3. Dokter akan bertindak bedasarkan standar profesinya
2. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana
Dalam bahasa asing pertanggungjawaban pidana disebut sebagai ‟toerekenbaarheid”, “criminal responbility”, “criminal liability” merujuk kepada
pemidanaan pelaku dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdawa atau tersangka dipertanggungjawabakan atas suatu tindak pidana yang terjadi atau tidak.
Pertanggungjawaban itu sendiri adalah diteruskannya celaan yang obyektif yang ada pada tindak pidana dan untuk dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan bahwa tindak pidana yang
dilakukannya haruslah memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam undang-undang. Seseorang akan dipertanggungjawabkan atas tindakan tersebut apabila dalam tindakan itu
terdapatnya melawan hukum serta tidak ada alasan pemaaf. Pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan yang terdapat pada jiwa pelaku dalam
hubungannya dengan kelakuan yang dapat dipidana. Berdasarkan kejiwaan itu pelaku dapat dicela karena kelakuannya. Kesalahan ditempatkan sebagai faktor yang menentukan dalam
pertanggungjawaban pidana dan tidak hanya dipandang sekedar unsur mental dalam tindak pidana.
11
Menurut Roeslan Saleh,dalam pengertian perbuatan pidana tidak termasuk hal pertanggungjawaban. Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada dilarangnya perbuatan.
Apakah orang yang telah melakukan perbuatan itu kemudian juga dipidana, tergantung pada soal apakah dia dalam melakukan perbuatan itu memang mempunyai kesalahan atau tidak.
Apabila orang yang melakukan perbuatan pidana itu memang mempunyai kesalahan, maka Konsep pertanggungjawaban pidana merupakan syarat yang diperlukan untuk
mengenakan pidana terhadap seseorang pembuat tindak pidana.
11
Ibid, hal.35
Universitas Sumatera Utara
tentu dia akan dipidana”.Di dalam pasal-pasal KUHP, unsur-unsur delik dan unsur pertanggungjawaban pidana bercampur aduk dalam buku II dan III, sehingga dalam
membedakannya dibutuhkan seorang ahli yang menentukan unsur keduanya. Menurut pembuat KUHP syarat pemidanaan disamakan dengan delik, oleh karena itu dalam pemuatan
unsur-unsur delik dalam penuntutan haruslah dapat dibuktikan juga dalam persidangan.
12
Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku, jika telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsurnya yang telah ditentukan dalam
undang-undang. Dilihat dari sudut terjadi suatu tindakan yang terlarang diharuskan, seseorang akan dipertanggungjawabpidanakan atas perbuatan tersebut apabila perbuatan
tersebut bersifat melawan hukum. Dalam pertanggungjawaban pidana tersebut tersangka ini harus mempertanggungjawabkan perbuatan pidananya di hadapan polisi ataupun di hadapan
hakim, kesalahan kesalahan yang dibuat pelaku tersebut tentu perbuatan yang tercela dan dapat merugikan diri sendiri ataupun orang sekitarnya termasuk keluarganya sendiri,
pertanggungjawaban ini harus diadili oleh hakim yang bersangkutan apakah yang dilakukannya tentu hal hal yang tercela dan merugikan orang lain ataupun orang orang
terdekat, dalam pertanggungjawaban pidana tersebut harus memenuhi unsur-unsur yang telah dilakukan dan dilihat apa yang dilakukan oleh terdakwa selama dia melakukan perbuatan
yang tercela. Orang-orang yang telah melakukan perbuatan pidan memang harus diminta pertanggungjawaban pidananya di hadapan hakim dan jika telah melakukan suatu tindak
pidana maka dipenuhi lah dengan unsur-unsurnya yang telah ditentukan dalam undang- undang. seseorang akan dipertanggungjawab-pidanakan atas tindakan-tindakan tersebut
apabila tindakan tersebut bersifat melawan hukum dan tidak ada peniadaan sifat melawan
12
Roeslan Saleh, Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 98
Universitas Sumatera Utara
hukum atau rechtsvaardigingsgrond atau alasan pembenar untuk itu. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab, maka hanya pelaku yang yang “mampu bertanggung-jawab
yang dapat dipertanggung-jawabkan.
F. Metode Penelitian