Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

3 8 DAFTAR PUSTAKA 1993. Dasar Z. Abidin, - tumbuh. pengatur zat tentang dasar pengetahuan Angkasa. Bandung. 85 hal. 2005. Pengaruh Macam dan Konsentrasi Auk Andriyani. sin terhadap Induksi Kalus Embriogenik Manggis Garcinia mangostana L. Asal Biji Secara In Vitro. Skripsi UMY. Tidak Dipublikasikan. 2013. Kandungan Gizi Dan Komposisi Kentang Rebustanpa Garam. Asgar. ttp:asgar.or.idhealthnutrition-factskandungan-gizi-dan-komposisi- dari-kentang-rebus-tanpa-garam. Diakses 27 Mei 20016. Bidwell, R.G.S., 1979. Plant Physiology. Mac Millan Publishing Co. Inc., New York. BPS Jateng. 2014. Volume Penjualan Dalam Negeri Beberapa Macam Produksi Hasil Hutan di Jawa Tengah Tahun 2009 - Maret 2014.http:jateng.bps.go.idwebbetafrontendlinkTabelStatisviewid 1026. Diakses 14 April 2015. Campbell. N.A, Reece. J.B, and Mitchell. L.W. 2003. Biologi. Alih Bahasa: Wasmen Manalu.. Erlangga. Jakarta. Daru, M. 1994. Budidaya Tanaman Jati Emas. Kanisus,Yogykarta. Hal 24-30. Denish A. 2007. Percobaan perbanyakan vegetatif kemaitan Lunasia amara Blanco melalui kultur in vitro [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Hal. 21-30. Dixon, R.A. Gonzales. 1994. Plant cell culture. A Practical Approach. 2nd edition. New York: Oxford University Press. p 230. Ermayanti, T.M. 1997. Mengenal dan Mengatasi Kontaminan Pada Biak Jaring Tanaman. Warta Biotek XI 3. 4-9. George, E. F. Dan Sherrington, 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Eastern Press, Reading Berks. 709 p. Gunawan, L.W. 1987. Teknik Kultur In vitro. Laboratorium Bogor: Kultur In vitro Tanaman, Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. 3 9 Hadi, S. 2013. Pengaruh Penambahan Air Rebusan kentang Solanum Tuberosum L Terhadap pertumbuhan Pisang Ambon Musa acuminate AAA dalam teknik kultur in vitro. Program Serjana Pendidikan Biologi. Semarang. Hendaryono, D. P. S dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur In vitro, Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Kanisius. Yogyakarta. Amaliyah T Elviyan W.T. Nurul Septia H. Nofison K,. Imanudin. . 2015. Efektivitas Air Rebusan Kentang Solanum tuberosum L. Untuk Konservasi Tanaman Jati Tectona grandis Secara In Vitro.Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. H, Haggman H, Kontunen Laukkanen -Soppela S, Hohtola A. 1999. Tissue browning of in vitro cultures of Scots pine: Role of peroxidase and polyphenol oxidase. Physiol. Plant. 106:337-34. Lina, Evie R, Rahmad W. 2013. Pengaruh BAP dan Kinetin pada Media MS terhadap Pertumbuhan Eksplan Ujung Apikal Tanaman Jati Secara In Vitro. LenteraBio 2 1: 57-61. Lizawati, 2012. Induksi Kalus Embriogenik Dari Eksplan Tunas Apikal Tanaman Jarak Pagar Jatropha curcas L. Dengan Penggunaan 2,4 D DAN TDZ. 1 2: 75-80. Markal, A. Isda, M.N, Fatonah S. 2015. Perbanyakan Anggrek Grammatophyllum scriptum Lindl. Bl. Melalui Induksi Tunas Secara In Vitro Dengan Penambahan BAP dan NAA. JOM FMIPA 2 1:108- 114. A, Miryam . Suliansyah I, dan Djamaran A. 2008. Multiplikasi jeruk kacang Citrusnobilis L. pada beberapa konsentrasi NAA dan BAP pada medium WPM secara in vitro. Jurnal Agronomi Indonesia 1:97-104. Mohammad ,W.D.2014. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh BAP dan NAA Terhadap Pertumbuhan Ulin Eusideroxylon zwageri T. et B. Secara In Vitr. Depareen Silvikultur fakultas Kehutanan.IPB. Molnar, Z., E. Virag dan V. Ordog. 2011. Natural substances in tissue culture medium of higher plants. Acta Biologica Szegediensis 551:123-127. http:www.sci.u-szeged.huABS. 4 Pardal, S. J., Ika, M., E. G. Lestari., dan Slamet. 2004. Regenerasi Tanaman dan Transformasi Genetik Salak Pondoh untuk Rekayasa Buah partenokarpi. J. Bioteknologi Pertanian. 9 2 : 49-55. Pierik, R.I.M.,1987. In vitro Culture of Higher Plant. Marinus nijhoff Publisher. Netherland.213-217p. Prawiranata W, Said H, Pin T. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. Departemen Botani Fakultas Matematika dan IPA IPB: Bogor Qosim. WA. 2006. Studi iradiasi sinar gamma pada kultur kalus nodular manggis untuk meningkatkan keragaman genetik dan morfologi regeneran. disertasi. Pascaserjana IPB. Bogor P:148. M.S. 1993. Pengaruh Rahayu, medium, auksin, dan sitokinin terhadap perbanyakan, perbanyakan tunas jeruk Troyer Citrange secara in vitro. Dalam Seminar Program Pascasarjana IPB. Bogor. 74 hal. Sari YP. 2013. Pengaruh NAA dan BAP terhadap inisisasi tunas pada eksplan nodus tanaman zodia Evodia suavelones sceff secara invitro. Bioprospek, 6 1: 1-11. Salisbury, F. B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Perkembangan Tumbuha dan Fisiologi Lingkungan. Bandung. ITB. U, F Nursandi. 2003. Kultur Santoso vitro In Univer Tanaman. sitas Muhammadiyah Malang: Malang. Sumardi. 1996. Penggunaan arang aktif pada beberapa komposisi NAA dan BAP dalam kultur durian Durio zibethinus Murr. secara in vitro. Tesis S2. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang 76 hal. Tripod.com 2013. Prospek berkebun Jati Emas. http:Jatiemas. tripod. comid21. htm. Diakses 6 Mei 2015. Tripepi, R.R. 1997. Adventitious Shoot Regeneration. In R.I. Gereve eds. Biotechnology of ornaments plants. USA, CAB. International. p 112 – 121. Triwari, S.K., K.P. Tiwari, and E.A. Siril. 2002. An improved micropropagation protocol for teak. Plant Cell, Tissue, and Organ Culture 71:1-6. 41 Umi. 2008. Ekstrak Pisang Sebagai Suplement Medium MS salam Medium Kultur Tunas Pisang Rajabulu Musa Pradical L. AAB Group in vitro.Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.Hal.1 - 35. Wattimena, G. A. 1992. Zat pengatur tumbuh tanaman. PAU Bioteknologi. IPB. Bogor. 247 hal. P. Wareing, F. and I.D.J. Phillips. 1970. The Control Growth and of York. New Oxford. Press. Differentiation in Plants. Pergamon Toronto. Sydney. Paris. pp 1-146. Wetter, L. R. dan F. Constabel. 1991. Metode Kultur In vitro Tanaman. Bandung. ITB Press. secara Tanaman D.F. 1982. Pengantar Propagasi Wetherell, Vitro. In Avery Jersey. New Wayne diterjemahkan oleh Koensoemardiyah. Publishing Group Inc. Yosadha, R, R. Sumathi dan K. Gurumurthi. 2005. Improved Micropropagation Methods for Teak. Journal of Tropical Forest Science 171: 63-75. Yusnita, K. Mantja, Hapsoro, D 1996. Pengaruh benziladenin, adenin dan asam indol asetat terhadap perbanyakan tunas pisang ambon kuning secara in vitro. Jurnal Agrotropika 1 1: 29-32. Yuwono, T. 2006. Bioteknologi Pertanian. Cetakan pertama. Yogyakarta: UGM Press. Hal:163165. 42 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian Keterangan: K1 = Perlakuan 100 mll Air rebusan kentang K2 = Perlakuan 200 mll Air rebusan kentang K3 = Perlakuan 300 mll Air rebusan kentang K4 = Perlakuan 500 mll Air rebusan kentang K5 = Perlakuan 500 mll Air rebusan kentang K1.5 K4.5 K1.3 K3.3 K3.5 K4.4 K2.3 K4.3 K3.2 K5.2 K2.1 K5.3 K3.1 K4.1 K5.4 K1.2 K4.2 K5.5 K3.4 K5.1 K1.4 K2.5 K2.2 K1.1 K2.4 K1.7 K2.9 K4.7 K3.6 K5.9 K4.6 K5.10 K5.7 K3.9 K4.8 K3.8 K2.7 K1.6 K5.8 K1.10 K1.8 K3.7 K4.10 K2.6 K4.7 K3.10 K5.6 K2.8 K4.9 K2.10 43 Lampiran 2. Komposisi Medium Tabel 1. Komposisi larutan stok medium WPM KOMPOSISI Mgl gl 5x Pelarut aquadest Konsentrasi Unsur Makro NH 4 NO 3 400 0,4 2 100 ml 20 mll CaCl 2 2H 2 O 96 0,096 0,48 CaNO 3 2 .4H 2 O 556 0,556 2,78 KH 2 PO 4 170 0,17 0,85 MgSO 4 .7H 2 O 370 0,37 1,78 Unsur Mikro MnSO 4 .4H 2 O 29,4 0,0294 0,147 ZnSO 4 .7H 2 O 8,6 0,0086 0,043 H 3 BO 3 6,2 0,0062 0,031 CuSO 4 .5H 2 O 0,25 0,00025 0,00125 NaMoO 4 .2H 2 O 0,25 0,00025 0,00125 FeSO 4 .7H 2 O 27,8 0,0278 0,139 Na 2 EDTA 37,3 0,0373 Vitamin Tiamin HCl 0,1 0,0001 0,0005 Piridoksin HCl 0,5 0,0005 0,0025 Asam nicotinat 0,5 0,0005 0,0025 Glisin 2 0,002 0,01 Mio-inositol 100 0,1 0,5 Sukrosa 30 gl Agar 3 gl 44 Tabel 2. Komposisi medium WPM+ZPT+Air Rebusan kentang Stok Perlakuan ZPT untuk 300 ml 0,5 mgl 1,0 mgl 1,5 mgl 2,0 mgl 2,5 mgl BAP 1,5 ml 3 ml 4,5 ml 6 ml 7,5 ml Keterangan: 300 ml= Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan. Stok Perlakuan ZPT untuk 300 ml 0,1 mgl 0,2 mgl 0,3 mgl 0,4 mgl 0,5 mgl NAA 0,3 ml 0,6 ml 0,9 ml 1,2 ml 1,5 ml Keterangan: 300 ml= Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan. Perlakuan ZPT untuk 300 ml 100 mll 200 mll 300 mll 400 mll 500 mll Kentang 30 ml 60 ml 90 ml 120 ml 150 ml Keterangan: 300 ml= Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan. 45 Lampiran 3. Alur Pembuatan Medium WPM 0 Ambil larutan stok Makro 40 mll + stok Mikro 10 mll Masukkan kedalam erlenmeyer dan tambahkan sukrosa 30 gl gojok hingga homogen Cek pH hingga 6, lalu tambahkan Agar 3 gl Tambahkan aquadest hingga volume 1 LPanaskan menggunakan micowave atau kompor hingga mendidih Tutup dengan plasti dan diikat karet Simpan dalam ruang inkubasi Sterilisasi dengan autoklaf 1 atm 121 C selama 15-20 menit Tuangkan dalam botol kultur 20 ml per-botol 46 Lampiran 4. Alur Pembuatan Medium Perlakuan Kupas Kentang sebanyak 1 kg, dipotong-potong menjadi bagian kecil. Rebus kentang dengan penambahan aquadest sebanyak 1 Liter perbandingan 1:1, kemudian dinginkan. Stok Makro 40 mll + Mikro 10 mll + vitamin 10 mll + BAP+NAA danAir rebusn kentang sesuai dengan masing-masing perlakuan Tambahkan agar 3 gl, berikan aquadest sesuai dengan volume yang diinginkan Panaskan pada microwave atau kopor Masukkan kedalam erlenmeyer beri aquadest secukupnya Cek pH mencapai 6 Masukkan kedalam erlenmeyer Tambahkan 30 g sukrosa dan di gojog hingga larut Sterilisasi dengan autoklaf 1 atm 121 C selama 15-20 menit Simpan di rak inkubasi Masukkan kedalam botol kultur sebanyak 20 ml, dibungkus plastik dan diikat karet 47 Lampiran 5. Hasil Analisis Anova dan Sidik Ragam Jumlah Calon Tunas Minggu ke-7 dan 8 MST Tabel 1. Calon tunas 7 Tujuh Minggu Setelah Tanam MST Source DF Squares Mean Square F Value Pr F Model 4 2458,49841 614,42460 2,99 0,0299 s Error 40 8222,70159 205,56754 Corrected Total 44 10681,20000 Keterangan: s = Perlakuan berpengaruh nyata secara signifikan terhadap calon kalus Jati Emas pada mnggu ke- 8 dengan taraf nyata 5. Tabel 2. Calon tunas 8 Delapan Minggu Setelah Tanam MST Source DF Squares Mean Square F Value Pr F Model 4 2569,44286 642,36071 3,23 0,0218 s Error 40 7959,35714 198,98393 Corrected Total 44 10528,80000 Keterangan: s = Perlakuan berpengaruh nyata secara signifikan terhadap calon kalus Jati Emas pada mnggu ke- 8 dengan taraf nyata 5. Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Calon Tunas 7 dan 8 MST Perlakuan Calon Tunas 7 - MST 8- MST BAP 0,5 mgl + NAA 0,1 mgl + K 100 mll. 15.58 b 18.85 b BAP 1,0 mgl + NAA 0,2 mgl + K 200 mll. 16.50 b 21.80 b BAP 1,5 mgl + NAA 0,3 mgl + K 300 mll. 36.11 a 40.66 a BAP 2,0 mgl + NAA 0,4 mgl + K 400 mll. 21.22 b 25.33 b BAP 2,5 mgl + NAA 0,5 mgl + K 500 mll 18.90 b 22.90 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukan tidak ada beda nyata berdasarkan uji DMRT taraf α = 5 . 48 lampiran 6. Ringkasan Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Terbaik. Parameter Pengamatan Perlakuan A B C D E Persentase Eksplan Hidup Persentase Eksplan Kontaminasi persentase Eksplan Browning Persentase eksplan Recovery Persentase Eksplan Mati Jumlah Calon Tunas 7 MST 8 MST Keterangan : = Menunjukkan Hasi Terbaik pada Setiap Perlakuan Berdasarkan Parameter Pengamatan. 4 9 Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Sterilisasi Alat dan bahan Gambar 2. Persiapan Air rebusan kentang Gambar 3. Persiapan ZPT dan air rebusan Kentang Gambar 4. Pembuatan medium WPM+Air rebusan kentang Gambar 5. Inokulasi Gambar 6. Inkubasi 1 PENGARUH PENAMBAHAN AIR REBUSAN KENTANG Solanum tuberosum L., BAP DAN NAA TERHADAP INDUKSI TUNAS JATI EMAS Cordia subcordata SECARA IN VITRO Imanudin 20120210096 Dosen pendamping 1: Dr. Innaka Ageng Rineksane S.P,.M.P Dosen pembimbing 2: Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air rebusan kentang dengan kombinasi BAP dan NAA, terhadap induksi tunas Jati Emas secara in vitro. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari hingga April 2016. Penelitian ini menggunakan metode percobaan faktor tunggal terdiri dari lima perlakuan yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap. Masing – masing perlakuan diulang sebanyak10 kali. Perlakuan yang digunakan adalah BAP 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 mgL, NAA 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mgL dan Air Rebusan Kentang 100, 200, 300, 400, 500 mll. Parameter pengamatan antara lain persentase eksplan kontaminasi, persentase eksplan Browning, persentas eksplan hidup dan Jumlah Calon tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Air Rebusan Kentang 300 mll + BAP 1,5 mgl dan NAA 0,3 mgl, merupakan perlakuan terbaik ditunjukkan oleh jumlah calon tunas terbanyak pada minggu ke- 8 mencapai 40.66 Calon tunas, persentase eksplan hidup 90 , persentase eksplan kontaminasi 10 , persentase eksplan Browning 30 dan recovery 30 . Kata kunci: Jati Emas Cordia subcordata, BAP dan NAA, Air Rebusan Kentang PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman Jati Emas Cordia subcordata merupakan salah satu tanaman yang memberikan kontribusi nyata dalam menyediakan bahan baku kayu . Jati Emas disebut juga Fast Growth Golden Teak FGGT yang artinya Jati Emas berdaya tumbuh cepat. Jika jati biasa lokal baru bisa dipanen pada umur 45 tahun, maka Jati Emas ini bisa dipanen pada umur 10-15 tahun. Tanaman jati emas pada umur 5 tahun ditebang untuk penjarangan hasil penebangan kayunya juga sudah punya nilai ekonomi dan laku dijual. Kayu Jati Emas banyak dicari untuk konstruksi dekoratif misalnya parquet flooring lantai kayu, dinding, mebel dan kusen kayujendela berkualitas tinggi, kayu yang berkualitas ekspori, karena merupakan kebutuhan furniture dari bahan baku kayu jati, dilihat dari kebutuhan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 120,111 m 3 2009, 147,563 m 3 2010, 136,952 m 3 2 2011, 138,130 m 3 2012, 169,121 m 3 2013, 30,882 m 3 2014 BPS Jateng, 2014. Kebutuhan bahan baku kayu terutama jati yang semakin berkembang telah meningkatkan kebutuhan bibit jati. Tanaman Jati dapat diperbanyak secara generatif tetapi hasil perbanyakan secara generatif memiliki umur yang lebih panjang. Sementara, perbanyakan secara vegetatif khususnya kultur in vitro dapat memberikan keunggulan dan keuntungan jauh lebih besar . Perbanyakan dengan metode kultur in vitro merupakan perbanyakan yang dapat memperbanyak tanaman dengan waktu yang singkat, seragam dan berkualitas dalam menghasilkan tanaman baru dan pemenuhan kebutuhan bibit tanaman Jati dalam jumlah banyak. Penelitian kultur in vitro Jati Tectona grandis L telah dilakukan oleh Lina, dkk 2013 yang menyatakan bahwa penambahan 1 mgl BAP dan 1 mgl Kinetin ke dalam media MS menghasilkan persentase pertumbuhan kalus sebesar 23,64 dan tunas sebesar 12,79 dari eksplan ujung apikal tanaman jati. Sementara Yasodha et al. 2005 telah berhasil memultiplikasi tunas jati dengan mengkulturkan eksplan biji jati dalam media MS yang mengandung 22,2 µM BAP dan 11,62 µM Kinetin. Wattimena 1992 menyatakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah zat pengatur tumbuh. Benzyl Amino Purin BAP adalah zat pengatur tumbuh golongan sitokinin yang jika dikombinasikan dengan Naphtalene Acetic Acid NAA dari golongan auksin akan mendorong pembelahan sel dan pembentukan morfogenesis tanaman. Media kultur jaringan yang dirancang untuk tanaman berkayu seperti buah-buahan adalah Woody Plant Medium atau WPM, hasil komposisi dari Lloyd dan McCown, 1981 George dan Sherrington, 1984 cit Rahayu, 1993. Penelitian ini mencoba menggunakan air rebusan kentang yang dikombinasikan dengan BAP dan NAA untuk menginduksi tunas Jati.Air rebusan kentang digunakan sebagai zat organik kompleks yang ditambahkan ke dalam media kultur in vitro, dimana air rebusan kentang ini dapat meningkatkan pertumbuhan eksplan. Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan vitamin A, Tiamin vitamin B1, riboflavin vitamin B2, piridoksin vitamin B6, asam askorbat vitamin C, asam amino, protein, kalsium, magnesium, fosfor, dan besi Molnar et al., 2011. Hasil penelitian Imanudin, dkk 2014 dengan penambahan air rebusan kentang 300 mll pada media WPM dengan penambahan 1mgl BAP dan 0,1mgl NAA mampu menginduksi kalus pada eksplan Jati Emas Cordia subcordata 23,60 HST dan diameter kalus mencapai 4.64 cm. Sementara hasil penelitian Hadi, 2013 menyatakan penambahan air rebusan kentang dengan konsentrasi 300 mll kedalam media dapat meningkatkan jumlah akar planlet Pisang Ambon mencapai 4,33 cm.

B. Perumusan masalah

Kebutuhan kayu Jati Emas dari tahun ke tahun terus meningkat, sementara Jati Emas dapat memberikan kontribusi nyata terhadap penyediaan bahan baku kayu. Semakin tinggi kebutuhan kayu jati sejalan dengan kebutuhan bibit jati. Perbanyakan bibit Jati Emas secara konvensional membutuhkan waktu yang lama sehingga perlu adanya perbanyakan jati 3 dengan cepat dan seragam, oleh karena itu dibutuhkan kajian-kajian tentang perbanyakan jati emas dengan cara kultur in vitro.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh air rebusan kentang Solanum tuberosum L. terhadap pertumbuhan tunas Jati Emas Cordia subcordata secara in vitro. 2. Menentukan konsentrasi BAP dengan NAA yang dikombinasikan dengan air rebusan kentang sebagai ZPT kultur yang efektif untuk pertumbuhan tunas eksplan jati secara in vitro. TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universita Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari-Februari 2016.

B. Bahan dan alat penelitian

Alat penelitan yang digunakan meliputi: alat sterilisasi seperti Laminar Air Flow cabinet, lampu Bunsen, Autoklaf, alat inokulasi seperti pinset, plastik wrap, lampu bunsen, alumunium foil. Alat pengukur yaitu pH stik, gelas ukur, pipet ukur, timbangan analitik dan peralatan glassware. Bahan yang digunakan berupa Air rebusan kentag, kalus jati dan media WPM.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap RAL dengan faktor tunggal yaitu konsentrasi air rebusan kentang K dalam media WPM, BAP, 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 mgl dan NAA 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mgl dengan 5 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali, sehingga didapat 50 unit percobaan. Adapun perlakuan yang diuji sebagai berikut : A = BAP 0,5 mgl + NAA 0,1 mgl + K 100 mll. B = BAP 1,0 mgl + NAA 0,2 mgl + K 200 mll. C = BAP 1,5 mgl + NAA 0,3 mgl + K 300 mll. D = BAP 2,0 mgl + NAA 0,4 mgl + K 400 mll. E = BAP 2,5 mgl + NAA 0,5 mgl + K 500 mll.

D. Cara Penelitian

1. Tahap persiapan Tahapan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan yaitu: 1 Persiapan alat dan bahan penelitian, 2 Pembuatan media, 3 Homogenisasi 4 Induksi tunas jati, 5 Inkubasi, 6 Analisis data. 2. Persiapan Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari : eksplan berupa kalus jati dari hasil penelitian sebelumya ; media inokulasi berupa media WPM, Air rebusan kentang, BAP, NAA. Alat-alat yang digunakan meliputi : Laminar Air Flow cabinet, lampu Bunsen, autoklaf; pinset, plastik wrap, lampu bunsen, alumunium foil, pH stik, gelas ukur, pipet ukur, timbangan analitik, dan peralatan glassware. 3. Pembuatan media