cases at Equity sama-sama diajukan ke salah satu pengadilan tersebut. Namun demikian di dalam Draktek masyarakat tetap tidak mematuhinya, dan mengajukan
tuntutan masing-masing sesuai dengan jenis perkaranya.
Sumber hukum dalam sistem hukum Common Law terdiri atas:
a. Yurisprudensi.
Yurisprudensi merupakan sumber hukum yang utama dan terpenting dalam sistem Common Law. Dalam sistem ini, hakim terikat pada
“precedent” atau putusan mengenai perkara yang serupa dengan yang akan diputus. Hakim harus berpedoman pada putusan-putusan pengadilan
terdahulu apabila dihadapkan pada suatu kasus. Oleh karenanya di sini hakim berpikir secara induktif. Asas keterikatan hakim pada “precedent”
disebut “stare decisis et quieta non movere”, yang lazimnya disingkat “stare decisis” atau disebut juga “the binding force of precedent”. Hakim
hanya terikat pada isi putusan pengadilan yang esensial yang disebut “ratio decidendi” yaitu yang dapat dianggap mempunyai sifat yang
menentukan atau bagian yang berkaitan dengan hukum. Putusan yang bersifat “binding precedent” berarti putusan tersebut memiliki kekuatan
yang meyakinkan.
Dalam putusan hakim menurut sistem common law putusan seorang hakim yang diikuti oleh hakim lainnya adalah yang berhubungan langsung
dengan pokok perkara ratio decidendi, sedangkan dalam hal yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pokok perkara yakni yang
merupakan tambahan dan ilustrasi obiter dicto hakim dapat menilai sebagai suasana yang meliputi pokok perkara menurut pandangan hakim
itu sendiri.
b. Statuta Law.
Pandangan masyarakat Inggris terhadap hukum dalam arti sebenarnya masih tertuju terhadap Common Law karena telah, berkembang selama
berabad-abad lamanya. Statuta Law diakui sebagai hukum Inggris setelah diterapkan oleh hakim beserta interpretasi nya.
Statuta law adalah peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris seperti layaknya undang-undang dalam sistem kontinental. Statuta Law
merupakan sumber hukum kedua setelah yurisprudensi. Untuk melaksanakan Statuta Law dibuat perangkat peraturan pelaksanaan oleh
instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan. Fungsi Statuta Law sebagai penambah terhadap Common Law yang
terkadang belum lengkap dan tidak ditujukan untuk mengatur suatu permasalahan secara menyeluruh. Pembentukkan melalui Statuta Law
menjadi penting setelah Perang Dunia II karena diperlukan perubahan peraturan-peraturan secara cepat, dibandingkan dengan yurisprudensi
yang dirasakan lamban. Dengan demikian pembentukkan melalui Statuta merupakan cara pembentukkan hukum yang lain karena dilakukan oleh
Parlemen yakni berupa undang-undang written law. Pembentukkan hukum oleh Parlemen dirasakan lebih cepat karena:
1 Tidak terikat kepada banyaknya perkara yang masuk pengadilan dan
banyaknya keputusan hakim; 2
Karena dapat menyimpang dari hukum yang telah diputuskan oleh hakim. Parlemen dapat merubah putusan pengadilan dengan suatu
undang-undang. Jadi Undang-Undang dapat merubah yurisprudensi. Meskipun Undang-Undang dengan bebas dapat menyatakan apa
yang merupakan hukum, tetapi di dalam kenyataan tidaklah demikian. Ada hal-hal yang membatasi tindakan parlemen untuk
mengubah yurisprudensi yaitu pendapat umum. Di camping pendapat umum yang membatasi kebebasan parlemen tersebut
adalah pendapat para sarjana hukum, sehingga terdapat pembatasan secara obyektif. Oleh karenanya dalam sistem hukum Inggris,
kekuasaan pembentuk undang-undang dipergunakan agak hati-hati. Dari uraian di atas tampak pembentukkan hukum secara tradisional
melalui yurisprudensi dirasakan lamban dan tidak mampu untuk mengikuti perubahan-perubahan secara cepat. Untuk mengantisipasi
kebutuhan masyarakat modern, pembentukkan hukum secara cepat harus dibantu dengan pembentukkan hukum melalui undang-undang.
c. Custom