DISTRIBUSI LOGAM BERAT Cr DAN Mn PADA SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN PANJANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA)

(1)

ABSTRACT

DISTRIBUTION OF HEAVY METAL Cr AND Mn IN SEDIMENT OF PANJANG PORT BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETER

(SSA) METHOD

By

Martha Selvina Gultom

Distribution of heavy metals Cr and Mn in sediment of Panjang port Bandar Lampung was conducted. Sample collected used stratified sampling technique. Metals concentration of Cr and Mn was determined by using spectrophotometer atomic absorption. Validation method was performed by limit of detection, precision, accuracy, and linearity. The result showed that the concentration of Cr ranged from 373,36 ± 0,22 ppm to 388,03 ± 5,15 ppm, indicating above the quality standards set of the National Sediment Quality Survey USEPA ( 76,00 – 233,27 ppm). Heavy metal concentration of Mn ranged from 287,08 ± 0,44 ppm to 290,20 ± 0,27 ppm. The result showed that the concentration of Mn have exceeded the quality standard of USEPA (120,77 – 284,77 ppm). Validation of the method on determining the level of Cr and Mn metal in the sediments showed limit of detection for heavy metal Cr and Mn of 3,51 ppm and 0,26 ppm, respectively. The high precision performing the relative standard deviation values (RSD) < 5%, accuracy ranging 94,45 – 107,22 %, respectively. The last correlation coefisient value for Cr and Mn metal of 0,99969 and 0,99867, respectively.

Key words : Chromium, Manganese, Panjang port, Atomic Absorption Spectrophotometer


(2)

ABSTRAK

DISTRIBUSI LOGAM BERAT Cr DAN Mn PADA SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN PANJANG DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA)

Oleh

Martha Selvina Gultom

Telah dilakukan penelitian distribusi logam berat Cr dan Mn pada sedimen di sekitar perairan Pelabuhan Panjang Bandar Lampung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified sampling. Konsentrasi logam Cr dan Mn ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan empat parameter validasi metode yaitu limit deteksi, presisi (ketelitian), akurasi (kecermatan), dan linieritas. Hasil analisis menunjukan konsentrasi logam berat Cr berada pada rentang 373,36 ± 0,22 ppm sampai 388,03 ± 5,15 ppm, sudah melebihi ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA yaitu 76,00-233,27 ppm. Konsentrasi logam berat Mn berada pada rentang 287,08 ± 0,44 sampai 290,20 ± 0,27 ppm, berdasarkan National Sediment Quality Survey USEPA, baku mutu konsentrasi logam Mn yaitu 120,77 – 284,77 ppm, hasil analisis menunjukan logam Mn sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Validasi metode pada penentuan kadar Cr dan Mn dalam sedimen menunjukan limit deteksi untuk masing-masing logam Cr dan Mn adalah 3,51 ppm dan 0,26 ppm, presisi dengan nilai relatif standar deviasi (RSD) < 5 %, akurasi pada rentang 93,62 % – 109,81 % untuk logam Cr dan 94,45 % – 107,22 % untuk logam Mn dan nilai koefisien korelasi untuk logam Cr dan Mn adalah 0,99969 dan 0,99867.

Kata Kunci : Kromium, Mangan, Pelabuhan Panjang, Spektrofotometer Serapan Atom


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonosobo Tanggamus pada tanggal 11 Maret 1993, sebagai anak bungsu dari empat bersaudara buah hati dari Bapak T. Gultom (Alm.) dan Ibu D. Lumban Raja.

Penulis memasuki dunia pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Banjar Negara, Kab. Tanggamus, lulus pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Wonosobo diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai sebagai mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar Ilmu Komputer FMIPA Unila pada tahun 2012/2013, asisten praktikum Kimia Dasar Biologi FMIPA Unila, asisten KDK (Kimia Dalam Kehidupan) jurusan Kimia FMIPA pada tahun 2013/2014, dan asisten praktikum Kimia Analitik II untuk Jurusan Kimia FMIPA Unila pada tahun 2013/2014. Penulis aktif di Lembaga Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) periode 2010/2011 sebagai anggota KAMI, pada tahun 2010/2011 sebagai

anggota Bidang Kaderisasi dan Pengembangan Organisasi (KPO), dan pada tahun 2012/2013 sebagai anggota Biro Usaha Mandiri (BUM). Selain itu penulis juga


(7)

penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Pada tahun 2013 Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Pampangan Desa Talang Semarang Kabupaten Lampung Barat periode Juli-Agustus.


(8)

Aku menyadari ini hanyalah bagian kecil dari jalan

yang entah berapa jauh lagi harus kutempuh sampai

tiba waktuku

Atas Anugerah dari Tuhan Yesus Kristus dan Bapa

yang di Surga

Dengan rasa hormat, cinta dan sayangku

Kupersembahkan karya kecilku ini sebagai ungkapan

syukur dan terima kasih kepada :

Lord Jesus, my light, my salvation and my strength ;

Who answer me when i cry with my voice

Mama tersayang atas cinta kasih dan doa yang tulus

dalam menantikan kelulusanku; abang Rio, kak Ika

dan abang Linggom yang tercinta yang selalu

mendukungku

Dosen-dosen dan Almamater tercinta Universitas


(9)

And the LORD will make you the head and not the tail, you shall

be above only, and not be beneath, if you heed the

commandments of the LORD your God, which I command you

today, and are careful to observe them.

(Deuteronomy 28:13)

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada

padaKu mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu

rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

(Yeremia 29:11)

Segala sesuatunya menjadi indah saat kita sudah siap

menerimanya.

(tata


(10)

SANWACANA

Puji Tuhan, segala Puji Syukur dan Hormat penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bapa di Surga. Hanya karena Anugerah dan Kebaikan-Nya penulis dapat melewati setiap proses yang terjadi dalam hidup penulis hingga penyusunan Skripsi ini boleh terselesaikan dengan baik. Skripsi yang ini berjudul “Distribusi Logam Berat Cr dan n Pada Sedimen Di Sekitar Pelabuhan Panjang Dengan etode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Diky Hidayat, M.Sc., selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak ilmu, perhatian, semangat, nasihat, motivasi, kritik, saran serta kesabaran dalam membimbing penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian dalam menyelesaikan skripsi dan selama menjadi mahasiswa.

2. Ibu Rinawati, Ph.D., selaku Pembimbing Kedua yang telah membimbing penulis dengan sabar, memberikan banyak ilmu pengetahuan, saran, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.


(11)

skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Suharso, Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 6. Seluruh dosen FMIPA Unila yang telah mendidik dan memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama kuliah. 7. Mba Nora, Pak Gani, Mba Iin, Mas Udin, Mas Nomo, Uni Kidas serta

seluruh staf pengajar dan Karyawan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

8. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Mama wanita yang hebat, yang kuat dalam mendidik dan memberikan dorongan, semangat dalam setiap studi dan masa depanku, yang senantiasa selalu ada untukku, mencintaiku,

menyayangiku, memperhatikanku dan yang selalu mendoakan ku dengan sangat tulus, terimakasih banyak mama. Bapak yang menjadi kebanggaanku, bapak yang terbaik yang telah pergi ke surga terimakasih atas kasih

sayangnya, cinta kasihnya yang sampai saat ini masih aku rasakan, anak bungsu bapak yang manja ini sudah menjadi sarjana sekarang pak. 9. Abangku Martua Mario Gultom, Linggom Gultom, kakakku Uly Yunika

Gultom dan edaku Hotmeriati Hutabarat atas dukungan doa, semangat, nasihat, kasih sayangnya, dukungan dana, bawel-bawelnya dan yang selalu mendukung dalam setiap perkuliahan.


(12)

10. Paktua dan Maktua, Pakuda dan Nanguda, kak Nani, bang Indra, bang Hendra, serta semua keluarga atas dukungan doa, semangat dan kasih sayangnya.

11. Ps. Goodwill, Ibu Delima, Ps. Yessy, kak Dina, kak Nelly, bang Yongki, bang Nando, serta keluarga besar MSI Lampung yang telah memberi dukungan dalam doa dan semangat.

12. Alter Singer’s, as Astho, Kak Ina, atas bimbingan, arahan, pelajaran, dan nasihat yang selalu diberikan. Bang Paru (trimakasih untuk aransemen yang luar biasa), Shari (you are my heboh partner, I like you) terimakasih sudah banyak membantuku sampai aku lulus, meri, Patrick, bang Nico, Pebe, Toni, Nur, Ruth, Ika, Niko, Torang, Cristopher, Yessi. Terimakasih buat

kebersamaanya, kelucuannya, keseruaannya, dan setiap share firmannya. 13. Sahabat perkutilanku, Chyntia Gustianda Patraini, Sevina Silvi, dan Putri Rahmatika atas segala dukungan, motivasi, semangat, kekompakkannya, canda-tawa, susah-sedih yang telah dilalui bersama selama ini semoga untuk selanjutnya kita tetap seperti ini ya.

14. Teman seperjuangan penelitianku Rini Handayani Rotua P you are my best partner yang selalu membantu, mendukung, memotivasi dalam proses belajar maupun proses penelitian. Terimakasih nang semoga BABE berikan

kesuksesan untuk kita.

15. Kakak tingkat seperjuangan sekaligus Partner kak Ignatius Ellen S dan kak Delphiana atas kerjasama yang baik dalam penelitian, dukungan dan


(13)

17. Teman-teman seperjuangan sewaktu di Laboratorium, Wynda Dwi Anggraini, Hapin Afriyani, Silvana aya Pratiwi, Fauziyyah u’min Shiddiq, Widya Afriliani Wijaya dan Agung Suprianto, terima kasih untuk kebersamaan dan keceriaan kalian selama berjuang bersama-sama.

18. Teman-teman Kimia 2010, Agung Supriyanto, Ariyanti, Chintia Yolanda, Fauziyyah u’min Shiddiq, Hapin Afriyani, Hayu Prita Anjani, Kristi Arina, M. Nurul Fajri, Sifa Kusuma, Surtini Karlina S., Aditya Putra P., Ely

Setiawati, Fajria Faiza, Faradilla Syani, Fitri Yani, Hanif Amrulloh, Indah Aprianti, Juni Zulhijjah, Lailatul Hasanah, Leni Astuti, Lolita Napatilova, M. Prasetyo, Purniawati, Rahmat Kurniawan, Rini Handayani, Sevina Silvi, Silvana Maya Pratiwi, Widya Afriliani, Wynda Dwi, Yussi Fitria, Desi Meriyanti, Desi Sujatana, Funda Elisyia, Maria Anggraini, Nur Robiah, Putri Heryani, Putri Rahmatika, Putri Sari Dewi, Rani Anggraini, Rina

Rachmawati, Ruli Prayetno, Sunarmo, Ucep Saifulloh atas kebersamaannya, keceriaan selama menjalankan perkuliahan.

19. Kakak-kakak tingkat 2008-2009, Adik-adik tingkat 2011-2012, atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

20. Teman-teman KKN Tematik Periode Juli 2013 daerah Lampung Barat, terimakasih untuk semangat dan kebersamaanya.

21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara tulus memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.


(14)

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 5

C. Manfaat ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Profil Kota Bandar Lampung ... 6

B. Pelabuhan Panjang ... 7

C. Pencemaran Pelabuhan Panjang ... 9

D. Sedimen ... 10

E. Logam Berat ... 12

1. Karakteristik Logam Cr dan Mn ... 14

2. Sumber Pencemaran Logam Cr dan Mn ... 16

3. Toksisitas Logam Cr dan Mn ... 18

F. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ... 22

1. Prinsip Dasar ... 22

2. Analisis Kuantitatif ... 23

3. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ... 24

G. Validasi Metode ... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

B. Alat dan Bahan ... 33

C. Prosedur Kerja ... 1. Pembuatan Larutan... 34

2. Metode Pengambilan Sampel ... 34


(16)

4. Penentuan Konsentrasi Logam Cr dan Mn pada Sedimen dengan

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ... 37

5. Validasi Metode ... 38

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Pealabuhan Panjang ... 40

B. Pengambilan Sampel Sedimen ... 41

1. Pengaruh parameter pH air si Pelabuhan Panjang ... 44

2. Pengaruh Parameter Temperatur Air di Pelabuhan Panjang ... 45

3. Kondisi Sampel ... 46

C. Preparasi Sampel ... 48

D. Distribusi Logam Berat Pada Sedimen di Pelabuhan Panjang ... 50

1. Distribusi Logam Berat Cr pada Sedimen di Pelabuhan Panjang .. 50

2. Distribusi Logam Berat Mn pada Sedimen di Pelabuhan Panjang 53

E. Validasi Metode ... 56

1. Limit Deteksi ... 56

2. Presisi (ketelitian) ... 57

3. Akurasi (Kecermatan) ... 58

4. Linieritas ... 59

V. KESIMPULAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Partikel Sedimen Menurut Skala Wenworth ... 12 2. Sifat Fisik Logam Kromium (Cr) ... 14 3. Sifat Fisik Logam Mangan (Mn) ... 16 4. Penentuan Titik Koordinat Berdasarkan Derajat (Xo), Waktu Dalam

Satuan Menit (Y’), Waktu Dalam Detik (Z”) dan Letak Geografi Titik Pengambilan Sampel ... 42 5. Kondisi Visual Sampel Sedimen ... 47 6. Konsentrasi Rata-Rata (̅) dan Nilai Standar Deviasi (SD) Logam Cr

Pada Sedimen di Pelabuhan Panjang ... 51 7. Konsentrasi Rata-Rata (̅) dan Nilai Standar Deviasi (SD) Logam Mn

Pada Sedimn di Pelabuhan Panjang ... 54 8. Standar Deviasi (SD) dan Relatif Standar Deviasi (RSD) Masing-Masing

Sampel Sedimen di Pelabuhan Panjang ... 57 9. Persen Perolehan Kembali ... 58 10.Data Analisis Kualitas Air Perairan Pelabuhan Panjang Berdasarkan

Parameter Ph dan Temperatur ... 69 11.Konsentrasi Logam Cr Pada Sedimen di Pelabuhan Panjang ... 70 12.Konsentrasi Logam Mn Pada Sedimen di Pelabuhan Panjang ... 72


(18)

13.Absorbansi Larutan Standar Kromium (Cr) ... 74

14.Absorbansi Larutan Sampel Pada Titik A ... 75

15.Absorbansi Larutan Standar Mangan (Mn) ... 76

16.Absorbansi Larutan Sampel Pada Titik A ... 77

17.Data Perhitungan Limit Deteksi Logam Cr ... 78

18.Data Perhitungan Limit Deteksi Logam Mn ... 78

19.Nilai M dan ̅ Logam Cr ... 81


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pelabuhan panjang ... 8

2. Instrumentasi spektrofotometer serapan atom (ssa) ... 24

3. Electrodless dischcarge lamp ... 26

4. Sumber atomisasi ... 26

5. Skema instrumentasi spektrofotometer serapan atom (ssa) ... 29

6. Lokasi pengambilan sampel ... 35

7. Kondisi perairan pelabuhan panjang ... 41

8. Eckmengrab buatan wildco wildlife supply company ... 43

9. Parameter ph air di pelabuhan panjang ... 44

10. Parameter temperatur air di pelabuhan panjang ... 46

11. Contoh sampel sedimen di perairan pelabuhan panjang ... 48

12. Kurva regresi linier larutan standar cr ... 60

13. Kurva regresi linier larutan standar mn ... 60

14. Kondisi perairan pelabuhan panjang ... 83

15. Pengukuran perairan di pelabuhan panjang pada gambar (a) temperatur; (b) ph; (c) kuat arus di pelabuhan panjang ... 83


(20)

17. Preparasi sampel sedimen pada (a) sampel digoyangkan;


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, yang membentang di sepanjang Teluk Lampung dengan panjang garis pantai 27,01 km dan luas wilayah pesisir 56,57 km2. Pada wilayah ini terkonsentrasi beragam aktivitas ekonomi, serta merupakan simpul produksi dan distribusi barang dan jasa kepelabuhan dengan lingkup pelayanan kota, provinsi, nasional, dan bahkan internasional. Salah satu aktivitas utama di wilayah pesisir adalah aktivitas kepelabuhan (penumpang, peti kemas dan perikanan) yakni sebagai sarana pendukung transportasi, dan aktivitas lainnya seperti pabrik, dan pariwisata, sehingga terjadi pengerusakan habitat karena aktivitas manusia tersebut. Wilayah ini telah mengalami banyak

perubahan fungsi untuk dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan devisa negara. Aktivitas perekonomian tersebut yang mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan mangrove menjadi kawasan industri, pariwisata dan pemukiman telah

menyebabkan proses abrasi dan sedimentasi yang cukup parah (Wiryawan dkk, 1999).


(22)

Pengelolaan wilayah pesisir sangat dipengaruhi oleh pemberlakukan Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada

beberapa pasalnya berkaitan dengan masalah wilayah pesisir dan laut. Dalam UU itu disebutkan, pemerintah daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah masing-masing, dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 10 UU 22/1999) sehingga pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan

kepemerintah daerah, bisa menimbulkan harapan baru untuk pengelolaan kawasan pesisir yang lebih baik. Sebaliknya tanpa persiapan dan pembangunan institusi, UU itu bisa menjadi bencana karena akan terjadi eksploitasi yang memperparah kerusakan.

Wilayah pesisir kota Bandar Lampung yang kaya dan berpotensi, mendorong berbagai pihak pengguna (stakeholders) untuk mengeksploitasinya secara berlebihan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Ancaman terhadap status kawasan ini dapat berasal dari pencemaran perairan laut akibat limbah domestik dan limbah industri, masalah penimbunan (reklamasi) pantai, pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, serta adanya konflik pemanfaatan ruang antara masyarakat dengan para stakeholder lainnya yang berakibat pada terjadinya konflik sosial.

Aktivitas-aktivitas yang ada wilayah pesisir kota Bandar Lampung adalah aktivitas industri, kepelabuhan, pemukiman dan pariwisata. Aktivitas

kepelabuhan yang ada di kota Bandar Lampung adalah Pelabuhan Panjang dengan limbah yang dibuang berupa limbah air balast, ceceran minyak dari kapal-kapal,


(23)

perairan. Di sekitar Pelabuhan Panjang ada beberapa industri seperti industri batu bara, industri kimia dan lainnya yang dapat berpotensi menimbulkan pencemaran di wilayah pesisir kota Bandar Lampung, khususnya pencemaran logam-logam berat. Di sepanjang pantai kota Bandar Lampung juga terdapat pemukiman yang cukup padat, dimana pemukiman ini secara langsung ataupun tidak langsung telah memberikan sumbangan limbah berupa limbah rumah tangga, serta aktivitas pariwisata yang terdapat di pantai kota Bandar Lampung secara tidak langsung telah merusak habitat yang ada di pantai dengan membuang sampah sembarangan. Akibat dari tingginya aktivitas tersebut menyebabkan pencemaran yang terjadi disekitar wilayah pesisir pantai di sekitar pelabuhan. Limbah yang dibuang dikhawatirkan berupa limbah B3 (bahan-bahan beracun dan berbahaya) yang mengandung logam berat.

Logam-logam berat ini, apabila masuk ke dalam ekosistem di sekitar pelabuhan dapat menimbulkan dampak yang fatal, baik bagi biota yang ada di perairan maupun manusia yang ada disekitar wilayah tersebut (Wiryawan dkk, 2002). Salah satu pencemaran yang dikhawatirkan adalah adanya pencemaran logam Cr dan Mn. Logam Berat Kromium (Cr) merupakan unsur yang bersifat karsinogen bila terakumulasi dalam jumlah berlebih pada tubuh, efek toksisitas kromium (Cr) dapat merusak serta mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus, sedangkan mangan (Mn) bila secara terus-menerus pada tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Efek


(24)

kerusakan saraf, gejala kelainan otak serta tingkah laku yang tidak normal (Pallar, 1994).

Salah satu pelabuhan yang ada di kota Bandar Lampung adalah Pelabuhan Panjang. Pelabuhan ini berdekatan dengan aliran sungai (DAS) dari Way Kuala yang paling banyak dikelilingi oleh industri, yaitu sekitar 22 industri. Terkait dengan keberadaan berbagai industri yang berpotensi menimbulkan pencemaran di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung, khususnya pencemaran logam-logam berat, maka perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam mengenai logam tersebut.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di daerah aliran sungai (DAS) Way Kuala oleh Wulandari (2011), diketahui bahwa konsentrasi logam Mn mengalami peningkatan dari bagian hilir muara sungai Way Kuala. Pada bagian hulu muara sungai konsentrasi konsentrasi logam Mn pada bagian hulu muara sebesar 1348,68 ± 2,38 ppm lebih rendah dibandingkan dengan bagian tengah/badan muara sebesar 1486,68 ± 3,93 ppm dan hilir muara sebesar 1617,31 ± 4,11 ppm. Berdasarkan The Ontario Ministry of The Environment (2004), standar baku mutu logam Mn dalam sedimen adalah 460 ppm. Dari hasil analisis logam Mn yang telah dilakukan menunjukan konsentrasi logam berat Mn di muara pada hulu, hilir maupun badan muara telah melebihi ambang batas baku mutu yang telah

ditetapkan yaitu 460 ppm. Sedangkan untuk penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2011) diketahui bahwa kandungan logam berat Cr sebesar 1,243±0,056 ppm sampai 1,361±0,047 ppm, logam Cr ini masih berada dibawah baku mutu yakni sebesar 26 ppm yang telah ditetapkan oleh The Ontario Ministry of The Environment (2004). Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian


(25)

Pelabuhan Panjang yang dekat dengan sungai Way Kuala. Logam berat Cr dan Mn akan di analisis dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), dimana alat ini dapat digunakan untuk menentukan unsur di dalam suatu bahan dengan kepekaan, ketelitian serta selektifitas yang tinggi.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi logam berat Cr dan Mn pada sedimen di sekitar perairan Pelabuhan Panjang Bandar Lampung.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi pemerintah daerah dan masyarakat tentang distribusi logam Cr dan Mn di perairan sekitar Pelabuhan Panjang Bandar Lampung sehingga dapat dijadikan masukan bagi pemerintah daerah, pihak industri dan masyarakat dalam mengelolah kegiatan industri yang berwawasan lingkungan.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung terletak di Teluk Lampung bagian selatan dan ujung selatan pulau Sumatra. Kota ini memiliki posisi geografis yang sangat

menguntungkan yaitu terletak pada posisi 20’ LS -5º 0’ LS dan 105º 28’ BT - 105º 37’ BT. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, kota Bandar Lampung memiliki luas 169,21 km2, terdiri dari 20 kecamatan dan 126

kelurahan/desa, dengan populasi penduduk 1.211.468 jiwa dan tingkat

pertumbuhan mencapai 1,82% pertahunnya. Mata pencaharian sebagian besar penduduk kota ini di bidang jasa dan perdagangan. Dari seluruh desa tersebut, terdapat 12 desa pantai yang berada dalam 4 kecamatan yaitu : kecamatan Teluk Betung Selatan, kecamatan Teluk Betung Barat, kecamatan Teluk Betung Timur dan kecamatan Panjang.

Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang memiliki 3 pelabuhan besar yaitu : Pelabuhan Batubara Bukit Asam, pelelangan Ikan

Lempasing dan Pelabuhan Panjang. Karena tempatnya yang cukup strategis yakni di wilayah Teluk Lampung hal tersebut membuat kota Bandar Lampung menjadi salah satu potensi kota yang menarik berbagai pihak untuk melakukan banyak


(27)

kegiatan industri tersebut dapat menimbulkan banyak pencemaran yang akan merusak lingkungan apabila terdapat kesalahan dalam pengelolahan dan pengawasannya dan wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan daerah yang rentan terhadap pencemaran yang berasal dari limbah domestik maupun limbah industri yang mengalir melalui sungai-sungai yang bermuara ke wilayah perairan Teluk Lampung.

B. Pelabuhan Panjang

Pelabuhan Panjang sebagai pelabuhan utama di Lampung berada di Jalan Yos Sudarso di kecamatan Panjang kota Bandar Lampung, pelabuhan ini mempunyai peran yang penting bagi perekonomian sehingga tuntutan akan jasa pelabuhan terus semakin meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, dari aktivitas kepelabuhan, jumlah kunjungan kapal laut baik dari maupun ke Pelabuhan Panjang mengalami peningkatan, pada tahun 2010 berjumlah 2051 kunjungan kapal, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 2061 kunjungan kapal. Seiring dengan meningkatnya volume kunjungan kapal laut tersebut, volume eksport dari Lampung juga meningkat sebesar 2,05% naik menjadi 5.105.922 ton. Pesatnya pusat aktivitas yang ada di pelabuhan jika tidak dikontrol dengan

penanganan yang serius akan menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan. Salah satu dampak yang serius adalah terjadinya pencemaran lingkungan di

wilayah perairan sekitar pelabuhan. Pelabuhan Panjang merupakan pelabuhan ekspor-impor bagi Lampung, Pelabuhan Panjang di kelolah oleh PT. Pelabuhan


(28)

Indonesia II (Persero). Selain itu juga pelabuhan ini dekat dengan wilayah perindustrian seperti industri kayu lapis, batu bara, semen, pertamina dan beberapa industri di sekitar sungai disekitar Pelabuhan Panjang seperti industri konstruksi (PT Darma Putra Konstruksi, PT Jaya Persada Konstruksi, PT Husada Baja), industri kimia (PT Golden Sari, PT Garuntang), industri pergudangan dan Petikemas (PT Inti Sentosa Alam Bahtera) yang banyak menyumbangkan limbah pencemaran pada perairan Pelabuhan Panjang yang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Foto Pelabuhan Panjang yang merupakan suatu pelabuhan bongkar muat yang ada di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Gambar 1.


(29)

Aktivitas kegiatan kepelabuhan di Pelabuhan Panjang ternyata menimbulkan limbah yang sebagian besar belum optimal dikelola oleh pihak akan jasa kepelabuhan, saat ini tidak ada unit pengelolahan limbah di wilayah Pelabuhan Panjang. Hal ini menyebabkan sebagian limbah yang dihasilkan oleh aktivitas kepelabuhan dibuang ke perairan Teluk Lampung. Pencemaran perairan di wilayah pesisir telah menjadi isu utama yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat di kota Bandar Lampung. Selain dari limbah buangan aktivitas Pelabuhan Panjang, terdapat sumber lain sebagai sumber pencemaran yang berasal dari limbah industri dan domestik yang mengalir melalui sungai-sungai yang bermuara ke laut di sepanjang pantai kota Bandar Lampung. Selain itu, sampah-sampah domestik diperkirakan juga berasal dari wilayah lain yang dibawa oleh arus laut dan terdampar di sepanjang pantai (Yudha, 2007). Berbagai macam pencemaran yang terjadi di sekitar pesisir pantai dan pelabuhan salah satunya adalah pencemaran logam berat. Pencemaran logam berat ini ditimbulkan oleh aktivitas yang ada di pelabuhan maupun lingkungan yang ada di sekitarnya seperti aktivitas kapal yang bersandar maupun aktivitas masyarakat (industri maupun rumah tangga) yang membuang limbahnya ke wilayah pesisir pantai di sekitar pelabuhan (Wiryawan dkk, 2002).

Mengingat sampai saat ini Bandar Lampung belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpadu, dimungkinkan bahwa limbah industri yang

merupakan limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) yang dihasilkan dari proses produksi dialirkan langsung ke pesisir pantai (Wiryawan dkk, 1999). Dapat


(30)

dipastikan bahan logam-logam berat ini bila masuk ke dalam ekosistem di sekitar perairan Pelabuhan Panjang akan dapat menimbulkan dampak yang sangat fatal, yakni baik pada manusia di sekitar wilayah tersebut maupun bagi biota yang ada.

D. Sedimen

Batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik. Proses sedimentasi sendiri adalah suatu proses pengendapan material yang di transport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan delta yang terdapat di mulut-mulut sungai.

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di daratan ataupun lautan) yang telah mengalami proses pengangkutan dari satu tempat ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen akan mengeras (membatu) menjadi batuan sedimen. Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi.

Logam berat dapat terakumulasi dalam lingkungan terutama ke dalam sedimen hal ini di pengaruhi oleh jenis sedimen, dimana kandungan logam berat pada lumpur, lumpur berpasir, berpasir (Korzeniewski dan Neugabieuer, 1991).

Sedimen di dasar laut berasal dari berbagai sumber materi yaitu (Ward dan Stanley, 2004) yaitu:


(31)

hasil erosi daerah up land dan berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari daratan yang terbawa oleh aliran sungai (fluvial transport) dan angin (Aeolian transport) yang masuk ke lingkungan laut. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu terbawa oleh arus sungai atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah. 2. Sedimen Hydrogenous, yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi

kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, contoh dari sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.

3. Sedimen Biogenous, yaitu sedimen yang berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari serpihan cangkang (shell) yang mengandung Ca, Mg (calcareous) dan Si (siliceous).

4. Sedimen Cosmogenous, yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau partikel darat yang terbawa angin.


(32)

Klasifikasi Partikel Sedimen menurut skala Wenworth dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi partikel sedimen menurut skala Wenworth

No. Partikel Ukuran Partikel

Mm Μm

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Boulder (batuan)

Cobble (batuan bulat)

Pebble (batu kerikil)

Granule (butiran)

Very coarse sand (pasir sangat kasar)

Coarse sand (pasir kasar)

Medium sand (pasir sedang)

Fine sand (pasir halus)

Very fine sand (pasir sangat halus)

Silt (Lumpur)

Clay (liat)

>256 64-256 4,0-64 2,0-4,0 1,0-2,0 0,5-1,0 0,25-0,5 0,125-0,25 0,0625-0,125 0,0039-0,0625 < 0,0039 >256x103 64x103-256x103 4000-64000 2000-4000 1000-2000 500-1000 250-500 125-250 62,5-125 3,9-62,5 < 3,9 (Buchanan, 1984).

E. Logam Berat

Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan tambang, vulkanisme dan sebagainya (Clark, 1986). Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari 5g/cm3, terletak disudut kanan bawah pada sistem periodik unsur, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya

bernomor atom 22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7. Sebagian dari logam berat bersifat esensialbagi organisme air untuk pertumbuhan dan perkembangan


(33)

alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses

biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya:

1. Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air). 2. Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang.

3. Berbahaya bagi kesehatan manusia. 4. Menyebabkan kerusakan pada ekosistem.

Unsur logam berat menyebabkan masalah pencemaran dan toksisitas.

Pencemaran yang dapat merusak lingkungan, biasanya berasal dari limbah yang sangat berbahaya dan memiliki toksisitas yang tinggi. Limbah industri

merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus-menerus tidak hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat dalam sedimen dan organisme perairan.

Logam berat meliputi: Antimony (Sb), Arsenik (As), Cadmium (Cd), Cobalt (Co), Chromium (Cr), Copper (Cu), Nikel (Ni), Lead (Pb), Mangan (Mn), Molybdenum (Mo), Scandium (Sc), Selenium (Se), Titanium (Ti), Tungsten (W), Vanadium (V), Zink (Zn). Besi (Fe), Nikel (Ni), Stronsium (Sr), Timah (Sn), Tungsten (W), Vanadium (V). Logam berat dapat terakumulasi dalam lingkungan terutama dalam sedimen karena dapat terikat dengan senyawa organik dan anorganik melalui proses adsorpsi dan pembentukan senyawa kompleks (Forstner et al., 1978). Kandungan logam berat pada sedimen umumnya rendah pada musim kemarau dan tinggi pada musim penghujan. Penyebab tingginya kadar logam


(34)

berat dalam sedimen pada musim penghujan kemungkinan disebabkan oleh tingginya laju erosi pada permukaan tanah yang terbawa ke dalam badan sungai, sehingga sedimen dalam sungai yang diduga mengandung logam berat akan terbawa oleh arus sungai menuju muara dan pada akhirnya terjadi proses sedimentasi (Nammiinga et al., 1977).

1. Karakteristik Logam Cr dan Mn a. Sifat Fisik dan Kimia Logam Cr

Logam kromium (Cr) pertama kali ditemukan oleh Vauquelin (1797). Umumnya logam di alam ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain dan sangat jarang ditemukan dalam bentuk unsur tunggal. Logam kromium (Cr) di alam ditemukan dalam bentuk chromite (FeO·Cr2O3). Sifat Fisik Logam Kromium (Cr) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat fisik logam Kromium (Cr)

Nomor atom 24

Densitas (g/cm3) 13,11

Titik lebur (0C) 1765

Titik didih (0C) 1810

Kalor fusi (kJ/mol) 4,90

Kalor penguapan (kJ/mol) 190,5

Kapasitas panas pada 250C (J/mol.K) 21,650 (Anonim 2, 2010).

Kromium adalah logam yang berwarna putih, tak begitu liat, dan tak dapat ditempa. Logam kromium tidak dapat teroksidasi oleh udara yang lembab dan


(35)

asam perklorat. Logam kromium (Cr) mempunyai tingkat oksidasi yang berbeda-beda, ion kromium yang telah membentuk senyawa, mempunyai sifat yang berbeda sesuai dengan tingkat oksidasinya.

Menurut Svehla (1999) dalam larutan air, kromium (Cr) membentuk tiga jenis ion yaitu :

1. Ion kromium(II) atau kromo (Cr2+)

Ion kromium(II) memiliki bilangan oksidasi +2, bersifat tidak stabil karena merupakan zat pereduksi yang kuat dan dapat menguraikan air perlahan-lahan dengan membentuk hidrogen. Oksigen di udara akan mengoksidasi Cr2+ menjadi ion kromium(III), ion ini membentuk larutan yang bewarna biru. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr2+ bersifat basa.

2. Ion kromium(III) atau kromi (Cr3+)

Ion kromium(III) memiliki bilangan oksidasi +3 dan bersifat stabil. Dalam larutan, ion-ion ini bewarna hijau atau lembayung. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr3+ bersifat amfoter.

3. Ion kromium(VI) atau kromat (CrO42-) dan dikromat (Cr2O72--)

Ion kromium(VI) memiliki bilangan oksidasi +6. Ion-ion kromat bewarna kuning sedangkan dikromat bewarna jingga. Senyawa yang terbentuk dari ion kromium(VI) bersifat asam. Ion-ion kromat dan dikromat merupakan zat pengoksidasi yang kuat sedangkan jika diasamkan, akan membentuk ion dikromat.


(36)

b. Sifat Fisik dan Kimia Logam Mn

Mangan adalah logam berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetik. Hal ini dapat dilihat dari obital d yang terisi penuh pada

konfigurasi elektron. Mangan ditemukan di alam dalam bentuk pyrolusite

(MnO2), brounite (Mn2O3), housmannite (Mn3O4), mangganite (Mn2O3·H2O),

psilomelane [(BaH2O)2 · Mn5O10] dan rhodochrosite (MnCO3). Sifat Fisik Logam Mangan (Mn) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat fisik logam Mangan (Mn)

Nomor atom 25

Densitas (g/cm3) 7,21

Titik lebur (0K) 1519

Titik didih (0K) 2334

Kalor fusi (kJ/mol) 12,91

Kalor penguapan (kJ/mol) 221

Kapasitas panas pada 25 0C (J/mol.K) 26,32

Energi ionisasi (kJ/mol) 1,55

Jari-jari atom (pm) 140

(Anonim 3, 2010).

2. Sumber Pencemaran Logam Cr dan Mn

Pencemaran logam berat di perairan dapat berasal dari kegiatan alam maupun industri. Secara alamiah pencemaran logam berat dapat diakibatkan adanya pelapukan batuan pada cekungan perairan atau adanya kegiatan gunung berapi (Connel et al., 1995).


(37)

1. Logam kromium (Cr) digunakan sebagai pelapis baja atau logam. Kromium merupakan bahan paduan baja yang menyebabkan baja bersifat kuat dan keras.

2. Kromium (Cr) digunakan dalam industri penyamakan kulit. Senyawa

Cr(OH)SO4 bereaksi dengan kolagen menjadikan kulit bersifat liat, lentur dan tahan terhadap kerusakan biologis.

3. Logam kromium (Cr) dimanfaatkan sebagai bahan pelapis (platting) pada bermacam-macam peralatan, mulai dari peralatan rumah tangga sampai peralatan mobil. Bahan paduan steinless steel (campuran Cr dengan Ni) digunakan pada industri pembuatan alat dapur.

4. Senyawa CrO3 yang berwarna coklat gelap, bersifat konduktor listrik yang tinggi dan bersifat magnetik, digunakan pada pita rekaman.

5. Senyawa Na2CrO7 sebagai oksidator dalam industri kimia.

6. Persenyawaan kromium (senyawa-senyawa kromat dan dikromat) dimanfaatkan dalam industri tekstil untuk pencelupan dan zat warna.

Penjualan produk atau bahan kimia yang mengandung kromium dan bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya pembakaran ke udara, tanah, dan air. Partikel kromium ada di udara dalam waktu kurang dari 10 hari, kemudian akan menempel pada partikel tanah dan air dengan sedikit larut.


(38)

Penggunaan logam mangan dalam industri antara lain :

1. Mangan digunakan dalam industri besi dan baja. Mangan digunakan sebagai campuran pembuatan ferromangan (70 -80 % Mn), besi mangan (13 % Mn) dan manganin yaitu campuran antara tembaga, mangan dan nikel. Mangan digunakan untuk mencegah korosi pada pembuatan baja. Campuran logam

(Alloy) yang mengandung mangan memiliki kekuatan magnetis yang banyak digunakan pada mesin jet dan turbin gas mesin/motor, sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnet.

2. Mangan digunakan sebagai bahan pembuat isolator.

3. Mangan digunakan untuk pembuatan baterai. Senyawa mangan dioksida (MnO2) digunakan sebagai sel kering baterai.

4. Mangan digunakan untuk pewarnaan kaca dan dalam konsentrasi tinggi untuk pewarnaan batu permata.

5. Senyawa oksida mangan digunakan untuk pembuatan oksigen, klorin, dan pengeringan cat hitam. Senyawa permanganat adalah oksidator yang kuat dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan pengobatan.

3. Toksisitas Logam Cr dan Mn

Pada umumnya logam berat yang terakumulasi pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi makhluk hidup di perairan, tetapi oleh adanya pengaruh kondisi akuatik yang bersifat dinamis seperti perubahan pH akan menyebabkan logam yang terendapkan dalam sedimen terionisasi ke perairan. Hal inilah yang


(39)

manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut.

Sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Toksisitas tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn 2. Toksisitas sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni dan Co

3. Toksisitas rendah terdiri dari unsur Mn dan Fe (Connel dan Miller, 1995; Siaka, 1998).

a. Toksisitas Logam Cr

Kromium secara alami merupakan unsur esensial yang dibutuhkan oleh tubuh dan terdapat dalam hewan, tumbuhan maupun tanah. Kromium dapat berbentuk cairan, padatan maupun gas dan terdapat dialam dalam 3 jenis valensi yaitu kromium(0), kromium(III) dan kromium(VI). Kromium(III) merupakan unsur esensial yang dibutuhkan tubuh dalam reaksi enzimatis untuk metabolisme gula, protein dan lemak. Kromium(III) memiliki sifat toksisitas yang rendah

dibandingkan dengan kromium(VI). Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas krom relatif rendah dan diperkirakan konsumsi harian kromium pada manusia dibawah 100 μg, berasal dari makanan, sedangkan dari air dan udara dalam tingkat yang rendah. Kromium(VI) lebih mudah diserap oleh tubuh

dibandingkan dengan kromium(III). Namun, setelah di dalam tubuh kromium(VI) segera mengalami reduksi menjadi kromium(III) (ATSDR, 2008).

Akumulasi kromium dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan kerusakan dalam sistem organ tubuh. Efek toksisitas kromium (Cr) dapat merusak serta mengiritasi


(40)

hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Mengkonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian (Pallar, 1994). DHHS (The Department of Health and Human Services), IARC (The International Agency for Reseach on Cancer), dan EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan bahwa kromium (VI) merupakan komponen yang bersifat karsinogen bagi

manusia. Pada pekerja yang terpapar langsung dengan kromium(VI) pada sistem inhalasi tubuh dapat menyebabkan kanker paru-paru. Kromium(VI) yang terdapat dalam air minum dapat menyebabkan tumor pada perut manusia dan hewan. Akumulasi kromium(VI) dalam jumlah 7,5 mg/L pada manusia menyebabkan toksisitas akut berupa kematian sedangkan bila terjadi akumulasi kromium(VI) pada dosis 0,57 mg/Kg perhari dapat menyebabkan kerusakan pada hati (ATSDR, 2008). Efek keracunan akibat kromium(VI) pernah terjadi di sungai Jinzhou China pada tahun 1987, yang menyebabkan kerusakan pada hati, gangguan perut serta kematian pada penduduk sekitar. Diketahui terjadi pencemaran air sungai akibat industri yang menyebabkan konsentrasi kromium(VI) dalam air sungai mencapai 20 mg/L (Zhang et al., 1987).

Dalam ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry) (2008) batas-batas konsentrasi kromium yang membahayakan bagi kesehatan manusia telah ditetapkan oleh beberapa lembaga antara lain :

1. EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan batas maksimal konsentrasi kromium dalam air minum adalah 0,05 mg/L untuk konsumsi air minum selama 10 hari.


(41)

batas maksimal bagi pekerja yang terpapar dengan kromium secara langsung adalah 0,005 mg/m3 untuk kromium(VI) dan 0,5 mg/m3 untuk kromium(III) dan 1 mg/m3 untuk kromium(0) selama 8 jam kerja sehari dan 40 jam kerja selama 1 minggu.

3. FDA menetapkan batas maksimal konsentrasi maksimal kromium yang digunakan dalam botol air minum adalah 0,5 mg/L.

b. Toksisisitas Logam Mn

Akumulasi logam mangan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Efek toksisitas logam mangan (Mn) antara lain gangguan kejiwaan, perlakuan kasar, kerusakan saraf, gejala kelainan otak serta tingkah laku yang tidak normal (Pallar, 1994).

Mangan adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Pada perairan dengan kondisi anaerob akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar tinggi, Mn4+ pada senyawamangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mangan merupakan nutrien yang esensial bagi tumbuhan dan hewan. Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan proses metabolisme, serta merupakan salah satu komponen penting pada sistem enzim. Defisiensi mangan dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, serta sistem saraf dan proses reproduksi terganggu (Effendi, 2003). Toksisitas mangan sudah dapat terlihat pada konsentrasi rendah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82


(42)

Tahun 2000, diketahui bahwa konsentrasi mangan yang dianjurkan dalam air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah kurang dari 0,5 mg/L.

Dalam ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry) (2008) batas-batas konsentrasi mangan yang membahayakan bagi kesehatan manusia telah ditetapkan oleh beberapa lembaga antara lain :

1. EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan batas maksimal konsentrasi mangan dalam air minum adalah kurang dari 0,1 mg/L. 2. OSHA (The Occupational Health and Safety Administration) menetapkan

batas maksimal bagi pekerja yang terpapar dengan mangan secara langsung adalah 0,05 mg/m3 selama 8 jam kerja sehari dan 40 jam kerja selama 1 minggu.

F. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

1. Prinsip Dasar

Metode analisis dengan spektrofotometri serapan atom (Ellwel dan Gidley, 1996) didasarkan pada penyerapan energi cahaya oleh atom-atom netral suatu unsur yang berada dalam keadaan gas. Penyerapan cahaya oleh atom bersifat

karakteristik karena tiap atom hanya menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu yang energinya sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron-elektron dari atom yang bersangkutan di tingkat yang lebih tinggi, sedangkan energi transisi untuk masing-masing unsur adalah khas.


(43)

sejumlah garis-garis tertentu, diantaranya terdapat garis-garis resonansi di dalam metode ini. Panjang gelombang pada garis-garis resonansi inilah yang digunakan dalam pengukuran, hal ini disebabkan karena kebanyakan atom-atom netral dihasilkan oleh alat atomisasi berada dalam keadaan dasar.

2. Analisis Kuantitatif

Pada dasarnya hubungan antara absorpsi atom dengan konsentrasi di dalam metode SSA dapat dinyatakan dengan hukum Lambert-Beer, yaitu secara matematika, persamaannya adalah sebagai berikut:

( )

... (1)

Keterangan : Io : Interaksi Cahaya yang datang (mula-mula) I : Interaksi cahaya yang ditransmisikan

a : Absorpsotivitas, yang besarnya sama untuk sistem atau larutan yang sama (g/L)

b : Panjang jalan cahaya atau tebalnya medium penyerap yang besarnya tetap untuk alat yang sama (cm)

c : Konsentrasi atom yang mengabsorpsi A : Absorbansi = log Io/I


(44)

Dari persamaan (1), nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi untuk panjang jalan penyerapan dan panjang gelombang tertentu. Terdapat dua cara untuk mengetahui konsentrasi cuplikan yang telah diketahui nilai absorbansinya, yaitu : 1. Cara deret waktu dengan membandingkan nilai absorbansi terhadap kurva

kalibrasi dari standar-standar yang diketahui.

2. Cara penambahan standar dengan membandingkan konsentrasi dengan perpotongan grafik terhadap sumbu dengan konsentrasi dari data absorbansi.

3. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) merupakan metode analisis yang

digunakan untuk menentukan unsur-unsur di dalam suatu bahan dengan tingkat kepekaan, kecepatan, ketelitian, dan selektifitas tinggi yang dapat digunakan untuk menganalisis sampel dalam jumlah kecil dan zat konsentrasi rendah

(Khopkar,1990). Foto instrumentasi spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) (Anonim 4, 2013).


(45)

a. Sumber Sinar

Sumber radiasi Spektofotometer Serapan Atom (SSA) adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya untuk menentukan konsentrasi tembaga dari suatu cuplikan, maka digunakan Hallow Cathode khusus untuk tembaga. Hallow Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang

diperlukan untuk transisi elektron atom. Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan di analisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Pada pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu.

Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah ”Electrodless Dischcarge Lamp

lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Hallow Cathode Lamp

(lampu katoda cekung), tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur As dan Se, karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai signal yang lemah dan tidak stabil yang bentuknya dapat dilihat pada Gambar 3.


(46)

Gambar 3. Electrodless Dischcarge Lamp

b. Sumber atomisasi

Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel

diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (Chamber spray). Foto sumber atomisasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Sumber atomisasi (Slavin, 1987).

Dalam analisis aas ada empat jenis nyala yang didasarkan pada sifat-sifat unsur karena dari keempat jenis nyala tersebut saling berbeda dalam suhu nyala juga


(47)

tersebut yaitu :

i. Nyala Udara-Asetilen

Untuk analisis aas yang paling sesuai dan paling umum digunakan adalah nyala udara asitilen. Akan tetapi unsur-unsur yang oksidanya mempunyai energi disosiasi tinggi tidak mungkin dianalisis dengan nyala ini karena pada suhu rendah akan menghasilkan sensitivitas yang rendah. Nyala udaraa-asitilen mempunyai transmitan rendah pada daerah panjang gelombang yang pendek (ultraviolet).

ii. Nyala N2O-Asetilen

Suhu nyala ini sangat tinggi karena dinitrogen oksida mempunyai daya pereduksi yang kuat sehingga N2o asiltilen dapat digunakan untuk analisis yang unsur-unsurnya sulit diuraikan atau sulit dianalisis dengan nyala lain. Jika unsur-unsur yang seuai dengan nyala udara-sitilen dilakukan analisis dengan nyala ini maka asensitivitasnya akan menurun, hal ini disebabkan oleh jumlah atom dalam keadaan terekitasi bertambah sedangkan atom-atom dalam keadaan dasar menurun dan jumlah atom-atom yang terurai akan terionisasi lebih lanjut oleh kenaikan suhu.

iii. Nyala Udara-Hidrogen

Nyala ini mempunyai transmitan yang baik pada daerah panjang gelombang pendek yaitu unuk analisis spektrum pada daerah 230 nm. Nyala udara ini efektif untuk analisis unsur Pb, Cd, Sn, dan Zn selain sesuai nyala ini mempunyai sensitivitas yang tinggi dengan unsur diatas. Tetapi nyala ini


(48)

lebih rendah sedikit daripada nyala udara-asitilen sehingga cendrung lebih banyak mengakibatkan interfernsi.

iv. Nyala Argon-Hidrogen

Nyala ini mempunyai transmitan yang lebih baik daripada nyala udara-hidrgen pada daerah panjang gelombang pendek, nyala ini sesuai untuk analisis unsur As (192,7 nm) dan Se (196 nm). Akan tetapi karena suhu nyala yang sangat rendah memungkinkan adanya interferensi yang besar.

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp.

d. Detektor

Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.

e. Sistem pengolah

Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.


(49)

Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata. Skema Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Skema instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (Azis, 2007

Keterangan : 1. Sumber Sinar 5. Detektor 2. Pemilah(Chopper) 6. Amplifier

3. Nyala 7. Meter atau recorder

4. Monokromator

G. Validasi Metode

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Parameter validasi metode antara lain :


(50)

1. Limit Deteksi

Batas deteksi atau limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas deteksi dapat ditentukan dengan rumus :

Keterangan : Q : LOD (limit deteksi) K : 3

Sb : simpangan baku respon analitik dari blanko

SI : arah garis linier (kepekaan arah) dari kurva antar respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)

2. Presisi (ketelitian)

Presisi merupakan ukuran derajat keterulangan dari metode analisis yang memberikan hasil yang sama pada beberapa perulangan, dinyatakan sebagai relatif standar deviasi (RSD) dan simpangan baku (SD). Metode dengan presisi yang baik ditunjukkan dengan perolehan relatif standar deviasi (RSD) <5 %. Simpangan baku (SD) dan relatif standar deviasi (RSD) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:


(51)

x : Konsentrasi hasil analisis n : Jumlah pengulangan analisis ̅ : Konsentrasi rata-rata hasil analisis

% 100 %   x SD RSD

Keterangan : RSD : Relatif standar deviasi

̅ : Konsentrasi rata-rata hasil analisis SD : Standar deviasi

3. Akurasi (Kecermatan)

Akurasi adalah suatu kedekatan kesesuaian antara hasil suatu pengukuran dan nilai benar dari kuantitas yang diukur atau suatu pengukuran posisi yaitu seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai benar yang diperkirakan. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan persamaan berikut (AOAC, 1993)

% 100 * kembali perolehan %    A A F C C C

Keterangan : CF : Konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran CA : Konsentrasi sampel sebenarnya


(52)

4. Linieritas

Lineritas merupakan suatu metode ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). Lineritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slop), intersep, dan koefisien korelasinya.


(53)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung serta Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Spektrofotometer Serapan Atom, eckmen grab Wildco Wildlife Supply Company ®, orbital shaker

gallenhamp ®, neraca analitik, botol sampel, kertas saring, pH-meter, termometer, oven, saringan 150 mess, mortar dan peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel sedimen, HNO3 pekat, HCL pekat, HNO3 1N, MnCl2·4H2O, CrCl3·6H2O dan akuades.


(54)

C. Prosedur kerja

1. Pembuatan Larutan

a. Pembuatan Larutan HNO3 1N

Larutan sebanyak 31,25 mL HNO3 pekat dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL, kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas dan dihomogenkan. b. Larutan induk Cr3+1000 ppm

Sebanyak 0,5124 gram CrCl3·6H2O dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan. c. Larutan induk Mn2+ 1000 ppm

Sebanyak 0,3602 gram MnCl2·4H2O dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas dan dihomogenkan.

2. Metode Pengambilan Sampel a. Persiapan Pengambilan Sampel

Sebelum melakukan pengambilan sampel, semua wadah dicuci dengan sabun dan dibilas merata dengan air sampai busanya habis, kemudian dicuci dengan HNO3 1N untuk menghilangkan kontaminasi logam yang menempel dalam wadah sampel. Proses pengeringan dan penyimpanan dilakukan dalam keadaan tertutup sampai digunakan (Sulistiani, 2009).


(55)

Pengambilan sampel sedimen dilakukan secara Stratified Sampling, proses pengambilan sampel dilakukan pada titik-titik yang telah ditentukan secara terstruktur (Novita, 2010). Keunggulan dari metode ini yaitu sampel dapat terambil dari semua populasi yang ada, sehingga tidak ada populasi yang terabaikan. Sampel sedimen diambil pada 9 titik yakni titik Ax, AY, AZ, BX, BY, BZ, CZ dengan 4 kali pengulangan dan titik CX dan CY 2 kali pengulangan dengan menggunakan eckmen grab. Pada saat pengambilan sampel sedimen dilakukan pengukuran temperatur dan pH. Lokasi pengambilan sampel di Pelabuhan Panjang disajikan pada Gambar 6.


(56)

3. Preparasi Sampel

a. Preparasi Sampel Untuk Penentuan Konsentrasi Logam Cr

Sedimen basah dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC selama 3 jam kemudian digerus. Ditimbang dengan teliti 20 gram sedimen yang telah digerus. Sedimen yang telah digerus dimasukkan ke dalam elenmeyer

kemudian ditambahkan 25 ml HNO3 pekat sampai pH berkisar antara 2-3 dan digoyangkan selama 30 menit, kemudian didiamkan selama 3 jam pada suhu ruang. Setelah didiamkan selama 3 jam ditambahkan 100 ml akuades kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Sisa sedimen pada kertas saring dicuci dengan 10 ml akuades sebanyak lima kali pengulangan. Filtrat yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom untuk menentukan kadar logam Cr.

b. Preparasi Sampel Untuk Penentuan Konsentrasi Logam Mn

Sedimen basah dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC selama 3 jam kemudian digerus. Ditimbang dengan teliti 20 g sedimen yang telah digerus. Sedimen yang telah digerus dimasukkan ke dalam elenmeyer kemudian ditambahkan campuran HCl dan HNO3 dengan perbandingan 3 :1 dan total jumlah volume 50 mL sampai pH berkisar antara 2-3 dan digoyangkan selama 30 menit, kemudian didiamkan selama 3 jam pada suhu ruang. Setelah didiamkan selama 3 jam, ditambahkan 100 mL akuades kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Sisa sedimen pada kertas saring dicuci dengan 10 mL akuades sebanyak lima kali pengulangan. Filtrat yang


(57)

menentukan kadar logam Mn.

4. Penentuan Konsentrasi Logam Cr dan Mn pada Sedimen dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Penentuan konsentrasi logam Cr dan Mn pada sampel dilakukan dengan teknik kurva kalibrasi. Masing-masing konsentrasi standar, serapannya diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada kondisi optimum yang didapat dari manual alat. Dari grafik kurva standar terdapat korelasi antara Konsentrasi (x) dengan Absorbansi (y). Dengan menggunakan persamaan regresi linier maka konsentrasi dari sampel dapat diketahui:

y = a+bx

Keterangan : y : Absorbansi Sampel b : Slope

x : Konsentrasi sampel a : Intersep

Setelah konsentrasi pengukuran diketahui, maka konsentrasi sebenarnya dari logam Cr dan Mn dalam sampel kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut (Siaka, 2008) :


(58)

Keterangan : M : Konsentrasi logam dalam sampel (mg/Kg)

: konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi (mg/L)

V : Volume larutan sampel (mL) B : Bobot sampel (g)

F : Faktor Pengenceran

5. Validasi Metode

Penelitian ini menggunakan 4 validasi metode yaitu limit deteksi, presisi, kecermatan dan lineritas.

a. Limit Deteksi

Pada penelitian ini batas deteksi ditentukan dengan mengukur respon blanko sebanyak 5 kali dan dihitung simpangan baku respon blanko.

b. Presisi (ketelitian)

Penentuan presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi sampel dengan 4 kali pengulangan. Dari nilai absorbansi tersebut kemudian ditentukan nilai konsentrasi (persamaan regresi larutan standar), lalu nilai simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD) dapat ditentukan. Metode dengan presisi yang baik ditunjukan dengan perolehan simpangan baku relatif (RSD) <5 % (Christian, 1994).

c. Kecermatan (Akurasi)

Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Pada penelitian ini, persen perolehan kembali ditentukan


(59)

ditentukan absorbansinya kemudian dibandingkan dengan konsentrasi sampel yang sebenarnya (tanpa penambahan larutan standar).

d. Linieritas

Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,

menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004).


(60)

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Distribusi logam berat Cr pada zona 1 sebesar 383,17 ± 0,99 ppm, zona 2 sebesar 388,03 ± 5,15 ppm dan zona 3 sebesar 373,36 ± 0,22 ppm.

Berdasarkan distribusi yang telah diperoleh, pada masing-masing zona berada jauh di atas baku mutu yang telah ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (2004) sebesar 76,00 – 233,27 ppm.

2. Berdasarkan National Sediment Quality Survey USEPA (2004), baku mutu distribusi logam berat Mn pada sedimen adalah sebesar 120,77 – 284,77 ppm. Distribusi logam berat Mn pada zona 1 sebesar 290,05 ± 0,74 ppm, zona 2 sebesar 290,20 ± 0,27 ppm dan zona 3 sebesar 287,08 ± 0,44 ppm. Hasil analisis ini menunjukan bahwa distribusi logam Mn pada masing-masing zona sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (2004).

3. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini sangat baik digunakan untuk analisis logam berat Cr dan Mn pada sedimen di Pelabuhan Panjang.


(61)

presisi (ketelitian), akurasi (kecermatan) dan linieritas yang telah diperoleh yang masih berada dalam standar yang ditentukan.

B. Saran

Keberadaan logam berat Cr dan Mn yang telah melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (2004) secara langsung memiliki dampak negatif terhadap biota perairan maupun kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar Pelabuhan Panjang. Untuk selanjutnya, perlu dilakukan penanggulangan terhadap keberadaan logam berat yang berlebih pada sedimen di perairan Pelabuhan Panjang.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2013. Pemerintah Kota Bandar lampung. 2013. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 10.00 WIB. http: //www. Lampung/Profil Kabupaten atau Kota/Kota Bandar Lampung.com.

Anonim 2. 2010. Creative Commons Attribution/Share-Alike License. 2010 q01:23:41. Diakses pada tanggal 10 November 2013 pukul 13.20 WIB.

http://en.wikipedia.org/wiki/Kromium.

Anonim 3. 2010. Creative Commons Attribution/Share-Alike License. 2010 q01:23:41. Diakses pada tanggal 10 November 2013 pukul 12.20 WIB.

http://en.wikipedia.org/wiki/Mangan.

Anonim 4. 2013. Pelatihan Instrumental Kimia AAS dan X-R. Jurusan Kimia Fakultas MIPA.Universitas Gajah Mada. Yogjakarta.

Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). 2008.

Toxicological Profile for Manganese (Draft for Public Comment). Atlanta GA: U.S. Department of Public Health and Human Services. Public Health Service.

Alimah, Y. I. Siregar dan B. Amin. 2014. Analisis Logam Ni, Mn dan Cr pada Air dan Sedimen di Perairan Pantai Pulau Singkep Kepulauan Riau.

Dinamika Lingkungan Hidup. Pekanbaru

AOAC. 1993. Peer Verified Methods Program, Manual on Policies and Procedures. Arlington. VA.

Astuti, D. P. 2011. Kajian Sebaran Logam Berat Cd dan Cr pada Sedimen Di Pesisir Pantai Way Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Azis, R. 2007. Analisis Kandungan Sn, Zn, dan Pb dalam Susu Kental Manis Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometer Serapan Atom. FMIPA. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.


(63)

Buchanan, J. B. 1984. Sediment Analysis and Suspended Particulated Matter, Fisheries and Marine Service Technical Report No. 700, Environmental. Canada.

Christian, D. G. 1994. Analitical Chemistry. John Wiley and Sons inc. New York. Clark, D. V. 1986. Heavy Metal in Sediment. Butterworth-Heinemann. USA. Connel, D. W., dan G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.

Terjemahan Yanti Koestoer. 1995.Universitas Indonesia Press.Jakarta. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas

Indonesia pers. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ellwel, W. T., dan J. A. Gidley. 1996. Atomic Adsorption Spectrophotometry. Research Departemen Imperial Metal Industries Ltd. England. Ied. Fortstner, U., dan F. Prosi. 1978. Proceeding of Course Held at The Join

Research centre of The Commission of Europian Commities. Ispra Pargamon Press. Oxpord.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Departemen Farmasi FMIPA-UI. Jakarta.

Hutabarat, L., dan S. M. Evans. 1984. Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi kedua. UI Press. Jakarta. Korzeniewski, K., dan E. Neugebauer. 1991. Heavy metal contamination in the

polish zone at Southern Baltic. Marine Pollution Bull. USA. Nammiinga, H., dan J. Wilhm. 1977. Journal of Water Pollution Control

Federation. A Dynamic Model For Simulation Waste Digestion. Novita, N. P. 2010. Kajian Sebaran Logam Berat Pb dan Cd di Muara Sungai

Way Kuala Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. Rochyatun, E., Edward dan A. Rozak. 2008. Kandungan Logam Berat Pb, Cd,

Cu, Zn, Ni, Cr, Mn dan Fe Dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan Kalimantan Timur. Pusat PenelitianOseanografi-LIPI. Jakarta.


(64)

Slavin, M. 1987. Atomic Absorption Spectroscopy Second Edition. United State of America. New York.

Siaka, M. I. 1998. The Application of Atomic Absorption Spectroscopy to the Determation of Selected Trace Element in Sediment of the Coxs River Catchement. Departement of Chemistry. Faculty of Science and Technology. University of Western Sydney Nepean.

Siaka, M. I. 2008. Korelasi Antara Kedalaman Sedimen di Pelabuhan Benoa dan Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu. Jurusan Kimia. FMIPA. Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.

Sulistiani, W. S. 2009. Analisis Simultan Logam Berat Pb, Cu, Zn, Cr, Mn, Ni, Fe dan Cd Pada Bioindikator Remis (Eremopyrgus eganensis) di Sungai Kuripan Lampung Menggunakan ICP-OES. Skripsi. FMIPA. Universitas Lampung.

Suprapto, S. J. 1993. Geokimia Regional Pulau Sumatera Contoh Endapan Sungai Aktif Fraksi 80 Mesh. Pusat Sumber Daya Geologi.

Svehla, G. 1999. Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro edisi 5.. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.

The Ontario Ministry Of The Environment. 2004. Soil, Ground Water and Sediment Standars for Use Under Part XV.I of the Environmental Protection Act.

USEPA. 2004. The Incidence and Severity of Sediment Contamination in Surface Waters of United States, National Sediment Quality Survey :2ndEdition. EPA-823-R-04-2007. U. S. Enviromental Protection Agency, Washington D.C.

Ward, A. D., dan W. S. Trimble. 2004. Eviromental Hidrology 2nd Edition. United States of Amerika. New York.

Wiryawan, B., B. Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad dan H.

Poespitasari (Editor). 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama PEMDA Propinsi Lampung dengan Proyek Pesisir (Coastal Resources Center, University of Rhode Island dan Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor). Bandar Lampung. Indonesia.

Wiryawan, B., B. Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad dan H. Poespitasari. 2002. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. PKSPL IPB. Bandar Lampung.


(65)

Kobalt (Co) pada Sedimen Di Muara Sungai Way Kuala. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yudha, I. G. 2007. Kajian Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zhang, J., dan X. Li. 1987. Chromium pollution of soil and water in Jinzhou.


(1)

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Distribusi logam berat Cr pada zona 1 sebesar 383,17 ± 0,99 ppm, zona 2 sebesar 388,03 ± 5,15 ppm dan zona 3 sebesar 373,36 ± 0,22 ppm.

Berdasarkan distribusi yang telah diperoleh, pada masing-masing zona berada jauh di atas baku mutu yang telah ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (2004) sebesar 76,00 – 233,27 ppm.

2. Berdasarkan National Sediment Quality Survey USEPA (2004), baku mutu distribusi logam berat Mn pada sedimen adalah sebesar 120,77 – 284,77 ppm. Distribusi logam berat Mn pada zona 1 sebesar 290,05 ± 0,74 ppm, zona 2 sebesar 290,20 ± 0,27 ppm dan zona 3 sebesar 287,08 ± 0,44 ppm. Hasil analisis ini menunjukan bahwa distribusi logam Mn pada masing-masing zona sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (2004).

3. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini sangat baik digunakan untuk analisis logam berat Cr dan Mn pada sedimen di Pelabuhan Panjang.


(2)

Hal ini dapat dilihat dari baiknya data validasi metode meliputi limit deteksi, presisi (ketelitian), akurasi (kecermatan) dan linieritas yang telah diperoleh yang masih berada dalam standar yang ditentukan.

B. Saran

Keberadaan logam berat Cr dan Mn yang telah melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (2004) secara langsung memiliki dampak negatif terhadap biota perairan maupun kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar Pelabuhan Panjang. Untuk selanjutnya, perlu dilakukan penanggulangan terhadap keberadaan logam berat yang berlebih pada sedimen di perairan Pelabuhan Panjang.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2013. Pemerintah Kota Bandar lampung. 2013. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 10.00 WIB. http: //www. Lampung/Profil Kabupaten atau Kota/Kota Bandar Lampung.com.

Anonim 2. 2010. Creative Commons Attribution/Share-Alike License. 2010 q01:23:41. Diakses pada tanggal 10 November 2013 pukul 13.20 WIB. http://en.wikipedia.org/wiki/Kromium.

Anonim 3. 2010. Creative Commons Attribution/Share-Alike License. 2010 q01:23:41. Diakses pada tanggal 10 November 2013 pukul 12.20 WIB. http://en.wikipedia.org/wiki/Mangan.

Anonim 4. 2013. Pelatihan Instrumental Kimia AAS dan X-R. Jurusan Kimia Fakultas MIPA.Universitas Gajah Mada. Yogjakarta.

Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). 2008.

Toxicological Profile for Manganese (Draft for Public Comment). Atlanta GA: U.S. Department of Public Health and Human Services. Public Health Service.

Alimah, Y. I. Siregar dan B. Amin. 2014. Analisis Logam Ni, Mn dan Cr pada Air dan Sedimen di Perairan Pantai Pulau Singkep Kepulauan Riau.

Dinamika Lingkungan Hidup. Pekanbaru

AOAC. 1993. Peer Verified Methods Program, Manual on Policies and Procedures. Arlington. VA.

Astuti, D. P. 2011. Kajian Sebaran Logam Berat Cd dan Cr pada Sedimen Di Pesisir Pantai Way Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Azis, R. 2007. Analisis Kandungan Sn, Zn, dan Pb dalam Susu Kental Manis Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometer Serapan Atom. FMIPA. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.


(4)

BPS. 2013. Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Lampung. Buchanan, J. B. 1984. Sediment Analysis and Suspended Particulated Matter,

Fisheries and Marine Service Technical Report No. 700, Environmental. Canada.

Christian, D. G. 1994. Analitical Chemistry. John Wiley and Sons inc. New York. Clark, D. V. 1986. Heavy Metal in Sediment. Butterworth-Heinemann. USA. Connel, D. W., dan G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.

Terjemahan Yanti Koestoer. 1995. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas

Indonesia pers. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ellwel, W. T., dan J. A. Gidley. 1996. Atomic Adsorption Spectrophotometry. Research Departemen Imperial Metal Industries Ltd. England. Ied. Fortstner, U., dan F. Prosi. 1978. Proceeding of Course Held at The Join

Research centre of The Commission of Europian Commities. Ispra Pargamon Press. Oxpord.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Departemen Farmasi FMIPA-UI. Jakarta.

Hutabarat, L., dan S. M. Evans. 1984. Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi kedua. UI Press. Jakarta. Korzeniewski, K., dan E. Neugebauer. 1991. Heavy metal contamination in the

polish zone at Southern Baltic. Marine Pollution Bull. USA. Nammiinga, H., dan J. Wilhm. 1977. Journal of Water Pollution Control

Federation. A Dynamic Model For Simulation Waste Digestion. Novita, N. P. 2010. Kajian Sebaran Logam Berat Pb dan Cd di Muara Sungai

Way Kuala Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. Rochyatun, E., Edward dan A. Rozak. 2008. Kandungan Logam Berat Pb, Cd,

Cu, Zn, Ni, Cr, Mn dan Fe Dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan Kalimantan Timur. Pusat PenelitianOseanografi-LIPI. Jakarta.


(5)

Slavin, M. 1987. Atomic Absorption Spectroscopy Second Edition. United State of America. New York.

Siaka, M. I. 1998. The Application of Atomic Absorption Spectroscopy to the Determation of Selected Trace Element in Sediment of the Coxs River Catchement. Departement of Chemistry. Faculty of Science and Technology. University of Western Sydney Nepean.

Siaka, M. I. 2008. Korelasi Antara Kedalaman Sedimen di Pelabuhan Benoa dan Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu. Jurusan Kimia. FMIPA. Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.

Sulistiani, W. S. 2009. Analisis Simultan Logam Berat Pb, Cu, Zn, Cr, Mn, Ni, Fe dan Cd Pada Bioindikator Remis (Eremopyrgus eganensis) di Sungai Kuripan Lampung Menggunakan ICP-OES. Skripsi. FMIPA. Universitas Lampung.

Suprapto, S. J. 1993. Geokimia Regional Pulau Sumatera Contoh Endapan Sungai Aktif Fraksi 80 Mesh. Pusat Sumber Daya Geologi.

Svehla, G. 1999. Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro edisi 5.. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.

The Ontario Ministry Of The Environment. 2004. Soil, Ground Water and Sediment Standars for Use Under Part XV.I of the Environmental Protection Act.

USEPA. 2004. The Incidence and Severity of Sediment Contamination in Surface Waters of United States, National Sediment Quality Survey : 2ndEdition. EPA-823-R-04-2007. U. S. Enviromental Protection Agency, Washington D.C.

Ward, A. D., dan W. S. Trimble. 2004. Eviromental Hidrology 2nd Edition. United States of Amerika. New York.

Wiryawan, B., B. Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad dan H.

Poespitasari (Editor). 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama PEMDA Propinsi Lampung dengan Proyek Pesisir (Coastal Resources Center, University of Rhode Island dan Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor). Bandar Lampung. Indonesia.

Wiryawan, B., B. Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad dan H. Poespitasari. 2002. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. PKSPL IPB. Bandar Lampung.


(6)

Wulandari, P. 2011. Kajian Sebaran Logam Cromium (Cr), Mangan (Mn), dan Kobalt (Co) pada Sedimen Di Muara Sungai Way Kuala. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yudha, I. G. 2007. Kajian Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zhang, J., dan X. Li. 1987. Chromium pollution of soil and water in Jinzhou. Journal of Chinese Preventive Medicine