BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
1. Variabel : Profil lipid
Definisi Operasional : Gambaran kadar lipid dalam darah termasuk
kadar trigliserida, kolesterol total, HDL dan LDL.
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi
Skala : Rasio
Hasil Ukur : Data gambaran profil lipid pada pasien DM.
Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
- Umur
- Jenis Kelamin
- Lama menderita DM
- Komplikasi
Profil Lipid
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel : Umur
Definisi Operasional : Umur pasien Alat Ukur
: Rekam medis Cara ukur
: Observasi Skala
: Interval Hasil Ukur
: - 40 tahun - 40-49 tahun
- 50-59 tahun - 60-69 tahun
- 70-79 tahun - 80-89 tahun
- ≥ 90 tahun
3. Variabel : Jenis Kelamin
Definisi Operasional : Jenis kelamin pasien Alat Ukur
: Rekam medis Cara Ukur
: Observasi Skala
: Nominal Hasil Ukur
: - Laki-laki - Perempuan
4. Variabel : Lama Menderita DM tipe 2
Definisi Operasional : Jangka waktu pasien dari saat pertama kali didiagnosa menderita DM tipe 2 sampai saat
pengambilan data.
Alat Ukur : Rekam Medis
Cara Ukur : Observasi
Skala : Interval
Universitas Sumatera Utara
Hasil ukur : - 5 Tahun
- 5 – 10 Tahun -
≥ 10 Tahun 5. Variabel
: Komplikasi Definisi Operasional
: Komplikasi yang timbul bila terjadi perubahan pada profil lipid pasien seperti hipertensi,
ataupun penyakit kardiovaskuler
Alat Ukur : Rekam Medis
Cara Ukur : Observasi
Skala : Ordinal
Hasil Ukur : Komplikasi pada pasien DM.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional potong lintang. Penelitian ini menggambarkan profil
lipid pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik pada bulan Juli 2013 – Juli 2014
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari bulan Agustus sampai September 2014.
4.3 Populasi dan Data Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua rekam medis pasien dengan DM tipe 2 dari Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam
PriaWanita di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juli 2013 - Juli 2014.
4.3.2 Sampel Sampel dipilih menggunakan teknik consecutive sampling
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian. Perkiraan besar sampel minimun yang diperlukan menggunakan tabel sampling krejcie
and morgan, 1970 terlampir dimana populasi dalam satu tahun berjumlah 3461 kasus dan sampel yang dibutuhkan sebanyak 341 orang.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah Kriteria inklusi :
Semua data rekam medik dari Poli Rawat Jalan Ilmu Penyakit Dalam pada periode Juli 2013 - Juli 2014 untuk pasien yang didiagnosa
DM tipe 2 dan telah diperiksa profil lipidnya. Kriteria eksklusi
: Rekam medis yang tidak lengkap ataupun hilang dan pasien DM
yang belum diperiksa profil lipidnya. 4.4
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari rekam medis yang ada di Instalasi Rekam Medis yang berasal dari Poli Rawat Jalan Ilmu Penyakit Dalam di RSUP Haji
Adam Malik Medan pada bulan Juli 2013 - Juli 2014.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dan kemudian diolah dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science SPSS versi 21.0
kemudian akan dibuat tabel distribusi frekuensi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan komplikasi yang timbul sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui
gambaran profil lipid pada pasien DM tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode Juli 2013 - Juli 2014.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas
A sesuai dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVII1990 dan sesuai dengan SK Menkes No.502MenkesSKIX1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera
Utara.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan. Instalasi Rekam Medik ini berada di lantai satu
gedung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan.
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang
berasal dari rekam medis penderita DM tipe 2 yang berisi hasil pemeriksaan profil lipid di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik,
Medan. Data yang diambil berada pada kurun waktu 1 tahun, yaitu dari 1 Juli 2013 sampai 1 Juli 2014.
Jumlah data keseluruhan adalah 341 data rekam medis lengkap yang berisi data dasar berupa umur, jenis kelamin, dan hasil pemeriksaan profil lipid serta
data tambahan berupa komplikasi yang turut didokumentasikan.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.1 Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin.
Distribusi data penelitian berdasarkan jenis kelamin pasien DM tipe 2 periode Juli 2013 – Juli 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
n
Laki-laki 159
46.6 Perempuan
182 53.4
Total 341
100
Berdasarkan tabel 5.1., didapati bahwa pasien DM tipe 2 lebih banyak diderita oleh perempuan sebanyak 182 orang 53.4 dibanding pada laki-laki
yang sebanyak 159 orang 46.6.
5.1.2.2 Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Umur. Distribusi data penelitian berdasarkan umur pasien DM tipe 2 periode Juli
2013 – Juli 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur
n
40 Tahun 6
1.8 40 - 49 Tahun
26 7.6
50-59 Tahun 120
35.2 60-69 Tahun
128 37.5
70-79 Tahun 53
15.5 80-89 Tahun
≥ 90 Tahun 7
1 2.1
.3
Total 341
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.2., didapati bahwa jumlah pasien DM tipe 2 terbanyak terdapat pada kelompok usia 60-69 tahun dengan 128 orang 37.5, diikuti oleh
kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 120 orang 35.2. Kelompok usia dengan jumlah pasien DM tipe 2 paling sedikit adalah kelompok usia
≥ 90 tahun jumlah pasien sebanyak 1 orang 0.3 dan nilai rata-rata dari umur pasien penderita DM
tipe 2 adalah 60.94 Tahun.
5.1.2.3 Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Lamanya Menderita.
Distribusi data penelitian yang menunjukkan lamanya menderita DM tipe 2 periode Juli 2013 – Juli 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Lamanya Menderita DM
Lamanya Menderita DM Tipe 2
n
5 Tahun 117
34.3 5-10 Tahun
132 38.7
10 Tahun 92
27.0
Total 341
100
Berdasarkan tabel 5.3., didapati bahwa lamanya menderita DM tipe 2 terbanyak pada kelompok durasi 5-10 tahun dengan 132 orang 38.7, dengan
rata-rata dari lamanya menderita DM tipe 2 adalah 7.72 Tahun.
5.1.2.4 Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Profil Lipid. Distribusi data penelitian berdasarkan profil lipid pasien DM tipe 2 pada
periode Juli 2013 – Juli 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Profil Lipid
Profil Lipid Normal
Meningkat n Total
Total n
n
Total Kolesterol
169 49.6
172 50.4
341 100
HDL 241
70.7 100
29.3 341
100 LDL
64 18.8
277 81.2
341 100
Trigliserida 206
60.4 135
39.6 341
100 Menurun pada variabel HDL
Berdasarkan tabel 5.4., didapati bahwa jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar kolesterol lebih banyak dari yang normal yakni sebanyak
172 orang 50.4 dengan rata-rata kadar kolesterol 207.04 mgdl dan kadar kolesterol terendah adalah 84 mgdl sedangkan kadar kolesterol tertinggi adalah
479 mgdl. Jumlah pasien yang mengalami penurunan pada kadar HDL lebih sedikit
dari yang normal yakni sebanyak 100 orang 29.3 dengan rata-rata kadar HDL 46.76 mgdl dan kadar HDL terendah adalah 10 mgdl sedangkan kadar HDL
tertinggi adalah 143 mgdl. Jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar LDL lebih banyak
dari yang normal yakni sebanyak 277 orang 81.2 dengan rata-rata kadar LDL 133.5 mgdl dan kadar LDL terendah adalah 23 mgdl sedangkan kadar LDL
tertinggi adalah 328 mgdl. Sedangkan jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar
trigliserida lebih sedikit dari pada yang normal yakni sebanyak 135 orang 39.6 dengan rata-rata kadar trigliserida 154.11 mgdl dan kadar trigliserida terendah
adalah 20 mgdl sedangkan kadar trigliserida tertinggi adalah 658 mgdl.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Distribusi Profil Lipid Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur Kolesterol
Total LDL
HDL Trigliserida
n n
n n
40 Tahun N
3 0.9
5 1.5
4 1.2
D 3
0.9 6
1.8 1
0.3 2
0.6 40-49 Tahun
N 14
4.1 3
0.9 16
4.7 14
4.1 D
12 3.5
23 6.8
10 2.9
12 3.5
50-59 Tahun N
59 17.3
24 7
82 24.1
76 22.3
D 61
17.9 96
28.1 38
11.1 44
12.9 60-69 Tahun
N 61
17.9 24
7 89
26.1 70
20.5 D
67 19.6
104 30.5
39 11.4
58 17
70-79 Tahun N
28 8.2
10 2.9
42 12.3
37 10.8
D 25
7.3 43
12.6 11
3.2 16
4.7 80-89 Tahun
N 4
1.2 3
0.9 6
1.8 4
1.2 D
3 0.9
4 1.2
1 0.3
3 0.9
≥90 Tahun N
1 0.3
1 0.3
D 1
0.3 1
0.3 Ket: N: Normal; D: Dislipidemia
Berdasarkan tabel 5.5., didapati bahwa jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar kolesterol lebih banyak pada kelompok umur 60-69 tahun
yakni sebanyak 67 orang 19.6, jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar LDL lebih banyak pada kelompok umur 60-69 tahun yakni sebanyak 104
orang 30.5, jumlah pasien yang mengalami penurunan pada kadar HDL lebih banyak pada kelompok umur 60-69 tahun yakni sebanyak 39 orang 11.4, dan
jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar trigliserida lebih banyak pada kelompok umur 60-69 tahun yakni sebanyak 58 orang 17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Distribusi Profil Lipid Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Kolesterol
Total LDL
HDL Trigliserida
n n
n n
Laki-Laki N
94 27.6
35 10.3
103 30.2
101 29.6
D 65
19.1 124
36.3 56
16.4 58
17 Perempuan
N 75
21.9 29
8.5 138
40.5 105
30.8 D
107 31.4
153 44.9
44 12.9
77 22.6
Ket: N: Normal; D: Dislipidemia Berdasarkan tabel 5.6., didapati bahwa jumlah pasien yang mengalami
kenaikan pada kadar kolesterol lebih banyak pada perempuan yakni sebanyak 107 orang 31.4, jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar LDL lebih
banyak pada perempuan yakni sebanyak 153 orang 44.9, jumlah pasien yang mengalami penurunan pada kadar HDL lebih banyak pada laki-laki yakni
sebanyak 56 orang 16.4, dan jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar trigliserida lebih banyak pada perempuan yakni sebanyak 77 orang 22.6.
Tabel 5.7. Distribusi Profil Lipid Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Lama Menderita DM
Lama Menderita DM
Kolesterol Total
LDL HDL
Trigliserida n
n n
n
5 Tahun N
62 18.2
27 7.9
83 24.3
78 22.9
D 55
16.1 90
26.4 34
10 39
11.4 5-10 Tahun
N 59
17.3 18
5.3 97
28.4 74
21.7 D
73 21.4
114 33.4
35 10.3
58 17
10 Tahun N
48 14.1
19 5.6
61 17.9
54 15.8
D 44
12.9 73
21.4 31
9.1 38
11.2 Ket: N: Normal; D: Dislipidemia
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.7., didapati bahwa jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar kolesterol lebih banyak pada kelompok yang menderita DM
tipe 2 selama 5-10 tahun yakni sebanyak 73 orang 21.4, jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar LDL lebih banyak pada kelompok yang
menderita DM tipe 2 selama 5-10 yakni sebanyak 114 orang 33.4, jumlah pasien yang mengalami penurunan pada kadar HDL lebih banyak pada kelompok
yang menderita DM tipe 2 selama 5-10 yakni sebanyak 35 orang 10.3, dan jumlah pasien yang mengalami kenaikan pada kadar trigliserida lebih banyak pada
kelompok yang menderita DM tipe 2 selama 5-10 tahun yakni sebanyak 58 orang 17.
5.1.2.5 Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi. Distribusi data penelitian berdasarkan komplikasi yang muncul pada
periode Juli 2013 – Juli 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.8. Distribusi Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi Komplikasi
n
Gagal Jantung Kongestif 22
6.4 Hipertensi
149 43.7
Neuropati Diabetik 21
6.1 Penyakit Ginjal Kronis
2 0.5
Penyakit Jantung Hipertensi 17
4.9 Penyakit Jantung Koroner
52 15.3
Retinopati Diabetik 8
2.3 STEMI
2 0.5
Stroke Iskemik 9
2.7 Ulkus Diabetik
6 1.8
Tidak Tercantum 53
15.8
Total
341 100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.8., didapati bahwa jumlah komplikasi yang muncul pada pasien DM tipe 2 terbanyak adalah hipertensi dengan 149 orang 43.7,
diikuti oleh penyakit jantung koroner sebanyak 52 orang 15.3. Sedangkan yang tidak tercantum adanya komplikasi dalam rekam medisnya sebanyak 53
orang 15.8..
5.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran profil lipid pada pasien DM tipe 2, mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan lamanya menderita terhadap terjadinya DM tipe 2, mengetahui gambarana profil lipid pasien DM tipe 2 berdasarkan karakteristiknya, dan
mengetahui komplikasi yang sering terjadi pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada periode Juli 2013-Juli 2014.
Dari hasil penelitian diatas didapati bahwa profil lipid pada pasien DM tipe 2 lebih banyak terjadi perubahan berupa meningkatnya kadar kolesterol
50.4 dan LDL 81.2. Sedangkan yang mengalami perubahan pada kadar HDL dan Trigliseria cenderung lebih sedikit dibandingkan yang normal. Hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Josten et al 2005 yang menyatakan bahwa 71 pasien DM tipe 2 mengalami kenaikan pada kadar LDLnya, sedangkan yang
mengalami perubahan pada kadar kolesterol total dan trigliserida lebih sedikit dari pada yang normal. Hal berbeda ditunjukkan pada perubahan kadar HDL dimana
terjadi penurunan pada 62 pasien dibanding yang normal. Berdasarkan distribusi data diatas, dapat dilihat bahwa kelompok umur
terbanyak yang menderita DM tipe 2 adalah kelompok umur 60-69 tahun dengan 128 orang 37.5. Hal ini sejalan dengan laporan dari diabetes.org.uk pada tahun
2014 yang menunjukkan bahwa 26.05 dari keseluruhan pasien DM tipe 2 di Inggris dan Wales berada pada kelompok umur 60-69 tahun. Sementara penelitian
yang dilakukan Sihombing pada tahun 2008 di 10 puskesmas kota Medan
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa kelompok umur 50-59 tahun merupakan kelompok umur tersering yang menderita DM tipe 2.
Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi kelompok jenis kelamin terhadap terjadinya DM tipe 2 terbanyak adalah pada kelompok jenis kelamin
wanita, yaitu 182 orang 53.4, sedangkan pada kelompok jenis kelamin pria terdapat 159 orang 46.6, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hilawe, et al. pada tahun 2012 di Afrika yang menyatakan bahwa prevalensi perempuan yang menderita DM tipe 2 lebih banyak dari laki laki..
Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi pasien berdasarkan lamanya menderita DM tipe 2 terbanyak adalah pada kelompok 5-10 tahun, yaitu 132
orang 38.7, hal yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Siboro pada tahun 2010 di rumah sakit yang sama menyatakan bahwa distribusi
pasien DM tipe 2 berdasarkan lamanya menderita DM tipe 2 terbanyak pada kelompok 5 tahun. Berdasarkan distribusi profil lipid terhadap umur, didapati
perubahan profil lipid terbanyak terjadi pada kelompok umur 60-69 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian Josten et al 2005 yang menyatakan perubahan profil
lipid terbanyak terjadi pada kelompok usia 59 tahun. Dari distribusi profil lipid terhadap jenis kelamin, didapati perubahan
profil lipid berupa kenaikan kadar kolesterol, LDL dan, trigliserida lebih banyak terjadi pada perempuan, sedangkan penurunan kadar HDL lebih banyak terjadi
pada laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Josten et al yang menunjukkan bahwa perubahan profil lipid lebih banyak terjadi pada
perempuan. Berdasarkan distribusi profil lipid terhadap lamanya menderita penyakit,
didapati perubahan profil lipid terbanyak terjadi pada kelompok yang menderita penyakit selama 5-10 tahun. Belum didapatkan acuan referensi yang mendukung
maupun menentang akan hal tersebut. Berdasarkan distribusi data diatas, dapat dilihat pula bahwa komplikasi
yang paling sering muncul pada pasien DM tipe 2 adalah hipertensi dengan 149
Universitas Sumatera Utara
orang 43.7 dan diikuti oleh penyakit jantung koroner sebanyak 52 orang 15.3. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Siregar 2011 yang
menyatakan bahwa perubahan kadar LDL pada pasien DM tipe 2 berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dunn 2010 yang menyatakan bahwa komplikasi kardiovaskular merupakan komplikasi paling sering pada DM tipe 2 akibat abnormalitas dari metabolisme
lipoprotein yang menyebabkan perubahan dari profil lipid. Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak adanya data berat badan dan
tinggi badan yang digunakan untuk mengukur BMI serta tidak adanya ukuran lingkar pinggang yang merupakan indikator dari terjadinya obesitas. Obesitas
mempunyai peran sebagai faktor resiko terhadap terjadinya DM tipe 2 dan dislipidemia.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perubahan profil lipid yang terjadi pada pasien DM tipe 2 lebih banyak
pada perubahan dari kadar kolesterol total dan LDL melebihi batas normal. 2.
Usia tersering terkena DM tipe 2 adalah kelompok usia 60-69 tahun yaitu 128 orang 37.5
3. Jenis kelamin terbanyak terkena DM tipe 2 adalah jenis kelamin perempuan
yaitu 182 orang 53.4 4.
Durasi menderita DM tipe 2 terbanyak adalah 5-10 tahun yaitu 132 orang 38.7
5. Komplikasi yang paling sering muncul pada pasien DM tipe 2 adalah
hipertensi yaitu 149 orang 43.7 6.2
Saran 1.
Lokasi penelitian sebaiknya diperluas, mengingat masih banyak sentra diagnostik yang lain yang terdapat di kota Medan, sehingga data demografi
yang diperoleh semakin akurat. 2.
Rekam Medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap dalam melampirkan unsur-unsur demografi, pelaporan pemeriksaan, hasil
pemeriksaan, dan follow up yang dilakukan, serta lebih spesifik dalam pengklasifikasian sehingga memudahkan dalam pengolahan data
3.
Sehubungan dengan meningkatnya profil lipid pada pasien DM tipe 2, perlu dilakukan konsultasi ke gizi klinik untuk membuat program diet bagi pasien
DM tipe 2 tidak hanya untuk mengontrol kadar gula darahnya tetapi juga untuk mengontrol fraksi lipidnya agar tetap ideal.
4. Masyarakat sebaiknya menerima informasi yang akurat mengenai penyakit
ini agar masyarakat menjadi lebih peduli dan peka, mengingat berbagai
Universitas Sumatera Utara
faktor resiko yang turut meningkatkan kejadian DM tipe 2 adalah faktor resiko yang dapat diubah modifiable risk factor, sehingga DM tipe 2 di
masyarakat dapat ditekan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipoprotein 2.1.1 Definisi Lipoprotein
Lipoprotein adalah berbagai jenis kompleks lipid-protein yang berfungsi sebagai transport lipid di dalam darah. Partikel lipoprotein terdiri
dari inti trigliserida atau ester kolesterol berbentuk bulat hidrofobik yang dikelilingi satu lapisan fosfolipid, kolesterol, dan apolipoprotein yang
amfipatik. Dorland, 2011.
2.1.2 Jenis-Jenis Lipoprotein Lipoprotein di dalam tubuh terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan
densitasnya dan fungsinya, yaitu: tabel 1 1.
Kilomikron 2.
Very Low Density Lipoprotein VLDL. 3.
Intermediate Density Lipoprotein IDL. 4.
Low Density Lipoprotein LDL. 5.
High Density Lipoprotein HDL.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Jenis lipoprotein dalam plasma normal Lipoprotein
Fungsi fisiologis Komponen
Apolipoprotein TG Ch Pl Pr
Kilomikron Transport trigliserida dari
sistem pencernaan ke jaringan dan hepar
90 5
3 2
B-48, C-II, C- III, A-IV, E
VLDL Transport trigliserida
endogen dari hepar ke jaringan
60 20 14
6 B-100, C-II, C-
III, E
IDL Merupakan bagian dari
metabolisme VLDL 20
40 22 18 B-100, E
LDL Transport kolesterol dari
hepar ke jaringan 7
50 22 21 B-100
HDL Transport kolestrol dari
jaringan ke hepar 5
25 26 44 A-1, A-II, A-IV
TG, Trigliserida; Ch, Cholesterol; Pl, Phospholipid; Pr, Protein. Kwan et al, 2007
2.1.3 Metabolisme Lipoprotein Lipoprotein terdiri atas inti non-polar yang dibentuk oleh triasilgliserol
dan ester kolesterol dan dikelilingi oleh selapis fosfolipid amfipatik dan kolesterol. Bagian protein pembentuk lipoprotein disebut apolipoprotein atau
apoprotein. Terdapat 4 jenis utama apolipoprotein yaitu apo A, B, C, dan E. Tiap lipoprotein dapat tersusun oleh satu atau lebih apolipoprotein.
Contohnya pada HDL, apolipoprotein utamanya adalah apo A, sedangkan pada LDL yang utama adalah apo B-100 yang juga ditemukan pada VLDL.
Murray et al, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Struktur Lipoprotein Murray et al, 2006
Apolipoprotein mempunya beberapa fungsi, yaitu: 1.
Dapat membentuk struktur dari lipoprotein. Contoh: Apo B 2.
Dapat menjadi kofaktor enzim. Contoh: Apo C-II kofaktor enzim dari lipoprotein lipase, Apo A-1 kofaktor lechitin yang merupakan
kolesterol acyltransferase, dll. 3.
Dapat bertindak sebagai ligand untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein di jaringan. Contoh: Apo B-100 dan Apo E sebagai
ligand untuk reseptor LDL, Apo A-1 untuk reseptor HDL, dll. Metabolisme Lipoprotein terdiri dari 2 jalur yaitu jalur eksogen dan
jalur endogen. Pada jalur eksogen, kilomikron membawa lipid yang diserap di usus melalu sirkulasi sistemik. Selanjutnya kilomikron akan dikatabolisme
oleh enzim Lipoprotein Lipase LPL dan menghasilkan asam lemak bebas yang akan diserap oleh hepar, otot, dan jaringan adiposa. Kilomikron yang
telah dikatabolisme tadi telah berkurang ukurannya dan disebut sebagai kilomikron sisa yang akhirnya akan dibawa ke hepar oleh LDL. Kwan et al,
2007.
Universitas Sumatera Utara
Pada jalur endogen, hepar akan membuat dan mensekresikan VLDL yang akan membawa trigliserida dari hepar ke jaringan perifer. VLDL
akhirnya akan dihidrolisa oleh LPL dan menghasilkan asam lemak bebas yang akan diserap oleh otot dan jaringan adiposa dan VLDL tadi akan
menjadi IDL karena ukurannya yang berkurang. IDL dapat langsung kembali ke liver atau dihidrolisa lagi menjadi LDL oleh Hepatic Trygliceride Lipase
HTGL. LDL yang terbentuk pada proses ini sudah tidak memiliki kadar trigliserida sebanyak IDL maupun VLDL, namun tetap memiliki kadar
kolesterol yang cukup tinggi. Kwan et al, 2007. LDL utamanya membawa kolesterol ke hepatosit, tapi juga dapat
membawa kolesterol ke jaringan. LDL di serap kembali oleh hepar melalui receptor LDL dengan bantuan apo B-100 yang dikandungnya. Proses ini
dapat menyerap 60-80 dari kadar LDL yang ada dalam plasma. Sisanya akan diserap melalui reseptor spesifik lain seperti LDL Receptor-Related
Protein LRP maupun reseptor scavenger. LDL yang telah teroksidasi ox- LDL masih dapat diserap oleh reseptor scavenger di makrofag maupun di sel
otot polos dari pembuluh darah. Ketika makrofag sudah penuh dengan ester kolesterol, akan terbentuk foam cell yang merupakan salah satu tahap
perkembangan atherosklerois. LDL yang sudah kehilangan sebagian besar lipidnya, akan berubah menjadi small dense LDL sdLDL yang mempunyai
afinitas lebih rendah terhadap reseptor LDL namun lebih rentan terhadap oksidasi sehingga dibersifat lebih atherogenik dibanding LDL dengan ukuran
partikel lebih besar. Kwan et al, 2007. HDL berperan dalam membawa kolesterol dari jaringan kembali ke
hepar. HDL yang disintesis oleh hepar dan intestinal masih berupa prekursor HDL berbentuk disc-shaped. Prekursor HDL dapat menyerap asam lemak
bebas dari membran sel dengan bantuan ATP Binding Cassette Transporter 1, Apo A-1, dan Apo A-IV. Apo A-1 juga akan mengaktifkan enzim
Lechitin:Cholesterol Acyltransferase LCAT yang akan mengesterifikasi kolesterol bebas sehingga membuat transport kolesterol lebih efisien.
Prekursor HDL yang telah mengalami proses ini akan menjadi HDL
3.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya HDL
3
akan menerima kolesterol dari Scavenger Reseptor B1 SR-B1, kolesterol ini kemudian akan di esterifikasi oleh LCAT, dan
membentuk HDL
2
yang densitasnya lebih rendah dan ukuran partikelnya lebih besar. Kemudian HDL2 akan mengalami tiga jalur pemrosesan.
1. HDL2 yang memiliki banyak Apo E akan diambil oleh hepar
melalui reseptor LDL. 2.
Ester kolesterol yang terakumulasi dalam HDL2 dapat diambil langsung oleh SR-B1. Reseptor ini terutama terdapat di hepar dan
di jaringan steroidogenik non plasental. 3.
Ester kolesterol dari HDL2 akan dipindahkan oleh cholesteryl ester transfer protein menuju ke lipoprotein lain yang kaya akan
trigliserida. Kwan et al, 2007.
Gambar 2.2. Jalur metabolisme lipoprotein normal. ABCA1, ATP Binding Cassette Transporter 1; CE, Cholesteryl Ester; CETP, Cholesteryl Ester Transfer Protein; FFA, Free Fatty Acid; HTGL,
Hepatic Triglyceride Lipase; LCAT, Lecithin: Cholesterol Acyltransferase; LDL-R, LDL Receptor; Lpa, Lipoprotein a; LPL, Lipoprotein Lipase; LRP, LDL Receptor Related Protein;
SR B1, Scavenger Receptor B1; TG, Triglyceride. Kwan et al, 2007
Universitas Sumatera Utara
2.2 Diabetes Mellitus Tipe 2 2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan sekelompok kelainan yang ditandai adanya resistensi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat, dan
meningkatnya produksi dari glukosa Powers, 2005.
2.2.2 Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus Tipe 2 Menurut American Diabetes Association 2004, kriteria diagnostik
untuk Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut: 1.
HbA1C ≥ 6.5.
2. Kadar gula darah KGD puasa
≥ 126 mgdL 11.1mmolL. Puasa dilakukan selama minimal 8 jam sebelum tes dilakukan.
3. KGD 2 jam setelah dilakukan tes toleransi glukosa oral TTGO
atau setelah makan ≥ 200 mgdL. TTGO dilakukan menggunakan
75g glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air. 4.
Pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia poliuria, polidipsia, polifagia, KGD sewaktu random
≥ 200 mgdL. Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diatas yang dilakukan
pemeriksaan berulang pada hari yang berbeda untuk memastikan pasien menderita DM atau tidak ADA, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Faktor Resiko Diabetes Mellitus tipe 2 Faktor resiko dari diabetes menurut American Diabetes Association
pada tahun 2004 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2
1. Riwayat keluarga penderita diabetes orang tua atau saudara.
2. Obesitas IMT
≥ 25 kgm
2
. 3.
Kebiasaan inaktifitas fisik. 4.
Ras. 5.
Riwayat diagnosa gula darah puasa terganggu atau toleransi glukosa terganggu sebelumnya.
6. Riwayat diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi 4kg.
7. Hipertensi Tekanan darah
≥ 14090 mmHg. 8.
Kadar HDL plasma ≤ 35 mgdL 0.90 mmolL danatau kadar
trigliserida ≥ 250 mgdL 2.82 mmolL.
9. Riwayat menderita Polycystic Ovary Syndrome atau Acanthosis
Nigricans. 10. Riwayat penyakit vaskular.
2.2.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Diabetes Mellitus tipe 2, terdapat 3 kelainan patofisiologis, yaitu:
sekresi insulin yang terganggu, resistensi insulin, dan produksi glukosa hepatik yang berlebih. Obesitas terutama obesitas sentral sangat sering
ditemukan pada kasus DM tipe 2. Sel adiposit menghasilkan sejumlah produk biologis seperti leptin, TNF-
α, asam lemak bebas, resistin, dan adiponektin yang memodulasi sekresi insulin, kerja insulin, dan berat badan yang
berakibat terjadinya resistensi insulin. Pada tahap awal, hasil tes toleransi glukosa akan tetap normal meskipun terjadi resistensi insulin karena terjadi
kompensasi oleh sel beta pankreas yang akan memproduksi insulin lebih banyak. Semakin lama resisten dan hiperinsulinemia terjadi, sel beta pankreas
tidak mampu lagi untuk memproduksi insulin sehingga semakin lama insulin di dalam plasma akan terus berkurang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Perubahan metabolik saat perkembangan DM tipe 2. Pada saat seseorang menjadi semakin resisten terhadap insulin dari titik A ke titik B, sekresi insulin akan meningkat.
Kegagalan kompensasi dengan cara meningkatkan sekresi insulin terjadi pada Impaired Glucose Tolerance IGT, point C atau toleransi glukosa terganggu dan juga pada DM tipe 2 point D.
NGT, Normal Glucose Tolerance; IGT, Impaired Glucose Tolerance. Powers, 2005
2.2.4.1 Resistensi Insulin Menurunnya kemampuan insulin untuk bekerja pada jaringan
merupakan fitur yang menonjol dari DM tipe 2 dan terjadi akibat pengaruh genetik dan obesitas. Resistensi insulin menyebabkan
menurunnya penggunaan glukosa oleh jaringan yang memiliki reseptor insulin hingga 30-60 juga meningkatkan pengeluaran glukosa oleh
hepar yang akhirnya akan menyebabkan hiperglikemia. Pengeluaran glukosa yang meningkat akan menyebabkan
meningkatnya kadar gula darah puasa sedangkan menurunnya penggunaan glukosa oleh jaringan akan meningkatkan kadar gula darah
2 jam post-prandial. Mekanisme molekuler terjadinya resistensi insulin pada DM tipe 2 sampai saat ini masih belum jelas, namun diduga
terjadinya defek pada enzim phosphatidylinositol-3-kinase PI-3- kinase yang akhirnya akan mengurangi translokasi dari GLUT4 yang
membawa glukosa ke membran plasma.
Universitas Sumatera Utara
Ada teori lain yang mengungkapkan bahwa meningkatnya kadar asam lemak bebas, yang merupakan fitur utama dari obesitas, juga
berkontribusi terhadap patogenesis DM tipe 2. Asam lemak bebas dapat mengganggu penggunaan glukosa di otot skeletal, meningkatkan
produksi glukosa oleh liver, dan mengganggu fungsi sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Powers, 2005.
2.2.4.2 Sekresi Insulin Terganggu Sekresi insulin berkaitan dengan terjadinya resistensi insulin
gambar 2.3. pada DM tipe 2, sekresi insulin meningkat sebagai respon terhadap resistensi insulin untuk menjaga kadar gula darah tetap
normal. Awalnya, defek dari kelenjar sekretori insulin masih ringan dan masih berespon terhadap stimulasi sekretorik dari zat non-glukosa
seperti arginin. Akhirnya, defek sekretorik meningkat hingga insulin yang dihasilkan tidak lagi adekuat untuk menjaga kadar gula darah.
Penyebab terjadinya sekresi insulin yang berkurang pada DM tipe 2 masih belum jelas, diperkirakan defek pada genetik, yang juga
berhubungan dengan resistensi insulin, menyebabkan kegagalan dari sel beta pankreas. Pengaruh perubahan metabolik glucose toxicity pada
DM juga dapat berdampak negatif terhadap fungsi pankreas yang menyebabkan hiperglikemia bertambah parah. Peningkatan kadar asam
lemak bebas lipoptoxicity dan makanan belemak juga dapat menyebabkan penurunan fungsi pankreas. Powers, 2005.
2.2.4.3 Meningkatnya Produksi Glukosa Hepatik Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada hepar menunjukkan
kegagalan dari hiperinsulinemia untuk menekan glukoneogenesis yang akhirnya akan menyebabkan hiperglikemia puasa dan menurunnya
penyimpanan glikogen di hepar saat setelah makan. Powers, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus Menurut Powers dalam Kasper 2005, komplikasi DM dapat dibagi
menjadi komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut adalah ketoasidosis diabetik DKA dan Hyperglycemic Hyperosmolar State HHS. Yang
membedakan antara DKA dan HHS adalah pada HHS tidak terjadi perubahan pH darah sedangkan pada DKA terjadi perubahan pH darah menjadi lebih
asam. Sedangkan komplikasi kronik dapat dibagi lagi menjadi komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular antara lain:
1. Mata
: Retinopati dan macular edema 2.
Saraf : Neuropati sensori, motorik, dan otonom 3.
Ginjal : Nefropati
Komplikasi makrovaskular antara lain: 1.
Penyakit arteri koroner. 2.
Penyakit vaskular perifer. 3.
Penyakit serebrovaskular. Selain komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular terdapat juga
komplikasi jenis lain yang tidak dapat digolongkan menjadi kedua jenis diatas, yaitu:
1. Gastrointestinal
: Gastroparesis, diare. 2.
Genitourinari : Uropati, disfungsi seksual.
3. Dermatologi
: Ulkus diabetik, gangren. 4.
Infeksi. 5.
Katarak. 6.
Glaukoma.
2.3 Dislipidemia 2.3.1 Definisi dislipidemia
Dislipidemia merupakan suatu kelainan dari metabolisme lipoprotein yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan yang utama adalah meningkatnya kadar kolesterol total,
Universitas Sumatera Utara
meningkatnya kadar LDL dan trigliserida dan menurunnya kadar HDL. Kadar profil lipid pada orang normal tanpa riwayat penyakit lain menurut A.D.A.M
2013 adalah: •
Kadar HDL 50 mgdL. •
Kadar LDL 70-130 mgdL. •
Kolesterol total 200 mgdL. •
Kadar Trigliserida 10 – 150 mgdL.
2.3.2 Etiologi Dislipidemia Etiologi dari dislipidemia terbagi menjadi 2 jenis yaitu etiologi primer
dan sekunder. Etiologi primer disebabkan adanya mutasi genetik yang menyebabkan berlebihnya produksi dari trigliserida dan LDL atau adanya
defek dari metabolisme trigliserida dan LDL atau kurangnya produksi dari HDL atau meningkatnya metabolisme dari HDL. Etiologi primer antara lain:
• Familial Hypercholesterolemia
• Familial Defective Apo B-100
• PCSK9 gain of function mutations
• Polygenic Hypercholesterolemia
• Lipoprotein Lipase Deficiency
• Apo C-II Deficiency
• Familial Hypertiyglyceridemia
• Familial Combined Hyperlipidemia
• Familial Dysbetalipoproteinemia
• Primary Hypoalphalipoproteinemia
• Familial Apo AApo C-III DeficiencyMutation
• Familial LCAT Deficiency
• Fisheye Disease
• Familial HDL Deficiency
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan etiologi sekunder disebabkan oleh gaya hidup seperti banyak makan berlemak, obesitas, konsumsi alkohol, merokok, serta akibat lain
seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, hipotiroidism, sirosis bilier primer, konsumsi obat tertentu seperti thiazide, β-blocker, retinoid, obat anti
retroviral, estrogen, progestin, dan steroid Goldberg, 2013. Distribusi lemak juga memiliki pengaruh terhadap terjadinya dislipidemia. Menurut Howard et
al pada tahun 2003, seseorang dengan deposit lemak yang berlebih di daerah abdomen obesitas sentral mempunyai resiko lebih besar mengalami
resistensi insulin dibandingkan dengan orang yang lemaknya tersebar di seluruh tubuh. Resistensi insulin yang terjadi menyebabkan terganggunya
aktivitas dari lipoprotein lipase yang merupaka enzim yang berperan dalam metabolisme lipoprotein. Obesitas sentral ditandai dengan meningkatnya
ukuran lingkar pinggang dimana pada laki laki 90cm dan pada perempuan 80cm.
2.3.3 Dislipidemia pada Diabetes Mellitus tipe 2 Pasien DM tipe 2 biasanya mengalami dislipidemia akibat
hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi. Kedua hal tersebut mempunya beberapa efek pada metabolisme lipid, yaitu:
1. Menurunnya aktivitas lipoprotein lipase sehingga menyebabkan
menurunnya katabolisme kilomikron dan VLDL. 2.
Meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa. 3.
Meningkatkan sintesis asam lemak bebas di hepar. 4.
Meningkatkan produksi VLDL di hepar. Dislipidemia yang terjadi pada DM tipe 2 adalah meningkatnya kadar
trigliserida plasma akibat meningkatnya kadar VLDL dan lipoprotein sisa, meningkatnya LDL dan menurunnya kadar HDL.
Dislipidemia pada DM erat kaitannya dengan meningkatnya resiko komplikasi kardiovaskular akibat hiperglikemia dan hiperlipidemia. Menurut
ADA dan American Heart Association, pasien DM harus mengontrol kadar lipidnya hingga mencapai: LDL 100 mgdL, HDL 40 mgdL pada laki
Universitas Sumatera Utara
laki dan 50 mgdL pada perempuan, serta trigliserida 100 mgdL untuk menghindari terjadinya komplikasi kardiovaskular. Rader and Hobbs, 2005
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang