuk mengurangi kerumitan, membantu siswa mengidentifikasi obyek-obyek yang ada, membantu mempelajari sesuatu yang lebih luas dan lebih maju, dan mengarahkan siswa kepada kegiatan instrumental.

Berdasarkan pemaparan J.S. Bruner (dalam Simanjuntak, 1992: 70) dalam teori belajar matematikanya menyatakan bahwa belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian atau pemahaman akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara


(34)

18

pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya. Sedangkan Dines (dalam Simanjuntak 1992: 72) menyatakan bahwa pembelajaran matematika menekankan pengertian atau pemahaman, dengan demikian anak diharapkan akan lebih mudah mempelajarinya dan lebih menarik.

Lebih lanjut Dines (dalam Simanjuntak 1992: 72) menyatakan supaya pemahaman akan konsep-konsep matematika dapat dipahami oleh siswa lebih mendasar harus diadakan pendekatan belajar dalam mengajar antara lain:

a. Siswa yang belajar matematika harus menggunakan benda-benda konkret dan membuat abstraksinya dari konsep-konsepnya.

b. Materi pelajaran yang diajarkan harus ada hubungannya atau pengaitan yang sudah dipelajari.

c. Supaya siswa memperoleh sesuatu dari belajar metematika harus mengubah suasana abstrak dengan menggunakan simbol-simbol.

d. Matematika adalah ilmu seni kreatif oleh karena itu harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.

Membicarakan konsep matematika tidak lepas dari karakteristik matematika, berdasarkan Marsigit (2011) karakteristik matematika sekolah terangkum sebagai berikut:

1. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan, sehingga dalam pembelajaran matematika kegiatannya adalah melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan matematika, melakukan percobaan matematika dengan berbagai cara, menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan dalam matematika, menarik


(35)

19

kesimpulan umum (membuktikan rumus), dan menemukan hubungan antara pengertian matematika yang satu dengan yang lainnya.

2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, sehingga dalam pembelajaran matematika kegiatannya adalah memiliki inisiatif dalam menyelesaikan soal matematika, memiliki sifat rasa ingin tahu, keinginan bertanya, menyanggah dan kemampuan memperkirakan, adanya usah menemukan struktur dan desain matematika, dan mau mencoba menyelesaikan persoalan matematika dalam berbagai metode.

3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah, sehingga pembelajaran matematika lingkungan belajar hendaknya merangsang timbulnya persoalan matematika, mau memecahkan persoalan dengan caranya sendiri dengan mengumpulkan berbagai informasi, dan memerlukan kegiatan berpikir logis, konsisten, sistematis, dan membuat catatan; memiliki kemampuan dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan persoalan matematika, serta mau mempelajari cara menggunakan berbagai alat peraga matematika seperti: jangka, kalkulator, penggaris, busur derajat, dan sebagainya.

4. Matematika sebagai alat berkomunikasi, sehingga dalam pembelajaran matematika mau berusaha mengenali dan menjelaskan sifat-sifat matematika, berusaha membuat contoh-contoh persoalan matematika sendiri, mengetahui alasan mengapa siswa perlu mempelajari matematika, mendiskusikan penye-lesaian soal-soal matematika dengan teman yang lain, mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika dan menjelaskan jawaban siswa kepada teman yang lain.


(36)

20

Sehingga pemahaman konsep matematika dapat diartikan sebagai keadaan dimana siswa memahami atau mengerti ide-ide serta dalam pembelajaran nmatematika siswa dapat mengekspresikan karakteristik matematika.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh berdasarkan hasil tes pada pemahaman konsep matematika siswa. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah siswa mampu:

1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai de-ngan konsepnya.

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. 6. Menggunakan,memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

Sehingga dari beberapa tinjauan di atas pemahaman konsep matematika dimana keadaan dimana siswa memahami atau mengerti ide-ide yang ada pada materi matematika dapat dilihat pencapaiannya apabila telah memenuhi kriteria pemahaman konsep matematika. Kriteria tersebut adalah siswa mampu menyatakan ulang suatu konsep, siswa mampu mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, siswa mampu memberi contoh dan non-contoh dari konsep, siswa mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, siswa mampu mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup, siswa mampu menggunakan atau memilih prosedur tertentu dalam menyelesaikan soal, dan siswa mampu mengaplikasikan konsep yang diterima untuk memecahkan masalah.


(37)

21

B. Kerangka Pikir

Permasalahan yang sering ditemukan dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya pemahaman konsep siswa karena guru masih menggunakan para-digma pembelajaran lama artinya komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke peserta didik, guru lebih mendominasi pembelajaran, pembelajaran cenderung monoton, mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan tersiksa. Ditambah lagi konsep matematika yang abstrak menjadi penyebab sulitnya memahami pelajaran matematika. Pemahaman konsep matematika yang rendah mengakibatkan rendahnya kemampuan matema-tika siswa. Hal ini perlu ditanggapi secara serius agar mutu pendidikan ma-tematika secara keseluruhan dapat ditingkatkan.

Dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya cerdik memilih variasi pen-dekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai. Hal tersebut dimaksudkan agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam suatu proses pembelajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai, bila makin tinggi kekuatannya dalam mencapai tujuan makin efektif metode tersebut.

Pembelajaran dengan metode Mind Mapping mengajak keterlibatan siswa untuk berpikir komprehensif, kreatif, dan meningkatkan tingkat partisipasi siswa dalam belajar. Di samping itu, penerapan metode ini dapat membuat suasana belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena bahan pelajaran dapat diringkas


(38)

22

ke dalam bentuk yang menarik serta mudah untuk dipahami dan diingat. Langkah-langkah metode Mind Mapping terdiri dari overview (tinjauan menye-luruh), preview(tinjauan awal),inview(tinjauan mendalam), danreview(tinjauan ulang) yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran metodeMind Mappingmengajak siswa untuk aktif karena guru bersifat sebagai fasilitator artinya peran guru membimbing, memotivasi, dan mengarahkan.

Langkah awal yakni overview atau tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gam-baran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Dalam overview

siswa diajak untuk mempelajari konsep suatu materi pelajaran dan dimaksudkan agar siswa siap mempelajari materi yang akan diajarkan.

Preview adalah tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Diawali dengan guru mengelom-pokkan siswa ke dalam beberapa kelompok, hal ini dimaksudkan agar melalui interaksi dalam kelompok dapat merangsang kreativitas atau ide sehingga terjalin kerja sama yang memperkaya pengetahuan yang diperoleh siswa.

Inview adalah tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci, dan mendalam. Langkah ketiga ini mengajak siswa yang berada dalam kelompok mempelajari dan memahami konsep tentang materi pelajaran yang dipelajari melalui media lembar kerja dengan bimbingan guru. Selama inview ini siswa


(39)

23

diharapkan dapat memperoleh informasi, konsep, atau rumus penting, beserta gambar, grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan. Siswa aktif mengeksplorasi dan mengelaborasi materi yang sedang dipelajari dengan memanfaatkan sumber belajar baik dengan mengikuti petunjuk yang ada dalam lembar kerja maupun memanfaatkan sumber belajar di sekitar seperti buku referensi, hasil diskusi, bertanya pada guru, atau dengan menggunakan media pembelajaran yang ada.

Review adalah tinjauan ulang berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai sebagai bentuk konfirmasi dari materi yang telah dipelajari siswa. Siswa dihimbau untuk membuat Mind Mappingdari materi yang dipelajari secara mandiri dalam kelompok, hal ini dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang diajarkan namun masih dalam suasana kerja sama. Kemudian untuk mengevaluasi siswa tentang pemahaman konsep siswa, guru menunjuk beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil Mind Mapping mengenai materi yang dipelajari, melalui komunikasi ini diharapkan dapat meluruskan kesalahpahaman konsep pada siswa, guru pun aktif mengarahkan. Setelah itu guru memberi tes untuk mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan akademis siswa.

Empat langkah tersebut mengharapkan siswa aktif menggali inti-inti penting dari materi pelajaran dan membuat ringkasan materi menjadi bentuk yang sederhana dan menarik sehingga mudah dipelajari dan diingat. Dari kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran karena membantu siswa dalam mengorganisir informasi dengan baik sehingga pemahaman konsep dapat


(40)

24

diperoleh secara optimal. Oleh karena itu metode Mind Mappingmemungkinkan siswa untuk memahami konsep dengan baik sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, dan mengena pada tujuan yang diharapkan.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini memiliki anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Xaverius 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa selain metode pembelajaran diabaikan.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa pada kelas yang meng-gunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih tinggi daripada rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa pada kelas yang meng-gunakan pembelajaran konvensional.

2. Persentase siswa tuntas belajar pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa.


(41)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Xaverius 4 Bandar Lampung yang terletak di Jln. Griya Fantasi No. 62 Way Halim Permai Sukarame, Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung yang terdistribusi dalam tiga kelas (VII A - VII C) dengan kemampuan siswa tiap kelas relatif sama. Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai sam-pel, yang terdiri dari kelas kontrol, yaitu kelas dengan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen, yaitu kelas dengan pembelajaran yang menggunakan meto-de Mind Mapping. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil secara acak dua kelas dari tiga kelas yang ada. Dari hasil pengambilan sampel secara acak diperoleh dua kelas yakni kelas VII B dengan jumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas VII C dengan jumlah 35 siswa sebagai kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Desain yang digunakan adalah

posttest only control design. Pada penelitian ini, diberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen, yakni pembelajaran yang menggunakan metode Mind Mappingdan kemudian membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang


(42)

27

menggunakan pembelajaran konvensional. Posttes only control design menurut Furchan (1982: 354) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1. Posttest Only Control Design

Kelas Perlakuan Posttest

E X Y2

K - Y2

Keterangan:

E = kelas eksperimen K = kelas kontrol

X = perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode Mind Mapping

Y2 = posttest

Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi dan wawancara kepada guru matematika. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui data siswa berupa jumlah siswa, karakter siswa, hasil belajar matematika, dan hambatan-hambatan yang sering dialami oleh guru dalam pembelajaran matematika. Langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Penyusunan instrumen penelitian disesuaikan dengan kisi-kisi yang terdapat pada indikator pembelajaran dan indikator pemahaman konsep mate-matika beserta penyelesaian dan aturan penilaian.

Urutan pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran dengan metode Mind Mappingadalah sebagai berikut.

1. Kegiatan Awal

a. Menyiapkan psikis siswa dan memotivasi siswa untuk proses pembela-jaran.

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi pembelajaran, dan uraian kegiatan dengan metode Mind Mapping. (Langkah overview dan


(43)

28

2. Kegiatan Inti

a. Siswa mendapatkan LKS dan melengkapi kegiatan yang ada dalam lembar kerja tersebut. LKS tersebut merangsang siswa untuk menentukan ide po-kok dari materi yang dipelajari untuk memahami konsep yang diberikan dan mengajak siswa untuk membuat Mind Mapping serta latihan soal. (Langkahinview)

b. Perwakilan dari siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Siswa yang lain menanggapi atau memberi saran. Guru memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila diperlukan. (Langkah in-view)

c. Siswa mendapat pengarahan dari guru dalam memahami materi dengan melengkapi dan merevisi lembar kerja. (Langkahinview)

d. Siswa menyimpulkan materi denganMind Mapping. (Langkahreview)

3. Kegiatan Penutup

a. Guru memberi penguatan tentang konsep yang diberikan.

b. Guru memberikan tugas rumah dan menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya.

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data hasil posttest yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa tes tertulis. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi atau konsep yang diberikan. Tes dilaksanakan sesudah pembelajaran (posttest) pada


(44)

29

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah pembelajaran bertujuan untuk melihat keefektifan pembelajaran dalam hal pemahaman konsep matematika siswa.

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangan

Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa tes pemahaman konsep matematika. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk uraian. Tes pemahaman konsep matematika yang diberikan berjumlah delapan soal. Materi tes yang diujikan adalah materi segi empat. Penyusunan instrumen tes dilakukan sebagai berikut.

1. Melakukan pembatasan materi yang akan diujikan yakni materi segi empat dengan kompetensi dasar (1) mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang (2) menghitung keliling dan luas bangun segi empat dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

2. Menentukan tipe soal, yakni tipe soal esai atau uraian. 3. Menentukan jumlah soal, yakni delapan soal.

4. Menentukan lama waktu mengerjakan soal, yakni 80 menit.

5. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran dan indikator pemahaman konsep matematika yang ingin dicapai.

6. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, kunci jawaban, dan penentuan nilai. 7. Menulis butir soal.

8. Mengujicobakan instrumen.


(45)

30

10. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang telah dila-kukan.

Penyusunan tes mengacu pada kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika yang dapat dilihat dari ketepatan dan kelengkapan siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Pedoman penilaian dan indikator pema-haman konsep tersaji pada Tabel 3.2. Sebelum tes dilaksanakan dalam penelitian, instrumen tes dikonsultasikan dahulu dengan dosen pembimbing dan guru mitra. Uji coba tes diberikan pada siswa di luar sampel penelitian yaitu siswa kelas VII E SMPN 26 Bandar Lampung yang telah mempelajari materi segi empat terlebih dahulu. Data yang diperoleh dianalisis dengan bantuan software Microsoft Excel

untuk mengetahui tingkat reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya.

Tabel 3.2. Pedoman Pennilaian Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Keterangan Nilai

1. Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah

1 c. Menyatakan ulang suatu konsep

dengan benar 2 2. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya

1

c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

2 Tabel 3.2. (lanjutan)

No Indikator Keterangan Nilai

3. Memberi contoh dan non contoh

a. Tidak menjawab 0

b. Memberi contoh dan non contoh tetapi salah

1 c. Memberi contoh dan non contoh

dengan benar


(46)

31 4. Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah

1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar

2

5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu konsep tetapi salah

1 c. Mengembangkan syarat perlu dan

syarat cukup dari suatu konsep dengan benar 2 6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu

a. Tidak menjawab 0

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih prosedur tetapi salah

1 c. Menggunakan, memanfaatkan, dan

memilih prosedur dengan benar

2

7. Mengaplikasikan konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat

1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

Sumber: Sartika (2011: 22) a. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi diperoleh dengan cara membandingkan isi dari tes pemahaman konsep matematika dengan indikator pembelajaran yang telah ditetapkan. Validitas instrumen tes didasarkan pada penilaian guru mitra dengan asumsi guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP. Tes yang dikatakan valid adalah tes dengan butir-butir soal yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang telah ditetapkan.

Hasil penilaian instrumen tes dari guru mitra yang dilakukan dengan daftar cek lis menyatakan bahwa instrumen tes telah valid. Penilaian terhadap validitas isi


(47)

32

mencakup kesesuaian isi tes dengan indikator pembelajaran dan indikator pe-mahaman konsep serta kesesuaian dengan kemampuan bahasa siswa.

b. Reliabilitas Tes

Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah tes tertulis yang ber-bentuk uraian sehingga untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus Alpha

sebagai berikut. 2 2 11 1 1 t b k k r Keterangan: 11

r = koefisien reliabilitas instrumen (tes)

k = banyaknya item

2

b = jumlah varians dari tiap-tiap item tes

2

t = varians total (Arikunto, 2006: 195)

Kriteria indeks reliabilitas (r11) menurut Arikunto (2006: 195) adalah sebagai berikut.

Antara 0.800 sampai dengan 1.000: sangat tinggi b. Antara 0.600 sampai dengan 0.800: tinggi c. Antara 0.400 sampai dengan 0.600: cukup d. Antara 0.200 sampai dengan 0.400: rendah e. An

Hasil penghitungan reliabilitas tes diperoleh harga r11= 0,77, berdasarkan pendapat Arikunto di atas instrumen tes pemahaman konsep matematika yang digunakan dalam penelitian memiliki kriteria tinggi. Sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian.

c. Daya Pembeda

Penghitungan daya pembeda dimulai dengan mengurutkan data dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai terendah. Karena banyak siswa dalam


(48)

pene-33

litian ini kurang dari 100 siswa, maka menurut Arikunto (2009: 212) diambil 50% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 50% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

To (dalam Noer, 2010) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus :

IA JB JA DP

Keterangan :

DP = indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA = jumlah nilai kelompok atas pada butir soal yang diolah

JB = jumlah nilai kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = jumlah nilai ideal kelompok (atas/bawah).

Hasil penghitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi 10

. 0 DP

Negatif Sangat Buruk

19 . 0 10

.

0 DP Buruk

29 . 0 20

.

0 DP Agak baik, perlu revisi

49 . 0 30

.

0 DP Baik

50 . 0

DP Sangat Baik

To (dalam Noer, 2010)

Dari hasil penghitungan diperoleh bahwa soal nomor 1 memiliki nilai daya pembeda 0,36 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 2 memiliki nilai daya pembeda 0,32 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 3 memiliki nilai daya pembeda 0,40 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 4 memiliki nilai daya pembeda 0,30 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 5 memiliki nilai daya pembeda 0,27


(49)

34

daya pembeda 0,42 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 7 memiliki nilai daya pembeda 0,32 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, dan soal nomor 8 memiliki nilai daya pembeda 0,38 sehingga termasuk soal dengan kategori baik.

d. Tingkat Kesukaran (TK)

Sudijono (2008: 372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut.

T T

I J TK

Keterangan:

TK = tingkat kesukaran suatu butir soal

JT = jumlah nilai yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT = jumlah nilai maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) sebagai berikut.

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

0.00 TK 0.15 Sangat Sukar

0.16 TK 0.30 Sukar

0.31 TK 0.70 Sedang

0.71 TK 0.85 Mudah

0.86 TK 1.00 Sangat Mudah

Dalam penelitian ini, butir soal yang dipilih adalah soal dengan nilai tingkat kesu-karan 0.31 TK 0.70 dengan interpretasi sedang.


(50)

35

Setelah menghitung tingkat kesukaran soal diperoleh hasil bahwa soal nomor 1 memiliki nilai tingkat kesukaran 0,42 sehingga termasuk kategori soal yang se-dang, soal nomor 2 memiliki nilai tingkat kesukaran 0,48 sehingga termasuk soal dengan tingkat kesukaran sedang, soal nomor 3 memiliki nilai tingkat kesukaran 0,63 sehingga termasuk soal dengan kategori sedang, soal nomor 4 memiliki nilai tingkat kesukaran 0,35 sehingga termasuk soal dengan tingkat kesukaran sedang, soal nomor 5 memiliki nilai tingkat kesukaran 0,67 sehingga termasuk soal de-ngan tingkat kesukaran sedang, soal nomor 6 memiliki nilai tingkat kesukaran 0,44 sehingga termasuk soal dengan tingkat kesukaran sedang, soal nomor 7 memiliki nilai tingkat kesukaran 0,43 sehingga termasuk soal dengan tingkat kesukaran sedang, dan soal nomor 8 memiliki nilai tingkat kesukaran 0,48 se-hingga termasuk soal dengan tingkat kesukaran sedang.

Dari uji instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa butir soal telah memenuhi validitas isi, reliabilitas tinggi, daya pembeda soal baik, dan tingkat kesukaran sedang sehingga instrumen tersebut dapat dipergunakan dalam penelitian.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data pemahaman konsep matematika siswa dilihat dari hasil

posttest. Dalam menguji pencapaian kriteria efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.


(51)

36

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai pemahaman konsep matematika sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. 0,05

c. Statistik uji k i i i i E E O 1 2 2 Keterangan: i

O = frekuensi harapan

Ei = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya pengamatan d. Kriteria uji

Terima H0jika hitung2 tabel2

Rekapitulasi hasil penghitungan uji normalitas data nilai posttest disajikan pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.5. Hasil Uji Normalitas untuk Distribusi Data NilaiPosttest

Kelas 2

hitung

2

tabel Keterangan

Eksperimen 5,35 7,81 Normal

Kontrol 3,27 7,81 Normal

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diketahui bahwa hitung2 pada kelas eksperimen adalah 5,35 dan hitung2 pada kelas kontrol adalah 3,27 dengan taraf signifikansi yang digunakan = 5%. Maka sesuai dengan kriteria pengujian yaitu terima H0


(52)

37

jika hitung2 tabel2 maka data posttest kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional berada pada daerah penerimaan H0

sehingga data kedua kelas tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Setelah data diketahui berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh memiliki yang varians sama. Adapun hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.

H0 12= 22(homogen) H1 12 22(tidak homogen)

Menurut Sudjana (2005: 261-264) statistik uji yang digunakan adalah: a. Menghitung varians gabungan dari semua sampel

1 1 2 2 i i i n s n s

b. Menentukan harga satuan B 1

logs2 ni B

c. Uji Bartlet dengan menggunakan statistik Chi-Kuadrat dengan rumus:

2 i 2 s log 1 10

ln B ni

Kriteria Uji : terima H0 jika hitung2 tabel2 dengan tabel2 1 k 1 dengan taraf .


(53)

38

Rekapitulasi hasil penghitungan uji homogenitas data nilaiposttest disajikan pada Tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.6. Hasil Uji Homogenitas untuk Distribusi Data NilaiPosttest

Kelas Varians 2

hitung

2

tabel Keterangan

Eksperimen 403,77

0,16 3,84 Homogen

Kontrol 350,96

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 diketahui bahwa hitung2 adalah 0,16

dan

2

tabeladalah 3,84 dengan taraf signifikansi yang digunakan = 5%. Sesuai

dengan kriteria pengujian yaitu terima H0 jika hitung2 tabel2 maka tidak ada

per-bedaan varians data posttest kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional atau dapat disimpulkan data kedua kelas tersebut homogen.

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, analisis berikutnya adalah menguji hipotesis.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji Pihak Kanan)

Untuk menguji dua rata-rata digunakan uji-t. Menurut Sudjana (2005: 243) sebagai berikut.


(54)

39

H0: 1 2 (Rata-rata nilai pemahaman konsep matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping sama dengan rata-rata nilai pemahaman konsep dengan menggunakan metode konvensional)

H1: 1 2 (Rata-rata pemahaman konsep matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping lebih dari rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode konvensional)

Rumus statistik yaitu uji kesamaan dua rata-rata sebagai berikut.

2 1 2 1 1 1 n n s x x thitung Dimana: 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s Keterangan : i

x = nilai rata-rataposttestdari kelas eksperimen

2

x = nilai rata-rataposttestdari kelas kontrol

n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol s2

1 = varians kelompok eksperimen 2

2

s = varians kelompok kontrol

s2 = varians gabungan

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1+ n2 2 ) dan taraf kepercayaan 5% terima Ho jika thitung < ttabel.

Berdasarkan hasil analisis uji-t pihak kanan diperoleh nilai thitung= 1,89. Hasil uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji-t pihak kanan menunjukkan bahwa thitung lebih besar daripada ttabel, yakni t0,95 =


(55)

40

1,67. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dari penghitungan rata-rata nilai pemahaman konsep masing-masing kelas diketahui bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih tinggi daripada rata-rata nilai pemahaman konsep kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

b. Uji Proporsi

Untuk menguji hipotesis bahwa persentase ketuntasan belajar siswa di kelas eks-primen lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa maka dilakukan uji proporsi pada nilai posttest siswa kelas eksperimen dengan syarat kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Berikut adalah prosedur uji proporsi menurut Sudjana (2005: 234).

Hipotesis Uji:

H0: < 0,60 (persentase siswa tuntas belajar < 60%)

H1: (persentase siswa tuntas belaja )

Taraf Signifikan : Statistik uji :

n n x zhitung ) 60 , 0 1 ( 60 , 0 60 , 0 Keterangan:

x = banyaknya siswa tuntas belajar

n = jumlah sampel

0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0jika zhitung z0,5 - . Harga z0,5 diperoleh dari daftar


(56)

41

Berdasarkan hasil analisis uji proporsi, persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% dengan nilaizhitung= 1,73. Hasil uji proporsi menunjukkan bahwazhitunglebih besar daripadaztabel, yakniz0,45= 1,64. Karenazhitung > ztabelmaka H0ditolak. Hal ini secara statistik berarti persentase siswa tuntas belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran matematika dengan metode Mind Mapping


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2007. Matematika Kelas VII. Erlangga. Jakarta.

Asril, Zainal. 2010. Microteaching. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Buzan, Tony. 1993. The Mind Map Book. BBC Worldwide Limited.

___________. 2007. Buku Pintar Mind Map untuk Anak. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta.

DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2000. Quantum Teaching. Mizan Pustaka. Bandung.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.

Gunawan, Adi W. 2003. Born to be a Genius. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pen-dekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Jenny, Irna. 2011. Pengujian Mann-Whitney. [on line]. Tersedia:

http://jennyirna.blogspot.com/2010/01/pengujian-mann-whitney.html. (11Desember 2011).

MacGregor, Sandy. 2006. Piece of Mind. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Noer, Sri Hastuti. 2010. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SMP. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila. Bandar Lampung.


(58)

Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya I. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Rineka Cipta. Jakarta.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta. Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Sukarman. 2008. Studi Komparasi Pembelajaran Akuntansi antara Metode Drill dengan Metode Konvensional di SMA Negeri I Karangdowo Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. (Skripsi).Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Tampomas, Husein. 2005. Matematika Plus. Yudhistira. Jakarta.

Tapantoko, Aji Agung. 2011. Penggunaan Metode Mind Mapping untuk Me-ningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Depok. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Tim Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Tim Penyusun. 2009. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)

2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran.Bumi Aksara. Jakarta. Wanhar. 2008. Hubungan antara Pemahaman Konsep Matematis dengan

Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika. [on line]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13093035.pdf. (9 Desember 2011) Widyantini, Th. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Kooperatif. Depdiknas Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika. Yogyakarta.

Yoga, Djohan. 2007. Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis Mind Map. Indomindmap Learning Center. Jakarta.


(1)

Rekapitulasi hasil penghitungan uji homogenitas data nilaiposttest disajikan pada Tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.6. Hasil Uji Homogenitas untuk Distribusi Data NilaiPosttest

Kelas Varians 2

hitung

2

tabel Keterangan

Eksperimen 403,77

0,16 3,84 Homogen

Kontrol 350,96

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 diketahui bahwa hitung2 adalah 0,16

dan

2

tabeladalah 3,84 dengan taraf signifikansi yang digunakan = 5%. Sesuai dengan kriteria pengujian yaitu terima H0 jika hitung2 tabel2 maka tidak ada

per-bedaan varians data posttest kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional atau dapat disimpulkan data kedua kelas tersebut homogen.

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, analisis berikutnya adalah menguji hipotesis.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji Pihak Kanan)

Untuk menguji dua rata-rata digunakan uji-t. Menurut Sudjana (2005: 243) sebagai berikut.


(2)

39

H0: 1 2 (Rata-rata nilai pemahaman konsep matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping sama dengan rata-rata nilai pemahaman konsep dengan menggunakan metode konvensional)

H1: 1 2 (Rata-rata pemahaman konsep matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping lebih dari rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode konvensional)

Rumus statistik yaitu uji kesamaan dua rata-rata sebagai berikut.

2 1 2 1 1 1 n n s x x thitung Dimana: 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s Keterangan : i

x = nilai rata-rataposttestdari kelas eksperimen 2

x = nilai rata-rataposttestdari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol s2

1 = varians kelompok eksperimen 2

2

s = varians kelompok kontrol s2 = varians gabungan

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1+ n2 2 ) dan taraf kepercayaan 5% terima Ho jika thitung < ttabel.

Berdasarkan hasil analisis uji-t pihak kanan diperoleh nilai thitung= 1,89. Hasil uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji-t pihak kanan menunjukkan bahwa thitung lebih besar daripada ttabel, yakni t0,95 =


(3)

1,67. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dari penghitungan rata-rata nilai pemahaman konsep masing-masing kelas diketahui bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih tinggi daripada rata-rata nilai pemahaman konsep kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

b. Uji Proporsi

Untuk menguji hipotesis bahwa persentase ketuntasan belajar siswa di kelas eks-primen lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa maka dilakukan uji proporsi pada nilai posttest siswa kelas eksperimen dengan syarat kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Berikut adalah prosedur uji proporsi menurut Sudjana (2005: 234).

Hipotesis Uji:

H0: < 0,60 (persentase siswa tuntas belajar < 60%)

H1: (persentase siswa tuntas belaja )

Taraf Signifikan : Statistik uji :

n n

x zhitung

) 60 , 0 1 ( 60 , 0

60 , 0

Keterangan:

x = banyaknya siswa tuntas belajar n = jumlah sampel

0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0jika zhitung z0,5 - . Harga z0,5 diperoleh dari daftar


(4)

41

Berdasarkan hasil analisis uji proporsi, persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% dengan nilaizhitung= 1,73. Hasil uji proporsi menunjukkan bahwazhitunglebih besar daripadaztabel, yakniz0,45= 1,64. Karenazhitung > ztabelmaka H0ditolak. Hal ini secara statistik berarti persentase siswa tuntas belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran matematika dengan metode Mind Mapping lebih dari atau sama dengan 60%.


(5)

Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2007. Matematika Kelas VII. Erlangga. Jakarta.

Asril, Zainal. 2010. Microteaching. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Buzan, Tony. 1993. The Mind Map Book. BBC Worldwide Limited.

___________. 2007. Buku Pintar Mind Map untuk Anak. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta.

DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2000. Quantum Teaching. Mizan Pustaka. Bandung.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.

Gunawan, Adi W. 2003. Born to be a Genius. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pen-dekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Jenny, Irna. 2011. Pengujian Mann-Whitney. [on line]. Tersedia:

http://jennyirna.blogspot.com/2010/01/pengujian-mann-whitney.html. (11Desember 2011).

MacGregor, Sandy. 2006. Piece of Mind. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Noer, Sri Hastuti. 2010. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SMP. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila. Bandar Lampung.


(6)

Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya I. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Rineka Cipta. Jakarta.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta. Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Sukarman. 2008. Studi Komparasi Pembelajaran Akuntansi antara Metode Drill dengan Metode Konvensional di SMA Negeri I Karangdowo Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. (Skripsi).Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Tampomas, Husein. 2005. Matematika Plus. Yudhistira. Jakarta.

Tapantoko, Aji Agung. 2011. Penggunaan Metode Mind Mapping untuk Me-ningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Depok. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Tim Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Tim Penyusun. 2009. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)

2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran.Bumi Aksara. Jakarta. Wanhar. 2008. Hubungan antara Pemahaman Konsep Matematis dengan

Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika. [on line]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13093035.pdf. (9 Desember 2011) Widyantini, Th. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Kooperatif. Depdiknas Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika. Yogyakarta.

Yoga, Djohan. 2007. Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis Mind Map. Indomindmap Learning Center. Jakarta.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 20 55

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 6 61

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 68

EFEKTIVITAS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 7 68

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 14 56

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 58

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 13 58

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39