Kemampuan bertanggungjawab Tidak ada Alasan Pemaaf

penduduk dan Kartu Askes. Ternyata dari hasil Pemeriksaan Laboratorium Kriminal, surat persetujuan tindakan medik tersebut merupakan tanda tangan karangan palsu. Perbuatandr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr. Hendri Simanjuntak dan dr. Hendy Siagiansecara bersama sama telah memenuhi unsur-unsur Pasal 359 KUHP; Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun”.

2. Kemampuan bertanggungjawab

dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani,dr. Hendri Simanjuntak dan dr. Hendy Siagian mampu bertanggung jawab, karena para terdakwa tidak termasuk dalam keadaan jiwanya cacat dalam pertumbuhannya atau terganggu karena penyakit sebagaimana diatur dalam Pasal 44 KUHP. Para terdakwa mampu untuk membede-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk dan mampu menentukan kehendaknya menurut keinsyapan tentang baik dan buruknya perbuatan.

3. Tidak ada Alasan Pemaaf

Alasan pemaaf menyangkut pribadi si pembuat, dalam arti bahwa seseorang tidak boleh dicela menurut hukum, dengan perkataan lain ia tidak bersalah atau tidak dapat dipertanggung jawabkan, meskipun perbuatannya bersifat melawan hukum. Jadi di sini ada alasan yang menghapuskan kesalahan si pembuat, sehingga tidak mungkin ada pemidanaan. Alasan pemaaf yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana adalah; 1. Pasal 44 KUHP 1 Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan, maka tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berybah akal tidak boleh dihukum 2 Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akan maka hakim boleh Universitas Sumatera Utara memerintahkan menempatkan dia dirumah sakit gila selama-lamanya satu tahun untuk diperiksa 3 Yang ditentukan dalam ayat yang diats ini, hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri. R. Soesilo memberi penjelsan terhadap Pasal 44 KUHP ini, sebagi berikut: 57 Untuk adanya melapaui batas pembelaan darurat ini harus ada syarat-syarat sebagai berikut: Yang dimaksud akal disini adalah kekuatan pikiran, daya pikir, kecerdasan. Siapa yang dianganggap sebagai kurang sempurna akalnya itu misalnya idioot, imbicil, buta-tuli dan bisu mulai lahir. Orang-orang semacam ini sebenarnya tidak sakit, akan tetapi karena cacat- cacatnya mulai lahir, sehingga pikirannya tetap sebagai anak-anak. Sakit berobah akalnya, misalnya; sakit gila, manie, hysterrie, epilepsie, malancholie dan bermacam-macam penyakit jiwa lainnya. Orang yang terganggu pikirannya karena mabuk minum-minuman keras pada umumnya tidak dipandang masuk golongan orang tersebut sebelumnya, kecuali jika dapat dibuktikan, bahwa mabuknya itu demikian rupa, sehingga ingatannya hilang sama sekali. 2. Pasal 49 ayat 2 Noorweer Exces “ Tidak dipidana sesorang yang malapaui batas pembelaan yang diperlukan, jika perbuatan itu merupakan akibat langsung dari suatu kegoncangan jiwa yang hebat yang disebabkan oleh serangan itu” 58 57 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP serta Komentar-KomentarnyaLengkap Pasal demi Pasal, Politia, Bogor, 1980, hal.51-51 58 Sudardo, Op.Cit, hal 151 1. Kelapauan batas pembelaan yang diperlukan 2. Pembelaan dilakukan sebagai akibat yang langsung dari kegoncangan jiwa yang hebat suatu perasaan hati yang panas Universitas Sumatera Utara 3. Kegoncangan jiwa yang hebat itu disbabkan karena adanya serangan dengan kata lain, antara gegoncangan jiwa tersebut dan serangan harus ada hubungan kausal. Yang mengakibatkan kegoncangan jiwa yang hebat itu harus penyerangan itu dan bukan, misalnya karena sifat mudah tersinggung. Yang perlu diperhatikan bahwa serangan itu dapat menimbulkan akibat kegoncangan jiwa yang hebat bagi orang biasa pada umumnya. Jadi yang dimaksud Noorweer Exces adalah cara pembelaan diri yang melampaui batas keperluan pembelaan, sedangkan apa yang dimaksud dengan melampaui batas keperluan pembelaan itu. Pembelaan merupakan Noorweer apabila pembelaan itu, kecuali ditujukan kepada pembelaan badan, kehormatan, harta benda harus bersifat: 1. Perlu: dikatakan perlu apabila tidak ada jalan yang mungkin untuk menghindari serangan itu 2. Keharusan: yang dimaksud keharusan adalah harus ada yang diancam dan kepentingan hukum yang dilanggar karena pembelaan. Seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan berdasarkan perintah yang tidak sah tidak dihukum, apabila orang tersebut memenudi syarat-syarat: Jika perintah yang tidak sah itu, dikiranya perintah yang sah atau secara patut ia mengira bahwa perintah itu adalah san dan perintah itu harus terletak pada lingkungan kekuasaan yang diperintah. 3. Pasal 51 ayat 2 Menjalankan perintah jabatan yang tidak sah “ Perintah jabatan yang diberikan oleh kuasa yang tidak berhak tidak membebasakan dari hukum, kecuali jika pegawai yang dibawahnya atas kepercayaannya memandang bahwa perintah itu seakan-akan diberika kuasa yang berhak dengan sah dan menjalankan perintah itu menjadi kewajiban pegawai yang dibawah perintah tadi”. Universitas Sumatera Utara Suatu perintah jabatan yang tidak sah menghapuskan dapat dipidananya seseorang. Perbuatan orang ini tetap bersifat melawan hukum, akan tetapi perbuatannya tidak dipidana, apabila memenuhi syarat-syarat: 1. Jika ia mengira dengan itidak baik bahwa perintah itu sah 2. Perintah itu terletak dalam lingkup wewenang dari orang yang diperintah. Dalam Kasus dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr. Hendri Simanjuntak dan dr. Hendy Siagian sebagai pelaku secara bersama-sama melakukan tindakan medik operasi Caesar yang mengakibatkan Siska Makatey meninggal dunia. Pada diri pelaku tidak terdapat alasan pemaaf atau alasan yang menghapuskan kesalahan . Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil dari pembahasan, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut : 1. Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang malpraktik telah banyak menjadi korban dalam malpraktek ini, seperti korban yang bernama Siska Makatey dalam operasi Cito Secsio Sesaria harus meninggal karena akibat kelalaian dokter yang menyebabkan korban tersebut meninggal, dan dalam kejadian itu juga dr.Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr. Hendry Simanjuntak, dan dr. Hendy Siagian telah melakukan tindakan malpraktek, dalam kejadian tersebut ketiga dokter tersebut melakukan tindak pidana melakukan kelalaian yang menyebabkan seseorang meninggal, dalam kejadian tersebut dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani tidak memiliki Surat Ijin Praktik SIP seharusnya dalam melakukan tindakan medis seperti operasi seorang dokter harus mempunyai Surat Ijin Praktik SIP dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani telah melanggar kode etik kedokteran yang dimana telah melakukan tindakan operasi Cito Secsio Sesaria tanpa adanya Surat Ijin Praktek SIP. Masalah pertanggungjawaban pidana dapat dibebankan kepada Rumah Sakit yang menanggung akibat dari tindakan dari dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani dan dokter-dokter lainnya, dan begitu pula dengan dr.Dewa Ayu Sasiary Prawani yang menanggung akibat darp perbuatannya telah menghilangkan nyawa seseorang dalam melakukan tindakan medis yang menyebabkan pasien tersebut meninggal, dan dr.Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr. Hendry Simanjuntak, dan dr, Hendy Siagian telah menerima hukuman dari Mahkamah Agung adalah hukuman penjara selama 10 bulan penjara akibat perbuatannya telah melalaikan pasien dalam tindakan medis tersebut dalam operasi Cito Secsio Sesaria terhadap korban Siska Makatey dan telah Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Yayasan Yang Melakukan Tindak Pidana Penyelenggaraan Pendidikan Tanpa Izin (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Ri Nomor 275 K/ Pid.Sus/ 2012 Tentang Yayasan Uisu)

9 114 121

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Perkawinan Poligami Tanpa Persetujuan Istri Yang Sah (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 330K/Pid/2012)

2 54 126

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA OLEH RUMAH SAKIT TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN MALPRAKTEK.

0 3 61

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 9 8

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 0 1

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 3 16

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 2 35

Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K PID 2012 )

0 1 2