Proses Filtrasi Pengaturan pH Air

turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8-7,4 Nainggolan, 2011. Reaksi alum dalam air adalah : Al 2 SO 4 3 + 6H 2 O → 2AlOH 3 + 3H 2 SO 4 3 3H 2 SO 4 + 3CaHCO 3 2 → 3CaSO 4 +6H 2 CO 3 6H 2 CO 3 → 6CO 2 + 6H 2 O Al 2 SO 4 3 + 3CaHCO 3 2 → 2AlOH 3 + 3CaSO 4 + 6CO 2 Mulia, 2005. Menurut Linsley 1986, dosis alum biasanya adalah 10-40 Mgl. Jar test merupakan alat yang tepat untuk menentukan dosis optimum bahan kimia untuk koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dari berbagai kualitas air baku. Apabila percobaan dilakukan secara tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimalisasi proses-proses koagulasi, flokulasi dan penjernihan Directorate of Water Supply, 1984.

2.9.4 Proses Filtrasi

Proses filtrasi yaitu proses penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak tertahan lolos dari clearator. Filter yang dipakai di IPA Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan surface filter. Filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel, menggunakan jenis saringan cepat rapid sand filter berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini berfungsi menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter. Universitas Sumatera Utara Dimensi tiap filter yaitu 8,25 m x 4 m x 6,25 m. tinggi maksimum permukaan air adalah 5,05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan sebagai berikut : 1. Pasir kwarsa, diameter 0,5 mm-1,5 mm dengan ketebalan 60 cm 2. Pasir kwarsa, diameter 1,8mm-2,0mm dengan ketebalan 10 cm 3. Kerikil halus , diameter 4,5 mm-6,0 mm dengan ketebalan 10 cm 4. Kerikil sedang, diameter 6,3 mm-10 mm dengan ketebalan 10 cm 5. Kerikil sedang, diameter 10 mm-20 mm dengan ketebalan 10 cm 6. Kerikilkasar, diameter 20 mm-40 mm dengan ketebalan 20 cm Grabiel, 1999.

2.9.5 Pengaturan pH Air

Dalam proses koagulasi dengan tawas, air cenderung bersifat asam. Oleh sebab itu perlu penambahan soda api atau kapur untuk menaikkan harga pH dan menurunkan sifat keasaman pada air. Menurut Joko 2010, pH normal berkisar antara 6,5-9,2. Apabila pH kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2, maka akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam mengalami korosif sehingga pada akhirnya air tersebut menjadi racun bagi tubuh manusia. Kalau pH berkisar antara 6,0-8,0 merupakan keadaan yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba Joko, 2010. Menurut PERMENKES No. 492 tahun 2010, pH untuk air minum berada pada kisaran 6,5-8,5. Kontak antara badan dan perairan pada pH 6,5-8,5 dianggap aman. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal ini pH yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan Universitas Sumatera Utara lebih besar dari 9,2 akan dapat mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam mengalami korosi sehingga pada akhirnya air tersebut menjadi racun bagi tubuh manusia Sutrisno, 2004.

2.9.6 Penginjeksian Larutan Kapur