Kesimpulan Berdasarkan bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan: Hak Cipta sebagai hak kebendaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan:

1. Pengaturan hak cipta sebagai hak dewasa ini di Indonesia, yaitu Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Undang-undang ini berlaku sampai tahun 2014, yang kemudian digantikan oleh undang-undang hak cipta terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. 2. Hubungan hukum antara pemegang hak terkait dengan penggandaan hak 2014, yaitu Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, ciptaan yang tidak orisinal, ciptaan yang belum diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata masih dalam bentuk ide, atau ciptaan yang telah menjadi milik umum, tidak dapat didaftarkan. Dengan kata lain, perlindungan diberikan untuk karya yang asli original, berarti bahwa dalam karya tersebut terdapat bentuk yang khas dan bersifat pribadi dari penciptanya merupakan suatu yang nyata perbedaannya dengan karya lainnya, dan dituangkan dalam bentuk yang riil. 3. Perlindungan hukum pemegang hak terkait terhadap penggandaan hak cipta berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yaitu perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlindungan terhadap konsumen dapat dilakukan melalui Universitas Sumatera Utara 101 berbagai bentuk diantaranya perlindungan ekonomi, sosial, politik dan perlindungan hukum.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Untuk menghindari maraknya penggandaan karya cipta yang berdampak merugikan pihak-pihak terkait seyogyanya disediakan sarana yang harus digunakan untuk melakukan tindakan penggandaan karya cipta lagu agar tidak merugikan hak-hak dan kepentingan orang lain. Sarana ini sebaiknya dicantumkan dalam peraturan perundang – undangan tentang Hak Cipta. Disamping itu sebaiknya dalam hal penerapan sanksi lebih tegas bagi pelaku pelanggar Hak Cipta. Penyempurnaan perangkat hukum kekayaan intektual harus lebih mengadaptasi dari ketentuan TRIPs Agreement. 2. Diharapkan hubungan hukum antara pemegang hak terkait dengan penggandaan mendapatkan perlindungansecara tidak sah yaitu melalui perangkat hukum yang jelas dan profesionalisme aparat penegak hukum sehingga akan menjamin berhasilnya Law Enforcement. 3. Perlu dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya Hak Cipta serta menyadarkan masyarakat agar lebih menghargai sebuah karya cipta. Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGATURAN HAK CIPTA SEBAGAI HAK KEBENDAAN

DEWASA INI DI INDONESIA

A. Hak Cipta sebagai hak kebendaan

1. Hak Cipta Secara Umum Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya tingkat pemahaman tentang istilah tersebut. Sebagai contoh sering orang awam menginterprestasikan hak cipta sama dengan hak kekayaan intelektual. Lainnya adalah pemahaman masyarakat terhadap perlindungan hak cipta ini, sebagai contoh misalnya karena pemahaman yang kurang sehingga sering muncul pemikiran dan perkataan yang keluar yaitu hak cipta dipatenkan atau merek dipatenkan sehingga seolah-olah pengertian hak cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia padahal, pengertian hak cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia di bidang tertentu saja. Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta, kata “Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak. 18 18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 323. Sedangkan kata “cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya manusia dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan Universitas Sumatera Utara 20 pengalaman.Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia. 19 Beberapa pendapat para sarjana mengenai pengertian hak cipta, antara lain: 20 1 WIPO World Intelektual Property Organization “Copy Right is legal from describing right given to creator for their literary and artistic works” yang artinya hak cipta adalah terminology hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra. 2 J. S. T Simorangkir Berpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian.Untuk mengumumkan dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang. 3 Imam Trijono Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi kuasapun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini. 19 Ibid., hlm. 210. 20 Sujud Margono, Op.Cit., hlm. 15. Universitas Sumatera Utara 21 Hak cipta pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, tetapi konsep hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an. Bila dilihat dari sejarahnya ada dua konsep besar tentang hak cipta yang pada akhirnya saling mempengaruhi yaitu: konsep Copyrights yang berkembang di Inggris dan negara- negara yang menganut sistem Hukum Common Law dan Konsep Droit d’Auteur yang berkembang di Perancis dan negara-negara yang menganut Sistem Hukum Civil Law. Konsep Copyrights yang lebih menekankan perlindungan hak-hak penerbit dari tindakan penggandaan buku yang tidak sah dapat ditelusuri dari berlakunya dekrit Star Chamber pada Tahun 1556 yang isinya menentukan ijin pencetakan buku dan tidak setiap orang dapat mencetak buku. Aturan hukum yang lain yang secara tegas melindungi hak penerbit dari tindakan penggandaan yang tidak sah adalah Act of Anne 1709 yang dianggap sebagai peletak dasar konsep modern hak cipta. 21 Konsep droit d’ auteur lebih ditekankan pada perlindungan atas hak-hak pengarang dari tindakan yang dapat merusak reputasinya.Konsep ini didasarkan pada aliran hukum alam yang menyatakan bahwa suatu karya cipta adalah perwujudan tertinggi alter ego dari pencipta dan pencipta mempunyai hak alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. Konsep ini berkembang pesat setelah revolusi Perancis pada Tahun 1789, konsep ini meletakkan dasar pengakuan tidak saja hak ekonomi dari pencipta akan tetapi juga hak moral. 22 21 Yuliati, Efektivitas Penerapan Undang-Undang 192002 Tentang Hak Cipta terhadap Karya Musik Indilabel, Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2004, hlm. 16. 22 Ibid., hlm. 17. Universitas Sumatera Utara 22 Pengertian konsep hak cipta yang berkembang pada masa sekarang adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi ketentuan dalam undang-undang yang berlaku.Hak cipta merupakan hak kebendaan atau sub sistem dari hukum benda. Mariam Darus berpendapat bahwa hal kebendaan terbagi atas dua bagian yaitu: Hak kebendaanyang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas. 23 Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna penuh bagi si pemilik.Selanjutnya untuk hak yang demikian disebut dengan hak kemilikan.Hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenimatan yang tidak penuh atas suatu benda.Jika dibandingkan dengan hak milik artinya hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurna jika dibandingkan dengan hak milik. 24 23 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Edisi Revisi Bandung: Alumni, Bandung, 2010, hlm. 23. 24 Ibid., hlm. 44. Dengan demikian hak cipta menurut rumusan ini dapat dijadikan objek hak milik. Hal ini dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 2 UUHC, yang berbunyi: hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian hak cipta terdapat pada Pasal 1 ayat 2 UUHC yang isinya dapat dijabarkan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 23 1. Yang dimaksud dengan pencipta adalah a. Seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan fikiran, imajinasi kecepatan, keterampilan atau keahlian yang di tuangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. b. Orang yang merancang suatu ciptaan, tetapi diwujudkan oleh orang lain dibawah pimpinan atau pengawasan orang yang merancang ciptaan tersebut. c. Orang yang membuat suatu karya cipta dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan. d. Badan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 UUHC. 2. Pengertian Hak Cipta Ketentuan Pasal 1 ayat 1 UUHC diartikan sebagai hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam kepustakaan hukum di Indonesia yang pertama dikenal adalah Hak Pengarang atau Hak Pencipta author right, yaitu setelah diberlakukannya Undang-Undang Hak Pengarang Auteurswet 1912 Stb. 1912 Nomor 600, kemudian menyusul istilah Hak Cipta. 25 25 M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 47. Istilah Hak Cipta sendiri pertama kalidicetuskan oleh Soetan Moh.Sjah Universitas Sumatera Utara 24 dalam Kongres Kebudayaan ke-2 yang diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional BMKN di Bandung. 26 Istilah hak cipta ini merupakan pengganti Auters Recht atau copyrights yang kandungan artinya lebih tepat dan luas, dibandingkan jika menggunakan istilah hak pengarang. Secara yuridis, istilah hak cipta telah dipergunakan dalam Undang-Undang Hak Cipta 1982 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912. 27 Hak cipta itu sendiri terdiri dari dua kata, hak dan cipta.Kata “hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.Kemudian kata “cipta” tertuju kepada hasil kreasi manusia dengan menggunakan sumber daya yang ada padanya berupa pikiran, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman.Oleh karenanya, Hak Cipta berkaitan dengan intelektualitas manusia itu sendiri berupa hasil kerja otak. 28 Hak cipta copyright adalah salah satu dari hak asasi manusia yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Right Deklarasi Umum Hak- hak Asasi Manusia dan UN International Covenants Perjanjian Internasional PBB dan juga hak hukum yang sangat penting yang melindungi karya budaya. Karya budaya adalah apa saja yang dihasilkan seseorang yang memperkaya alam pikirandan perasaan manusia. Karya budaya tidak mencakup hal-hal yang secara langsung menyumbang pada gaya hidup sehingga kehidupan atau pekerjaan lebih 26 Elissa, Penarikan Royalti Literatur, http:lib.ui.ac.idfile?file=digital122798- PK20IV202104.8214-Penarikan20royalti-Literatur.pdf, diakses tanggal 2 September 2014. 27 Rachmadi Usman, Hukum Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia Bandung: Alumni, 2003, hlm. 85-86. 28 Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara 25 nyaman, seperti, misalnya, mesin atau teknologi. Mesin dan teknologi tidak termasuk karya budaya karena sebagian besar berkaitan dengan pengembangan peradaban di bidang teknologi dan karena itu hak-hak hukum yang melindunginya terpisah dari hak cipta. 29 3. Jenis-jenis hak cipta Ada dua jenis hak yang terkandung dalam UUHC, yakni hak moral moral rights dan hak ekonomi economic rights.Hak moral diatur dalam Pasal 24 sampai Pasal 26 UUHC.Di dalam penjelasan Undang-undang tersebut, hak moral diartikan sebagai hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan.Artinya, secara moral ciptaan tersebut tidak boleh ada yang merusak ataupun mengubahnya dengan apapun, tanpa sepengetahuan dan sepertujuan dari penciptanya. Hak ekonomi diartikan sebagai hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk dari hak terkait. Menurut Djumhana hak ekonomi umumnya di setiap negara meliputi jenis hak: 1 Hak reproduksi atau penggandaan UUHC menyebutkan penggandaan adalah proses, pembuatan, atau cara menggandakan suatu salinan ciptaan dan atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentukapapun, secara permanen atau sementara. Hak reproduksi ini juga mencakup perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman 29 Tomatsu Hozumi, Asian Copyright Handbook Indonesian Version Asia Pacific Cultural Centre For Unesco dan Ikatan Penerbit Indonesia, 2004, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara 26 musik, pertunjukan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara dan film. 2 Hak adaptasi Adaptasi dalam UUHC adalah mengalihwujudkan suatu ciptaan menjadi bentuk lain. Hak ini dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah menjadi cerita fiksi dari karangan non fiksi, atau sebaliknya. Hak ini diatur baik dalam Konvensi Berne maupun Konvensi Universal Universal Copyright Convention. 3 Hak distribusi Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat berupa bentuk penjualan, penyewaan, atau bentuk lain yang maksudnya agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat. 4 Hak penampilan atau performance right Hak untuk penyajian kuliah, pidato, khotbah, baik melalui visual atau presentasi suara, juga menyangkut penyiaran film, dan rekaman suara pada media televisi, radio dan tempat lain yang menyajikan tampilan tersebut. Setiap orang atau badan yang menampilkan, atau mempertunjukkan sesuatu karya cipta, harus meminta izin dari si pemilik hak performing tersebut. Keadaan ini terasa menyulitkan bagi orang yang akan meminta izin pertunjukan tersebut maka diadakan suatu lembaga yang mengurus hakpertunjukan itu yang dikenal sebagai performing right society. Universitas Sumatera Utara 27 5 Hak penyiaran atau broadcasting right Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan kabel.Hak penyiaran ini meliputi penyiaran ulang dan mentransmisikan ulang. Ketentuan hak ini telah diatur dalam Konvensi Berne, maupun Konvensi Universal, juga konvensi tersendiri misalnya Konvensi Roma 1961; dan Konvensi Brussel 1974 yang dikenal dengan Relating on the Distribution Programme carrying Signals transmitted by Satellite. Hanya saja di beberapa negara, hak penyiaran ini masih merupakan cakupan dari hak pertunjukan. 6 Hak program kabel Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja mentransmisikan melalui kabel. Badan penyiaran televisi mempunyai suatu studio tertentu, dari sana disiarkan program-program melalui kabel kepada pesawat para pelanggan. Jadi siaran sudah pasti bersifat komersial. 7 Hak pinjam masyarakat atau public lending right Hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan, yaitu dia berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut. 30 3. Hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 tidak saja melindungi hak pencipta atau ciptaannya tetapi juga melindungi hak orang yang 30 Muhammd Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan Praktiknya di Indonesia Bandung: Citra Aditya Bakti. 2003, hlm. 67 Universitas Sumatera Utara 28 mempertunjukkan atau dengan cara lain menyebarkan suatu ciptaan kepada masyarakat luas. Hak ini dilekatkan kepada siapa saja yang memainkan peranan yang penting dalam penyebaran sebuah karya kepada masyarakat luas. 31 a. Hak moral pelaku pertunjukkan; Hak ini disebut juga dengan hak terkait.Pasal 20 UUHC menyebutkan bahwa hak terkait meliputi: b. Hak ekonomi pelaku pertunjukkan; c. Hak ekonomi produser fonogram; dan d. Hak ekonomi lembaga penyiaran. Pelaku pertunjukan merupakan seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukan suatu ciptaan.Pelaku pertunjukkan mempunyai hak eksklusif untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukan. Pelaku pertunjukan ini di antaranya aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyian, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, foklor, atau karya seni lainnya. Produser fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman pertunjukan maupun perekaman suara atau bunyi lain. Produser fonogram berhakuntuk memproduksi, memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya. 31 Ibid., hlm. 25. Universitas Sumatera Utara 29 Lembaga penyiaran adalah penyelenggaran penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.Lembaga penyiaran berhak untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi yang jauh dari tempat transmisi berasal. Seperti hak cipta, hak terkait diakui secara otomatis tanpa prosedur tertentu. Hak terkait juga dilindungi oleh konvensi internasional, seperti Konvensi Internasional tentang Perlindungan Pelaku Pertunjukkan, Produser Rekaman, dan Lembaga Penyiaran International Convention for the Protection of Performers, Producers of Phonograms, and Broadcasting Organization dan Konvensi tentang Perlindungan Produser Rekaman Suara terhadap Perbanyakan Rekaman Suara tanpa Izin Convention for the Protection of Producers of Phonogram Againts Unauthorized Duplication of Their Phonograms. Hak Cipta dan hak terhait dilindungi sendiri-sendiri dan karena itu perlu mendapat izin terpisah untuk penggunaan masing-masing hak.Misalnya, bila diperbanyak sebuah rekaman suara, harus meminta izin tidak saja dari pelaku pertunjukkan dan produser rekaman suara hak terkait, tetapi juga dari pengarang dan penulis lirik hak cipta. 32 32 Ibid. Universitas Sumatera Utara 30 4. Ruang lingkup hak cipta Ruang lingkup perlindungan hak cipta berdasarkan Pasal 40 ayat 1 UUHC meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang terdiri atas: a. Buku, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya; b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis lainnya; c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. Lagu danatau musik dengan atau tanpa teks; e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, perwayangan dan pantomim; f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. Karya seni terapan; h. Karya arsitektur; i. Peta; j. Karya seni batik atau seni motif lain; k. Karya fotografi; l. Potret; m. Karya sinematografi; n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari transformasi; o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca denganProgram Komputer maupun media lainnya; q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli Apabila dilihat rincian yang tertera di atas berdasarkan urutan 1 sampai 13, karya-karya tersebut dapat dikualifikasikan sebagai ciptaan asli.Sedangkan pada butir 14 sampai 17 merupakan pengolahan selanjutnya dari ciptaan-ciptaan asli.Di mana ciptaan asli merupakan hasil karya yang secara murni dibuat oleh penciptanya. Sedangkan pengolahan selanjutnya dari ciptaan-ciptaan asli adalah pengalihwujudan dari ciptaan orang lain yang sudah ada sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 31

B. Pengaturan Hak Cipta di Indonesia