Kebebasan Pers di Indonesia

44 provokatf, wartawan amplop bahkan iklan yang menyesatkan. Pers kerap dipakai sebagai kepentingan politik pribadi ataupun kelompok tertentu. Hal ini sebagai dampak pemusatan kepemilikan media pada segelintir orang.

2. Kebebasan Pers di Indonesia

Di negara demokrasi, pers mempunyai pengaruh cukup signifikan di tengah masyarakat. Informasi yang disampaikannya dapat mempengaruhi individu atau kelompok, secara langsung ataupun tidak langsung. Selain sebagai media untuk memberi informasi bagi publik dan menjadi wahana pendidikan bagi masyarakat, pers juga berfungsi melakukan kontrol sosial. Tidak hanya terhadap perilaku aparat negara, tapi juga masyarakat. Peran besar ini memang membutuhkan ruang kebebasan yang memadai sehingga pers bisa menjalankan fungsinya secara maksimal tentu saja selain kode etik yang membuatnya harus tetap profesional. Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers menyebutkan: Kemerdekaan pers adalah suatu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum. Ini artinya, kemerdekaan pers dijalankan di dalam bingkai moral, etika dan hukum, sehingga kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai dengan kesadaran akan pentingnya penegakan supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung jawab profesi yang dijabarkan dan Kode Etik Wartawan Indonesia KEWI, sesuai dengan hati nurani insan pers. Istilah Kebebasan Pers sebenarnya dikonsepkan melalui suatu konklusi dari ketentuan Pasal 4 Ayat 2 dan 3 UU No 401999 beserta penjelasannya, Universitas Sumatera Utara 45 yang pada intinya menyatakan pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan dan atau penekanan dalam upaya mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Dengan demikian, makna kemerdekaan pers lebih luas dari makna kebebasan pers yang dipersepsikan oleh insan pers. 49 Mengenai kebebasan pun dijamin dalam konstitusi di Indonesia yang terdapat pada Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi, Pasal 28 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan linsan dan tulinsan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Jaminan terhadap kemerdekaan tersebut juga terdapat dalam setiap naskah hak-hak asasi manusia yang dikeluarkan setelah Perang Dunia II, misalnya Deklarasi Umum PBB tentang Hak-Hak Asasi manusia tahun 1948 dalam Pasal 19 menyatakan: Pasal 19 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk meliputi kebebasan mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat- pendapat dengan cara apapun juga dan dengan tidak memandang batas- batas. 50 Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik: Pasal 19 1. Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat dengan tidak mendapatkan gangguan; 2. Setiap orang berhak untuk menyatakan pendapat atau mengungkapkan 49 Pasal 4 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, dalam Samsul Wahidin, Hukum Pers, Pustaka Pelajar, 2005, hlm.233 50 Peter Baerhr, Pieter Van Dijk et.al ed. Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi Manusia, Yayasan Obor, Jakarta , 1997, hlm. 231 Universitas Sumatera Utara 46 diri, dalam hal ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan memberi informasiketerangan dan segala macam gagasan tanpa memperhatikan pembatas-pembatasan, baik secara linsan maupun tulinsan atau tercetak, dalam bentuk seni, atau sarana lain menurut pilihannya sendiri; 3. Pelaksanaan hak-hak yang diberikan dengan ayat 2 pasal ini membawa berbagai kewajiban dan tanggungjawabnya sendiri. Maka dari itu dapat dikenakan pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi hal demikian hanya boleh ditetapkan dengan undang-undang dan sepanjang keperluan untuk: a. Menghormati hak-hak dan nama baik orang lain; b. Menjaga keamanan nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau kesusilaan umum. 51 Pasal 10 Konvensi Eropa tentang Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1950 yang menyatakan: Pasal 10 1 Setiap orang berhak atas kebebasan untuk mengutarakan pendapat. Hak ini harus mencakup kebebasan berpendapat dan kebebasan untuk menerima dan memberikan keterangan tanpa campur tangan suatu instansi badan umum dan tanpa mengindahkan perbatasan- perbatasan. Pasal ini tidak akan menghalangi suatu negara untuk memberikan syarat ijin usaha untuk penyiaran, televisi dan bioskop. 2 Pelaksanaan segala kebebasan ini, karena membawa berbagai kewajiban dan tanggungjawab masing-masing, harus mengikuti formalitas, persyaratan atau pidana, yang diatur dengan undang- undang dan diperlukan dalam suatu masyarakat demokrasi demi kepentingan keamanan, integritaskedaulatan wilayah atau keselamatan umum; untuk mencegah kekacauan atau kejahatan, menjaga kesehatan atau kesusilaan umum, melindungi nama baik atau hak orang lain, menghalangi pengungkapan keterangan yang telah diterima sebagai rahasia, atau guna mempertahankan kekuasaan dan kenetralan peradilan. 52 Konstitusi dan ketentuan-ketentuan internasional tersebut mengisyaratkan bahwa kebebasan itu bernilai universal. Kebebasan itu ada tidak hanya sepanjang hasil pikiran dan perasaan itu ada di dalam pikiran atau perasaan seseorang atau 51 Ibid., hlm. 303 52 Ibid, hlm. 481 Universitas Sumatera Utara 47 paling jauh dituangkan untuk disimpan dalam bentuk tulinsan atau kalau itu berupa suara dilakukan perekaman, tetapi juga saat pendapat tersebut disiarkan atau disebarluaskan. Walaupun pendapat itu sangat membahayakan atau berupa perasaan yang sangat jahat sekalipun, kemerdekaan itu masih harus ada pada diri orang yang akan menyiarkan atau menyebarluaskannya. Karena itu, tidak ada tindakan yang sifatnya preventif yaitu mengekang atau menjadikan orang tidak bebas untuk menyiarkan atau menyebarluaskan pendapatnya. Selain bernilai universal yang maknanya setiap orang mempunyai hak tersebut, pengertian universal juga berarti bahwa hak itu harus dilindungi dengan adanya jaminan oleh undang-undang. Semangat kebebasan pers juga terlihat dalam ketentuan Undang-Undang Pers ini mengenai wartawan, perusahaan pers, Dewan Pers, pers asing, dan peranan serta masyarakat dalam kehidupan pers. Mengenai wartawan Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa wartawan bebas memilih organisasi wartawan. Karena organisasi wartawan di era reformasi banyak bermunculan, organisasi wartawan yang diakui tidak lagi bersifat tunggal, yaitu Persatuan Wartawan Indonesia PWI, seperti di masa Orde Baru. Mengenai perusahaan pers Pasal 9 ayat 1 undang-undang ini menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. Dalam penjelasannya dikatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak atas kesempatan yang sama untuk bekerja sesuai dengan hak asasi manusia, termasuk mendirikan perusahaan pers sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara 48 Ditambahkan bahwa pers nasional mempunyai fungsi dan peranan yang penting dan strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena itu, negara dapat mendirikan perusahaan pers dengan membentuk lembaga atau badan usaha untuk menyelenggarakan usaha pers. Tentang Dewan Pers Pasal 15 undang-undang ini menyatakan: 1 Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independent. 2 Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain. b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers. c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik. d. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers. e. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat dan pemerintah. f. Menfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan- peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan. g. Mendata perusahaan pers. 3 Anggota Dewan Pers terdiri dari : a. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan. b. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan Universitas Sumatera Utara 49 pers. c. Tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunkasi, dan bidang-bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. d. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota. 4 Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 pasal ini ditetapkan dengan keputusan presiden. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dipilih kembali untuk satu periode berikutnya. 5 Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari : a. Organisasi pers. b. Perusahaan pers. c. Bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat. Dalam penjelasan Pasal 15 ayat 1 di atas dikatakan bahwa tujuan dibentuknya Dewan Pers adalah untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kualitas serta kuantitas pers nasional. Selanjutnya mengenai peran serta masyarakat Pasal 17 Undang-Undang ini menyatakan: 1. Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan. 2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat berupa : a. Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, Universitas Sumatera Utara 50 etika dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan pers. b. Menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional. Tetapi dengan kebebasan pers tidak berarti bahwa pers itu boleh berkembang tanpa kendali, karena undang-undang ini juga mengatur fungsi, kewajiban, peranan dan ketentuan lainnya yang harus ditaati oleh pers.

3. Fungsi dan Peranan Pers

Dokumen yang terkait

Pencemaran Nama Baik Yang Dilakukan Oleh Pers Ditinjau Dari KUHP Dan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers

1 31 113

Implementasi Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Dalam Memberikan Perlindungan Kemerdekaan Pers Bagi Wartawan Kota Bandung

7 78 167

Implementasi Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Dalam Memberikan Perlindungan Kemerdekaan Pers Bagi Wartawan Kota Bandung

0 28 167

WACANA KONGLOMERASI MEDIA NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK PERS WACANA KONGLOMERASI MEDIA NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK PERS (Analisis Wacana Mengenai Konglomerasi Media di Indonesia Menurut Bab IV Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers).

0 3 14

PENDAHULUAN WACANA KONGLOMERASI MEDIA NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK PERS (Analisis Wacana Mengenai Konglomerasi Media di Indonesia Menurut Bab IV Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers).

0 2 34

KESIMPULAN DAN SARAN WACANA KONGLOMERASI MEDIA NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK PERS (Analisis Wacana Mengenai Konglomerasi Media di Indonesia Menurut Bab IV Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers).

0 3 40

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN SECONDARY RAPE OLEH PERS ATAS PEMBERITAAN TENTANG PERKOSAAN DI MEDIA MASSA DIKAITAKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS.

0 1 1

Kebebasan Pers dalam Konteks KUHP Pidana: Menyoal Undang-Undang sebagai Fungsi Komunikasi

0 0 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG - UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers

0 0 11

PERBANDINGAN SISTEM PERS YANG DIANUT INDONESIA DI ERA ORDE BARU DAN ERA REFORMASI (TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS) - repository perpusta

0 0 9