Sanksi Pidana Seumur Hidup Di Luar KUHP

3

b. Sanksi Pidana Seumur Hidup Di Luar KUHP

Perumusan sanksi pidana seumur hidup selain dalam KUHP, juga terdapat dalam peraturan perundang-undangan lainnya diluar KUHP. Sebagai bahan analisis ada 4 empat peraturan perundang-undangan diluar KUHP yang memuat rumusan ancaman pidana seumur hidup yang akan diungkap dalam penelitian ini. Keempat peraturan tersebut diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 1. Ancaman pidana seumur hidup dalam Undang-Undang Nomor 51997. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika memuat ancaman pidana seumur hidup terhadap tindak pidana seperti yang diatur pada Pasal 59 ayat 2 yang menyatakan jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20 dua puluh tahun dan pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah. Pasal 59 ayat 1 menyatakan perbuatan yang terorganisir yaitu meliputi: 1. menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 2. memproduksi danatau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 4 3. mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3 4. mengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan 5. secara tanpa hak memiliki, menyimpan danatau membawa psikotropika golongan I. Ketentuan perumusan ancaman pidana seumur hidup dalam ketentuan Pasal 59 ayat 2 yang mencakup tindak pidana dalam Pasal 59 ayat 1, dirumuskan secara alternatif-kumulasi, artinya bahwa sekalipun pidana seumur hidup dialternatifkan dengan pidana mati atau penjara selama 20 tahun, tetapi juga dikumulasi dengan ditambah pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah. Bentuk perumusan ancaman pidana seumu hidup dengan alternative- kumulasi seperti ini tidak terdapat dalam perumusan sanksi pidana seumur hidup pada KUHP. 2. Ancaman pidana seumur hidup dalam Undang-Undang Nomor 202001. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi mengatur ancaman pidana seumur hidup seperti pada Pasal 2 ayat1, Pasal 3, Pasal 15 dan Pasal 16. Pasal 2 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah”. 5 Pasal 15 undang-undang ini menyatakan bahwa percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama dengan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3. Dengan demikian maka percobaan, pembantuan dan permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi merupakan delik yang selesai karena ancaman pidananya sama dengan ancaman pidana yang dirumuskan dalam Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 yaitu pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara maksimal 20 dua puluh tahun dan pidana denda. Sanksi pidana dalam Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 juga berlaku bagi Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadi` tindak pidana korupsi. Delik ini diatur pada Pasal 16 UU Tipikor. Dalam Pasal 12 B ayat 2 diatur pula ancaman pidana seumur hidup mengenai delik gratifikasi, menurut Pasal 12B ayat 2, bukan “gratifikasi’ nya, melainkan perbuatan “menerima gratifikasi” itu. Pasal tersebut menyatakan bahwa pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Pada Pasal 12 B ayat 2 khusus pidana seumur hidup dirumuskan secara alternative dengan pidana penjara selama waktu tertentu paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun. 6 3. Ancaman pidana seumur hidup dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika memuat ancaman pidana seumur hidup diantaranya terdapat pada Pasal 111 ayat 2, 112 ayat 2, 113 ayat 2, 114 1 dan 2, 115 ayat 2, 116 ayat 2, 118 ayat 2, 119 ayat 2, 121 ayat 2, Pasal 132 dan 133. Pasal 111 ayat 2 menyatakan bahwa dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 beratnya melebihi 1 satu kilogram atau melebihi 5 lima batang pohon, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda. Ancaman pidana seumur hidup pada pasal tersebut menggunakan sistem perumusan alternatif kumulasi, khusus pidana seumur hidup dialternatifkan dengan pidana penjara waktu tertentu paling singkat 5 lima tahun dan paling banyak 20 dua puluh tahun. Pada Pasal 113 ayat 2 dinyatakan bahwa perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum Rp 10.000.000.000 sepuluh miliar ditambah 13 sepertiga. Dalam pasal tersebut pidana seumur hidup dialternatifkan dengan pidana mati tetapi juga dialternatifkan dan dikumulasikan dengan pidana penjara paling lama 20dua puluh tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000 sepuluh 7 miliar. Ketentuan perumusan dengan sistem alternative kumulasi juga terdapat pada Pasal 114 ayat 1 yang merumuskan ancaman pidana seumur hidup yaitu “dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda”. Jelas terlihat bahwa ancaman pidana seumur hidup dialternatifkan dengan pidana penjara waktu tertentu paling lama 20 dua puluh tahun ditambah pidana denda. Pasal 114 ayat 2 yang berkaitan dengan pidana seumur hidup menyatakan bahwa “dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 enam tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda”. Ketentuan pada Pasal 132 tentang percobaan dan permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut termasuk yang diancam dengan pidana seumur hidup maka dipidana dengan pidana sesuai ketentuan dalam Pasal yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan dan permufakatan jahat dalam undang-undang ini merupakan delik yang dianggap selesai dan merupakan suatu tindak pidana yang ancaman pidananya sama dengan ancaman pidana yang diancamkan bagi pelakunya. 4. Ancaman pidana seumur hidup dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun2003. Perumusan ancaman pidana seumur hidup dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme terdapat pada Pasal 8 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16. Pasal 6 menyatakan bahwa: “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun”. Melihat ketentuan Pasal diatas ancaman pidana seumur hidup dirumuskan dengan sistem alternative, yaitu dengan pidana mati atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun. Selanjutnya Pasal 7 menyatakan ancaman pidana seumur selengkapnya berbunyi: “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup”. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, sistem perumusan pidana yang digunakan adalah dengan sistem tunggal, terlihat bahwa hanya terdapat satu ancaman pidana yaitu pidana seumur hidup saja. Kelemahan dari sistem 9 tunggal salah satunya adalah hakim akan merasa kesulitan menentukan pidana yang tepat untuk dijatuhkan pada pelaku, sebab dalam kondisi seperti ini hakim hanya dihadapkan pada satu jenis ancama pidana. Padahal diketahui bahwa dalam KUHP tidak ditemukan dan tidak diatur mengenai perumusan tunggal untuk pidana mati dan pidana seumur hidup. Salah satu pertimbanganya adalah pidana seumur hidup merupakan pidana terberat satu tingkat setelah pidana mati. Pembuat undang-undang tidak mencantumkan alasan mengapa sanksi pidana pada pasal 7 Undang-Undang Teroris ini hanya memuat ancaman pidana seumur hidup secara tunggal. Selain perumusan tunggal, terdapat sistem alternative yaitu Pasal 9 yang merumuskan “dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun”. Ancaman pidana seumur hidup lainnya juga terdapat pada Pasal 14 yaitu: Setiap orang yang merencanakan danatau menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup. Pasal 15 menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan permufakatan jahat, percobaan, atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidananya. 10 Dalam ketentuan tersebut menunjukkan bahwa permufakatan jahat, percobaan, atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme dianggap sebagai delik yang telah selesai karena ancaman pidananya sama dengan pidana yang diancamkan terhadap pelakunya. Ancaman pidana pada Pasal 15 juga berlaku bagi tindak pidana pada Pasal 16 Undang-Undang Teroris. Dari ketentuan pada pasal-pasal yang memuat ancaman pidana seumur hidup pada undang-undang tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar ancaman pidana seumur hidup dirumuskan secara alternatif. Ketentuan ini tentu saja sama dengan sistem perumusan pidana yang terdapat pada KUHP. Ancaman pidana seumur hidup juga berlaku pada Pasal 17 Undang- Undang Nomor 15 Tahun2003 tentang tindak pidana terorisme. 2. Gambaran Tentang Penerapan Pidana Seumur Hidup Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kedung Pane Semarang Sebagai bahan analisis yang menjadi unit amatan penulisan ini disajikan tabel narapidana seumur hidup di Lembaga Pemasyarakatan Kedung Pane guna memberikan gambaran dalam mengkaji Keputusan Menteri terkait kebijakan remisi sebagai upaya menunjang tujuan pemasyarakatan bagi narapidana seumur hidup khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kedung Pane Semarang sebagai berikut: 1 Tabel 3.2. 1 Data yang diperoleh penulis dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang atas ijin Kementerian Hukum dan Ham Kantor Wilayah Jawa Tengah pada tanggal 12 November 2012. 11 Daftar nama narapidana seumur hidup Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang Tahun 2012 No. Namaumur Ditahan sejak Perkara Pasal Nomorputusan pengadilan 1. 2. 3. 4. 5. Suranto Abdul Ghoni35 th Sarjiyo 32 th Rony Wijaya32 th Ruslan Abdul Gani23 th Agus Santoso28 th 26 April 2003 26 April 2003 22 Juni 2008 31 Agustus 2004 31 Agustus 2004 Teroris Teroris 365 KUHP 340 KUHP 340 KUHP 934KPid2004 MARI 10 Maret 2004 1191 KPid2004 MARI 10 Maret 2004 866PidB2008 PN.Semarang 04 Februari 2009 1329 kPid2005 MARI 10 Oktober 2005 1327 KPid2005 MARI 10 Oktober 2005 Berdasarkan tabel diatas maka dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut: Narapidana atas nama Suranto Abdul dikenai pidana seumur hidup karena melakukan tindak pidana terorisme melalui Putusan Nomor 934KPid2004 MARI tanggal 10 Maret 2004. Ghoni Sarjiyo dikenai pidana seumur hidup karena melakukan tindak pidana terorisme yang ditegaskan dengan Putusan Nomor 1191 KPid2004 MARI tanggal 10 Maret 2004. Narapidana atas nama Rony Wijaya dikenai pidana seumur hidup karena memenuhi Pasal 365 KUHP tentang Pencurian yang ditegaskan dalam Putusan Nomor 866PidB2008 PN. Semarang tanggal 4 Februari 2009. Ruslan Abdul Gani dikenai pidana seumur 12 hidup karena melakukan tindak pidana Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, hal tersebut dikuatkan dengan Putusan Nomor 1329 kPid2005 MARI tanggal 10 Oktober 2005 dan narapidana atas nama Agus Santoso yang dipidana seumur hidup karena melakukan tindak pidana Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dan dikuatkan dengan Putusan Nomor 1327 KPid2005 MARI tanggal 10 Oktober 2005. Semua tindak pidana diatas tergolong dalam tindak pidana berat. Tabel diatas, menunjukkan bahwa Kelima narapidana seumur hidup di Lembaga Pemasyarakatan Kedung Pane Semarang sedang menjalani pidana seumur hidup samapai dengan tahun 2012.

B. Analisis 1. Pidana Seumur Hidup Dari Perspektif Pokok-Pokok Tujuan Pemidanaan

Tindak pidana yang dipidana seumur hidup tergolong tindak pidana berat seperti tindak pidana narkotika, terorisme, pembunuhan, maker, kejahatan terhadap Negara dan lainnya sebagaiman telah dipaparka sebelumnya. Penjatuhan sebuah pidana seyogianya mampu memberikan tujuan yang adil baik dalam rangka perlindungan masyarakat maupun perlindungan individu. Pidana seumur hidup ini mengantarkan Penulis pada penerapan tujuan pemidanaan yang dapat dicapai melalui pidana seumur hidup saat ini. Tujuan pemidanaan berangkat dari teori-teori pemidanaan sebelumnya seperti teori retributive atau teori absolut, yang menyatakan bahwa pidana dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana sebagai 13 akibat dari tindak pidana yang dilakukan. Menurut pandangan teori ini pidana mutlak diberikan bagi mereka yang telah melakukan kejahatan. Selanjutnya teori teleologis atau relative, teori ini menyatakan bahwa pidana digunakan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mencapai kemanfaatan. Teori ini dimaksudkan sebagai alat pencegahan baik secara umum maupun khusus. Sedangkan teori retributivisme teleologis gabungan menganggap bahwa selain sebagai konsekuensi yang harus diterima pelaku tindak pidana, pemidanaan juga harus memberikan kemanfaatan baik melalui pencegahan secara umum maupun pencegahan secara khusus.

a. Pidana Seumur Hidup Menurut Teori Retributif