LKJ Dinas Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun Anggaran 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja dan Evaluasi Kinerja Sasaran
Pengukuran capaian kinerja yang mencakup penetapan indikator dan capaian kinerjanya digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan dan program yang
telah ditetapkan dalam Perencanaan Strategis RENSTRA Tahun 2011-2015. Berdasarkan sasaran strategi yang telah ditetapkan pada Renstra Dinas Kehutanan, Energi dan Sumber Daya
Mineral, evaluasi kinerja atas capaian masing-masing sasaran strategis pada pelaksanaan tahun keempat RPJMD adalah sebagai berikut :
Sasaran 1. Meningkatnya Partisipasi masyarakat dalam rangka pemanfaatan sumber daya hutan
Indikator kinerja untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rangka pemanfaatan sumberdaya hutan adalah pembangunan hutan tanaman rakyat dan pembangunan hutan nagari
dan hutan kemasyarakatan. Maksudnya adalah agar masyarakat berperan aktif dalam pengembangan dan pemanfaatan hutan yaitu melalui Kegiatan Pengembangan Hutan
Tanaman Rakyat dan Kegiatan Pengembangan Hutan Nagari dan Hutan Kemasyarakatan. Pada tahun 2015 kegiatan HTR hanya melakukan monitoring terhadap 4 kelompok tani. Dua
kelompok merupakan kelompok yang sudah keluar SK IUPHHK HTRnya oleh Bupati Pesisir Selatan, sedangkan dua kelompok lagi yaitu kelompok koperasi tetesan embun sekitar 500 Ha
masih proses verifikasi izin oleh BPDAS Agam Kuantan yang sebelumnya proses verifikasi ini dilakukan oleh BP2HP Wilayah III Pekan Baru. Kelompok tani Punggasan Timur dengan
luas sekitar 500 Ha juga sudah diverifikasi oleh BP2HP Wilayah III Pekan Baru dan saat ini sedang menunggu proses penerbitan SK. Oleh Gubernur yang sebelumnya penerbitan SK ini
dilakukan oleh Bupati. Perubahan kewenangan kewenangan tersebut didasarkan atas keluarnya Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : SE.5MenLHK-II2015
tentang penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini menyebabkan progress kegiatan agak sedikit terhambat, sehingga
untuk tahun 2015 tidak realisasi pencapaian target. Selain itu keterhambatan kegiatan juga disebabkan karena masih menunggu keluarnya juklak dan juknis dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkaitan dengan aturan yang baru. Kegiatan Pengembangan Hutan Nagari dan Hutan Kemasyarakatan yang bertujuan untuk
mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dan nagari di dalam pengelolaan kawasan hutan melalui pengusulan pencadangan hutan nagari dan hutan kemasyarakatan. Kegiatan ini
dilaksanakan di Kecamatan Koto XI Tarusan, Lengayang, Lunang dan Kecamatan Silaut. Pelakanaan kegiatan bekerja sama antara Dinas Kehutanan Energi dan Sumber Daya Mineral
dengan Pemerintahan Nagari, Kelompok Masyarakat Dinas Kehutanan Propinsi dan LSM KKI-WARSI.
Pada tahun 2014 telah terbentuk calon Kelompok Tani pada calon lokasi Hutan Kemasyarakatan dan calon lokasi Hutan Nagari yaitu di Kecamatan Lunang, Kecamatan Basa
Ampek Balai Tapan dan Kecamatan Airpura. Sedangkan tahun 2015 progress kegiatan hanya baru pada tahap pencapaian kesepahaman terkait konsep pengembangan dan pembangunan
LKJ Dinas Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun Anggaran 2015
hutan nagari dan hutan kemasyarakatan dengan pemerintah nagari dan kelompok masyarakat dan telah adanya beberapa nagari yang telah mulai menyusun proposal usulan hutan nagari
dan hutan kemasyarakatan serta telah adanya pendampingan dari LSM KKI WARSI, sedangkan usulan pencadangannya belum terealisasi.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Rangka Pemanfaatan Sumber Daya Hutan tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Realisasi
1 2
3 4
5 Meningkatnya Partisipasi
1. Pembangunan hutan tanaman Rakyat Ha 1700 Ha
Ha 51,67
Masyarakat dalam rangka pemanfaatan
2.Pengembangan hutan nagari dan hutan kemasyarakatan
300 Ha
Ha sumber daya hutan
Sasaran 2. Meningkatkan upaya konservasi lahan dengan mengurangi lahan kritis Pengukuran capaian kinerja pada sasaran peningkatan upaya konservasi lahan dilihat dari
jumlah rehabilitasi hutan lahan serta berkurangnya luas lahan kritis. Untuk mengurangi laus lahan kritis, dilakukan upaya dengan melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
Luasnya lahan kritis di Kabupaten Pesisir Selatan memerlukan penanganan yang cepat untuk dapat menyelamatkan berbagai dampak dari kerusakan lingkungan. Upaya yang bisa
dilakukan pada tahun 2015 adalah melalui Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yaitu pembuatan hutan rakyat DAK dan Luncuran DAK seluas 800 Ha dan budi daya gaharu
seluas 5 Ha, hal ini sudah melebihi dari target yang telah direncanakan yaitu sebesar 600 Ha. Pembuatan hutan rakyat dilaksanakan oleh 9 kelompok tani yaitu Kelompok Tani Solok Bukik
Kaciak di Kecamatan IV Jurai 50 Ha, Kelompok Tani Kebun Karet Seberang Air Kecamatan Batang Kapas 100 Ha, Kelompok Tani Harapan Bersama Kecamatan Sutera 100 Ha,
Kelompok Tani Taruko, Bukik Ambalau dan Kelompok Tani Macang Serumpun Kecamatan Lengayang 50 Ha, Kelompok Tani Bukik Ampa di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara 100
Ha, Kelompok Tani Bukik Ransam di Kecamatan Sutera 100 Ha dan Kelompok Tani Air Munti Indah serta Timbulun III di Kecamatan Linggo Sari Baganti dengan luas masing-
masing 100 Ha. Sedang budi daya gaharu di laksanakan oleh Kelompok Tani Maju Bersama di Kecamatan Basa IV Balai Tapan. Dari total lahan kritis yang direhabilitasi menyebabkan
berkurangnya luas lahan kritis seluas 805 Ha
Tabel 6. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Peningkatan Upaya Konservasi Lahan Dengan Mengurangi Lahan Kritis tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
1 2
5 Meningkatkan upaya konservasi
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis 600
Ha 805
Ha 134.17
lahan dengan mengurangi lahan 2. Berkurangnya Luas Lahan Kritis
157271.8 Ha
158366.8 Ha
100.70 kritis
Target Realisasi
3 4
Sasaran 3. Menurunkan intensitas kegiatan kegiatan Illegal Loging
Menurunkan intensitas illegal logging dapat diukur dari penurunan jumlah kasus illegal logging, hal bisa dicapai dengan berbagai upaya diantaranya adalah dengan membentuk kelompok
pengamanan hutan berbasis nagari, sehingga pada akhirnya diharapkan laju kerusakan kawasan