73
Ringkasan Laporan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2014
D. Pembinaan Batas Wilayah
1. Sengketa Batas Wilayah Sebagaimana telah digambarkan pada Bab I laporan ini bahwa secara
administratif selain berbatasan dengan Kabupaten Bellu dan Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara juga berbatasan
langsung dengan Negara Republik Demokrat Timor Leste RDTL. Dengan demikian pada penyajian sengketa batas wilayah akan
diuraikan menjadi 2 dua bagian sebagai berikut :
a Sengketa Batas Wilayah Negara
Di perbatasan darat antara Kabupaten TTU dan Distric Ambeno, terdapat beberapa titik yang masih bermasalah. Titik-titik tersebut terdiri atas 1
satu segmen unresolved, 4 empat segmen unsurveyed dan 1 satu segmen kecil yang masih bermasalah. Adapun uraian masalahnya sebagai
berikut :
Segmen unresolved yakni lokasi Bijaele Sunan – Oben di Desa
Manusasi. Permasalahannya adalah terdapat zona atau area yang disengketakan karena kontra persepsi masing-masing pihak mengenai
batas. Pihak masyarakat Passabe – Ambeno menginginkan agar batas
negara mengikuti batas lama yang ditetapkan berdasarkan Traktat 1904. Sementara warga masyarakat Desa Manusasi menolak
penentuan batas berdasarkan traktat dimaksud, sebab masih terdapat tanah ulayat masyarakat setempat di seberang garis batas. Zona
sengketa tersebut sepanjang 2,6 km dengan luas 142,7 ha, dan di dalamnya terdapat lahan garapan kebun masyarakat Desa Manusasi
sebanyak 489 bidang. Persoalan ini belum terselesaikan hingga kini karena belum ada titik temu antara kedua pihak yang berbeda acuan
penentuan batas.
Gambar 5.1. Segmen Bijaelsunan-Oben
Segmen unsurveyed sebanyak 4 empat lokasi yakni Subina Desa
Inbate dan Nainaban, Pistana Desa Sunkaen, Tubu Banat Desa Tubu dan Nilulat dan Nefo Nunpo Desa Haumeni Ana
0 250 500 m
74
Ringkasan Laporan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2014
Persoalan keempat segmen unsurveyed hampir sama dengan uraian persoalan sebagai berikut :
- lokasi Subina Desa Inbate dan Nainaban, sebanyak 72 orang
mempermasalahkan tanah mereka seluas 393 ha, termasuk sebagian tanah ulayat. Akan tetapi kedua negara Indonesia dan
Timor Leste pada pertemuan Technical Sub Committee on Border Demarcation and Regulation TSC-BDR ke 21 di Bandung tanggal 3
– 4 Juli 2008 dan pertemuan TSC-BDR ke 22 di Dili tanggal 27 – 29 Mei 2009, telah menyepakati garis batas negara dengan
memasukkan segmen Subina sebagai bagian dari wilayah Ambeno – RDTL karena kesepakatan kedua negara untuk menentukan
garis batas berdasarkan Traktat 1904. Segmen-segmen lainnya pun demikian, ditetapkan sebagai bagian dari negara Timor Leste.
Lokasi sengketa dari Subina sampai Tubu Banat cukup luas, lebarnya
kira-kira 300
hingga 500-an
meter sedangkan
panjangnya mencapai 9 sembilan kilometer. Meski telah disepakati bahwa zona sengketa merupakan zona bebas dari
aktivitas warga kedua negara, namun dalam perkembangannya, pada tahun 2008 pemerintah Distric Ambeno membangun kantor
Unidade Policia da Fronteiras UPF di zona tersebut. Ironisnya, kantor polisi Timor Leste tersebut dibangun tepat di depan Pos
Satgas Pamtas Haumeni Ana namun tentara kita tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap pelanggaran kesepakatan dimaksud.
Jarak antara kantor polisi Timor Leste dengan Pos Satgas Pamtas RI di Haumeni Ana kira-kira sejauh 150 meter.
- Zona sengketa Pistana Desa Sunkaen, terdapat lahan garapan
milik 104 warga masyarakat serta tanah ulayat. Untuk segmen Nefo Nunpo, sebanyak 144 orang masyarakat mempersoalkan
tanah miliknya seluas 290 ha. Di dalam lokasi Tubu Banat terdapat tanah milik masyarakat sebanyak 60 orang dengan luas
lahan mencapai 183 ha. Keempat segmen ini pun telah disepakati oleh tim survey kedua negara untuk dimasukkan sebagai bagian
dari wilayah Timor Leste.
segmen bermasalah lainnya selain persoalan unresolved dan
unsurveyed segment, adalah segmen Bah Ob Nelu di desa Sunsea. Persoalan ini baru muncul sejak Timor Leste lepas dari NKRI dan
berdiri sebagai sebuah negara merdeka. Warga desa setempat menuturkan bahwa mula-mula kedua belah pihak menerima tapal
batas sesuai traktat 1904, namun dalam perjalannya, garis batas digeser oleh masyarakat Distric Ambeno sejauh 230
– 400 meter dengan panjang mencapai 1,5 km. Di dalam zona tersebut tardapat
kebun dan makam lelulur warga Nelu. Pada tahun 2003, telah dilakukan survey delineasi namun masyarakat Nelu menolak untuk
didemarkasi karena di dalam zona sengketa terdapat hak milik dan hak ulayat masyarakat kampung Nelu. Hasil survey demarkasi yang
dilakukan pada tanggal 19 Nopember 2009 oleh Tim Survey Demarkasi Indonesia Sri Handoyo dan Timor Leste Rodrigo de Mendonza pun
ditolak oleh warga setempat. Menurut laporan Tim Survey dan pihak
75
Ringkasan Laporan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2014
Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Satgas Pamtas TNI, wilayah Bah Ob adalah milik Timor Leste bila penentuan batas ini didasarkan
pada traktat 1904. Masalah perbatasan pada segmen ini bukan masalah teknis melainkan masalah non teknis sosial budaya. Karena
itu, segmen ini masih tergolong sebagai unresolved segment karena telah dilakukan survey delineasi dan delimitasi namun ketika masuk
pada tahap demarkasi, masyarakat setempat menolak penegasan batas sesuai kesepakatan Tim dari kedua negara.
b
Sengketa Batas Wilayah Kabupaten Beberapa titik perbatasan antara Kabupaten Timor Tengah Utara
dan Kabupaten Timor Tengah Selatan seperti lokasi Biliu Ana dan Maurisu, Desa Fatunesuan dengan Desa Fatumnutu, Desa Suanae
dengan Desa Fatumnutu serta antara Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu seperti lokasi T’eba, T’eba Timur,
Hauteas, Boronubaen, Lokomea, Naku, Birunatun, Sifaniha dan Motadik sering terjadi tindakan penyerobotan tanah untuk lahan
garapan dan pemukiman. Permasalahan tersebut kemudian mengakibatkan ketidakjelasan status warga di sekitar titik
– titik bermasalah yang berpengaruh terhadap kewajibannya sebagai
warga negara seperti pelunasan PBB, pendistribusian berbagai bantuan pemerintah dan lain sebagainya.
c
Sengketa Batas Wilayah Kecamatan - Masalah
batas antar
kecamatan yang
belum tuntas
penyelesaiannya adalah masalah batas antara Desa Oenbit- Kecamatan Insana dan Desa T’eba-Kecamatan Biboki Tan Pah.
- Masalah batas wilayah antar kecamatan lainnya yang berpotensi konflik diantaranya adalah masalah batas wilayah administratif
antara Kelurahan
Kefamenanu Utara-Kecamatan
Kota Kefamenanu dengan Kelurahan Oesena Kecamatan Miomaffo
Timur yang melintasi batas adat eks kefetoran Bikomi dan eks kefetoran Tunbaba.
d
Sengketa Batas Wilayah DesaKelurahan Masalah batas antara Desa yang belum tuntas penyelesaiannya
adalah masalah batas antara Desa Popnam dan Desa Noebaun Kecamatan Noemuti.
2. Solusi yang Dilakukan dan Tingkat Penyelesaian a Sengketa Batas Wilayah Negara
Segmen unresolved yakni lokasi Bijaele Sunan
– Oben di Desa Manusasi merupakan segmen yang tidak dapat diselesaikan hingga
hari ini. Sementara untuk Segmen unsurveyed sebanyak 4 empat lokasi yakni Subina Desa Inbate dan Nainaban, Pistana Desa
Sunkaen, Tubu Banat Desa Tubu dan Nilulat dan Nefo Nunpo Desa Haumeni Ana sementara dalam tahap penyelesaian dan
untuk segmen bermasalah lainnya selain persoalan unresolved dan unsurveyed segment, adalah segmen Bah Ob Nelu di desa Sunsea
juga masih belum selesai dan perlu tindak lanjut oleh Pemerintah
76
Ringkasan Laporan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2014
Provinsi dan Pusat.
b
Sengketa Batas Wilayah Kabupaten Terhadap beberapa permasalahan batas wilayah kabupaten
sebagaimana telah diuraikan pada point 1 huruf b, Pemerintah Daerah telah berkoordinasi dengan Kabupaten Belu untuk meredam
konflik yang terjadi namun belum tuntas sesuai harapan. Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara mengharapkan agar
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur memberikan perhatian serius dan tindak lanjut terhadap penyelesaian masalah-masalah
batas antara kabupaten sebagaimana diutarakan diatas.
c
Sengketa Batas Wilayah Kecamatan Terhadap konflik perbatasan Desa Oenbit-Kecamatan Insana dan
Desa T’eba-Kecamatan Biboki Tan Pah, Pemerintah Daerah pernah melakukan
upaya penyelesaiannya
dengan berbagai
cara, diantaranya melalui pendekatan kultural dengan mempertemukan
tokoh – tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh
pemuda dari kedua belah pihak namun belum mendapatkan titik temunya.
Sementara masalah batas wilayah administratif antara Kelurahan Kefamenanu Utara-Kecamatan Kota Kefamenanu dengan Kelurahan
Oesena Kecamatan Miomaffo Timur, Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara tetap berupaya agar tidak terjadi konflik dengan cara
memberikan pemahaman bahwa wilayah adat tidak mengenal batas dan dapat melampaui batas wilayah adamnistrasi pemerintahan.
d
Sengketa Batas Wilayah DesaKelurahan Masalah batas antara Desa Popnam dan Desa Noebaun Kecamatan
Noemuti pernah ditangani penyelesaiannya, namun masyarakat hanya bersepakat untuk menjaga situasi agar tetap kondusif
namun penyelesaian sampai pada penetapan tapal batas belum terlaksana.
3. Kelembagaan Khusus Yang Dibentuk Untuk Perbatasan Kelembagaan khusus yang dibentuk untuk menangani Perbatasan
adalah Badan Pengelola Perbatasan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Perbatasan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara.
E. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana