Analisis penerapan pernyataan standar akuntansi keuangan : PSAK 105 pada pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I)

Oleh ALIYAH NIM: 1111053000017

KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I)

Oleh: ALIYAH NIM: 1111053000017

Di bawah bimbingan:

Lili Bariadi, MM, M.Si NIP:197405191998031004

KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

i

Bank Muamalat Sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia memiliki banyak produk yang ditawarkan, salah satunya yaitu produk pembiayaan

mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana

(shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dimana keuntungan dari usaha tersebut dibagi menurut kesepakatan bersama atau munurut akad yang telah ditentukan sebelumnya. Mudharabah sendiri menggunakan prinsip bagi hasil maka dari itu penting penerapan akuntansi pada akad mudharabah ini, karena untuk menentukan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait secara syar’i. Peraturan tentang akuntansi syariah di indonesia adalah PSAK yang dterbitkan oleh IAI(Ikatan Akuntan Indonesia) salah satunya yaitu PSAK 105 tentang mudharabah yaitu mengatur perlakuan terhadap pembiayaan mudharabah, meliputi perlakuan terhadap penerapan bagi hasil, pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan penyajian laporan pada bank syariah.

Perumusan masalah dalam Penelitian ini adalah bagaimana mekanisme pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia dan apakah penerapan perlakuan akuntansi mudharabah di Bank Muamalat Indonesia telah sesuai dengan PSAK 105. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yang memberikan gambaran mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia untuk periode tahun 2012 -2013.

Hasil analisis penulis, menyatakan bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia telah dilakukan dengan baik, karena pencatatan transaksi – transaksi sudah dilakukan sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Akan tetapi Pada saat awal penerapan akuntansi, saat pengakuan akad mudharabah ini tidak diatur dalam PSAK 105. Namun pada saat itu Bank Muamalat Indonesia mengakuinya terlebih dahulu sebagai kewajiban karena belum terjadi penyerahan modal kepada mudharib. Dan pada saat penerapan akuntansi saat pengakuan pembelian sebesar harga perolehan tidak diatur dalam PSAK 105, Bank Muamalat Indonesia mengakuinya sebagai penambahan persediaan. Dan prosedur pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia cukup baik dan teliti sehingga dapat menimalisir terjadinya resiko dalam pembiayaan, mulai dari permohonan pembiayaan, BI checking, keputusan, realisasi, pemantauan sampai dengan pelunasan kepada kepada bank selaku pemilik dana (investor).


(5)

ii

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat manusia menuju kehidupan serta peradaban dan berkeadilan serta para keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan dengan yang diharapkan penulis. Kebahagian yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik bagi kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang ikut andil mensukseskan harapan penulis.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, selaku Wakil Dekan I bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah. MA. Selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaemi M.Si Selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, dan H.M. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah


(6)

iii

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diinginkan,

4. Para Dosen dan Staff pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam mendidik penulis selama melakukan studi.

5. Bapak Raditya Utomo selaku Manager Oprasional Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Pondok Indah, Bapak Kusairi, Mba Hawa yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis.

6. Ibu Hesti dan segenap Staf Muamalat Institute yang telah memberikan penulis kemudahan.

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

8. Kepada Staf Bank Muamalat Indonesia Cabang Pondok Indah, yang telah memberikan kemudahan dan Informasi yang dibutuhkan penulis. 9. Terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak dan Umi, tiada kata yang dapat kuucapkan selain terima kasih yang tak terbalas untuk semua pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.


(7)

iv

mereka bisa menghadiri wisuda penulis. Hal ini menjadi motivasi bagi penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat

11. Untuk seseoraang yang selalu ada dan tak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis yaitu kepada Zaeni Rokhi S.Kom.I

12. Kepada rekan-rekan dan teman seperjuangan dari Jurusan Manajemen Dakwah Khususnya: Nourmalinda, May Larafjani, Dini Larasati, Septi Andari, Hana Rahmanida, Chairunnisa Wahyu Utami, terimakasih telah menjadi teman-teman yang sangat baik.

Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan.

Jakarta, 22 Rabius Tsani 1436 11 Mei 2015


(8)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian... 6

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 6

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 7

G. Jenis dan Sumber Data ... 7

H. Teknik Pengumpulan Data ... 8

I. Teknik Analisi Data ... 9

J. Skripsi Terdahulu ... 9

K. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II: TINJAUAN TEORITIS MUDHARABAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Pembiayaan Mudharabah 1. Pengertian Pembiayaan ... 13

2. Pengertian Mudharabah... 14

3. Landasan Hukum ... 16

4. Penerapan Mudharabah di Perbangkan Syariah ... 20

B. Akuntansi 1. Pengertian ... 23


(9)

v

7. Landasan Hukum ... 37

C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah 105 ... 40

BAB III SEJARAH BANK MUAMALAT INDONESIA A. Bank Muamalat Indonesia 1. Sejarah Berdiri ... 50

2. Visi dan Misi ... 53

3. Produk dan Layanan ... 53

B. Tahapan Pengembangan Pencatatan Akuntansi di Bank Muamalat Indonesia ... 55

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK 105 PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH Di BANK MUAMALAT INDONESIA A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia ... .... 59

B. Analisis Penerapan PSAK 105 Pada Pembiayaan Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan praktik lembaga keuangan syariah di tingkat nasional maupun international telah memberikan gambaran bahwa sistem ekonomi Islam mampu beradaptasi dan bersaing dengan perbankan konvensional yang telah berabad-abad menguasai kehidupan masyarakat dunia. Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat, terlebih untuk institusi perbankan.

Pada tahun 2006 peningkatan mulai terlihat dengan banyaknya pelaksanaan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dimana beberapa bank syariah memiliki 1 unit-unit usaha syariah (UUS) dan 13 (BPRS) Bank Perkreditan Rakyat Syariah.1

Dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam, seharusnya perkembangn perbankan syariah di Indonesia dapat lebih meningkat dan tumbuh secara signifikan. Tentu saja masih banyak yang harus disiapkan oleh semua pihak yang terlibat. Instrumen yang paling penting dalam pengembangan perbankan syariah antara lain, pemenuhan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, peningkatan inovasi produk dan layanan kompetitif serta berbasis kekhususan untuk kebutuhan masyarakat dan keberlangsungan program sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat. Jika

1

Muhammad, Rifqi, Akuntansi Keungan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAK

Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press,2008),h.1.


(11)

ketiga unsur itu dapat terpenuhi dan didukung dengan sarana insfrastruktur yang memadai, akan membantu mempromosikan program syariah serta peningkatan instrumen syariah yang terkait.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 No 21 Tahun 2008, produk-produk yang terdapat di perbankan syariah, terdiri dari pembiayaan berupa penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu seperti:

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna 4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh: dan

5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah

Untk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak lain mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan(ujrah), tanpa imbalan, atau bagi hasil.2

Salah satu produk pembiayaan pada bank syariah adalah pembiayaan

mudharabah. Mudharabah dalam fiqh Islam merupakan salah satu bentuk

kerjasama antara rab al-mal (investor) dengan seorang pihak kedua

2

M., Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan


(12)

(mudharib) yang berfungsi sebagai pengelola dana.3 Menurut fatwa Dewan

Syariah Nasional ( DSN) No.07/DSN-MUI/IV/2000, pembiayaan

mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan

syariah kepada pihak lain untuk usaha yang produktif.4

Perbedaan bank syariah dan konvensional yang sangat prinsipil adalah larangan riba atau bunga. Keberadaan akuntansi perbankan syariah sangat penting karena menentukan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait secara syar’i. Begitupun dengan Bank Muamalat Indonesia yang pada awal berdiri memberlakukan pencatatan akuntansi seperti bank-bank lain atau pun bank konvensional, karena sebelum adanya peraturan mengenai standar akuntansi keuangan syariah, Bank Muamalat membuat suatu pos anggaran yang diberi istilah sebagai “Pendapatan non halal”, yakni pendapatan yang didapat dari transaksi perbankan konvensional hal ini berlaku sampai dengan tahun 2002 hingga akhirnya muncul Pernyataan Standar Akuntansi Syariah (selanjutnya ditulis PSAK ) No 59.

Secara historis terbentuknya pemahaman yang lebih konkrit mengenai akuntansi syariah dan lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada akuntansi syariah, baru muncul pada tahun 2002, setelah Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) baru membentuk Komite Akuntansi Syariah di Indonesia. Dan terbentuklah PSAK 59 yang di sahkan pada 1 Mei 2002, namun hanya berlaku sampai lima tahun karena seiring dengan berjalanya perkembangan

3

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syariah dari Teori Praktik, hal.95. yang dikutif dari M.Rawas Qal”aji,mu’jam lughat al-fiqaha,(Beirut:darun-nafis,1985

4

Dewan Syariah Nasional (DSN), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta:Dewan Syariah Nasional,2003)


(13)

lembaga keuangan syariah di Indonesia maka lahirlah PSAK 101-108 pada tahun 2008.

Salah satu PSAK yang berhubungan dengan lembaga keuangan syariah, yaitu PSAK 105 yang mengatur perlakuan terhadap pembiayaan

mudharabah, meliputi perlakuan terhadap penerapan bagi hasil, pengakuan,

pengukuran, pengungkapan dan penyajian laporan pada bank syariah. Dalam hal pemberlakuan pembiayaan mudharabah hanya diberikan untuk pembiayaan atas usaha yang produktif.

Dengan latar belakang ini lah penulis merasa tertarik untuk mengangkat tema diatas dengan judul “ANALISIS PENERAPAN PSAK 105 PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA”

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

Pembahasan hanya akan dibatasi pada produk pembiaayaan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia berdasarkan akad mudharabah dan penerapan akuntansi meliputi pada pembagian bagi hasil, pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian pada Bank Muamalat Indonesia yang mengacu pada PSAK 105 periode 2012-2013 dengan rumusan masalah: 1. Bagaimana mekanisme pembiayaan produk mudharabah pada Bank

Muamalat Indonesia ?

2. Apakah penerapan perlakuan akuntansi mudharabah di Bank Muamalat Indonesia telah sesuai dengan PSAK 105?


(14)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia dengan standar PSAK 105.

b. Untuk mengetahui bagaimana proses pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia hingga pembiayaan tersebut dsetujui

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini adalah a. Bagi akademis

1) Untuk menambah pengetahuan tentang akuntansi mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia.

2) Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai produk pembiayaan mudharabah dan penerapan akuntansinya di perbankan syariah.

b. Bagi pelaku bisnis perbankan syariah

Sebagai sarana informasi dan referensi bagi bank syariah yang melakukan pembiayaan mudharabah. Selanjutnya hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam menentukan langkah selanjutnya, berkaitan dengan pengembangan dan penelitian (research and development) pada industri perbankan syariah.


(15)

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan metode kualitatif dan metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah deskriftif analisis yang berusaha memberikan gambaran penerapan akuntansi

mudharabah , menysusun atau mengklarifikasikan sifatnya, menganalisa dan

menginterpretasikan. Dalam hal ini setelah penulis mendapatkan gambaran penerapan akuntansi mudharabah dan mekanisme pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia, penulis akan menganalisis semua bentuk perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia berdasarkan dengan PSAK 105 Adapun menganalisa data tersebut adalah dengan:

1. Melakukan analisis terhadap pembiayaan mudharabah mulai dari prosedur hingga pencataatan akuntasinya.

2. Menganalisa terhadap seluruh perlakuan akuntansi untuk pembiayaan

mudharabah di Bank Muamalat Indonesia yang akan disesuaikan dengan

PSAK 105.

E. Subjek Penelitian Dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Adalah informan yang memahami objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu Direktur International Banking & Financial Institution Bank Muamalat Indonesia.


(16)

2. Objek Penelitian

Adalah apa yang menjadi sasaran. Pada penelitian ini yang menjadi objek peneliian yaitu Penerapan PSAK 105 pada pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia.

F. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

a. Dalam mengadakan penelitian ini penulis mengambil lokasi PT Bank Muamalat Indonesia Kantor pusat.

b. Peneliti pernah melakukan praktikum terpadu di tempat penelitian lokasi yang cukup stategis, akses mudah dijangkau menggunakan transfortasi umum.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah 4 (empat) bulan terhitung sejak Februari sampai Mei 2015.

G. Jenis Dan Sumber Data

Sumber penelitian ini dharapakan dapat memperoleh data sesuai judul”

Analisis Penerapan PSAK 105 Pada Pembiayaan mudharabah di Bank

Muamalat Indonesia ”. Sumber data ini diuraikan sebagai berikut: 1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini penulis memperoleh hasil wawancara untuk bahan data penelitian ini dari:


(17)

a) Direktur International Banking & Financial Institution Bank Muamalat Indonesia yaitu: Bapak Farouk Abdullah Alwayni, MA.,MBA.

b) Muamalat Institute yaitu, Ibu Hesty 2. Data sekunder

Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatul kepustakan seperti buku-buku, karya tulis, maklah, koran, majalah, artikel, jurnal, serta sumber lainya yang berkaitan dengan materi penulisan skrips. H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan untuk memperoleh data penelitian diantaranya yaitu:

1. Wawancara, yaitu teknik pengambilan data dengan cara tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatya mengenai satu hal5. Didalam penelitian, penulis akan melakukan wawancara dengan pimpinan bagian pembiayaan mudharabah serta berbagai pihak yang terkait dengan penelitian tersebut.

2. Studi Kepustakaan yaitu merupakan suatu usaha untuk memperoleh data sekunder. Hal ini penting unutk mendapatkan teori-teori dan data-data untuk memperkuat argumentasi. Selanjutnya penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan membaca, mempelajari , mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitanya dengan masalah pokok pembahsan melalui

5


(18)

buku-buku, skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet, dan media lainya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Dokumetasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar, kutipan, guntangan, koran, dan bahan referensi lain. Penulis akan melampirkan berbagai bentuk dokumentasi sebagai bukti laporan penlitian. Yang berisi data-data dari PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

I. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah deskriftif analisis yaitu menggambarkan data-data yang dianlisis untuk menggambil kesimpulan lebih lanjut adapun jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriftif tertulis dengan informasi dari orang-orang yang terlibat dengan objek.

J. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penilisan yang digunakan berpedoman pada Buku Pedoman Karya Ilmiah( Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Tim Penulis Hamid Nasuhi dkk. Diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II, April 20076.

K. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang akuntansi syariah, khususnya mengenai aplikasi pada perbankan syariah pada suatu akad dalam pembiayaan, tetapi belum ada peneliti yang membahas tentang

6

Hamid Nasuhi,dkk. Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,dan Disertasi), ( UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; CeQDA , 2007) cet II


(19)

perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada bank syariah. Meskpun demikian, terdapat beberapa penelitian yang dapat menunjang dalam penlitian ini dimana terdapat perbedaan di dalamnya. Hasil penelitian sebelumnya dan perbedaannya dengan penelitian yang akan diteliti penulis dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Gambar 1.1 Penelitian Terdahulu

No JUDUL HASIL PENELITIAN PERBEDAAN

1 Skripsi: Analisis Kesesuaian PSAK 102 terhadap

Perlakuan Akuntansi Murabahah pada PT BTN Syariah Jakarta” oleh Naidy Sultony Tahun 2010

Kesesuaian PSAK 102 terhadap perlakuan akuntansi murabahah

Penelitian ini dilakukan pada PSAK105(akad

mudharabah)

2 Skirpsi; Akad Istishna Dan Aplikasi Pada Bank Syariah (Study Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Tbk) Oleh Siti Latifah Tahun 2006

Meneliti kesesuaian teori akad istishna dengan aplikasinya di perbankan

Meneliti tentang keseuaian PSAK 105pada BMI

3 Skripsi: Akad Istishna Dalam Pembiayaan Rumah Di Bank Syariah Mandiri Cinere: Oleh Erdi

Meneliti akan

kesesuaian teori akad

istishna dengan

aplikasinya di

Evaluasi penerapan PSAK 105 pada BMI


(20)

L. Sistematika Penulisan

Agar lebih terarah dalam pembahasan penelitian ini penulis membuat sistematika pada masing-masing bab. Penulis membaginya dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri dari sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut dan diakhiri dengan daftar pustaka. Sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, metode penelitian, review terdahulu, dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini terdiri dari tiga bagian, pertama membahas tentang akuntansi Islam yang terdiri dari sejarah akuntansi Islam, Marduwira Tahun 2010 perbankan yang

khususnya pada pembiayaan rumah 4 Skripsi; Aplikasi Akuntansi

Pembiayaan Mudharabah Dalam Bank Syariah:(Pada BNI Syariah Cabang Fatmawati)Oleh Nurmaeli 2005

Penelitian terhadap penerapan akuntansi pembiayaan

mudharabah

Evaluasi penerapan PSAK 105 pada BMI


(21)

pengertian akuntansi Islam, landasan hukum akuntansi Islam. Kedua, mengenai Mudharabah yang terdiri dari pengertian mudharabah., rukun dan syarat, landasan hukum, penerapan di Bank Syariah dan yang ketiga, mengenai perlakuan akuntansi

mudharabah .keempat, mudharabah dalam presfektif fiqh dan

aplikasinya diperbankan.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang sejarah singkat Bank Muamalat Indonesia dan perkembangan pencatatan akuntansi syariah di Bank Muamalat Indonesia. Meliputi visi dan misi, struktur organisasi dan produk-produk yang dikeluarkan juga urgensi produk

mudharabah dan perkembangan pencatatan akuntansi syariah di

Bank Muamalat Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi proses dan tahapan-tahapan pembiayaan

mudharabah, mekanisme dan perlakuan akuntansi mudharabah di

Bank Muamalat Indonesia. Dan analisis kesesuaian perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia dengan PSAK No 105

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari pembahasan yang dilakukan penulis.


(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA AKADMUDHARABAH

A. Pembiayaan 1. Pengertian

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tetang perbankan Bab 1 pasal 1 No. 12 bahwasanya pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang membiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.7

Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang akan direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.8

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa kegiatan penyaluran dana oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk membentuk suatu usaha atau investasi baik dilakukan sendiri maupun lembaga.

7

Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1 No. 12. 8

Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), h 20


(23)

B. Mudharabah

1. Pengertian

Mudharabah berasl dari kata” Ad-dhorbu fi’l ardhi” berpergian

untuk berdagang. Sinonim kata dari qiradh, yang berasal dari kata

Al-Qardhu atau potong. Karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk

diperdagangkan atau memperoleh sebagian keuntungannya, dan sering pula disebut dengan kata muamalah. Menurut Imam Syafi’i, qiradh menurut bahasa artinya seseorang yang pergi berdagang. Menurut istilah harta yang diserahkan kepada seseorang supaya diperdagangkan. Sedangkan keuntungan dibagi (berserikat) antara keduanya.9

Dalam fiqh Islam mudharabah merupakan salah satu bentuk kerja sama antara rab-amal (investor) dengan seorang pihak kedua (mudharib) yang berfungsi sebagai pengelola dalam berdagang. Istilah mudharabah oleh ulama fiqih Hijaz menyebutkan dengan qiradh.10 Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya untuk menjalankan usahanya.11

9

M. Amin Suma, Himpunan Undang-undang perdata Islam & peraturan pelaksanaan

Lainya di Negara Hukum Indonesia( Rajawali Pers, 2008),h.1458

10Muhammad Syafi’i Antoni

, Bank Syariah dari Teori dan Praktik, 2007, h, 95. Yang

dikutip dari M.Rawas Qal-aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha,(Beirut : Darun Nafs,1985) 11

Muhammad Syafi’i Antoni, Bank Syariah dari Teori dan Praktik, h, 95. Yang dikutip dari M.Rawas Qal-aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha,(Beirut : Darun Nafs,1985).


(24)

Secara terminologi, ulama fiqih mendefinisikan mudharabah atau

qiradh dengan,” pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja

(pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama.” Apabila terjadi kerugian dalam perdagangan tersebut, kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Definisi ini menunjukan bahwa yang diserahkan kepada pekerja tersebut adalah berbentuk modal, bukan manfaat seperti menyewakan rumah.12

Menurut Abdur Rahman L.Doi, dalam buku Sultan Remi Sjahdeini menyatakan bahwa mudharabah dalam terminologi hukum Islam adalah suatu kontrak dimana suatu kekayaan (property) atau persedian (stock) tertentu (Ras Al-Mal) ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurusnya (Rabb Al-Mal) kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan itu akan berbagi keuntungan. Pihak yang lain berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya mengelola kekeyaan itu. Orang ini dsebut

mudharib. Perjanjian ini adalah suatu Contract Of Copartnership.13

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional N0.07/DSN-MUI/IV/2000, dalam buku Abdul Ghofur Anshori, pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada pihak lain untuk usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayaai 100% kebutuhan suatu

12

Abdul Aziz Dahlan, et.al.,Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 4, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,1996),h.1996.

13

Sultan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum


(25)

proyek (usaha) sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai

mudharib atau pengelolah usaha.14

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah adalah suatu pembiayaan kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola usaha dimana keuntungan dari usaha tersebut akan dibagi menurut kesepakatan bersama atau menuurt akad yang telah dsepakati sebelumnya.

2. Landasan Hukum

Akad mudharabah dibenarkan Islam. Karena bertujuan membantu antara pemilik modal dan orang yang membutuhkan uang.15

a. Al Quran

1) Firman Allah QS An-Nisa Ayat : 29

                                          

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.”16

14

Abdul Ghofur Anshori, Payung Hukum Perbankan Syariah( Yogyakarta: UII Pres, 2007), h, 91 .

15

Muhammad Muslehudin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2004)h.65

16


(26)

2) Firman Allah QS Al-Maidah Ayat: 1                                            

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang

dikehendaki-Nya.”17

3) Firman Allah QS Al Baqarah Ayat: 283

                                                          

Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang

menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”18

b. Al-Hadist

Pembiayaan mudharabah telah diperaktekan sejak zaman Rasulullah SAW, hal ini tersebut diperkuat dengan hadis yang

17

Al Quran DIgital 18


(27)

dijadikan sebagai landasan hukum pembiayaan mudharabah. Adapun salah satu hadisnya antara lain:

Artinya: Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah saw, bersabda, “ tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(HR.Ibnu Majah no.2280,Kitab At-Tijarah)19

c. Ijma

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’20

d. Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al musaqah(menyuruh seseorang

untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin ada yang kaya. Di satu sisi, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal21. Dengan demikian dengan adanya mudharabah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kedua

19

Al Hafidz Nuruddin Ali Ibn Abi Bakar Al Haistami, Majma’Azzawaid Wa manba’ul Fawaid, juz rabi’(Birut-Lebanon: Darul Kutub Al’amaliyah,1988),h.161.

20

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/2000 Tentang Pembiayaan

Mudharabah (Qiradh).

21


(28)

golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.22

e. Kaidah fiqih

pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukankecuali

ada dalil yang mengharamkanya.”23

f. Fatwa DSN

Undang-Undang No. 21 tahun 2000 Pasal 1 angka 21 yang

mengatur perbankan syariah memberikan rumusan pengertian tabungan, yaitu: “ Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad

wadiah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad

lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang di sepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainya yang dipersamakan dengan itu.”

Dewan Syariah Nasional mengatur tabungan syariah dalam fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000, yaitu: Produk tabungan yang diberikan atau diperbolehkan secara syariah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah, sehingga dapat dikenal tabungan

mudharabah dan tabungan wadiah.24

22

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/2000 Tentang Pembiayaan

Mudharabah (Qiradh).

23

Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia,2011),hal, 187 24

Dewan Syariah Nasional (DSN), Himpunan Fatwa Dewan Syariah


(29)

g. Peraturan Bank Indonesia

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 pasal 1 ayat 5 yang dimaksud dengan mudharabah adalah:

“penanaman dana dari pemilik dana (shahibbul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung rugi (profit and

loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara

kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.”

3. Penerapan Mudharabah Di Perbankan Syariah

Penempatan dana di bank syariah dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah atau kerjasama bagi hasil. Jika pembiayaan berakad jual beli (bai’bithaman ajil atau murabahah), maka bank akan mendapatkan margin pembiayaan ini.

Dalam pembiayaan mudharabah (bagi hasil) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak, yaitu:

a. Nisbah bagi hasil yang dsepakati

b. Tingkat keuntungan bisnis aktual yang didapat.

Oleh karena itu, bank sebagai pihak yang memiliki dana akan melakukan perhitungan nisbah yang akan dijadikan kesepakatan pembagian pendapatan.

Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang


(30)

disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan aspek-aspek: data usaha, kemampuan angsuran , hasil usaha yang dijalankan atau tingkat

return aktual bisnis, tingkat return yang diharapkan , nisbah pembiayaan

dan distribusi pembagian hasil.

Penentuan nisbah bagi hasil dibuat sesuai dengan jenis pembiayaan

mudharabah yang dipilih. Ada dua jenis pembiayaan mudharabah yaitu:

pembiayaan mudharabah mutlaqah dan pembiayaan mudharabah muqayyadah.

a. Nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah mutlaqah

Pembiayaan mudharabah mutlaqah adalah pembiayaan yang dilakukan dimana pemilik dana tidak meminta syarat, kecuali syarat baku untuk berlakunya akad mudharabah. Untuk ini, nisbah dibuat menggunakan metode expected profit rate atau epr. Expected profit

rate diperoleh berdasarkan25:

1) Tingkat keuntungan rata-rata pada industri sejenis 2) Pertumbuhan ekonomi

3) Dihitung dari nilai required profit rate(rpr) (nilai required profit rate diperoleh dengan rumus:rpr=n.V(n=tingkat keuntungan dalam transaksi tunai: v=jumlah transaksi dalam satu periode) yang berlaku di bank yang bersangkutan.

25

Kautsar Riza Salaman, Akuntansi perbangkan Syariah Berbasis PSAK Syariah, ( Padang: @ Akademia Permata, 2012), h, 221.


(31)

Dengan demikian nisbah bagi hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Nisbah bank= expected profit rate(epr)x100%

Expected return bisnis yang dibiayai(erb)

Nisbah nasabah = 100%-Nisbah bank

Aktual return bank=nisbah bank+ aktual return bisnis. b. Nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah muqayyadah

Pembiayaan mudharabah muqqayyadah jenis mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau sektor usaha.26

Pada saat bank syariah mendapatkan nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan mudharabah muqayyadah. Biasanya nasabah menuntut adanya nisbah yang sebanding dengan bisnis tertentu. Pada akad pembiayaan mudharabah muqayyadah ini si pemilik dana menambah persyaratan di luar syarat kebiasaan akad mudharabah.

26

Kautsar Riza Salaman, Akuntansi perbangkan Syariah Berbasis PSAK Syariah, ( Padang: @ Akademia Permata, 2012), h, 22.


(32)

Gambar 2.1 Skema Mudharabah Skema Mudharabah27

Sumber: Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja (2012)

C. Akuntansi 1. Pengertian

Menurut Commite on Termonologi Of The American Institute of Accounting ,” Accounting is discipline that plays a significant role in the bussines world but remains rather inconspicuous in its importance

27

Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik

Kontemporer(Jakarta: Salemba Empat, 2012) h, 128.

1. Negosiasi dan akad mudharabah

2b. Nasabah ( Mudharib) 2a. Bank

Syariah (Shahibul

Maal)

4a. Menerima porsi laba 5.Menerima kembalian modal

4b. Menerima porsi laba

3. Pelaksanaan usaha produktif

5. Membagi hasil usaha

keuntungan dibagi sesuai nisbah

kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung oleh bank Syariah


(33)

because more frequent than not the task of recognizing , measuring and recording of transaction gets mired in the debate of the standards applied

in giving brith to the end report.28

Akuntansi adalah seni mencatat, menggolongkan dan mengikhtisarkan transaksi serta peristiwa yang bersifat keuangan dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang serta menginterpretasikan hasil-hasilnya.

Secara sederhana akuntansi dapat diartikan sebagai seni dalam melakukan pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran yang pada akhirnya akan tercipta sebuah informasi seluruh aktivitas keuangan perusahaan. Tujuan akuntasi yang digambarkan dalam laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi para pemakai. Dengan demikan, maka pencatatan akuntansi harus dilakukan secara cepat dan akurat sebagai informasi yang disajikan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi para pengguna.

Proses akuntansi merupakan aktivitas yang dimulai dari terjadinya suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan sampai terbentuknya laporan keungan dan setiap transaksi yang dicatat harus disertai dengan bukti dan dokumen.29

28

Syed Alwi Mohamed Sultan, Accounting For islamic Financial Product,(Kuala Lumpur: CERT Publications,2008),h.2.

29

Ismail, Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam rupiah (Jakarta: Pranada Media, 2010) h.20.


(34)

Secara etimologi dalam Islam, kata akuntansi berasal dari bahasa Arab, yaitu,” Muhasabah” yang berasal dari kata hasaba, hasibah,

muhasabah atau wazan yang lain adalah hasab, hasban,hisabah, artinya

menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi, mendata atau menghisab. Yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu.30

Menurut ulama fiqih, kata muhasabah mempunyai dua pengertian pokok, yaitu31

Pertama, muhasabah dengan arti musa-alah (perhitungan) dan

munaqasah (perdebatan), kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang

sesuai dengan catatan perbuatanya dan tingkahlakunya serta sesuai pula dengan syarat-syarat yang telah disepakati.

Kedua, muhasabah dengan arti pembukuan/pencatatan keuangan seperti yang diterapkan pada masa awal kemunculan Islam. Juga diartikan dengan perhitungan modal pokok serta keuntungan dan kerugian.

Dari dua pengertian diatas, maka pengertian muhasabah dalam Islam meliputi dua sisi, yaitu:

a. Pembukuan keuangan (menghitung dan mendata semua transaksi keuangan)

b. Perhitungan, perdebatan, dan pengimbalan.

Kedua makna ini saling terkait dan sulit memisahkannya, yaitu sulit membuat perhitungan (musa-alah) tanpa adanya data-data, dan

30

Hasbi Ramli.,Teori Dasar Akuntansi Islam.(Jakrta:Rainasan,2005),h.12. 31


(35)

juga tidak ada gunanya data-data tanpa dilanjutkan dengan perhitungan dan perdebatan.32

Maka dari itu akuntansi syariah juga dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan dan pelaporan melaui proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum (kezhaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang membahayakan dan barang yang diharamkan.33

2. Pengenalan Akuntansi Perbankan Syariah

Pada tahun 1993 Dewan Bahasa dan Kepustakaan Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur mengeluarkan buku yang diberi nama “ Sistem Perakaunan dalam Islam” yang membahas tentang harta, kaedah, perakaunan Islam, unsur-unsur perbelanjaan Islam, perakaunan Bank Islam, perakuanan Harta pusaka dam waris dalam Islam dan sebagainya.34

Pada tanggal 1 Safar , 1410 H bertepatan dengan tanggal 27 Maret 1991 di Bahrain, berdiri Accaunting and Auditing Organization For

Islamic Financial Institutions, suatu badan usaha nirlaba yang otonom.

Pada tahun 1998 mengeluarkan buku tentang Akuntansi Syariah yang berjudul “Accounting and Auditing Standart for Islamic Financial

32

Hasbi Ramli.,Teori Dasar Akuntansi Islam.(Jakrta:Rainasan,2005),.h.44. 33

Hasbi Ramli.,Teori Dasar Akuntansi Islam.(Jakrta:Rainasan,2005),h.13. 34

Sofyan S. Harahap, Wiroso , Akuntansi Perbankan Syariah( jakarta: LPFE-Usakti, 2004),h, 15


(36)

Instuttions “(AAOIFI) yang dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pembahsan akuntansi syariah yang hanya membahas tentang accounting dan auditing. Pada tahun 1999 buku tersebut dirubah nama menjadi

Accounting Auditing and Governance Standard For Islamic Financial

Institutions “ yang membahas accounting, auditing dan governance serta

terdapat perubahan cakupan organisasi tersebut.35

Akuntansi dalam Islam antara lain berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara adil.

Akuntansi keuangan dalam Islam memfokuskan pada pelaporan yang jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil oprasinya, dengan cara yang akan mengungkapkan apa yang halal dan apa yang haram. Ini sesuai dengan perintah Allah untuk tolong menolong dalam kebaikan didalam mengerjakan kebaikan. Berarti akuntansi keuangan Islam mempunyai sasaran –sasaran yang harus disadari dan dipatuhi oleh akuntansi Islam. Tidak boleh memasuki bidang tanpa kesadaran dan pemahaman yang jelas mengenai sasaran akuntansi keuangan. Ini sesuai dengan firman Allah : “dan hendakalah seorang menulis diantara kamu menuliskanya dengan benar “ (surat Al-Baqarah ayat 282).

Akuntansi syariah di Indonesia baru diperkenalkan pada tahun 1999. Bank Indonesia sebagai pemerkasa, membentuk tim penyusunan

35

Sofyan S. Harahap, Wiroso, Akuntansi Perbankan Syariah( jakarta: LPFE-Usakti, 2004), h, 17


(37)

PSAK bank syariah yang tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No 1/16/KEP/DGB/1999, yang meliputi unsur-unsur komponen dari Bank Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, Bank Muamalat Indonesia, dan Departemen Keuangan. Hal ini seiring dengan pesatnya perkembangan perbankan syariah yang merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.36

Ikatan Akuntan Indonesia bertanggung jawab terhadap pengukuran, pengakuan dan penyajian atau hal-hal lain yang berkaitan dengan akuntansi. Dewan Syariah Nasional bertanggung jawab terhadap sisi kesyariahan yang ada pada pembahsan akuntansi tersebut, karena unit ini yang yang berkompeten tentang syariah.

Dalam memahami akuntansi perbankan syariah , ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu pertama tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan perbankan syariah yang memuat tentang karakteristik bank syariah , pemakai kebutuhan informasi, tujuan akuntansi keuangan, tujuan laporan keuangan , asumsi dasar , kedua tentang PSAK 59 yang memuat tentang pengakuan, pengukuran, pengungkapan, peyanjian tentang produk , mudharabah, musyarakah murabahah , istisna

dan istisna pararel, salam dan salam paralel, ijarah dan ijarah muntahiya

bittamlik, wadiah, qardh, sharf dan kegiatan berbasis imbalan.

36

Ikatan Aukntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keungan, (jakarta:Salemba


(38)

3. Tujuan Akuntansi Bank Syariah

Sesuai dengan tujuan syariah yang berusaha untuk menciptakan

maslahah terhadap seluruh aktivitas manusia tidak terkecuali dalam

aktivitas ekonomi yang didalamnya juga melingkupi aktivitas akuntansi, maka akuntansi yang direfleksikan dalam laporan keuangan memiliki tujuan yang tidak bertentangan dengan tujuan syari’ah.37

a. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syariah yang berlandasakan pada konsep kejujuran, keadilan, kebijakan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islami

b. Menyediakan informasi keuangan bermanfaat bagi para pemakai laporan dalam pengambilan keputusan

c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.

4. Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah38

a. Pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang rasional. Oleh karena itu informasi harus dipahami oleh pelaku bisnis dan ekonomi yang mencermati informasi yang disajikan dengan seksama.

37

Sofyan S. Harahap , Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1999), h.61. 38


(39)

b. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor / pemilik dana, kreditur dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atau dividen, bagi hasil, dan hasil dari penjualan , pelunasan, dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman.

c. Informasi atas sumber daya ekonomi pelaporan keuangan bertujuan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi bank, kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya ekonomi tersebut.

d. Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaanya.

e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikanya pada tingkat keutungan yang layak , dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi terikat.


(40)

f. Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat.

5. Proses (Siklus) Akuntansi Perbankan Syariah

Proses /siklus akuntansi perbankan syariah, (Harahap, 1999, h.30) yaitu: Gambar 2.2 Siklus Akuntansi Perbankan Syariah

Reversing Entries

dibukukan

Sumber: Harahap, 1999

6. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi konvensional

Menurut Hidayat, perbedaan antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah adanya bentuk tujuan dan konsep akuntansi yang disusun berdasarkan pada pencapain tujuan syariah, tujuan ekonomi

Laporan Bukti

Neraca Transaksi

Jurnal

Jurnal

Neraca ercobaan/saldo

Buku Besar/ledger Jurnal


(41)

Islam serta tujuan lingkungan sosial masyarakat Islam39. Hal itu akan menuntut perbedaan kebutuhan dari Islamic user dengan non Islamic user40. Lebih lanjut Harahap menggambarkan salah satu perbedaan akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional adalah pada karakter dan praktik bisnis. Dalam hal ini kecenderungan bisnis Islam adalah

mudharabah, musyarakah ataupun kontrak syariah lainnya, sehingga

konsep akuntansi syariah cenderung menggunakan current value dan bentuk laporan keuangannya menyajikan laporan yang sesuai dengan sifat-sifat dari transaksi bisnis dalam konsep syariah tersebut.41

Secara prinsip, beberapa perbedaan yang mendasar pada akuntansi konvensional memberikan kelonggaran penilaian laporan keuangan dengan menilai hanya terbatas pada kewajaran (kebenaran relatif) yang merujuk pada standar yang berlaku, sedangkan akuntansi syariah tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al-haq) atau kebenaran moral yang harus di pertanggung jawabkan dihadapan Allah. Walaupun di satu sisi akuntansi syariah juga harus merujuk pada standar, tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, karena laporan yang dibuat sesuai

39

Nur Hidayat, (2002). Urgensi Laporan Keuangan (Akuntansi Syari’ah) dalam Praktek

Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, 13-14 Maret 2002,

(Yogyakarta: P3EI FE UII,2002), h,88. 40

Sofyan S. Harahap Menuju Suatu Teori Akuntansi Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2001), h, 216.

41

Sofyan S. Harahap Menuju Suatu Teori Akuntansi Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2001), h, 216.


(42)

dengan standar tidak selalu benar menurut syariah, bila secara substansial laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syariah42

Akuntansi konvensional lebih pada pemenuhan ketentuan standar-standar yang dibuat oleh manusia, sedangkan akuntansi syariah, mencoba menemukan apa yang seharusnya dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan (wahyu), dalam tataran ini akuntansi syariah tidak hanya diikat agar berada pada koridor standar akuntansi tetapi diikat pula dengan pertanggung jawaban dihadapan Tuhan (normatif religius).43

Dari segi tujuan, antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah memiliki kemiripan yang hampir sepadan, karena seperti dalam hal laporan keuangan sebagai pemasok informasi. Akuntansi konvensional memberikan laporan kinerja historis yang memberikan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan sebagai alat dalam pengambilan keputusan bisnis, sedangkan akuntansi syariah bertujuan sebagai sarana untuk mencapai target akhir berupa pemenuhan kewajiban zakat secara benar. Hal ini menjadikan akuntansi syariah memiliki titik tekan tujuan pada pertanggungjawaban (akuntabilitas) dihadapan Tuhan Dengan kata lain laporan keuangan akuntansi konvensional bertujuan pada pemberian informasi, sedangkan laporan keuangan akuntansi syariah menekankan pada pertanggung jawaban (akuntabilitas)

42

Nur Hidayat, Urgensi Laporan Keuangan (Akuntansi Syari’ah) dalam Praktek

Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, 13-14 Maret 2002, (Yogyakarta:

P3EI FE UII,2002), h,88-89. 43

Nur Hidayat. Urgensi Laporan Keuangan (Akuntansi Syari’ah) dalam Praktek


(43)

Gambar 2.3 Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari’ah Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syariah

(Laporan Keuangan) LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI KONVENSIONAL AKUNTANSI SYARI'AH PRINSIP-PRINSIP DASAR  Kebenaran Relatif

(Wajar)  Pemenuhan Standar yang Dibuat/ Dirumuskan oleh Manusia

 Kebenaran Hakiki (al-Haq)

 Mencoba Mene-mukan yang Seharusnya/Dibu-at Didasarkan pada Ketentuan Tuhan (Wahyu) TUJUAN

 Menekankan pada Informasi sebagai Alat dalam Pengambilan Keputusan Bisnis

 Laporan Keuangan Bukan Tujuan, Tetapi Sarana untuk Mencapai Tujuan, yakni: Pertanggung-jawaban Dihadapan Tuhan JENIS LAPORAN  Laporan Keuangan

Tambahan Disajikan Sesuai dengan Kebutuhan,

misalnya:Pengungk apan Tingkat Inflasi, Catatan Atas

Laporan Keuangan, dan Koreksi Fiskal

 Laporan Keuangan Tambahan Meliputi: Laporan Dana ZIS, Pengungkapan Aspek-aspek Syari'ah, dan Perhitungan Zakat

Sumber: Husein Syahatah(2001)

Menurut Syahatah44. Segi-segi perbedaan antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah dalam menyajikan laporan keuangan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

44

Husein Syahatah. Usul Al-Fikr Al-Muhasab Al-Islami (terjemahan), Jakarta: Akbar Media Sarana,2001),h, 94-95


(44)

a. Akuntansi konvensional menganut sistem penilaian aktiva dan modal dengan prinsip historical cost yaitu prinsip yang menyatakan bahwa setiap transaksi dicacat berdasarkan harga/ biaya perolehan , sedangkan akuntansi syariah lebih menghendaki konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku (current value), hal ini didasari oleh keinginan melindungi modal pokok yang hakiki dari kemampuan produksi di masa akan datang dalam ruang lingkup perusahaan dan kontinuitas.

b. Akuntansi konvensional membagi modal (aktiva) dalam dua golongan yakni, aktiva lancar (modal yang beredar) dan aktiva tetap (modal tetap). Akuntansi syariah membedakan modal yang terdiri dari harta berupa uang tunai (cash), dan harta berupa barang, harta dalam bentuk barang ini kemudian dibagi lagi menjadi barang milik dan barang dagangan.

c. Konsep akuntansi syariah menilai mata uang seperti emas, perak, dan barang-barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah merupakan tujuan, melainkan hanya sebagai alat tukar, perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai.

d. Konsep akuntansi konvensioanal mempraktikkan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian (conservatisme), dan mengabaikan laba-laba yang belum direalisasi. Perbedaannya akuntansi syariah sangat memperhatikan hal-hal cara menentukan harga dengan berdasarkan pada nilai tukar yang berlaku serta


(45)

membentuk cadangan untuk kemungkinan-kemungkinan bahaya dan risiko.

e. Akuntansi konvensional menerapkan laba secara menyeluruh, yang terdiri dari laba usaha, laba dari modal pokok, dan lain sebagainya. Konsep akuntansi syariah membedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari modal. Juga wajib memberikan penjelasan pendapatan-pendapatan yang diperoleh yang tidak sesuai dengan syariah laba dari aktivitas ini tidak boleh dibagikan kepada

mudharib dan musyarik (stakeholder) atau dicampurkan pada modal

pokok.

f. Konsep akuntansi konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli (aktivitas usaha berjalan), sedangkan konsep akuntansi syariah mengakui laba apabila nilai barang mengalami perkembangan atau pertambahan, baik hal itu terjadi karena adanya proses jual-beli maupun tidak. Akan tetapi, jual-beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba dan laba itu tidak boleh dibagi kecuali setelah nyata laba itu diperoleh.

Adanya perbedaan-perbedaan dalam kaidah dan prinsip-prinsip antara akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional sangat menyentuh pada aspek-aspek pokok dan inti dari persoalan akuntansi, artinya meskipun perbedaan tersebut dilihat dari luarnya hampir tidak tampak namun dari substansi perbedaan ini jauh lebih berarti, karena menyangkut masalah-masalah pokok dan inti.


(46)

7. Landasan Hukum                                                                                                                                                                                                                                             

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan


(47)

lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS

Al-Baqarah(2): 282)45

Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada orang yang beriman agar mereka melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah setiap melakukan perjanjian perserikatan yang tidak tunai, yaitu melengkapinya dengan alat-alat bukti sehingga dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan perselisihan yang mungkin timbul dikemudian hari.46

Alat bukti berdasarkan firman Allah SWT QS Al-Baqarah (2):282 tersebut.” Faktubuhu (maka hendaklah ada yang menuliskanya)” memberikan isyarat bahwa keberadaan akuntansi dalam sebuah lembaga keuangan atau transaksi menjadi wajib adanya. Karena melalui akuntansilah seseorang dapat mengetahui secara baik dan benar laporan keuangan terhadap transaksi, neraca, atau laba rugi yang pernah dilakukan.47

Maksud ayat ini adalah membahas masalah muamalah termasuk di dalamnya kegiatan jual beli, utang – piutang dan sewa menyewa. Dari situ dapat disimpulkan bahwa dalam Islam telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanan utamanya adalah untuk tujuan kebenaran,

45

Al-Quran Digital 46

Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1999),h.120. 47 Wiyono Salmet dan Mualamin Taufan

, Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia (Jakarta;Mitra Wacana Media,2012),h 16.


(48)

kepastian, keterbukaan dan keadilan antara kedua belah pihak yang memiliki hubungan muamalah, dalam bahasa akuntansi lebih dikenal dengan ( accountability).

Hal ini juga sesuai dengan perintah Allah saling tolong menolong dalam mengerjakan kabaikan dan janganlah tolong menolong dalam keburukan dan pelanggaran (kutipan dari surah Al-Maidah ayat 2). Ini berarti dalam akuntansi keuangan Islam mempunyai sasaran-sasaran yang harus disadari atau dipatuhi oleh akuntan keuangan Islam , dan tidak boleh memasuki bidang ini tanpa kesadaran dan pemahaman yang jelas mengenai sasaran keungan. Karena Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 282 bahwa” hendaklah seorang penulis diantara kamu

menulisnya dengan benar.48

Begitupun dengan Prof. Dr. Hamka dalam Tafsir Al-Azahar juz 3 tentang surat Al-Baqarah ayat 282, mengemukakan beberapa hal yang relevan dalam akuntansi sebagi berikut.49

“Perhatikan tujuh ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah supaya utang piutang ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu pekerjaan karena Allah, karena perintah Allah dilaksankan, sebab itu tidaklah layak karena berbaik hati karena kedua belah pihak lalu berkata tidak perlu dituliskan karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal umur kedua belah pihak sama sama di tangan Allah. Si anu mati dengan

48

Sofyan S. Harahap dan Wiroso Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbangkan Syariah

PSAK Syariah Baru (Jakarta;LPEE Usakti),h.59.

49


(49)

berhutang tempat berhutang menagih kepada ahli warisnya yang tinggal. si ahli waris bisa mengingkari utang itu karena tidak ada surat perjanjian”

Allah mengungkapkan secara jelas betapa wajibnya memelihara catatan . Bahkan yang lebih parah lagi sudah sampai pada situasi seolah-olah menulis transaksi seperti ini menunjukan kekurangan kepercayaan satu sama lain, padahal ini merupakan perintah Allah SWT kepada hamba yang tentu yang harus dipatuhi.50

D. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105

Akhir November 2007, Ikatan Akuntan Indonesia mengeluarkan

Ekxposure Draf Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (EDPSAK

Syariah) yang merupakan penyempurnaan dari PSAK 59 yang hanya mengatur Akuntansi Perbankan Syariah saja.51 Dalam kerangka penyusunan dan penyajian EDPSAK terdapat pembahasan dan pengevaluasian dari setiap pernyataan, satu diantaranya adalah pembahasan tentang PSAK 105 (akad mudharabah). EDPSAK syariah tersebut telah di sahkan pada tahun 2008.52

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Kuangan (PSAK 105) tentang akuntansi mudharabah, menjelaskan acuan akuntansi tentang pengukuran, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan mudharabah.53

1. Prinsip Bagi Hasil Usaha

Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip

50

Sofyan S Harahap , Akuntansi Islam Cet 1(jakarta: bumi Aksara,1997),h.120. 51

Muhammad , Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarat: F3EI Press,2008)h.12. 52

Muhammad ,Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarat: F3EI Press,2008)h.13. 53

Ikatan Aukntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keungan, (Jakarta:Salemba


(50)

bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross

profit) bukan total pendapatan usaha (omzet). Sedangkan jika berdasarkan

prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana

mudharabah. (PSAK 105 paragraf 11)

Contoh

Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

Penjualan 100

Harga pokok

penjualan 65

Laba bruto 35 laba bruto(gross profit)

Beban 25

Laba (rugi) neto 10 bagi laba (profit Sharin)

2. Akuntansi Untuk Pemilik Dana

a. Dana mudharabah yang disalurkan untuk pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nokas kepada pengelola dana. ( PSAK105 paragraf 13)54

1) Pengakuan investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas sebesar jumlah yang dibayarkan

b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar aset non kas pada saat penyerahan:

(1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan

54

Ikatan Aukntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keungan, (Jakarta:Salemba


(51)

tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.

(2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

b. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana , maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.(PSAK 105 paragraf 14)

c. Jika sebagian investsi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil (PSAK 105 Paragraf 15) d. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal

usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105 paragraf 16)

e. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset non-kas dan aset non-kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105 paragraf 17)

f. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain ditunjukan sebagai oleh:


(52)

1) Persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak dipatuhi

2) Tidak terdapat kondisi diluar kemampuan (force majeur) yang lajimdan/atau yang telah ditentukan dalam akad:atau

3) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang.(PSAK 105 paragraf 18)

g. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.(PSAK 105 paragraf 19

h. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesusai nisbah yang disepakati(PSAK 105 Paragraf 20)

i. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah berkahir, selisih antara: (PSAK 105 patagraf 21)

1) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan

2) pengembalian investasi atau kerugian

j. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan laba rugi atau realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.(PSAK 105 paragraf 22)


(53)

k. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. (PSAK 105 paragraf 23)

l. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. (PSAK 105 paragraf 24)

3. Akuntansi Untuk Pengelola Dana

a. Dana yang diterima oleh pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syrikah temporer sebesar jumlah kas atau nisbah nilai wajar aset non-kas yang diterima. Pada saat akhir periode akuntansi dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya. (PSAK 105 paragraf 25)55

1) Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset sesuai dengn ketentuan pada paragraf 12-13. (PSAK105 paragraf 26)

b. Pengelola dana mengakui pendapatan atas pengaluran dana syirkah temporer secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.(PSAK105 paragraf 27

c. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua prinsip yaitu laba atau bagi hasil seperti yang dijelaskan pada paragraf 11(PSAK105 paragraf 28)

55

Ikatan Aukntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keungan, (Jakarta:Salemba


(54)

d. Hak pihak ke tiga atas bagi hasil dan syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum dibagiakan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.(PSAK 105 paragraf 29)

e. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana.(PSAK paragraf 30)

Ilustrasi Jurnal56

1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.

Jurnal pada saat penyerahan kas: (PSAK 105 paragraf 13)

Transaksi Debit Kredit

Investasi Mudharabah xxx

Kas xxx

2. Investasi mudharabah dalam bentuk asset non kas diukur sebesar nilai wajar aset non kas pada saat penyerahan kemungkinanya ada 2:

Jika nilai wajar lebih tingggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisih diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.

Jurnal pada saat penyerahan asset non kas:

Transaksi Debit Kredit

Investasi mudharabah xxx

Keuntungan tangguhan xxx

Asset nonkas xxx

Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:

56

Slamet Wiyono, Memahami Akuntansi syariah di Indonesia, (Jakarta: Mitra Wacana Media,2013), h.186.


(55)

Transaksi Debit Kredit Keuntungan tangguhan xxx

Keuntungan xxx

Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisih diakui sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan asset nonkas. Jurnal:

Transaksi Debit Kredit

Investasi mudharabah xxx

Kerugian penurunan nilai xxx

Asset nonkas xxx

3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk asset non kas.(PSAK 105 paragraf 14)

a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai

Jika nilai investasi turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain dan bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.

Jurnal:

Transaksi Debit Kredit Kerugian investasi mudharabah xxx

Investasi mudharabah xxx

b. Penurunan nilai usaha setelah usaha dimulai (PSAK 105 Paragraf 15)

Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola


(56)

dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat bagi hasil. Jurnal:

Transaksi Debit Kredit

Kerugian investasi mudharabah xxx

Penyisian investasi mudharabah xxx

Kas xxx

Penyisiahan investasi xxx

Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx 4. Kerugian

Kerugian yang terjadi dalam satu periode dalam akad

mudharabah berakhir.

Pencatatan kerugian yang terjadi dalam satu periode sebelum akad mudharabah berkahir diakui sebagai kerugian dan bentuk kerugian investasi.

Jurnal:

Transaksi Debit Kredit

Kerugian investasi mudharabah xxx

Penyisihan kerugian investasi xxx

5. Hasil Usaha

Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.

Jurnal:

Transaksi Debit Kredit

Piutang pendapatan bagi hasil xxx

Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil.


(57)

Jurnal:

Transaksi Debit Kredit

Kas xxx

6. Akad Mudharabah Berakhir

Selisih saat akad mudharabah berkahir, selisih antara investasi

mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi, dan

pengambilan investasi mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian.( PSAK105 paragraf 19)

Jurnal :

Transaksi Debit Kredit

Kas/piutang/asset nonkas xxx

Penyisihan kerugian investasi xxx

Investasi mudharabah xxx

Keuntungan investasi mudharabah xxx

7. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diterima. (PSAK 105 paragraf 25)

Pengukuran dana syirkah temporer, dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diterima.

Jurnal:

Transaksi Debit Kredit

Kas/asset nonkas x xx

Dana syirkah temporer xxx

8. Penyaluran kembali dana syirkah temporer

Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai asset (investasi


(1)

transaksi–transaksi yang dicatat oleh Bank Muamalat Indonesia. Penerapan akuntansi baik pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia secara umum telah sesuai dengan PSAK 105 mengenai akuntansi mudharabah.

Akan tetapi Penerapan akuntansi pada saat pengakuan akad mudharabah ini tidak diatur dalam PSAK 105. Namun pada saat itu Bank Muamalat Indonesia mengakuinya terlebih dahulu sebagai kewajiban karena belum terjadi penyerahan modal kepada mudharib. Dan pada saat Penerapan akuntansi saat pengakuan pembelian sebesar harga perolehan tidak diatur dalam PSAK 105, Bank Muamalat Indonesia mengakuinya sebagai penambahan persediaan atau asset mudharabah.

B. Saran

1. Bank Muamalat Indonesia diharapakan lebih konsistensi dalam penerapan pengakuan dan pengukuran atas pencatatan transaksi mudharabah dengan ketentuan yang berlaku yaitu khususnya PSAK 105 yang menjelaskan mengenai akuntansi mudharabah. Meningkatkan kewaspadaan dalam menyalurkan dana kepada mudharib (pengelola dana). Bank Muamalat Indonesia harus melakukan penyebaran informasi mengenai bank syariah dengan melakukan publikasi atau pemberitahuan kepada masyarakat mengenai konsep syariah yang sejalan dengan prinsip perbankan yang memiliki keunggulan terbukti dapat bertahan didalam krisis global.


(2)

2. Untuk pihak Muamalat Institut agar dapat lebih membantu peneliti yang akan melakukan penelitian, dengan lebih terbuka pada pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian, dan dapat mempermudah penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelelitian.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma, M . Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan lainya di Negara Hukum Indonesia, ( Rajawali Pers,2008)

Antonio, Muhammad Syafi’i .Bank Syariah dari Teori Praktik, 2001 yang dikutip dari M.Rawas Qal”aji,mu’jam lughat al-fiqaha,(Beirut:darun-nafis,1985) Aziz Dahlan, Abdul et.al.,Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 4, (Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve1996)

Al Hafidz Nuruddin Ali Ibn Abi Bakar Al Haistami, Majma’Azzawaid Wa

manba’ul Fawaid, juz rabi’(Birut-Lebanon: Darul Kutub

Al’amaliyah,1988)

Dewan Syariah Nasional (DSN), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional,(Jakarta:Dewan Syariah Nasional, 2003)

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah(Qiradh)

Ghofur Anshori, Abdul. Payung Hukum Perbankan Syariah( Yogyakarta: UII Pres, 2007)

Gili, Edwar K. Bank Umum. (Bumi Aksara, Jakarta.2003) Harahap, Sofyan Syafri. Akuntansi Perbankan Syariah.( Edisi

Pertama. Jakarta LPFE Usakti,2002)

Harahap, Sofyan Syafri . Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999)

Harahap Sofyan Syafri . Menuju Suatu Teori Akuntansi Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum,2001)

Wiroso Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbangkan Syariah PSAK Syariah Baru (Jakarta;LPEE usakti)

Teori AKuntansi( Jakarta:Rajawali Press,2008) Hasbi Ramli.,Teori Dasar Akuntansi Islam.(Jakrta:Rainasan,2005),

Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, (No. 59. Jakarta : Salemba Empat.2002)


(4)

Ismail, Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam rupiah (Jakarta: kencana, 2010) Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi,2003)

Meydinawathi, Luh Gede Jurnal Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia 2002-2006, Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol 12 No 2 tahun 2007

Muhammad, Rifqi, Akuntansi Keungan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAK Syariah,(yogyakarta: P3EI Press, 2008)

Muslehudin, Muhammad. Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2004)

Mohamed sultan, Syed Alwi, Accounting For islamic Financial Product,(Kuala Lumpur: CERT Publications, 2008)

Muhammad, Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarat: F3EI Press,2008) Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,dan Disertasi), ( UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta; CeQDA ) cet II.2007

Nur Hidayat, Urgensi Laporan Keuangan (Akuntansi Syari’ah) dalam Praktek Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, 13-14 Maret 2002, (Yogyakarta: P3EI FE UII, 2002)

Pusat bahsa . kamus besar bahsa Indonesia (jakarta: Balai Pustaka) edsi ke 3 cet 1, 2003

Riza Salaman, Kautsar Riza. Akuntansi perbangkan Syariah Berbasis PSAK Syariah, ( Padang: @ Akademia Permata,2012)

Syahdeni, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. (Jakarta. PT. Pustaka Utama,1999)

Sahrani, Shohari . 2011 Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia,)

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Penerjemah: Nor Hassanuddin, Diterjemahkan dari kitab Fiqhus Sunnah, (lebak Bulus: Pena Pundi Aksara,2006)

Shahatan, Husein . Usul al-Fikr al-Muhasab al-Islami (terjemahan), ( Jakarta: Akbar Media Sarana,2001)

Suminto, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam. ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004)


(5)

Yaya, Riza . Aji Erlangga Martawireja, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer(Jakarta: Salemba Empat, 2012)

Wawancara bersama Bapak Kusyaeri selaku Relationship Manager Bank Muamalat Indonesia Cabang Pondok Indah, tanggal 10 April 2015 pada jam 13.00

Wawancara bersama Bapak Farouk A. Alwayni selaku Direktur International Banking & Financial Institution Bank Muamalat Indonesia, tanggal 23 April 2015 jam 13.00


(6)