Tinjauan Pustaka Perlindungan Hukum Pemegang Hak Terkait Terhadap Penggandaan Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

10

E. Tinjauan Pustaka

1. Perlindungan hukum Menurut Soedikno Mertokusumo yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah jaminan hak dan kewajiban untuk manusia dalam rangka memenuhi kepentingan sendiri maupun di dalam hubungan dengan manusia lain. 7 Pendapat Soedikno Mertokusumo tersebut dapat diuraikan bahwa perlindungan hukum adalah adanya jaminan yang diberikan oleh hukum. Dasar pemikiran tersebut adalah hukum mempunyai tugas memberi jaminan dalam bentuk perlindungan kepada manusia, karena hukum tersebut diadakan oleh manusia agar hukum dapat mengatur tentang pembagian hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan oleh hukum sesuai dengan tujuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tersebut. Pengertian perlindungan hukum dalam arti sosiologis dan antropologis adalah merupakan bagian dari kata hukum dalam pengertian hukum negara termasuk didalamnya peraturan perundang-undangan, peraturan daerah serta kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah. 8 Dengan demikian dapat diartikan bahwa perlindungan hukum adalah bentuk perlindungan yang diberikan negara dalam bentuk peraturan perundang-undangan untuk melindungi atau memberikan jaminan hukum kepada warga negaranya. 7 Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar Yogyakarta: Liberty 1988 hlm. 38. 8 http:www.katcenter.info, Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, Tulisan Upaya Perlindungan Hukum Terhdapat KAT diakses tanggal 1Maret 2016. Universitas Sumatera Utara 11 2. Pengertian hak cipta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Bab I, Ketentuan Umum, tentang Hak Cipta memberikan pengertian bahwa: “Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. 9 3. Hak terkait Kata “hak cipta” merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “hak” dan “cipta”. Kata “hak” berarti “kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh Undang-undang”. Sedangkan kata “cipta” menyangkut daya kesanggupan batin pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru, terutama di lapangan kesenian. Hak terkait adalah hak eksklusif bagipelaku, untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu; 10 9 Ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 204 Tentang Hak Cipta Produser, rekaman suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu; danlembaga penyiaran, untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu, yang dimaksud dengan pelaku di atas, yaitu: 10 http:netyernawaty.blogspot.co.id201211hak-ekonomi-moral-dan-hak-terkait.html diakses tanggal 1 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara 12 a. Aktor; b. Penyanyi; c. Pemusik; d. Penari; atau e. Mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama,tari, sastra, foklor, atau karya seni lainnya 4. Pengertian Kekayaan Intelektual Kekayaan Intelektual merupakan hak untuk menikmati hasil kreativitas intelektual manusia secara ekonomis.Kekayaan Intelektual berhubungan erat dengan benda tidak berwujud serta melindungi karya intelektual yang lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia. 11 Intellectual Property Rights IPR pertama kali diterjemahkan di Indonesia menjadi “Hak Milik Intelektual”, kemudian menjadi “Hak atas Kekayaan Intelektual”. Setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI Nomor M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dalam surat Nomor 24MPAN12000, istilah Hak Atas Kekayaan Intelektual atau akronim “HAKI” diganti menjadi Hak Kekayaan Intelektual dengan akronim HKI. Surat Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan tersebut didasari pula dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 1998 tanggal 15 September 1998, tentang Perubahan Nama Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten 11 Tomi Sunaryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual HKI di Era GlobalYogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hlm.69. Universitas Sumatera Utara 13 dan Merek berubah menjadi Direktorat Jenderal Hak AtasKekayaan Intelektual Ditjen HAKI kemudian berdasar Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 Ditjen HAKI berubah menjadi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Ditjen HKI. 12 Pada 22 April 2015 lalu, Presiden Joko Widodo menandantangani Peraturan Presiden Perpres No. 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan HAM Kemenkumham. Dalam Perpres tersebut, setidaknya terdapat dua Direktorat Jenderal Ditjen di lingkungan Kemenkumham yang namanya berubah. 13

F. Metode Penelitian